SEISMIK REFRAKSI
OLEH
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur disampaikan hanya kepada Allah SWT penguasa langit dan bumi
beserta isinya. Kepada-Nya segala ilmu pengetahuan bersumber dan atas kehendak-
Nya pula buku ajar ini dapat disususn. Buku ini berisi materi perkuliahan seismik
refraksi yang terdiri dari 3 Bab utama dan terdiiri dari beberapa sub bab yang
mencakup seluruh kajian dalam metode seismik refraksi dimulai dari teori
pendahuluan, akuisisi data sampai pada prosesing dan interpretasi. Diharapkan pada
akhir semester seluruh materi dapat dirampungkan dengan baik, sehingga mahasiswa
mampu mengerjakan soal-soal latihan dan mengumpulkan tugas sesuai dengan
waktu yang ditentukan.
Penyusunan materi ajar dalam buku ini mengambil sumber dari berbagai pihak
yang selama ini telah banyak mengkaji materi tentang seismik refraksi, selain itu
berbagai masukan dan saran telah kami masukkan dari para dosen-dosen jurusan
Teknik Geofisika FITK UHO yang sebelumnya telah mengampuh matakuliah ini .
Tim penyusun buku ajar juga manusia dan sebagai manusia tentu saja masih
banyak kekurangan yang akan dijumpai dalam buku ini. Oleh karena itu dengan
lapang dada dan hati terbuka editor siap menerima segala kritikan yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan dalam penyusunan edisi selanjutnya. Akhirnya,
saya berharap agar buku ini dapat dimanfaatkan untuk membantu kelancaran dalam
proses perkuliahan seismik refraksi.
TIM PENYUSUN
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .........................................................................................i
KATA PENGANTAR .....................................................................................vi
DAFTAR ISI ................................................................................................. viii
BAB II PENDAHULUAN
A. Pendahuluan .......................................................................................... 1
B. Sumber Energi ....................................................................................... 1
C. Detektor Gelombang Seismik ................................................................ 1
D. Noise ...................................................................................................... 1
E. Perekaman Sinyal Seismik..................................................................... 1
F. First Break .............................................................................................. 1
G. Proses Pengolahan Data Seismik .......................................................... 1
H. Metode Interpretasi Seismik Refraksi ................................................... 1
iii
BAB III. METODE INTERPRETASI SEISMIK REFRAKSI
A. Metode T-X Intercept Time .................................................................. 1
B. Metode T-X Critical Distance Method (CDM) ..................................... 1
C. Metode ABC .......................................................................................... 1
D. Metode GRM ......................................................................................... 1
E. Metode Plus Minus ................................................................................ 1
F. Metode Hagiwara ................................................................................... 1
G. Metode Matsuda ......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB I
TEORI GELOMBANG SEISMIK
A. ELASTISITAS
Elastisitas merupakan watak dasar suatu medium yang banyak dipelajari
dalam mekanika medium kontinyu. Medium dengan parameter-parameter elastiknya
mencerminkan sifat-sifat kelenturan, kekuatan dan daya tahan medium tersebut.
Di dalam buku ajar ini akan ditinjau teori dasar elastisitas medium yang
berkaitan dengan perambatan gelombang seismik P (primary) dan S (secondary).
Apabila dapat diukur kecepatan gelombang P dan S, maka dapat diturunkan atau
ditentukan persamaan parameter elastisitas yang berupa tetapan lame , modulus
geser , poisson rasio , modulus elastisitas Young E dan modulus Bulk K.
1
Gambar 1.1 Komponen stress pada sebuah elemen voume yang tegak lurus
permukaan di sumbu x
2
Gambar 1.2 Analisis strain dua dimensional
Tetapi, jika u dan v berbeda untuk setiap bentuk yang berbeda, persegi akan
berubah ukuran dan bentuk, dan strain ada. Asumsikan .
Kemudian koordinat ujung PQRS dan P’Q’R’S’ berikut:
;
Pada umunya, perubahan u dan v sangat kecil daripada kuantitas dx dan dy;
sehingga kita asumsikan bagian ( ,( , dan lainya cukup kecil sehingga hasilnya
sumbu.
3
2. Sudut infitisemal sama dengan dan ,
panjang pada arah sumbu x dan y, dan disebut strain normal. Kuantitas +
merupakan besarnya yang mana sudut kanan bidang xy direduksi ketika dikenai
stress. Karena itu, strain geser merupakan pengukuran besarnya perubahan dalam
medium dan disimbolkan . Dengan analisis 3 dimensi, ditulis (u,v,w)sebagai
komponen perpindahan titik P(x,y,z). Strain dasarnya:
Strain normal
, (1.1)
Strain geser
, (1.2)
Tambahan untuk strain ini, benda dikenai rotasi sederhana kira kira pada 3
sumbu diberikan,
⁄ ⁄
� ,
⁄ ⁄
� , (1.3)
⁄ ⁄
� ,
� � � , (1.4)
4
volume ketika benda ditekan. Perubahan per unit volume disebut dilatasi dan
disimbolkan .
(1.5)
5
xx 2
yy
0 0 0
2
zz
0 0 0
2 0 0 0
xy 0 0
yz
0 0 0
0 0
zx
0 0 0
0 0 0 0 0
�
Besaran dan dikenal dengan kontanta lame. Jika ditulis � ⁄ , ini
merupakan bukti bahwa � kecil maka lebih besar, sehingga merupakan ukuran
hambatan dalam strain geser atau sering disebut modulus rigiditas, inkompresibilitas,
atau modulus geser. Walaupun Hukum Hooke memiliki aplikasi yang banyak, hal itu
tidak berlaku untuk stress yang besar. Ketika stress meningkat sampai batas elastik
(Gambar 1.3).
6
b
Gambar 1.3 Hubungan antara stress-strain-waktu. (a) Stress dengan strain (b)
Strain dengan waktu
Hukum Hooke tidak lagi tetap dan strain meningkat secara cepat. Strain yang
dihasilkan dari stress yang melebihi batas ini tidak seluruhnya hilang saat stress
dihilangkan. Dengan stress yang lebih besar, titik plastik mungkin dicapai yang mana
aliran plastik dan plastik mungkin menghasilkan penurunan strain. Beberapa material
tidak melewati fase aliran plastik tetapi pecah dulu. Batuan biasanya pecah pada
strain . Beberapa material juga memiliki waktu bebas terhadap kelakuan
stress (Gambar 1.3). ketika dikenai stress tetap, material bergerak pelan sampai putus.
Strain yang pelan tidak hilang saat stress dihilangkan.
7
akan menurun. Hal ini berarti positif (pemanjangan ke arah sumbu x) sedangkan
negatif. Sehigga didapat hubungan:
⁄ , (1.8)
⁄ ⁄ , (1.9)
⁄ , (1.10)
, (1.11)
, (1.12)
, (1.13)
0.5, karena kedua positif, maka kurang dari 1. Rentang nilai dari 0.05
untuk batuan yang keras sampaai 0.45 untuk material yang terkompaksi jelek. Cairan
tidka memiliki modulus geser sehingga nilainya 0.5. untuk kebanyakan batuan, E, k,
8
dan terletak dalam rentang 20 -120 Gpa, E pada umumnya paling besar dan
paling kecil.
