Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

TEORI RAY : TRAVEL TIMES

Penulis :

1. Alfina Hidayatul M NPM 1715051025


2. Faiq Muhammad F NPM 1755051049
3. Mia Kurniasih NPM 1715051051
4. Ayu Harasepta NPM 1515051041

Kelompok : 2 (Dua)

Jurusan : Teknik Geofisika

Mata Kuliah : Seismologi

JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada hadirat Allah SWT karena dengan rahmat, taufiq, dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Sholawat serta
salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran Islam yang sempurna
dan menjadi anugerah serta rahmat bagi seluruh alam semesta.
Penulis berharap, makalah ini dapat berguna dan dapat menjadi pedoman
mahasiswa untuk dapat mempelajari lebih dalam mengenai seismologi. Penulis
juga menyadari bahwa di dalam makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari kata sempurna.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga makalah ini bermanfaat
bagi pembaca khususnya bagi penulis sendiri. Penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca.

Bandar Lampung, Maret 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Hal.
KATA PENGANTAR .................................................................... i

DAFTAR ISI ............................................................................... ii

DAFTAR GAMBAR...................................................................... iii

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................... 1
C. Tujuan Penulisan .......................................................... 2

II. PEMBAHASAN
A. Hukum Snell’s ............................................................... 3
B. Teori Ray untuk Model yang Homogen Secara Lateral ..... 4
C. Kurva Waktu Perjalanan dan Waktu Keterlambatan ......... 6
D. Zona Kecepatan Rendah ................................................ 8
E. Ringkasan Persamaan Penelusuran 1-D Ray.................... 9
F. Spherical-Earth Ray Tracing ........................................... 10
G. The Earth-Flattening Transformation .............................. 11
H. Three-dimensional Ray Tracing ...................................... 11
I. Ray Nomenclature ......................................................... 12
J. Global body-wave observations ...................................... 13

III. KESIMPULAN...................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA .................................................................... 15

ii
DAFTAR GAMBAR

Hal.
Gambar 1................................................................................... 3

Gambar 2................................................................................... 4

Gambar 3................................................................................... 5

Gambar 4................................................................................... 5

Gambar 5................................................................................... 6

Gambar 6................................................................................... 7

Gambar 7................................................................................... 7

Gambar 8................................................................................... 8

Gambar 9................................................................................... 9

Gambar 10 ................................................................................ 9

Gambar 11 ................................................................................ 10

Gambar 12 ................................................................................ 11

Gambar 13 ................................................................................ 11

Gambar 14 ................................................................................ 12

Gambar 15 ................................................................................ 13

Gambar 16 ................................................................................ 13

Gambar 17 ................................................................................ 14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seismologi berasal dari kata seismos dan logos. Keduanya merupakan


bahasa Yuanani yang masih-masing berarti getaran dan ilmu pengetahuan.
Setelah mengetahui asal kata seismologi, dapat diambil kesimpulan bahwa
pengertian seismologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mengkaji tentang
gempa bumi beserta struktur lapisan bumi. Ilmu pengetahuan ini merupakan
percabangan dari ilmu geofisika yang juga bagian dari geosains. Seismologi
termasuk ilmu pengetahuan yang terbilang masih muda sebab baru
ditemukan pada pertengahan abad 19. Karena seismologi merupakan
percabangan geofisika, mereka yang mendalami seismologi juga harus
mendalami ilmu fisika, matematika, dan statistika sebagai penunjang.

Di negara kita, seismologi banyak dipelajari dan dipraktikan oleh Badan


Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika yang disingkat BMKG. Badan yang
mengamati iklim di Indonesia ini juga mempunyai divisi bagian Seismologi
Teknik yang bekerjasama dengan beberapa partner kerja dalam hal
pengumpulan data yang nantinya berguna untuk mendukung pengembangan
bangunan tahan gempa.

