Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH FISIKA

OPTIK GEOMETRI

Dosen Pengampu: Berkat Panjaitan, S.Si, M.pd

Disusun
KELOMPOK 9:

Muhammad Anhar Maulana Lubis (22204011403)


Iqbal Adrian Telaumbanua (22204011395)
Irfansyah Hidayat Nasution (22204011396)
Muhammad Anggi A.Nasution (22204011402)

PRODI TEKNOLOGI ELEKTROMEDIK

STIKES BINALITA SUDAMA MEDAN


TAHUN 2023
i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Fisika ini. Sholawat serta
salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, beserta
keluarga, para sahabat, dan juga kita semua para umatnya sampai akhir zaman.

Makalah ini kami buat sebagai tugas mata kuliah Fisika Elektromedik 2, dengan judul
makalah “Optik Geometri”, yang kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu di makalah ini.

Terlepas dari semua itu. Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami menerima segala saran
dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah fisika ini. Semoga makalah
Fisika tentang Radiasi Elektromagnetik ini bisa bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi para
pembaca pada umumnya. Terima Kasih.

Medan, 25 Maret 2023

Penyusun
Kelompok 9

i
DAFTAR
ISI

KATA PENGANTAR....................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................ii

BAB 1: PENDAHULUAN.............................................................iii

1.1 Latar Belakang.......................................................................iii


1.2Rumusan Masalah...................................................................iv
1.3Tujuan.....................................................................................v

BAB 2: PEMBAHASAN................................................................1

2.1 Pengertian Optika..................................................................1


2.2 Pengertian Optik Geometri...................................................1
2.3 Jenis Jenis Pemantulan Cahaya.............................................1
2.4 Pembiasan Cahaya................................................................5
2.5 Pemantulan Total..................................................................9

BAB 3: PENUTUP.........................................................................27

3.1 Kesimpulan...........................................................................27

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.Latar Belakang

Seperti kita ketahui bahwa optika sangatlah penting dalam kehidupan sehari-hari, baik

dalam dunia kesehatan (ilmu biologi) maupun dalam ilmu fisika. Optika yang merupakan ilmu

yang mempelajari tentang cahaya.

Optika dibagi menjadi dua studi pembahasan diantaranya : optika geometris dan optika

fisis. Optika geometris mempelajari mengenai, pemantulan, pembiasan, dan disfersi cahaya.

Optic geometri menyatakan cahaya yakni garis-garis lurus yang dibelokan pada permukaan yang

merefleksikan cahaya atau yang merefraksikan cahaya. Tetapi banyak aspek perilaku cahaya

yang tidak dapat difahami berdasarkan sinar sedangkan secara fundamental cahaya adalah

gelombang dan dalam beberapa situasi kita harus meninjau sifat-sifat gelombangnya.

Apabila seseorang melihat sesuatu atau benda, maka mata harus menangkap beberapa

dari sinar cahaya yang menyebar dari benda tersebut dan kemudian diarahkan kembali ke dalam

retina di bagian belakang mata. Sistem penglihatan manusia, dimulai dengan retina dan berakhir

dengan korteks penglihatan di bagian belakang otak, secara otomatis dan secara bawah sadar

memproses informasi yang diberikan oleh cahaya. Sistem ini mengidentifikasikan sisi, arah,

tekstur, bentuk, dan warna, kemudian secara cepat membawa ke alam sadar seseorang ke sebuah

bayangan (reproduksi yang diturunkan dari cahaya) dari benda. Sehingga, seseorang dapat

mengenali benda berada dalam arah di mana sinar cahaya datang dan pada jarak yang tepat.

Sistem penglihatan manusia berjalan melalui proses dan pengenalan ini meskipun sinar

cahaya tidak datang secara tidak langsung dari benda, tetapi sebagai gantinya memantul menuju

iii
ke mata dari cermin atau membias dari lensa di dalam sepasang teropong. Tetapi, benda yang

dilihat seseorang dalam arah di mana sinar cahaya datang setelah dipantulkan atau dibiaskan, dan

jarak yang dirasakan sedikit berbeda dari jarak benda yang sebenarnya.