⁄ � , (1.15)
�
B. Persamaan Gelombang
Karena stress ini merupakan lawan dari stress pada sisi belakang, stress netto
memiliki area (dydz) dan volumenya (dxdydz), sehingga kita peroleh gaya netto per
unit volume pada arah sumbu x, y, z:
Gaya total pada sumbu x adalah:
9
,
Hukum Newton kedua tentang gerak menyatakan bahwa gaya yang tidak
seimbang sama dengan massa kali percepatan, sehingga:
� � �
, (1.16)
, (1.17)
, (1.18)
, (1.19)
, (1.21)
�
Yang mana, � , (1.22)
10
B.2 Persamaan gelombang vektor
Persamaan gerak gelombang dapat juga diperoleh dengan menggunakan
metode vektor. Persamaan (1.17), (1.18) dan (1.19) adalah ekivalen dengan
persamaan gelombang vektor:
, (1.23)
11
menspesifikasikan gerakan gelombang pada titik yang berbeda dan waktu yang
berbeda seperti gelombang dari semua titik tiba di P pada waktu sesaat yang sama
, hasilnya dikenal sebagai Teorema Kirchhoff,
� �
, (1.26)
⁄ � �
�
(1.27)
� [ � ⁄ ]
(1.28)
� � , (1.29)
12
C.2 Interferensi Gelombang
Jika dua gelombang saling menindih, kedua gelombang berinterferensi satu
sama lain. Interferensinya konstruktif jika cenderung saling menambah dan distruktif
jika saling melenyapkan. Ketika dua gelombang merupakan gelombang harmonik
dan memiliki frekuensi dan panjang gelombang yang sama (kecepatan sama),
amplitudonya kadang saling menjumlahkan kadang saling melenyapkan (setidaknya
sebagian). Sehingga terbentuklah gelombang baru dengan frekuensi dan panjang
gelombang sama dengan amplitudo dan fase bergeser. Ketika beberapa gelombang
harmonik dengan amplitudo, panjang gelombang, frekuensi berbeda ditambahkan,
hasilnya biasanya sangat kompleks, interferensi konstruktif terjadi ketika fasenya
mendekati sama, sedangkan interferensi destruktif menghasilkan sedikitnya beberapa
atenuasi. Jika gelombangnya tidak harmonik dapat diselesaikan dengan analisis
Fourier menjadi komponen harmonik yang dapat ditambahkan untuk menentukan
alamiah dari interferensi.
Perambatan gelombang seismik dari satu medium ke medium yang lain yang
mempunyai sifat fisik yang berbeda seperti kecepatan dan densitas akan mengalami
perubahan arah ketika melewati bidang batas antar medium. Suatu gelombang yang
datang pada bidang batas dua media yang sifatnya berbeda akan dibiaskan jika sudut
datang lebih kecil atau sama dengan sudut kritisnya dan akan dipantulkan jika sudut
datang lebih besar dari sudut kritis. Sudut kritis adalah sudut datang yang
menyebabkan gelombang dibiaskan 900. Jika suatu berkas gelombang P yang datang
mengenai permukaan bidang batas antara dua medium yang berbeda, maka sebagian
energi gelombang tersebut akan dipantulkan sebagai gelombang P dan gelombang S,
dan sebagian lagi akan dibiaskan sebagai gelombang P dan gelombang S, seperti
yang diilustrasikan pada Gambar 1.4.
13
Gambar 1.4 Pemantulan dan pembiasan pada bidang batas dua medium
14
perubahan gaya yang disebabkan oleh gerak titik dari gelombang depan mulai
menghasilkan gerak yang menghasilkan wavefront berikutnya. Prinsip Huygnes
membantu menjelaskan informasi tentang gangguan seismik yang terjadi di dalam
bumi. Khususnya, diberikan lokasi dari wavefront tertentu, posisi wavefront
berikutnya dapat ditemukan dengan mempertimbangkan setiap titik pada wavefront
yang pertama sebagai sumber gelombang baru. Gambar 1.5, AB merupakan
wavefront pada saat dan kita berharap menemukan wavefront pada waktu
kemudian . Selama interval , gelombang akan menempuh jarak v . V
merupakan kecepatan (yang mungkin bervariasi dari titik ke titik). Kita pilih titik
pada wavefront, selanjutnya, yang mana kita gambar buusur dari v .
Dengan memilih tiitk yang cukup, sungkup dari busur (A’B’) akan menentukan
keakuratan posisi yang kita harapkan.
Ketika AB adalah bidang dan V konstant, kita perlu menggambar hanya dua
busur dan tangen garis lurus. Ingat, Prinsip Huygens hanya memberi informasi fase
tidak memberi informasi amplitudo.
Prinsip Fermat menyatakan bahwa gelombang yang menjalar dari satu titik ke titik
yang lain akan memilih lintasan dengan waktu tempuh tercepat (Gambar 1.6).
Prinsip Fermat dapat diaplikasikan untuk menentukan lintasan sinar dari titik ke titik
yang lainnya yaitu lintasan yang waktu tempuhnya bernilai minimum. Dengan
diketahuinya lintasan dengan waktu tempuh minimum maka dapat dilakukan
penulusuran jejak sinar yang telah merambat di dalam medium. Penelusuran jejak
sinar seismik ini akan membantu dalam menentukan posisi reflektor di bawah
15
permukaan. Jejak sinar seismik yang tercepat ini tidaklah selalu terbentuk garis
lurus.
16
Sedangkan gelombang shear disebut gelombang skunder (S) karena tiba yang kedua
setelah gelombang P. Gelombang sekunder terdiri dari dua komponen, yaitu
gelombang SH dengan gerakan partikel horizontal dan gelombang SV dengan
gerakan partikel vertikal.
Kadang – kadang juga ditemui suatu fase yang kuat di daerah “Shadow zone”
sampai ke jarak kurang lebih 110º. Karena adanya fase inilah pada tahun 1930
ditemukan media lain yaitu inti dalam. Batas dari inti dalam ini terdapat pada
kedalaman 5000 km . Diperkirakan kecepatan gelombang seismik di inti dalam lebih
tinggi dari pada di inti luar. Untuk membedakan dan identifikasi, maka perlu
pemberian nama untuk gelombang seismik yang melalui inti bumi (baik inti luar
maupun inti dalam ).
17
Kecepatan gelombang seismik bertambah dengan kedalaman, maka lintasan
gelombang seismik akan cekung ke permukaan bumi.
2
Vp
(1.31)
Vs
(1.32)
18
3. Gelombang Channel, yaitu gelombang yang menjalar melalui lapisan yang
berkecepatan rendah (low velocity layer) di dalam bumi.