Dalam seismologi, gempa terbagi menjadi 2 jenis yakni gempa bumi


local (dekat) dan gempa bumi teleseismik (jauh). Gempa bumi local merupakan
gempa bumi yang jarak episentrumnya dekat dengan stasiun pengamatan
gempa. Jarak dekat yang dimaksud adalah bumi yang jarak episentrumnya
lebih dari seribu kilometer dari stasiun pengamat gempa. Oleh karena itu,
walau seismologi merupakan ilmu percabangan tetapi ilmu ini memiliki
lingkup yang sangat luas, salah satunya Teori Ray mengenai travel time yang
akan menjadi bahasan dalam makalah ini.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:


1. Apa kegunaan dari persamaan-persamaan teori ray: travel times?
2. Apa hal yang dapat diperkirakan dari hasil pengolahan teori ini?
2

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:


1. Dapat mengetahui kegunaan-kegunaan dari persamaan teori ray: travel
time.
2. Dapat memperkirakan hal apa yang dapat diperkirakan dari hasil
pengolahan teori ini.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hukum Snell’s
Suatu gelombang yang merambat pada material dengan tingkat kecepatan
seragam, yang mengubah suatu permukaan secara horisontal (Gbr. 1).

Gambar 1

Gelombang permukaan pada waktu t dan waktu t + t yang dipisahkan oleh


jarak s sepanjang jalur sinar. Dimana sudut sinar dari vertikal (θ), disebut
sudut datang. Sudut ini berkaitan dengan perubahan jarak (∆s) pada setiap
permukaan gelombang. Dimana (∆x), dari
∆s = ∆x sinθ. (1)

Karena ∆s = v ∆t, maka:


v ∆t = ∆x sinθ (2)
atau:


usinθ p (3)

di mana u adalah kelambatan (u = 1 / v di mana v adalah kecepatan) dan p


disebut parameter ray. Parameter sinar p menunjukkan kelambanan
permukaan gelombang yang tampak dalam arah horizontal, dan p terkadang
disebut kelambatan horizontal sinar. Perhatikan (Gbr. 2) gelombang bidang
ke bawah yang menuju permukaan horizontal antara dua lapisan homogen
dengan kecepatan berbeda dan gelombang bidang yang ditransmisikan pada
lapisan bawah.Diilustrasikan lapisan atas memiliki kecepatan lebih lambat (v1
<v2) dan kelambatan yang lebih besar (u1> u2). Parameter ray dapat
4

dinyatakan dalam sudut kelambanan dan sinar dari vertikal dalam setiap
lapisan:
p=u1 sinθ1=u2 sinθ2 (4)

Gambar 2

Perhatikan bahwa ini merupakan versi seismik dari hukum Snell dalam optik
geometris. Persamaan (4) juga dapat diperoleh dari prinsip Fermat, yang
menyatakan bahwa waktu perjalanan antara dua titik harus stasioner
(biasanya, tetapi tidak selalu, waktu minimum) sehubungan dengan variasi
kecil dalam jalur ray.
B. Teori Ray Untuk Model Yang Homogen Secara Lateral
Peningkatan tingkat kompresi dan karakteristik meningkat sebagai fungsi
kedalaman di Bumi. Misalkan kita memeriksa sinar yang bergerak ke bawah
melalui serangkaian lapisan, yang masing-masing lebih cepat dari lapisan di
atas. Parameter ray p tetap konstan dan kita memiliki
p=u1sinθ1 =u2 sinθ2 =u3sinθ3. (5)

Jika kecepatan terus meningkat, θ biasanya akan sama dengan 90◦ dan sinar
akan berjalan secara horizontal. Jika kita membiarkan kelambatan pada
permukaan menjadi u0 dan sudut lepas landas menjadi θ0, maka
u0 sinθ0 = p = usinθ (6)

Ketika θ = 90◦ dapat dikatakan bahwa sinar berada pada titik baliknya dan p
= utp, di mana utp adalah kelambatan pada titik balik. Karena kecepatan
umumnya meningkat dengan kedalaman di Bumi, kelambatan berkurang
dengan kedalaman. Parameter sinar yang lebih kecil lebih tajam dimasukkan
ke permukaan, akan berubah lebih dalam di Bumi, dan umumnya bergerak
lebih jauh.
5