Apabila sinar cahaya dipantulkan kepada seseorang dari cermin datar standar, benda

tampak berada di belakang sermin karena sinar-sinar yang seseorang tangkap berasal dari arah

itu. Tetapi tentu benda tidak berada di belakang. Jenis bayangan ini, yang disebut bayangan

maya, yang sebenarnya hanya ada di dalam pikiran, meskipun begitu dikatakan ada di lokasi

yang dirasakan.

Berbeda dengan bayangan maya, bayangan nyata berbeda dalam hal bahwa bayangan itu

dapat dibentuk pada suatu permukaan, seperti sebuah kartu atau layar film. Keberadaan dari

bayangan tidak bergantungpada bagaimana seseorang melihatnya dan dibayangan itu ada

meskipun tidak dilihatnya.

Oleh karena itu, dalam pembahasan ini menjelaskan tentang cahaya terutama sifat-sifat

cahaya, pemantulan cahaya dan pembiasan cahaya terutama pada lensa cekung.

2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam makalah ini antara

lain, adalah :

a. Apakah yang dimaksud dengan optika geometris ?

iv
b. Bagaimana jenis jenis pemantulan cahaya ?

c. Bagaimana Pembiasan Cahaya?

d. Bagaimana Pemantulan Total?

3.Tujuan

Adapun Tujuan Penulisan Dari Makalah Ini Adalah :

a. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah ipa dasar fisika.

b. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan optika geometris.

c. Untuk mengtahui bagaimana jenis jenis pemantulan cahaya.

d. Untuk mengtahui bagaimana Pembiasan cahaya.

e. Untuk mengtahui bagaimana pemantulan total.

v
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Optika

Optika merupakan cabang ilmu fisika yang mempelajari tentang konsep cahaya, terutama
mengkaji sifat-sifat cahaya, hakikat, dan pemanfaatannya. Optika terbagi ke dalam dua bagian
yaitu Optika Geometris dan Optika Fisis.

2.2 Pengertian Optika Geometris

Optika merupakan cabang ilmu fisika yang mempelajari tentang konsep cahaya, terutama

mengkaji sifat-sifat cahaya, hakikat, dan pemanfaatannya. Optika terbagi ke dalam dua bagian

yaitu Optika Geometris dan Optika Fisis.

Optika Geometris merupakan optika yang membahas tentang pemantulan dan pembiasan

cahaya. Sifat cahaya sama dengan sifat gelombang elektromagnetik. Cahaya dan gelombang

elektromagnetik dapat merambat dalam ruang vakum (ruang hampa). Optika

geometris atau optika sinar menjabarkan perambatan cahaya sebagai vektor yang

disebut sinar. Sinar adalah sebuah abstraksi atau "instrumen" yang digunakan untuk menentukan

arah perambatan cahaya. Sinar sebuah cahaya akan tegak lurus dengan muka gelombang cahaya

tersebut, dan ko-linear terhadap vektor gelombang.

2.3 Jenis-jenis Pemantulan Cahaya

Ada dua jenis pemantulan cahaya, yaitu pemantulan teratur dan pemantulan baur. Pemantulan
teratur terjadi ketika suatu berkas cahaya sejajar datang pada permukaan yang halus atau rata
seperti permukaan cermin datar atau permukaan air yang tenang. Sedangkan pemantulan baur
terjadi ketika suatu berkas cahaya sejajar datang pada permukaan yang kasar atau tidak rata
sehingga dipantulkan keberbagai arah yang tidak tertentu.

1
1. Hukum Pemantulan Cahaya

Cermin merupakan suatu benda yang tidak tembus cahaya dan permukaannya sangat halus dan
rata sehingga hampir semua cahaya yang datang padanya dapat dipantulkan.

Dari sifat-sifat pemantulan cahaya pada cermin diperoleh hukum pemantulan cahaya, yaitu :
a. Sinar datang, garis normal, dan sinar pantul terletak pada satu bidang datar,
b. Sudut datang sama dengan sudut pantul.

