Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“Pemantulan dan pembiasan berdasarkan teori Huygens”

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Optika Yang Diampu :

Dr. Friska Octavia Rosa, M.Pd dan Drs. Partono, M.Pd

Disusun oleh :

1. Ahmad Muhtarul Hadi NPM : 19330007


2. Firliana Sani NPM : 19330008

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmatNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang bertemakan
“Pemantulan dan pembiasan berdasarkan teori Huygens” ini. Adapun Maksud
dan tujuan dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai salah satu
persyaratan untuk pemenuhan tugas mata kuliah Optika yang diampu oleh Ibu
Dr. Friska Octavia Rosa, M.Pd . Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan
makalah ini masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan
maupun materi, mengingat akan kemampuan yang Kami miliki.

Tak lupa penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dr.
Friska Octavia Rosa, M.Pd selaku dosen mata kuliah Optika dan seluruh teman-
teman yang telah membantu dalam penyususnan makalah ini. Penulis
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat positif dan membangun sehingga
diharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Metro, 22 September 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah......................................................................1


B. Rumusan Masalah...............................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Gelombang Cahaya Menurut Teori Huygens.......................................3


B. Pengertian Pemantulan dan Pembiasan..............................................3
C. Teori Huygens.....................................................................................4
D. Penurunan Hukum Pemantulan Berdasarkan Prinsip Huygens...........5
E. Penurunan Hukum Pembiasan Berdasarkan Prinsip Huygens............6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.........................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Gelombang adalah getaran yang merambat. Bentuk ideal dari suatu


gelombang akan mengikuti gerak sinusoide. Selain radiasi elektromagnetik, dan
mungkin radiasi gravitasi, yang bisa berjalan lewat ruang hampa udara,
gelombang juga terdapat pada medium (yang karena perubahan bentuk dapat
menghasilkan gaya pegas) di mana mereka dapat berjalan dan dapat
memindahkan energi dari satu tempat ke tempat lain tanpa mengakibatkan
partikel medium berpindah secara permanen; yaitu tidak ada perpindahan secara
massal. Secara umum, gelombang terbagi menjadi kelompok gelombang
berdasarkan arah rambat dan kelompok gelombang berdasarkan medium
rambat. Berdasarkan arah rambatnya, gelombang dapat dikelompokkan menjadi
gelombang longitudinal dan gelombang transversal. Sedangkan berdasarkan
medium perambatannya, gelombang dikelompokkan menjadi gelombang
mekanik dan gelombang elektromagnetik. Dan cahaya sendiri termasuk jenis
gelombang elektro magnetic.

Cahaya adalah energi berbentuk gelombang elektromagnetik yang kasat


mata dengan panjang gelombang sekitar 380–750 nm. Pada bidang fisika,
cahaya adalah radiasi elektromagnetik, baik dengan panjang gelombang
kasatmata maupun yang tidak. Selain itu, cahaya adalah paket partikel yang
disebut foton. Kedua definisi tersebut merupakan sifat yang ditunjukkan cahaya
secara bersamaan sehingga disebut "dualisme gelombang-partikel". Paket
cahaya yang disebut spektrum kemudian dipersepsikan secara visual oleh indra
penglihatan sebagai warna. Bidang studi cahaya dikenal dengan sebutan optika,
merupakan area riset yang penting pada fisika modern. Studi mengenai cahaya
dimulai dengan munculnya era optika klasik yang mempelajari besaran optik
seperti: intensitas, frekuensi atau panjang gelombang, polarisasi dan fase
cahaya. Sifat-sifat cahaya dan interaksinya terhadap sekitar dilakukan dengan
pendekatan paraksial geometris seperti refleksi dan refraksi, dan pendekatan
sifat optik fisisnya yaitu: interferensi, difraksi, dispersi, polarisasi. Masing-masing
studi optika klasik ini disebut dengan optika geometris (en:geometrical optics)

1
dan optika fisis (en:physical optics). Pada puncak optika klasik, cahaya
didefinisikan sebagai gelombang elektromagnetik dan memicu serangkaian
penemuan dan pemikiran, sejak tahun 1838 oleh Michael Faraday dengan
penemuan sinar katode, tahun 1859 dengan teori radiasi massa hitam oleh
Gustav Kirchhoff, tahun 1877 Ludwig Boltzmann mengatakan bahwa status
energi sistem fisik dapat menjadi diskrit, teori kuantum sebagai model dari teori
radiasi massa hitam oleh Max Planck pada tahun 1899 dengan hipotesis bahwa
energi yang teradiasi dan terserap dapat terbagi menjadi jumlahan diskrit yang
disebut elemen energy.