Gambar 3

Gambar 4

Dalam model di mana kecepatan meningkat dengan kedalaman, kurva


perbandingan waktu tempuh, plot waktu kedatangan pertama dengan jarak,
akan terlihat seperti Gambar 4. Perhatikan bahwa p bervariasi sepanjang kurva
waktu tempuh, sinar yang berbeda bertanggung jawab untuk "kedatangan"
pada setiap jarak X. Pada titik mana pun di sepanjang sinar, vektor
kelambanan s dapat dipecahkan menjadi komponen horizontal dan vertikal.
Panjang s diberikan oleh u, kelambatan lokal. Komponen horisontal, sx, dari
lambatnya adalah parameter ray p. Dengan cara yang analog, kita dapat
mendefinisikan kelambatan vertikal η oleh
η = ucosθ = (u2−p2)1/2 (7)

dari geometri kita dapatkan:


sinθ, cosθ 1 sin θ (8)

Jika sin , dapat dituliskan

!
, 1 !
u"# u p (9)

Dari kaidah rantai


/ !
(10)
/ ! ! " / ! " /
6

Bisa diintegrasikan untuk mendapatkan x:


x z1, z2, p p( # ! / (11)
"
)
x p p( /
(12)
* ! "

X p 2p ( )
(13)
* ! " /

Pada proses yang sama, kita bisa dapatkan rumus untuk travel time t(p):
dt u ds, u, (14)

⁄ !
(15)

! "

Kita peroleh
!
t p (*
)
. (16)
! "
!
T p 2 (* )
! " / dz. (17)

Pada kasus ini, integral untuk X dan T menjadi perhitungan:


∆23
X p 2p ∑ , u 4 p, (18)
3
! " /

dan
! 3∆23
T p 2∑ , u 4 p (19)
!3 " /

C. Kurva Waktu Perjalanan Dan Waktu Keterlambatan


Secara umum di Bumi, X (p) akan meningkat ketika p menurun yaitu, ketika
sudut lepas landas berkurang, dan kisaran meningkat.

Gambar 5

Dalam hal ini turunan dX / dp negatif. Ketika dX / dp <0, dapat dikatakan


bahwa cabang kurva waktu tempuh ini adalah prograde. Kadang-kadang,
karena transisi kecepatan yang cepat di Bumi, dX / dp> 0, dan sinar kembali
pada diri sinar itu sendiri.
7

Gambar 6

Ketika dX / dp> 0 kurva waktu perjalanan disebut retrograde. Transisi dari


prograde ke retrograde dan kembali ke prograde menghasilkan tiga kali lipat
dalam kurva waktu perjalanan. Titik akhir pada rangkap tiga disebut kaustik.
ini adalah titik-titik di mana dX / dp = 0. Energi difokuskan ke titik-titik ini
karena sinar pada sudut lepas landas yang berbeda tiba pada kisaran yang
sama. Rangkap tiga mungkin "terurai” dengan mempertimbangkan fungsi X
(p).
1. Pengurangan Kecepatan
Kurva waktu perjalanan dapat dilihat secara lebih rinci jika diplot
menggunakan kecepatan reduksi yang dikurangi dari waktu tempuh
(Gambar 6). Dalam hal ini skala waktu digeser jumlah yang sama dengan
rentang dibagi dengan kecepatan pereduksi. Kecepatan yang sama dengan
kecepatan reduksi akan memplot sebagai garis horizontal, dan skala waktu
yang diperluas menjadi mungkin.
2. Fungsi τ (p)
Fungsi X (p) berperilaku lebih baik daripada T (X) karena tidak memotong
sendiri (ada nilai tunggal X untuk setiap nilai p), tetapi fungsi terbalik p
(X) adalah nilai yang beragam.

Gambar 7

Fungsi yang bahkan lebih bagus adalah kombinasinya.