Gelombang Love dan Rayleigh ada juga yang memberi simbul LQ dan LR
dengan L singkatan dari Long karena gelombang permukaan mempunyai sifat
periode panjang dan Q adalah singkatan dari Querwellen yaitu nama lain dari Love
seorang jerman yang menemukan gelombang ini.
19
Gambar 1.7 Gerak partikel gelombang P, S, LQ dan LR
F. Seismogr Sintetik
Seismogram sintetik adalah seismogram buatan (bukan merupakan hasil
perekaman dari gelombang seismik). Dengan kata lain seismogram sintetik adalah
pemodelan dari seismogram. Didalam seismologi seismogram sintetik biasanya
digunakan untuk menentukan parameter-parameter fisis dari event gempa yang tidak
bisa terukur secara langsung, contohnya saja mencari parameter sumber gempa
(focal mechanism). Pembuatan seismogram sintetik biasanya dilakukan dalam
domain frekuensi, yaitu perkalian antara fungsi Green dengan fungsi sumber, secara
matematis dapat dituliskan sebagai:
U () G()M () (1.33)
Dengan G(ω) adalah fungsi Green dalam domain frekuensi dan M(ω) adalah
fungsi sumber dalam domain frekuensi. Sedangkan dalam domain waktu,
seismogram sintetik dapat dihasilkan dengan cara melakukan operasi konvolusi
antara fungsi Green dengan fungsi sumber, secara matematis dapat dituliskan:
U (t ) G(t ) M (t ) (1.34)
dengan g(t) adalah fungsi Green dalam domain waktu dan m(t) adalah fungsi sumber
dalam domain waktu. Biasanya pembuatan seismogram sintetik dilakukan dalam
domain frekuensi, karena relatif lebih mudah, hanya dengan melakukan operasi
perkalian. Kemudian dengan menggunakan transformasi Fourier, seismogram
sintetik dalam domain frekuensi diubah menjadi seismogram sintetik dalam domain
20
waktu agar dapat dibandingkan dengan seismogram hasil perekaman. Jika durasi
waktu dan amplitudo pada seismogram sintetik belum sesuai dengan seismogram
hasil perekaman maka dilakukan iterasi dengan mengubah beberapa parameter yang
terlibat pada pembuatan seismogram sintetik, misalnya saja dengan mengubah
beberapa parameter yang ada pada fungsi sumber.
21
BAB II
SURVEY SEISMIK REFRAKSI
A. Pendahuluan
Bidang seismik saat ini menjadi bidang ilmu yang sangat penting karena
pemanfaatannya yang digunakan dalam beragai bidang. Seismik secara umum dibagi
menjadi lima bagian besar yaitu seismotektonik/seismologi yang mempelajari gempa
bumi, seismovulkanik yang mempelajari gunungapi, seismik eksplorasi pantul/
seismik refleksi untuk mencari minyak dan gas, seismik bias untuk eksplorasi
dangkal dan mikroseismik untuk mengetahui kondisi amplifikasi tanah suatu daerah.
Seismik bias/ seismik refraksi menjadi salah satu kajian seismik yang sering
dipelajari karena memiliki beberapa keunggulan dan kelemahan. Berikut keunggulan
dan kelemahan seismik refraksi:
Kekurangan seismik refraksi
1. Dalam pengukuran yang regional , Seismik refraksi membutuhkan offset
yang lebih lebar.
2. Seismik bias hanya bekerja jika kecepatan gelombang meningkat sebagai
fungsi kedalaman.
3. Seismik bias biasanya diinterpretasikan dalam bentuk lapisan-lapisan.
Masing-masing lapisan memiliki dip dan topografi.
4. Seismik bias hanya menggunakan waktu tiba sebagai fungsi jarak (offset)
Kelebihan seismik refraksi
1. Pengamatan refraksi membutuhkan cakupan lokasi sumber dan penerima
yang sempit, sehingga relatif murah dalam pengambilan datanya.
2. Prosesing refraksi relatif simpel dilakukan kecuali proses filtering untuk
memperkuat sinyal first break yang dibaca.
3. Karena pengambilan data dan lokasi yang cukup kecil, maka pengembangan
model untuk interpretasi tidak terlalu sulit dilakukan seperti metode geofisika
lainnya.
22
Berdasarkan kekurangan dan kelebihan diatas maka seismik refraksi biasanya
digunakan dalam survei water table, bidang keteknikan, survei lapisan lapuk di dekat
permukaan, dan koreksi lapisan dekat permukaan pada survei sismik refleksi.
Data digunakan adalah waktu tiba gelombang pertama kali (first arrival time)
yang selalu berupa gelombang P. Metode ini digunakan dengan asumsi bahwa; (1)
Medium bumi dianggap berlapis-lapis dan tiap lapisan menjalarkan gelombang
seismik dengan kecepatan yang berbeda-beda, (2) Makin bertambah kedalamannya,
batuan lapisan akan semakin kompak, (3) Panjang gelombang seismik kuarang dari
ketebalan lapisan bumi. Hal ini memungkinkan setiap lapisan yang memenuhi syarat
tersebut akan dapat terdeteksi, (4) Perambatan gelombang seismik dapat dipandang
sebagai sinar, sehingga mematuhi hukum-hukum dasar lintasan sinar (Hukum
Snellius), (5) Pada bidang batas antar lapisan, gelombang seismik merambat dengan
kecepatan pada lapisan di bawahnya dan (6) Kecepatan gelombang bertambah
dengan bertambahnya kedalaman (Sismanto, 2002).
Dalam survei seismik refraksi dangkal, hal-hal yang perlu dipertimbangkan
adalah overburden yang kering, overburden yang basah dan lapuk, serta bedrock
yang fresh. Dalam survei seismik refraksi dangkal sangat sulit membuat rumusan
kedalaman bidang batas lapisan yang lebih dari 3 buah. Pada lapisan overburden
yang kering terkadang kecepatan gelombang P bisa lebih lambat dari 350 m/s dan
jarang sekali mencapai 800 m/s. Pada bed rock yang fresh umumnya kecepatan
gelombang P lebih dari 2500 m/s tetapi apabila bed rock merupakan transisi lapisan
lapuk (tidak benar-benar fresh) kecepatan gelombang P bisa lebih rendah dari 2000
m/s.
B. Sumber Energi
Sumber seismik biasanya menggunakan dinamit dengan kekuatan yang
rendah. Pada survei seismik refraksi biasanya menggunakan impact source yang
berasal dari hummer/palu atau weight dropp. Untuk impact source palu seberat 4-5
pon dalam survei dengan sekala kecil, Energi yang dihasilkan tergantung dari
kondisi permukaan tanah dan kekuatan pukulan. Palu biasanya digunakan pada
survei dengan panjang lintasan 10-20 meter, dan jarang digunakan pada survei yang
panjang lintasannya lebih dari 50 meter. Palu dipukulkan pada sebuah plat baja
23
untuk mengurangi noise (gangguan) yang dihasilkan oleh sumber, sedangkan plat
diletakkan diatas permukaan tanah yang datar, dan tidak boleh ada rongga di dasar
plat. Untuk survei yang lebih besar, dibutuhkan sumber yang lebih kuat. Bobot yang
digunakan memiliki berat ratusan kilogram yang diikatkan pada katrol dan kerekan
kemudian dijatuhkan ke tanah. Ketinggian kerekan minimum sekitar 4 meter
kemudian beban dijatuhkan sehingga menghasilkan gelombang seismik.