Keterangan :
Sinar datang adalah sinar yang datang ke cermin.
Sinar pantul adalah sinar yang dipantulkan ke cermin.
Garis normal adalah garis yang tegak lurus permukaan cermin.
Sudut pantul adalah sudut antara sinar pantul dan garis normal.

2. Pemantulan Cahaya pada Cermin Datar

Cermin datar merupakan cermin yang permukaan pemantulnya datar (rata) dan salah satu
permukaannya dilapisi logam (biasanya perak). Dalam kehidupan sehari-hari, contoh cermin
datar adalah cermin yang biasa kita gunakan untuk berhias.

Bayangan pada cermin datar memiliki sifat-sifat sebagai berikut :

a. Merupakan bayangan maya.


b. Tegak seperti bendanya.
c. Sama besar dengan bendanya.

d. Menghadap terbalik dengan bendanya.


e. Jarak benda ke cermin sama dengan jarak bayangan ke cermin.
3. Pemantulan Cahaya pada Cermin Cekung
Cermin cekung adalah cermin yang permukaan pemantulnya melengkung kedalam. Cermin
cekung bersifat mengumpulkan sinar pantul atau konvergen.

Tiga sinar istimewa pada cermin cekung, yaitu :

a. Sinar datang sejajar sumbu utama cermin akan dipantulkan melalui titik fokus (f).

2
b. Sinar datang melalui titik fokus akan dipantlkan sejajar sumbu utama.

c. Sinar datang melalui titik pusat kelengkungan (M) akan dipantulkan kembali melalui titik
pusat kelengkungan tersebut.

Bayangan benda yang terbentuk oleh cermin cekung memiliki sifat yang berbeda-beda
tergantung letak benda terhadap cermin cekung.

4. Pemantulan Cahaya pada Cermin Cembung

Cermin cembung merupakan jenis cermin lengkung yang permukaan pemantulnya melengkung
keluar. Cermin cembung disebut juga cermin divergen, karena cermin cembung bersifat
menyebarkan cahaya yang mengenainya.

Tiga sinar istimewa pada cermin cembung, yaitu :

3
a. Sinar datang sejajar sumbu utama dipantulkan seolah-olah berasal dari titik fokus cermin (f)
b. Sinar datang menuju titik fokus (f) dipantulkan sejajar sumbu utama.
c. Sinar datang menuju titik pusat kelengkungan cermin (M) dipantulkan kembali seakan-akan
datang dari titik pusat kelengkungan tersebut.

Bayangan yang dibentuk oleh cermin cembung selalu bersifat maya, tegak, dan diperkecil.

5. Perhitungan pada Cermin Lengkung (cekung atau cembung)

Secara matematis, hubungan antara jarak benda ke cermin (s) jarak bayangan (s’), dan jarak
fokus (f) atau jari-jari kelengkunagan (R) dapat ditulis sebagai berikut :

Keterangan :

s = jarak benda ke lensa (m),

s’ = jarak bayangan ke lensa (m), dan


f = jarak fokus lensa (m).
Nilai f untuk cermin cekung bernilai positif (+) dan apabila dalam perhitungan diperoleh s’ yang
bernilai negatif (-), maka bayangan yang terbentuk terletak dibelakang cermin.
6. Hukum Pembiasan Cahaya

Pembiasan cahaya diselidiki oleh Willebrod Snellius dan Willebrod van Roijen yang hasilnya
dinyatakan dengan hukum Snellius sebagai berikut.