τ(p) = T(p)−pX(p) (23)
8

di mana τ disebut waktu tunda. Ini dapat dihitung dengan sangat


sederhana dari
p
u # 8dz
τ p 267 #

* u p u p

2 (* η z dz (24)

Untuk media berlapis sederhana


τ p 2∑ u p ∆z ∑ η∆z , u 4 p (25)

d τ /dp =−X(p)

Kemiringan kurva τ(p) adalah −X. Karena X ≥ 0, kurva τ(p) selalu menurun,
atau menurun secara monoton. Kurva τ(p) tetap menurun secara monoton
(d τ/ dp <0) bahkan dengan adanya rangkap tiga dalam
kurva T (X). Turunan kedua dari τ adalah sederhana
:
= X (26)

Gambar 8

D. Zona kecepatan rendah


Dalam semua contoh yang diplotkan di atas, kita telah mengasumsikan tingkat
kecepatan selalu meningkat dengan kedalaman. Namun, kadang- kadang kita
akan menemukan kasus di mana kecepatan menurun dengan hasil,
menciptakan zona kecepatan rendah (LVZ). Contoh luar biasa di Bumi adalah
inti, di mana kecepatan P turun dari sekitar 14 km / detik di mantel paling
bawah hingga 8 km / detik di inti terluar. Ada juga bukti yang cukup besar
untuk LVZ di tengah suhu rendah, dengan kecepatan geser minimum, dengan
stenosfer (kedalaman sekitar 80 hingga 200 km). Keberadaan zona kecepatan
rendah menciptakan celah, yang disebut zona padang rumput, di kurva T (X)
dan τ (p). Tidak adanya stofing dengan LVZ sering membuat struktur
kecepatan dalam zona kecepatan rendah sulit ditentukan.
9

Gambar 9

Gambar 10
E. Ringkasan Persamaan Penelusuran 1-D 'Ray
Pertama, parameter ray atau kelambatan horizontal yang diakhiri dengan
beberapa ekspresi:
p = u(z)sinθ =dT/ dX = utp =konstan untuk sinar yang diberikan

di mana u = 1 / v adalah kelambatan, θ adalah sudut datang sinar (dari


vertikal), T adalah waktu tempuh, X adalah rentang horizontal, dan utp
adalah kelambanan pada putaran sinar titik. Dalam hal ini juga
mendefinisikan kelambatan vertikal
η= u p #/

dan ekspresi integral untuk waktu tempuh permukaan-ke-permukaan T (p),


rentang X (p), dan waktu tunda τ (p):
!
!
T(p)= 2 ( 7 dz =2 ( 7 dz
* * ;
! "

7 = 2(
X (p)= 2 (
* * ;
! "
10

#
τ p 26 u z p dz
*

2 (* η z dz

di mana zp adalah kedalaman titik balik (p = u pada titik balik).

τ (p) = T(p)−pX(p) dan, X(p)=− d τ /dp

Gambar 11
F. Spherical-Earth Ray Tracing

Dalam metode pertama, memodifikasi definisi parameter sinar untuk


memperhitungkan fakta bahwa sudut sinar dari jari-jari (vertikal lokal)
berubah sepanjang jalur sinar, bahkan di dalam cangkang yang homogen.
Pertimbangkan dua cangkang bola seperti di Bumi yang simetris bulat. Di
permukaan antara shell 1 dan shell 2, kita dapatkan dari hukum Snell
U1 sinθ1 (r)1 = u2 sinθ2(r1).
Sinθ2(r) = rmin/r
11

Gambar 12

G. The Earth-Flattening Transformation


Di dalam Bumi bulat yang homogen, semua sinar pada akhirnya akan kembali
ke permukaan dan kurva waktu tempuh tidak lurus. Kurva kurva waktu tempuh
di Bumi asferis dapat disimulasikan dalam model rata-Bumi jika gradien
kecepatan khusus diperkenalkan pada setengah ruang Kecepatan berubah
dengan transformasi terpisah untuk kecepatan gelombang-P dan gelombang-
S. Untuk model Earth-bola yang diberikan, kita dapat menggunakan
transformasi untuk mendapatkan model flat-Earth yang sesuai yang akan
memprediksi perilaku waktu tempuh yang identik.