24
Geophone terdiri atas sebuah kumparan pada inti magnet yang memiliki
permeabilitas tinggi yang disangga oleh pegas yang dapat bersuspensi di dalam
medan magnet permanen. Jika kumparan bergerak terhadap medan magnet maka
tegangan akan diinduksikan dan arus akan mengalir ke sirkuit eksternal. Pada
kebanyakan kasus, kumparan dipasang sedemikian rupa agar dapat bergerak bebas
secara vertikal. Hal tersebut memberikan sensitifitas maksimum terhadap
perambatan gelombang P yang dipantulkan maupun yang dibiaskan pada bidang
batas.
D. Noise
Setiap getaran yang bukan bagian dari sinyal yang diharapkan disebut dengan
noise. Noise yang dihasilkan oleh sumber seismik disebut dengan koheren noise.
Gelombang S, Gelombang Love, Gelombang Rayleigh dan refleksi akibat variasi
permukaan termasuk dalam koheren noise. Noise yang bukan berasal dari sumber
disebut dengan random noise. Random noise berasal dari kendaraan, hewan atau
langkah kaki manusia. Random noise juga dapat berasal dari pergerakan tumbuhan
yang terkena angin sehingga menimbulkan getaran di tanah.
25
E. Perekaman Sinyal Seismik
Instrumen yang digunakan untuk merekam sinyal seismik disebut dengan
seismograph. Seismograph dapat berupa single channel atau multi channel yang
merekam setiap event dalan satuan waktu ke dalam unit digital. Sebagian besar
single channel seismograph sudah memiliki layar grafis, meskipun hanya
menampilkan waktu tiba gelombang. Pada visual display rentang waktu dapat dilihat
dengan menggeser key-pad untuk mendefinisikan tembakkan sumber. Besarnya
noise dapat dipantau dengan mengamati trace terhadap kehadiran sumber sinyal.
Pada survei seismik refraksi dangkal sangat sulit membedakan gelombang langsung,
gelombang bias dan gelombang refraksi pada satu trace. Untuk membedakan
gelombang-gelombang tersebut butuh mempelajari event-event yang terekam pada
beberapa trace. Seismograph yang memiliki 12-24 channel biasanya digunakan pada
survei dangkal, untuk survei seismik refleksi yang dalam dibutuhkan minimal 48
channel. Dengan seismograph multi channel survei seismik refraksi dan refleksi
dapat dilakukan dengan waktu yang lebih singkat. Gambar 2.3 menunjukkan
rekaman data dalam survei sesmik refraksi dengan menggunakan enam buah
geophone. Sinyal pada geophone yang jauh diperkuat untuk mengimbangi
peredaman, tetapi dengan memperkuat sinyal efek noise juga semakin kuat.
26
F. First Break
First break adalah waktu dimana gelombang seismik dari sumber pertama
kali mencapai penerima. Gelombang yang pertama mencapai geophone dapat berupa
gelombang langsung, refleksi maupun refraksi. Terdapat 3 jenis gelombang phase
seismik yaitu, minimum phase, zero phase, dan maksimum phase.
Minimum Phase
Bentuk dasar gelombang yang dipancarkan sumber memiliki puncak
maksimum di depan
Zero Phase
Bentuk dasar gelombang yang dipancarkan sumber memiliki puncak
maksimum di tengah.
27
.
Gambar 2.6 Maximum Phase
28
• Picking data yaitu menentukan watu awal tibanya gelombang. picking pada
rekaman seismik refraksi tergantung pada penilaian subjektif dari posisi first
break seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.8.
• Data yang diambil dari survei seismik refraksi terdiri atas satu set waktu
(waktu tiba gelombang pertama kali) dan jarak offset (Jarak dari sumber ke
geophone).
• Plot data jarak-waktu sehingga membentuk kurva jarak-waktu (T-X) seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 2.9:
29
• menghitung Gradien kemiringan kurva yang berbanding terbalik dengan
kecepatan, dimana semakin curam slope kurva maka kecepatan semakin
lambat.
• Memodelkan kecepatan lapisan Bawah permukaan seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 2.10
30
Interpretasi data geofisika secara lebih kuantitatif dilakukan melalui
pemodelan. Dalam hal ini, model adalah representasi keadaan geologi bawah
permukaan oleh benda anomaly dengan besaran fisis dan geometri tertentu. Tujuan
representasi menggunakan model agar permasalahan dapat disederhanakan dan
respons model dapat diperkirakan atau dihitung secara teoritis dengan memanfaatkan
teori fisika. Secara lebih umum, model menyatakan suatu besaran atau parameter
fisis yang bervariasi terhadap posisi (variasi spasial). Dengan demikian model dapat
dinyatakan oleh parameter model yang terdiri dari parameter fisis dan geometri yang
mengambarkan distribusi spasial parameter fisis tersebut.
Interpretasi seismik refraksi bertujuan untuk mengetahui perlapisan batuan
dibawah permukaan, ada tiga metode interpretasi yang sering digunakan dalam
metode seismik refraksi yaitu:
Metode T-X, adalah metode yang paling sederhana dan hasilnya relative
kasar, kedalaman lapisan hanya diperoleh pada titik – titik tertentu saja,
metode T-X terdiri dari metode jarak kritis dan metode intercept time.
Dimana metode jarak kritis digunakan untuk menginterpretasi lapisan miring,
sedangkan metode intercept time digunakan untuk interpretasi lapisan datar.
Metode Delay Time, adalah metode yang menggunakan waktu tunda sebagai
dasar interpretasi bawah permukaan, di mana terdapat perbedaan waktu yang
diperlukan untuk perambatan gelombang ke arah atas (up-ward) atau kearah
bawah (down-ward) yang melalui lapisan atas terhadap waktu yang
digunakan untuk merambat di permukaan lapisan ke dua (pembias) sepanjang
proyeksi lintasan normal tersebut pada bidang batas. Metode Delay time
terdiri dari metode ABC, metode GRM dan metode plus minus
Metode Hagiwara dan Matsuda, adalah metode waktu tunda yang
mengasumsikan bahwa undulasi bawah permukaan tidak terlalu besar atau
sudut kemiringan mendekati nol (>20o). Metode Hagiwara dikembangkan
untuk struktur dua lapis sedangkan metode Matsuda dikembangskan untuk
struktur lebih dari dua lapisan.