1. Sinar datang, sinar bias, dan garis normal terletak dalam satu bidang datar.

2. Perbandingan proyeksi antara sinar datang dan sinar bias yang sama panjangnya pada
bidang batas antara dua zat bening selalu merupakan bilangan tetap. Perbandingan tetap ini
disebut indeks bias antar

4
2.4 Pembiasan Cahaya

Pembiasan cahaya berarti pembelokan arah rambat cahaya saat melewati bidang batas
dua medium tembus cahaya yang berbeda indeks biasnya. Pembiasan cahaya mempengaruhi
penglihatan pengamat. Contoh yang jelas adalah bila sebatang tongkat yang sebagiannya tercelup
di dalam kolam berisi air dan bening akan terlihat patah, dasar bak mandi yang berisi air
kelihatan lebih dangkal, sikat gigi yang mengapung di air bak mandi kelihatan bengkok dan
sebagainya.

a. Indeks Bias Medium

Ketika kamu sedang minum es pernahkah kamu memperhatikan sedotan yang ada pada
gelas es ? Sedotan tersebut akan terlihat patah setelah melalui batas antara udara dan air. Hal ini
terjadi karena adanya peristiwa pembiasan atau refraksi cahaya. Bagaimana sebenarnya peristiwa
ini terjadi?

Kecepatan merambat cahaya pada tiap-tiap medium berbeda-beda tergantung pada


kerapatan medium tersebut. Perbandingan perbedaan kecepatan rambat cahaya ini selanjutnya
disebut sebagai indeks bias. Dalam dunia optik dikenal ada dua macam indeks bias yaitu indeks
bias mutlak dan indeks bias relatif. Indeks bias mutlak adalah perbandingan kecepatan cahaya di
ruang hampa dengan kecepatan cahaya di medium tersebut

c
nmedium=
v

dengan

nmedium : indeks bias mutlak medium

c : cepat rambat cahaya di ruang hampa

v : cepat rambat cahaya di suatu medium

Indeks bias mutlak medium yaitu indeks bias medium saat berkas cahaya dari ruang
hampa melewati medium tersebut. Indek bias mutlak suatu medium dituliskan nmedium. Indeks bias
mutlak kaca dituliskan nkaca, indeks bias mutlak air dituliskan nair dan seterusnya. Oleh karena c
selalu lebih besar dari pada v maka indeks bias suatu medium selalu lebih dari satu nmedium >1.

Contoh indeks bias mutlak beberapa zat.


5
Medium Indeks bias mutlak

Udara (1 atm, 0° C) 1,00029


Udara (1 atm, 0° C) 1,00028
Udara (1 atm, 0° C) 1,00026
Air 1,33
Alkohol 1,36
Gliserin 1,47
Kaca kuarsa 1,46
Kaca kerona 1,52
Kaca flinta 1,65
Intan 2,42

Indeks bias relatif adalah perbandingan indeks bias suatu medium terhadap indeks bias
medium yang lain.

n1 n2
n12= n21=
n2 atau n1

dengan

n12 : indeks bias relatif medium 1 terhadap medium 2


n21 : indeks bias relatif medium 2 terhadap medium 1
n1 : indeks bias mutlak medium 1
n2 : indeks bias mutlak medium 2
Setiap medium memiliki indeks bias yang berbeda-beda, karena perbedaan indeks bias
inilah maka jika ada seberkas sinar yang melalui dua medium yang berbeda kerapatannya maka
berkas sinar tersebut akan dibiaskan. Pada tahun 1621 Snellius, seorang fisikawan
berkebangsaan Belanda melakukan serangkaian percobaan untuk menyelidiki hubungan antara
sudut datang (i) dan sudut bias (r). Hukum pembiasan Snellius berbunyi:

1. Sinar datang, sinar bias dan garis normal terletak pada satu bidang datar.

6
2. Perbandingan sinus sudut datang dengan sinus sudut bias dari suatu cahaya yang melewati
dua medium yang berbeda merupakan suatu konstanta.
sin i n 2
=
sin r n 1

Menurut teori muka gelombang rambatan cahaya dapat digambarkan sebagai muka gelombang
yang tegak lurus arah rambatan dan muka gelombang itu membelok saat menembus bidang batas
medium 1 dan medium 2 seperti diperlihatkan gambar 1.