B. Rumusan Masalah
1. Mengetahui apa itu gelombang, cahaya, pemantulan, dan pembiasan ?
2. Mengetahui dan memahami teori hyugens?
3. Mengetahui dan memahami penurunan hukum pemantulan dan
pembiasan prinsip hyugens?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Gelombang Cahaya Menurut Teori Huygens

Pada tahun 1678, Huygens mengemukan teori gelombang cahaya yang


menyatakan bahwa cahaya bergerak dalam bentuk gelombang ke semua arah
dengan kecepatan cahaya. Ketika teori ini dikemukakan, teori ini menjelaskan
gagasan umum bahwa gelombang membutuhkan medium untuk merambat.

Huygens berasumsi bahwa terdapat kehadiran suatu medium yang


sangat encer dan sangat elastis yang disebut dengan luminiferous eter di seluruh
alam semesta di mana cahaya merambat. Medium tersebut memiliki kerapatan
yang sangat rendah karena sifatnya yang sangat encer dan memiliki nilai
modulus elastisitas yang sangat tinggi. Teori ini dapat menjelaskan fenomena-
fenomana tertentu seperti refleksi cahaya, refraksi cahaya, interferensi dan
difraksi cahaya.

B. Pengertian Pemantulan Dan Pembiasan

Dalam optika geometri, pemantulan dan pembiasan cahaya merupakan


elemen yang sangat penting untuk dipahami. Terutama dalam memahami prinsip
kerja alat-alat optik seperti lup, mikroskop, teleskop, kamera, periskop dan
sebagainya.

Pemantulan atau refleksi cahaya adalah proses terpancarnya kembali cahaya


dari permukaan benda yang terkena cahaya. Peristiwa pemantulan cahaya
secara mudah dapat kita amati pada permukaan benda yang mengkilap seperti
cermin atau logam.

Pemantulan cahaya dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.

■ Pemantulan baur (difus) adalah pemantulan cahaya yang terjadi pada


pemukaan benda yang tidak rata, di mana berkas sinar (cahaya) pantulnya

3
mempunyai arah yang tidak teratur (baur). Contohnya, pemantulan cahaya
pada tembok, kayu, batu, tanah dan sebagainya.
■ Pemantulan teratur adalah pemantulan cahaya yang terjadi pada permukaan
yang rata, di mana berkas sinar (cahaya) pantulnya mempunyai arah yang
teratur (sama). Pemantulan teratur bersifat menyilaukan, namun mampu
menghasilkan bayangan yang jelas. Pemantulan teratur bisa terjadi pada
cermin.

Pembiasan atau difraksi cahaya adalah adalah peristiwa pembelokan


arah cahaya ketika melewati bidang batas antara dua medium yang berbeda
kerapatan optiknya. Pembiasan cahaya terjadi akibat kecapatan cahaya berbeda
pada setiap medium.

Ada 3 syarat terjadinya proses pembiasan cahaya, yaitu:

 Cahaya merambat melalui dua medium yang memiliki perbedaan kerapatan


optik, misalnya udara dengan air, udara dengan kaca, air dengan kaca, dan
sebagainya.

 Cahaya yang datang harus miring pada batas dua medium, karena jika tegak
lurus maka tidak akan mengalami proses pembiasan.

 Cahaya yang datang dari medium lebih rapat menuju medium kurang rapat
(ex. kaca ke udara) harus menghasilkan sudut bias lebih kecil dari 90°. Hal ini
karena jika sinar bias sama dengan 90° maka cahaya tidak akan memasuki
medium kedua. Sedangkan jika sudut bias lebih besar dari 90° maka akan
terjadi peristiwa pemantulan sempurna.

C. Teori Huygens

Menurut Prinsip Huygens


“Setiap titik pada suatu muka gelombang, dapat dipandang sebagai pusat
gelombang sekunder yang memancarkan gelombang baru ke segala arah
dengan kecepatan yang sama dengan kecepatan rambat gelombang. Muka
gelombang yang baru diperoleh dengan cara melukis sebuah permukaan yang
menyinggung ( menyelubangi ) gelombang-gelombang sekunder tersebut”

Prinsip Huygens menerangkan bahwa cahaya adalah gejala gelombang


seperti halnya bunyi, cahaya merambat dengan perantara gelombang yang di

4
sebut gelombang cahaya menurut teori ini cepat rambat cahaya memenuhi
persamaan :

C=λ ¿ f
C=cepat rambat
λ= panjang gelombang
f =frekuensi Hz atau Cps

Cahaya merambat melalui medium untuk menjelaskan cahaya dapat


mengalir melalui ruang hampa maka di buat hipotesa bahwa di seluruh ruang
terdapat medium yang dinamakan “eter”. Setiap muka gelombang dapat
dianggap memproduksi wavelet atau gelombang-gelombang baru dengan
panjang gelombang yang sama dengan panjang gelombang sebelumnya.
Wavelet bisa diumpamakan gelombang yang ditimbulkan oleh batu yang
dijatuhkan ke dalam air. Prinsip Huygenss bisa dipakai untuk menerangkan
terjadinya difraksi cahaya pada celah kecil. Pada saat melewati celah kecil, muka
gelombang akan menimbulkan wavelet baru yang jumlahnya tak terhingga
sehingga gelombang tidak mengalir lurus saja, tetapi menyebar.