31
BAB III
METODE INTERPRETASI SEISMIK REFRAKSI
32
ITM “Satu Lapisan”
Gambar 3.1 Kurva Travel Time (atas) dan Penjalaran Gelombang Refraksi
Satu Lapisan.
Gambar 3.1 menjelaskan bahwa titik S = Sumber dan G = geophone, dan S-A-
B-G = jejak penjalaran gelombang refraksi, maka persamaan waktu total (Tt) untuk
satu lapisan mulai dari source ke geophone yaitu,
Tt
SA AB BG
V1 V2 V1 (3.1)
Tt
X 2 z cos ic
(3.2)
V2 V1
Berdasarkan definisi Intercept Time (ti), maka X = 0, maka Tt=ti, sehingga;
Tt t i
2 z cos ic
(3.3)
V1
Maka, Ketebalan lapisan pertama (Z1) dapat dicari dengan persamaan,
z1
1 t iV1 (3.4)
2 cos ic
Persamaan intercept time (ti) sendiri yaitu,
33
x x1 y y1
ti
x2 x1 y 2 y1
(3.5)
y 2 y1
V2 m1
1
x 2 x1
dimana (3.7)
m2
A B’ C’ D
θic
R
Z1
Zu
B
C
TAD
AB BC CD
V1 V2 V1
AB ; CD u ; DR x sin
cos c
zd z
zu z d x sin ;
cos ic
34
x cos z d tan i
t AD
zd zu
( z z u ) x cos z d sin i
V1 cos i V2 V2 V1 cos ic
d u
z sin i
t AD
V1 cos i V2 V2 cos i V2 cos ic
( z z u ) x cos z zu
d ( d sin i)....... 1 sin i
V
t AD
V1 cos i V2 V2 cos i V2
z z u x cos z zu
t AD d ( d sin 2 i)
x cos z d z u x cos
V1 cos i V2 V1 cos i
z zu
t AD d (1 sin 2 i) cos i
z z u x sin
V1 cos i V2 V1 V2
x cos sin i
t AD ( d ) cos i
V1 cos i V1
z x sin z u
V1 V2
x cos sin i
t AD ( u ) cos i
V1 V1
2 z cos i x sin i cos x cos sin i
t AD u
V1 V1 V1
u cos i sin(i )
2z x
t AD
V1 V1
tu cos i sin(i )
2 zu x
V1 V1
t d d cos i sin(i )
2z x
V1 V1
t id d cos ic z d id 1 ; z u iu 1
2z t V t V t iuV1V2
V1 2 cos ic 2 cos ic 2 V 2 2 V 2
1
zd
t id V1V2
2 V 2 V1
2 2
35
sin +∅
�1
1/V1
1/V1
Downdip Updip
1 sin + ∅ 1 sin ∅
= ; = ;
� �1 � �1
�1 �1
= sin +∅ ; = sin ∅ ;
� �
�1 �1
+ ∅ = sin 1
; ∅ = sin 1
;
� �
�1
�2 =
sin �1
+ ∅ = sin 1
�
�2 + �2
�2 =
2 �1
∅ = sin 1
;
�
1
�1 1
�1
2 = sin + sin
�2 �2
1 �1 1 �1
sin + sin
�2 �2
=
2
1 �1 1 �1
sin sin
�2 �2
∅=
2
36
- ITM “Banyak Lapisan”
Tt
SA AB BC CF (3.8)
V1 V2 V3 V1
Dapat disederhanakan menjadi :
Tt
X 2 z 2 cos ic 2 2 z1 cos ic 1
(3.9)
V3 V2 V1
Berdasarkan Intercept Time (ti), X = 0, maka Tt=ti2, sehingga :
Tt t12
2 z 2 cos ic 2 2 z1 cos ic 1
(3.10)
V2 V1
37
V2 (t i 2
2 z1 cos ic 1
)
z2
V1 (3.11)
2 cos ic 2
Untuk lapisan yang > 2, maka Waktu total (Tt) dapat dicari dengan
persamaan:
X n 1 2 z i cos ici
Tt
Vn i 1 Vi (3.12)
Sedangkan untuk 3 lapisan datar, kedalaman Z1, Z2, dan Z3 dapat dicari
dengan:
z1
t i 2V1 1
(3.13)
V1 1 2
2 cos(sin )
V2
cos(sin 1
V1
)
t i 3 (t i 2
V3
)
1 V1
cos(sin )
z2
V2 (3.14)
V2
1 V2
2 cos(sin )
V3
cos(sin 1 2 z 2 cos(sin 1 2 )
V1 V
)
t i 4 (t i 2 )(
V4 V3
)
1 V1 V2
cos(sin )
z3
V2
V3 (3.15)
1 V3
2 cos(sin )
V4
38
TURUNAN RUMUS :
1. Metode T-X
Travel time
Waktu tiba untuk satu lapisan datar
S A’ X B’ G SA = BG, AA’ = h
ℎ ℎ
h Cos θi = = SA =
θi V1 � � � ��
� �
Tan θi = = SA’ = h. Tan θi
A V2 B ℎ
SG = SA’ + A’B’ + B’G = 2SA’ + A’B’ = 2SA’
TSG = TSA + TAB + TBG + AB
TSG = + + AB = SG – 2SA’ = X – 2.h.tan θi
�1 �� �� �
= V2 = � 1 �
TSG = + � �� 9 � �
Sin θ + Cos θ = 1
2 2
Cos2θ = 1 - Sin2θ
TSG = + - �
Sin θi = �1
TSG = + –
TSG = + – � �
�����
�
TSG = +2h
TSG = +2h
� �
TSG = +
V2 θi
T= + V1
Waktu tiba untuk dua lapisan datar SA = DG, AB = CD, SA’= GD’, AB’ = DC’, AA’ = Z1, BB’
= Z2
S A’ X D’ G ′ �1 �1
Cos θ1 = ; SA =
Z � � � �1
Θ1 Θ1 1 V1 ′ � �
Cos θ2 = AB =
A B’ C’ D Z2 ��
� ′ � ′
V2 Tan θ1 = SA’ = Tan θ1 . Z1
′ �1
Θ2 Θ2 ′ ′
Tan θ2 = AB’ = Tan θ2 . Z2
V3 �
B C SG = SA’ +AB’ + BC + C’D +D’G = 2SA’ + 2 AB’ + BC
TSG = TSA + TAB + TBC + TCD + TDG BC = SG – 2SA’ – 2AB’= X - 2Tan θ1 . Z1 – 2 Tan θ2 . Z2
�1 �� �1 �1
TSG = + + + + ; V3 =
� �� 9 �� �1
� �� � �
; V3 =
TSG = + + � �� 9 �� �
Sin θ + Cos θ = 1
2 2
Cos2θ = 1 - Sin2θ
TSG = + +
TSG = + +
39
TSG = + +
TSG = + +
TSG = + +
TSG = + +
TSG = + +
Θ2 � � 鉨� �1
F’ CΘ2
V2 Z2
B E’ Cos θ2 =
′ �
AB =
�
Θ3 Θ3 V3 Z3 ��
��′ � �
E F V4 Cos θ3 = BE =
� � ��
TSG = TSA + TAB + TBE + TEF + TFC + TCD + TDG � ′ � ′
Tan θ1 = SA’ = Tan θ1 . Z1
TSG = + + + + + + ′ �1
′ ′
Tan θ2 = AB’ = Tan θ2 . Z2
TSG = + + + �
�′ �′
Tan θ3 = BE’ = Tan θ3 . Z3
TSG = + + + ��′ �
SG = SA’ +AB’ + BE’ + EF + F’C + C’D +D’G = 2SA’ +
2AB’ + 2BE’ + EF
EF = SG – 2SA’ – 2AB’ – 2BE’= X - 2Tan θ1 . Z1 – 2 Tan
θ2 . Z2 – 2 Tan θ3 . Z3
TSG = + + + �1 �� �1 �1
; V4 =
� �� 9 �� �1
� �� � �
; V4 =
� �� 9 �� �
� �� � �
TSG = + + + � �� 9
; V4 =
�� �
Sin θ + Cos θ = 1
2 2
Cos2θ = 1 - Sin2θ
TSG = + +
+
TSG = + + +
TSG = + + +
TSG = + + +
40
B. METODE T-X CRITICAL DISTANCE METHOD (CDM)
Dasar Teori
CDM adalah metode yang digunakan untuk mencari kedalaman lapisan yang
datar dan lapisan yang miring. Metode critical distance menggunakan asumsi :
Lapisan homogen (kecepatan lapisan relatif seragam).