Gambar 13

H. Three-dimensional Ray Tracing


Penelusuran sinar seringkali harus dilakukan dengan model dengan variasi
kecepatan-3, yang memerlukan banyak pertimbangan karena lebih
rumit.Muka gelombang didefinisikan oleh permukaan T (x) = konstan dan garis
tegak lurus ke T (x) (sejajar dengan ∇T (x)) mendefinisikan sinar. Arah sinar
diberikan oleh gradien T.
12

I. Ray Nomenclature
Lapisan yang berbeda di Bumi (mis, Kerak, mantel, inti luar, dan inti dalam),
dikombinasikan dengan dua jenis gelombang tubuh yang berbeda (P, S),
menghasilkan sejumlah besar geometri sinar yang mungkin, disebut fase
seismik. Skema penamaan berikut telah mencapai penerimaan umum dalam
seismologi.
1. Crustal phases
Kerak bumi biasanya sekitar 6 km di bawah lautan dan 30 hingga 50 km
di bawah benua. Kecepatan seismik meningkat tajam pada diskontinuitas
Moho antara kerak dan mantel atas. Gelombang P yang berputar di dalam
kerak disebut Pg, sedangkan sinar yang berputar atau memantulkan
Moho disebut PmP . M di PmP menunjukkan refleksi dari Moho dan
menganggap bahwa Moho adalah diskontinuitas urutan pertama.

Gambar 14
2. Whole Earth Pases

Di sini lapisan utama adalah mantel, inti luar fluida, dan inti dalam yang
solid. Kaki gelombang P dan S pada mantel dan inti diberi label sebagai
berikut:
- Gelombang P - P di mantel K
- Gelombang P di teras luar I
- Gelombang P di inti dalam S
- Gelombang di mantel J - S gelombang dalam inti bagian dalam
- refleksi dari batas inti-mantel (CMB)
- refleksi dari batas inti-inti (ICB)
13

Gambar 15

Gambar 16

3. PKJKP:The Holy Grail of body wave seismology


Fase PKJKP adalah gelombang P yang mengkonversi ke gelombang S
selama perjalanan melalui inti dalam yang solid. Pengamatan PKJKP
berpotensi dapat memberikan perkiraan yang lebih baik dari struktur
kecepatan geser inti, yang sebaliknya hanya dibatasi oleh pengamatan
mode normal. Namun, amplitudo PKJKP yang diprediksi jauh di bawah
tingkat kebisingan tipikal.

J. Global body-wave observations


Visibilitas fase gelombang tubuh yang berbeda tergantung pada amplitudo,
polarisasi, dan konten frekuensi mereka. Seismograf modern merekam ketiga
komponen gerakan tanah (menggunakan sensor horizontal ortogonal vertikal
dan dua) pada rentang frekuensi yang luas. Rekaman horisontal biasanya
14

diputar ke dalam komponen radial yang sejajar dengan azimuth ke sumber dan
komponen melintang tegak lurus terhadap azimuth ini.

Gambar 17

(Gbr. 17) Memplot vertikal, radial, dan transversal catatan komponen untuk
gempa bumi Northridge 1994 di California selatan, direkam di stasiun OBN di
Rusia, berjarak 88,5 derajat, dan mengidentifikasi beberapa fase gelombang
tubuh utama. Perhatikan bahwa gelombang P paling terlihat pada komponen
vertikal, dengan sedikit energi P yang tiba pada komponen melintang.
BAB III

KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini antara lain:
1. Teori Ray: Travel Times dapat digunakan untuk mengetahui lokasi sumber
gempa, penentuan mekanisme body-waves, dan inversi intuk struktur
kecepatan gelombang dan mantel.
2. Teori ini juga dapat digunakan untuk memperkirakan nilai waktu kedatangan
gelombang seismik.
DAFTAR PUSTAKA

Shearer, Peter M. 2009. Introduction to Seismology. Edisi Kedua. Cambridge


University Press. United States of America.

10

Anda mungkin juga menyukai