D. Penurunan Hukum Pemantulan Berdasarkan Prinsip Huygens

Menurut prinsip Huygens setiap titik pada suatu gelombang dapat


dipandang sebagai suatu pusat gelombang sekunder yang memancarkan
gelombang baru ke segala arah dengan kecepatan yang sama pada suatu
rambat gelombang. Prinsip diatas jika digunakan untuk menjelaskan hukum
pemantulan cahaya dapat dijelaskan sebagai berikut:
R2
R1
R1

R2
Medium 1 Q1

A B

Medium 2

5
Jika medium 2 bersifat reflektor gelombang yang datang ke batas
medium R1dan R2 adalah sinar cahaya yang dating sejajar ketika R1 sudah
mencapai batas medium yakni titik A R2 baru sampai dititik B.Titik A merupakan
sumber cahaya sekunder yang diatas dari A‟ sudah mencapai titik B‟ ,maka
sumber cahaya sekunder yang diatas dari A sudah mencapai titik A‟ karena
dicapai pada titik A‟ pada maktu yang sama yakni waktu yang di tempuh AA‟ dan
BB‟ selama t detik. AA‟=BB‟=V1t.

E. Penurunan Hukum Pembiasan Berdasarkan Prinsip Huygens

Prinsip Huygens juga dapat digunakan untuk menjelaskan hukum pembiasan


gelombang jika gelombang datang dari suatu medium ke medium lain yang
dapat meneruskan gelombang untuk menjelaskan perstiwa pembiasan dapat
dilihat pada gambar dibawah ini.

6
R1

R2 Normal
n B

AA‟=V2t

Penjelasan dari peristiwa bahwa pembiasan gelombang cahaya adalah


sebagai berikut:
Pembiasan adalah peristiwa sebuah gelombang yang datang dari suatu
medium ke medium lain yang berbeda. Seperti dilihat pada gambar R1 dan R2
adalah dua sinar sejajar ketika R1 mencapai batas medium dititik A sinaar R2
mencapai titik B.Pada waktu I detik medium 1 gelombang mencapai jarak
AA‟=V2t

7
Hukum pembiasan
Perbandingan V1 terhadap V2 selalu konstan dan dapat didefinisikan
sebagai suatu indeks bias relative atau :
Indeks bias relative antara dua medium dapat didefinisikan yaitu
perbandingan kecepatan gelombang cahaya dalam medium-medium
tersebut.

Indeks bias absolut

Jika kecepatan cahaya udara atau ruang hampa (c) digunakan sebagai acuan
maka indeks bias suatu medium atau indeks bias absolute suatu medium adalah
„‟perbandingan anatara kecepatan cahaya diudara atau vakum dan kecepatan
cahaya dimedium tersebut „‟.

8
a. Sinar bias untuk n2>n1

b. Sinar datang dari n1 ke n2 dimana n1>n2

9
c. Untuk θ1>θ2 untuk sinar datang dari n1 ke n2

d. Untuk θ1>θ2 untuk sinar datang dari n1 ke n2 & n1>n2 terjadi refleksi total

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut prinsip Huygens setiap titik pada suatu gelombang dapat
dipandang sebagai suatu pusat gelombang sekunder yang memancarkan
gelombang baru ke segala arah dengan kecepatan yang sama pada suatu
rambat gelombang.
“Setiap titik pada suatu muka gelombang, dapat dipandang sebagai pusat
gelombang sekunder yang memancarkan gelombang baru ke segala arah
dengan kecepatan yang sama dengan kecepatan rambat gelombang. Muka
gelombang yang baru diperoleh dengan cara melukis sebuah permukaan yang
menyinggung ( menyelubangi ) gelombang-gelombang sekunder tersebut”

11
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Gelombang

https://id.wikipedia.org/wiki/Cahaya

https://id.wikipedia.org/wiki/Prinsip_Huygenss

https://www.fisikabc.com/2018/05/materi-pemantulan-dan-pembiasan-
cahaya.html

http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._TEKNIK_ELEKTRO/195912311
985031-JAJA_KUSTIJA/DIKTAT_KULIAH_FISIKA_OPTIK.pdf

https://www.kelaspintar.id/blog/tips-pintar/mengenal-teori-gelombang-cahaya-
12077/

12
13

Anda mungkin juga menyukai