Bidang batas lapisan rata (tanpa undulasi).
Jarak kritis adalah offset dimana critical refraction muncul pertama kali.
Pada jarak kritik, waktu rambat kritik = waktu rambat pantul, dan sudut bias = sudut
pantul, waktu rambat langsung = waktu rambat bias.
CDM juga dapat dibagi menjadi dua macam perhitungan, antara lain :
a. Lapisan Datar
41
GambaR 3.4 menjelaskan bahwa titik S = Sumber dan G = geophone, dan S-
A-B-G = jejak penjalaran gelombang refraksi, maka persamaan waktu total (Tt)
untuk satu lapisan mulai dari source ke geophone yaitu,
Tt
SA AB BG (3.16)
V1 V2 V1
Dapat disederhanakan menjadi :
Tt
X 2 z cos ic (3.17)
V2 V1
Pada Cross Over Distance, waktu gelombang langsung = waktu gelombang
refraksi, sehingga :
X c X c 2 z cos ic (3.18)
V1 V2 V1
Maka, Ketebalan lapisan pertama (Z1) dapat dicari dengan persamaan,
V2 V1
z
Xc
V2 V1
(3.19)
2
x 2h V2 V1
T
2 2
V2 V1 V2
2h V2 V1
tc c
2 2
X
V2 V1 V2
X c X c 2h V2 V1
2 2
V1 V2 V1 V2
X c (V2 V1 ) 2h V2 V1
2 2
V1 V2 V1 V2
V2 V1
h
V2 V1
42
Penurunan rumus Critical Distance untuk kasus dua lapis Xc13
Pada penurunan sebelumnya, kita telah mendapat waktu tempuh pada kasus
satu lapis yaitu:
x 2 z1 V3 V1 2 z V V2
T 2 3
2 2 2 2
V3 V1V3 V2V3
2 z V V1 2 z V V2
c13 1 3 2 3
2 2 2 2
x
t c 13
V3 V1V3 V2V3
xc13 xc13 2 z1 V3 V1 2 z V V2
2 3
2 2 2 2
V1 V3 V1V3 V2V3
xc13 xc13 2 z1 V3 V1 2 z V V2
2 3
2 2 2 2
V1 V3 V1V3 V2V3
V3 V1 z1V2 V3 V1
z 2 c13 2
2 2
x V
2 V1 V3 V2 V1 V3 V2
2 2 2 2
x 2 z1 V3 V1 2 z V V2 x 2h V2 V1
T3 2 3 ; T2
2 2 2 2 2 2
V3 V1V3 V2V3 V2 V1 V2
T2 T3
xc 23 2h 2 z1 V2 V1 2 z V V1 2 z V V2
c 23 1 3 2 3
2 2 2 2 2 2
x
V2 V1 V2 V3 V1V3 V2V3
V3 V2 z V V V1 V3 V2 V1
z 2 c 23 1( 2 3
2 2 2 2
x
2 V 2 V 2 V1
)
2 2
3 2 V3 V 2
V3 V2 z1 V2 V3 V1 V3 V2 V1
z 2 c 23 (
2 2 2 2
x
2 V3 V2 V1 V3 V2
)
2 2
43
Analogi untuk mencari Z3
V4 V3 z1 V3 V4 V1 V4 V3 V1 z V V V2 V4 V3 V2
z 3 c 34 ( ) 2 ( 3 4
2 2 2 2 2 2 2 2
x
2 V4 V3 V1 V4 V3 V4 V3
)
2 2 V2 2 2
Dengan analisa ini, dapat diturunkan ketebalan untuk jarak kritis untuk X(n-1)n
z V( n 1) Vn V2 Vn V( n 1) V2
2( ) ....
2 2 2 2
V2 Vn V( n 1)
2 2
z ( n 2 ) V( n 1) Vn V( n 2) Vn V( n 1) V( n 2 )
2 2 2 2
Vn V( n 1)
( )
V( n 2 ) 2 2
b. Lapisan Miring
44
Gambar 3.5. Skema Perambatan Gelombang pada Lapisan Miring dan
Hubungannya dengan Kurva T-X pada Lapisan Miring
Menggunakan Forward dan Reverse Shot.
Besar sudut kemiringan lapisan (α) dan sudut kritik (θc), dapat dicari dengan :
1 1 V1 V 1 V V
sin sin 1 1 dan c sin 1 1 sin 1 1
2 Vd Vu 2 Vd Vu
(3.22)
45
Vd dan Vu merupakan kecepatan semu, didapat dengan :
Vd danVu
sin( c ) sin( c )
V1 V1
(3.23)
dimana, V1>Vd dan V1<Vu
Sedangkan persamaan intercept time pada lapisan miring (X=0) antara lain :
2 z d cos c 2 z cos c
Td t id danTu t iu u
V1 V1 (3.24)
Sehingga, kedalaman dibawah sumber A (Za) dan sumber D (Zb) dapat dicari
mengunakan persamaan :
za dan z b iu 1
2 cos c 2 cos c
t id V1 t V
(3.25)
Berbeda dengan cara-cara sebelumnya, dengan mempertimbangkan adanya
kecepatan semu (Vapp), maka kecepatan V1 dan V2 dapat dicari dengan
persamaan,
V1up V1down
V1
2 (3.26)
V2up V2 down
V2
2 (3.27)
dimana,
x1 x0 x1 x0
V1up V1down
y1 y0 y1 y0
dan
serta
x2 x1 x2 x1
V2up V2 down
y2 y1 y2 y1
dan
Persamaan (4.26) dan (4.27) berlaku pada semua metode yang surveynya
menggunakan kombinasi penembakan maju dan mundur (forward dan reverse
shooting).