Cahaya datang dengan


sudut i dan dibiaskan
dengan sudut r. Cepat
rambat cahaya di medium
1 adalah v1 dan di
medium 2 adalah v2.
Waktu yang diperlukan
cahaya untuk merambat
dari B ke D sama dengan
waktu yang dibutuhkan
dari A ke E sehingga DE
menjadi muka gelombang
pada medium 2.

Gambar 1. Muka gelombang pada pembiasan cahaya dari medium1 ke medium 2.

Pada segitiga ABD berlaku persamaan trigonometri sebagai berikut


BD v 1 . t
=
Sin i = AD AD , sedangkan pada segitiga AED berlaku persamaan trigonometri sebagai
AE v 2 . t
=
berikut, Sin r = AD AD . Bila kedua persamaan dibandingkan akan diperoleh

7
sin i v 1
=
sin r v 2
Pada peristiwa pembelokan cahaya dari medium 1 ke medium 2 ini besaran frekuensi cahaya
tetap atau tidak mengalami perubahan. Karena v = .f maka berlaku pula,
sin i λ 1
=
sin r λ 2

sin i n 2 v 1 λ1
= = =
Sehingga berlaku persamaan pembiasa sin r n 1 v 2 λ2 n
Dengan keterangan,

n1 : indeks bias medium 1


n2 : indeks bias medium 2
v1 : cepat rambat cahaya di medium 1
v2 : cepat rambat cahaya di medium 2
λ1 : panjang gelombang cahaya di medium 1
λ2 : panjang gelombang cahaya di medium 2

Di samping menunjukkan perbandingan cepat rambat cahaya di dalam suatu medium,


indeks bias juga menunjukkan kerapatan optik suatu medium. Semakin besar indeks bias suatu
medium berarti semakin besar kerapatan optik medium tersebut. Bila cahaya merambat dari
medium kurang rapat ke medium yang lebih rapat, cahaya akan dibiaskan mendekati garis
normal, sebaliknya bila cahaya merambat dari medium lebih rapat ke medium kurang rapat akan
dibiaskan menjauhi garis normal.

Gambar 2. sinar merambat dari medium kurang rapat ke medium lebih rapat akan
dibiaskan mendekati garis normal, sudut r < i
8
2.5 Pemantulan Total
Pada saat cahaya merambat dari medium optik lebih rapat ke medium optik kurang rapat
dengan sudut datang tertentu, cahaya akan dibiaskan menjauhi garis normal. Artinya sudut bias
akan selalu lebih besar dibandingkan sudut datang. Apabila sudut datang cukup besar, maka
sudut bias akan lebih besar lagi, Apa yang terjadi, bila sudut datang terus diperbesar?

Bila sudut datang terus diperbesar, maka suatu saat sinar bias akan sejajar dengan bidang yang
berarti besar sudut biasnya (r) 90°. Tidak ada lagi cahaya yang dibiaskan, seluruhnya akan
dipantulkan. Sudut datang pada saat sudut biasnya mencapai 90° ini disebut sudut kritis atau
sudut batas. Pemantulan yang terjadi disebut pemantulan total atau pemantulan sempurna.
Persamaan sudut kritis sebagai berikut.

sin i n 2
=
sin r n 1

sin i k n2
=
sin 90 0 n1

n2
sin ik = n1

Keterangan

ik = sudut kritis medium lebih rapat (asal sinar datang)


n1 = indeks bias medium kurang rapat (tempat sinar bias)
n2 = indeks bias bahan lebih rapat (asal sinar datang)
n1> n2

b. Pembiasan Cahaya Pada Plan Paralel (Balok Kaca)

Kaca plan paralel atau balok kaca adalah keping kaca tiga dimensi yang dibatasi oleh sisi-sisi
yang sejajar.
9
Gambar 3. Sebuah kaca
plan paralel atau balok
kaca. Dibatasi oleh tiga
pasang sisi – sisi sejajar

Cahaya dari udara memasuki sisi pembias kaca plan paralel akan dibiaskan mendekati garis
normal. Demikian pula pada saat cahaya meninggalkan sisi pembias lainnya ke udara akan
dibiaskan menjauhi garis normal. Pengamat dari sisi pembias yang berseberangan akan melihat
sinar dari benda bergeser akibat pembiasan. Sinar bias akhir mengalami pergeseran sinar
terhadap arah semula.