46
Catatan :
Karena wavefront juga merambat pada arah upward, maka Vapp ≥ Vtrue;
sehingga :
AB atau Vapp
sin sin
BC V
(3.28)
Tu sin(i ) u cos i
x 2z
V1 V1
Td sin(i ) d cos i
x 2z
V1 V1
Dari kurva travel time kita ketahui :
1 sin(i ) 1 sin(i )
;
Vd V1 Vu V1
Tu cos i; Td
x 2 zu x 2 zd
cos i
Vu V1 Vd V1
47
cos i; cu cu u cos i
xcu xcu 2 zu x x 2z
V1 Vu V1 V1 Vu V1
V V V V1
zu cu ( u 1 ); zd cd ( d
x x
)
2 cos i Vu 2 cos i Vd
48
C. MetodeABC
Dasar Teori
Metode ABC merupakan perkembangan dari metode T-X lapisan datar dengan
menggunakan pola penembakkan bolak-balik (forward dan reverse shot) dengan
asumsi bahwa :
Lapisan pertama adalah homogen
Variasi kedalaman relatif tidak begitu kasar (bidang batas berundulasi)
Kontras kecepatan cukup besar (V2>>V1)
Kemiringan lapisan kecil
49
2hc cos c
t ECF (3.31)
V1
Maka, kedalaman di bawah geophone (hc) dapat dicari dengan :
a. hc (t AC t BC t AB ) atau b. hc (t AC t BC t AB ) (3.32)
2 cos c
V1 1 V1V2
2 V 2 V 2
2 1
50
D. Metode GRM
Dasar Teori
Jarak optimum XY mejadi hal terpenting dan tersulit dalam metode GRM
XY Distance adalah jarak pisah di permukaan dimana gelombang seismik dari
forward dan reverse diukur dari titik refraktor yang sama. Titik X dan Y sendiri
adalah sebaran geophone.
Berikut ilustrasinnya,
51
Ada dua cara penentuan jarak optimum XY, antara lain :
Perhitungan Langsung
o Menggunakan persamaan XY 2 z tan ic (3.33)
o Cara ini menjadi sulit karena yang kita cari adalah kedalaman tiap
geophone (Zg).
Observasi
o XY didapat dari kurva Tv dan Tg
52
Gambar 3.10. Grafik Tv untuk mencari kecepatan V’.
53
Metode GRM menggunakan nilai kecepatan rata-rata (Vavg) dengan persamaan :
Vavg
V 12 XY
XY 2TGV '
(3.36)
h atau h
TGVavg TGVavgV '
cos ic V ' 2 V 2 avg (3.38)
V
V
2 2
XY . Vn'
2 tan .V .Vn
XY . cos . {(Vn' ) 2 (V ) 2 }
2. sin .V .Vn'
XY .{(Vn' ) 2 (V ) 2 }
2.TG .Vn'
XY . (Vn' ) 2 (V ) 2
V2
2.TG .Vn'
XY .Vn' XY .V 2
2.TG .Vn'
54
V
2
XY .Vn'
2.TG .Vn' XY
2
V Vn'
XY
XY 2.TG .Vn'
55
E. Metode Plus Minus
Dasar Teori
Gambar 3.12 Ilustrasi Dua Lapisan Metode Plus-Minus untuk Analisa Plus Time
56
Berdasarkan Gambar 3.12 didapat beberapa persamaan umum antara lain,
TAD TAB TBC TCD (3.39)
THD THG TGF TFD (3.40)
TAH THA TAB TBG TGH (3.41)
TAD merupakan data waktu penembakan maju, THD merupakan data waktu
penembakan mundur, dan THA merupakan waktu total. TAH sendiri dapat dicari
dengan persamaan (3.31) pada metode ABC. Artinya TAH = TAB pada metode ABC.
Metode Plus-Minus menggunakan dua jenis analisis, yaitu :
• Analisis Plus Time (T+): untuk analisa kedalaman
• Analisa Minus Time (T-): untuk determinasi kecepatan
1) Analisa Plus Time (T+)
Plus Time adalah jumlah waktu rambatan gelombang dari geophone pada
sumber forward dan geophone dari sumber reverse di kurangi dengan travel time
antara sumber keduanya. Tujuannya : Untuk analisa Kedalaman (Depth).
Plus-Time dapat dirumuskan dengan,
T D TAD THD TAH
(3.43)
57
2) Analisa Minus Time (T-)
Minus Time adalah pengurangan waktu rambatan gelombang dari geophone
pada sumber forward dan geophone dari sumber reverse lalu dikurangi dengan travel
time antara sumber keduanya. Analisa ini digunakan untuk mendeterminasi
kecepatan refraktor (V2).
Gambar 3.13 Analisa Minus Time untuk Mencari Informasi Kecepatan V2.
V2 dapat dicari dengan analisa geophone D dan D’ dipisahkan oleh jarak ΔX,
maka;
T D' TAD ' THD ' TAH (3.48)
Kemudian, kurangkan T-D dengan T-D’, maka ;
T D' T D TAD ' TAD THD THD ' (3.49)
dimana,
TAD ' TAD dan THD ' THD sama dengan x /V2
Artinya, kecepatan V2 sama dengan dua kali inverse slope-nya di dalam
window analisa Plus-Minus Time. Sehingga;
T D' T D T D 2(x) / V2 (3.50)
58
F. Metode Hagiwara
Dasar Teori
Dari gambar 30, A dan B adalah source dan P adalah geophone. Lintasan
gelombang refraksi dari :
• A ke P = A-A’’-P’’-P
• B ke P = B-B’’-P’’’-P
Sedangkan waktu penjalaran gelombang dari :
• A ke P dinotasikan dengan TAP
• B ke P dinotasikan dengan TBP
• A ke B dinotasikan dengan TAB
TAP, TBP, dan TAB dapat dirumuskan dengan :
T AP
AA' ' PP ' ' P' ' A' ' h A cos i hP cos i A' P' '
V1 V1 V2 V1 V1 V2
BB ' ' PP ' ' P' ' B' ' hB cos i hP cos i B' P' '
TBP
V1 V1 V2 V1 V1 V2
59
T AB
BB ' ' AA' ' A' ' B' ' h A cos i hB cos i A' B' '
V1 V1 V2 V1 V1 V2
Dari ketiga persamaan di atas, dapat diperoleh hubungan :
hA dan hB iB 1
t iAV1 t V
(3.54)
2 cos i 2 cos i
A D G
hA hG
hd
B’ F G’
B
C H E
60
t1 t2 cos i ; DH hd cos i
AB BC CD DE EF FG DH
V1 V2 V1 V1 V2 V1 hd
HC HC CD ' CD CH HD
V1 V1 . sin i V2 V1 V1 V1
DE hd cos i D' E CD hd cos i CD'
V1 V1 V2 V1 V1 V2
AB ' hA cos i AB
V1 V1 V2
FG hG cos i FG '
V1 V1 V2
T AD
AB BC CD h A . cos i A' B BC hD . cos i CD'
V1 V2 V1 V1 V2 V2 V1 V2
TGD
GF FE ED hG . cos i FG ' FE hD . cos i D' E
V1 V2 V1 V1 V2 V2 V1 V2
T AG
AB BF FG h A . cos i A' B BF hG . cos i FG '
V1 V2 V1 V1 V2 V2 V1 V2
T AD
h A . cos i hD . cos i A' D'
V1 V1 V2
TGD
hG . cos i hD . cos i G ' D'
V1 V1 V2
T AG
h A . cos i hG . cos i A' G '
V1 V1 V2
T AD TGD
h A . cos i hD . cos i A' D' hG . cos i hD . cos i G ' D'
V1 V1 V2 V1 V1 V2
2hD . cos i H A . cos i hG . cos i A' G'
V1 V1 V1 V2
TAG
2hD . cos i
V1
61
(T AD TGD T AG ).V1
hD
(T TGD T AG )
2 cos i
T ' AD T AD AD
T TGD T AG
2
T ' AD AD
2
h A . cos i hD . cos i A' D' hG . cos i hD . cos i G ' D' h A . cos i hG . cos i A' G '
T ' AD
V1 V1 V2 V1 V1 V2 V1 V1 V2
A' D
T ' AD
2h A . cos i A' D' A' G ' G ' D'
V1 V2 V2 V2
T ' AD
h A cos i x AD
V1 V2
T ' AD x0
h A cos i x
; t1
V1 V2
T ' AD
h A cos i
V1
hA
T ' AD .V1
cos i
T 'GD G
h cos i x
V1 V2
T 'GD hG
hG . cos i T 'GD .V1
;
V1 cos i
62
G. Metode Matsuda
Dasar Teori
(3.55)
(63)
v1 v2 v2
sin i2
v2
(64)
(3.56)
v3
63
Gambar 3.17 Diagram untuk menurunkan persamaan waktu rambat dari A sampai
C2.
C1 M h A 2 A1C1 sin( w3 A w2 A )
h A 2 h A1 tan A13 sin( w3 A w2 A )
A2 M h A1 tan A13 cos( w3 A w2 A )
MC2 C1 M tan i2 (3.57)
Dari persamaan (3.55), (3.56) dan (3.57), didapatkan
AC1 C1C 2 h A1 cos A13 h A1 sin A13 tan A13 C1 M cos i2 C1 M sin i2 tan i2
v1 v2 v1 v1 v2 v2
h A1 cos A13 h A2 cos i2 A2 C 2
v1 v2 v3
Demikian pula diperoleh,
TAP
AC1 C1C 2 C 2 D2 D2 D1 D1 P
3 (3.59)
v1 v2 v3 v2 v1
64
TBP
BE 1 E1 E 2 E 2 F2 F2 F1 F1 P
3 )
(3.60)
v1 v2 v3 v2 v1
TAB
AC1 C1C 2 C 2 E2 E 2 E1 E1 B
3 )
(3.61)
v1 v2 v3 v2 v1
Dengan mensubstitusikan persamaan (3.58) kedalam persamaaan (3.59), (3.60)
dan (3.61), didapatkan;
h A1 cos A13 hA2 cos i2 h p1 cos P13 hP 2 cos i2 A2 P2
3 TAP (3.62)
v1 v2 v1 v2 v3
3 T ' BP 3 TBP )
(3.67)
2
Dari persamaan (3.62) sampai ke persamaan (3.65) diperoleh hubungan,
hA1 cos A13 hA2 cos i2 hp1
T ' AP (cos P13 cos 'P13 ) 2 2
AP
3 (3.68)
v1 v2 2v1 v3
A2 P2 AP x dan B2 P2 BP x )
(3.71)
65
Kemudian persamaan (3.63) dan (3.64) dapat dituliskan kembali sebagai,
h A1 cos A13 h A2 cos i2 x
3 T ' AP (3.72)
)
v1 v2 v3
( 3 T ' AP )
d 1 (3.74)
dx v3
( 3 T ' BP )
d 1
(3.75)
dx v3
Jika diambil x sebagai absis (titik receiver) dan titik 3T AP (atau 3T BP ) sebagai
ordinat, kemudian diplot pada titik-titik yang bersesuaian, maka kedua persamaan di
atas menunjukkan bahwa kurva yang didapatkan akan merupakan garis lurus, dan
kecepatan lapisan ketiga dapat diperoleh dari slope garis tersebut,. Di sini titik 3T AP
hA2 cos i2 hP 2 cos i2 A2 P2
T
3 A1P1 (3.76)
v2 v2 v3
hB 2 cos i2 hP 2 cos i2 B2 P2
T
3 B1P1 (3.77)
v2 v2 v3
hA2 cos i2 hB 2 cos i2 A2 B2
T
3 A1B1 (3.78)
v2 v2 v3
sehingga
66
t !03 3TA1P1 3TB1P1 3TA1B1
2hP 2 cos i2 (3.79)
v2
Dalam persamaan (3.79), v2 dan cos i2 telah diketahui. Oleh karena itu, jika kita
, maka harga hp2 dapat dihitung dari persamaan (3.73).
mengetahui harga t 03
t03 P1
2hP 2 cos i2 2h cos i1
(3.83)
v2 v1
1
k1 k1
2(1 k12 )
(3.84)
dimana
67
sin i1 k1
sin i2
v1
v2 k3
v2
v3 k1
k3 3P 2 P
(3.85)
v1
v3
1 k32
dengan o =
1 k12
Dengan demikian dari kombinasi persamaan (3.86) dan persamaan (3.83) dapat
ditentukan ketebalan lapisan ke dua yang telah dikoreksi, yaitu sebesar
hP 2 [ ] o
v2 t03 hP1 cos i1
)
(3.87)
cos i2 2 v1
68
Turunan Rumus Masuda
A P
A13
hA1
V1
P13 P’13
B13
hB1
C1 hP1
A1
W2A F1
B1
A13
D1 P1
E1
V2 hA2 hB2
i2
i2
hP2
i2 i2 i2
i2 i2 i2
B2
V3 A2 M E2 E2’
C2’ C2
D2 F2’ F2
D2’ P2
69
70
Jika harga (W3-W2) tidak terlalu besar, dapat dianggap:
Melalui Pendekatan
71
Kesalahan dalam Pendekatan:
1 k1 sin 2 sin 1 ( 3 ) W 1 k1 2 sin 2 sin 1 ( 3 ) W
k k
2
1
k1 k1
2(1 k1 )
2
Dengan demikian,
72