Gambar 4. Pergeseran sinar bias terhadap arah


semula dari sinar datang pada kaca plan paralel.
Berkas sinar bias akhir sejajar dengan sinar
datang namun bergeser sejauh jarak titik G-C

Menentukan besar pergeseran sinar.

i1

Tinjau arah sinar di dalam kaca plan paralel.


A

Pada segitiga ABC siku-siku di B:


d
D d d
s t cos r 1 = s=
s maka cos r 1

B C
10
r2
Pada segitiga ACD siku-siku di D:
t
sin α=
s maka t=s .sin α
Pergeseran sinarnya sejauh t,
d
t= . sinα .
maka: cosr1

i1=α+r 1 d . sin(i 1 −r 1 )
t=
Karena
α=i 1−r 1 maka cosr 1

Ketentuan lain adalah berlaku: i 1 = r2


r1 = i2

dengan keterangan
d = tebal balok kaca, (cm)
i = sudut datang, (°)
r = sudut bias, (°)
t = pergeseran cahaya, (cm)

c. Pembiasan Cahaya Pada Prisma Kaca

Prisma juga merupakan benda bening yang terbuat dari kaca, kegunaannya antara lain
untuk mengarahkan berkas sinar, mengubah dan membalik letak bayangan serta menguraikan
cahaya putih menjadi warna spektrum (warna pelangi).

Cahaya dari udara memasuki salah satu bidang pembias prisma akan dibiaskan dan pada saat
meninggalkan bidang pembias lainnya ke udara juga dibiaskan.

Gambar 5. Sebuah prisma kaca


dibatasi oleh dua segitiga dan
tiga segiempat

11
Rumus sudut puncak/pembias :
β=r 1 +i2

Sedangkan rumus sudut deviasi :


δ=i 1 +r 2 −β
sini 1 nk
=
pada bidang pembias I : sinr 1 n ud

sini 1 n ud
=
pada bidang pembias II : sinr 2 nk

Sudut deviasi adalah sudut yang dibentuk oleh perpanjangan sinar datang dan sinar bias prisma.
Pada saat i1 = r2 dan r1 = i2, sudut deviasi menjadi sekecil-kecilnya disebut sudut Deviasi

Minimum ( δ m).

Menentukan persamaan sudut deviasi minimum.

Karena i1 = r2 δ=i 1 +r 2 −β

δm=i1 +i 1−β
δm+ β =2i 1
δm + β
i 1=
2

dan r1 = i2
β=r 1 +i2

β=r 1 +r 1
β
β=2r1
r 1=
 2
sini 1 n2
=
sehingga : sinr 1 n1

δm +β
sin( )
2 n2
=
β n1
sin( )
2

untuk prisma dengan sudut pembias β ≤ 150, sudut deviasi minimum ditentukan tersendiri.
Karena sudut deviasi menjadi sangat kecil (δm) sehingga nilai sin α = α. Akibatnya persamaan
Hukum Snellius di atas berubah dari,

12
δm +β
sin( ) n
2 2
=
β n1
sin( )
2
δm+ β
( ) n
2
= 2
β n1
( )
2
δm + β n2
=
β n1
n2
δ m= β−β
n1
n2
δ m=( −1) β
n1
d. Pembiasan Cahaya Pada Permukaan Lengkung
Permukaan lengkung lebih dikenal sebagai Lensa tebal, dalam kehidupan sehari-hari dapat
diambilkan contoh, antara lain :

- Akuarium berbentuk bola

- Silinder kaca

- Tabung Elenmeyer

- Plastik berisi air di warung makan

Gambar 6. Permukaan lengkung atau lensa tebal

13
Sinar-sinar dari benda benda yang berada pada medium 1 dengan indeks bias mutlak n 1 di depan
sebuah permukaan lengkung bening yang indeks bias mutlaknya akan dibiaskan sehingga
terbentuk bayangan benda. Bayangan ini bersifat nyata karena dapat ditangkap layar.

Persamaan yang menyatakan hubungan antara indeks bias medium, indeks bias permukaan
lengkung, jarak benda, jarak bayangan, dan jari-jari permukaan lengkung dapat dirumuskan
sebagai berikut.

[ +
s s'][
n1 n 2 n −n
= 2 1
R ]
Dengan keterangan,
n1 = indeks bias medium di sekitar permukaan lengkung
n2 = indeks bias permukaan lengkung
s = jarak benda
s' = jarak bayangan
R = jari-jari kelengkungan permukaan lengkung
Syarat : R = (+) jika sinar datang menjumpai permukaan cembung
R = (-) jika sinar datang menjumpai permukaan cekung
Seperti pada pemantulan cahaya, pada pembiasan cahaya juga ada perjanjian tanda berkaitan
dengan persamaan-persamaan pada permukaan lengkung seperti dijelaskan dalam tabel berikut
ini.

s+ Jika benda nyata/sejati (di depan permukaan lengkung)


s- Jika benda maya (di belakang permukaan lengkung)
s'+ Jika bayangan nyata (di belakang permukaan lengkung)
s'- Jika bayangan maya (di depan permukaan lengkung)
R+ Jika permukaan berbentuk cembung dilihat dari letak benda
R- Jika permukaan berbentuk cekung dilihat dari letak benda

Pembiasan pada permukaan lengkung tidak harus menghasilkan bayangan yang ukurannya sama
dengan ukuran bendanya.

14
Pembentukan bayangan pada permukaan lengkung.

Gambar 7. Pembiasan cahaya pada permukaan lengkung

Sinar dari benda AB dan menuju permukaan lengkung dibiaskan sedemikian oleh permukaan
tersebut sehingga terbentuk bayangan A'B'. Bila tinggi benda AB = h dan tinggi bayangan A'B' =
h', akan diperoleh

h
tan i = s atau h = s tan i dan
h'
tan r = s' atau h’ = s’ tan r

h' s' tan r


Perbesaran yang terjadi adalah M = h = s tan r
Bila i dan r merupakan sudut-sudut kecil, maka harga tan i = sin i dan tan r = sin r sehingga
s' sin r
M = s sin i
sin i n2 sin r n1
= =
Karena sin r n1 atau sin i n2 maka diperoleh persamaan perbesaran pada
permukaan lengkung sebagai berikut.

15
s' n 1
| |
M = s n2
Permukaan lengkung mempunyai dua titik api atau fokus. Fokus pertama (F 1) adalah suatu titik
asal sinar yang mengakibatkan sinar-sinar dibiaskan sejajar. Artinya bayangan akan terbentuk di
jauh tak terhingga (s’ = ~) dan jarak benda s sama dengan jarak fokus pertama (s = f 1) sehingga

dari persamaan permukaan lengkung


[ n 1 n2
+
s s' ][
n −n
= 2 1
R ] di peroleh

[ n1
f1 ~
+
n2
][
=
n2 −n1
R ] , sehingga
[ ][
n1
f1
+0 =
n 2−n 1
R ] atau

1 n2 −n1
=
f n1 R
n1 R
Sehingga jarak fokus pertamanya sebesar, f1 = n2−n1

Fokus kedua (F2) permukaan lengkung adalah titik pertemuan sinar-sinar bias apa bila sinar-sinar
yang datang pada bidang lengkung adalah sinar-sinar sejajar. Artinya benda berada jauh di tak
terhingga (s = ) sehingga dengan cara yang sama seperti pada penurunan fokus pertama di atas,
kita dapatkan persamaan fokus kedua permukaan lengkung.

n2 R
f2 = n2−n1

e. Pembiasan Cahaya Pada Lensa Tipis


Lensa adalah benda bening yang dibatasi oleh dua permukaan dan minimal salah satu
permukaannya itu merupakan bidang lengkung. Lensa tidak harus terbuat dari kaca yang penting
ia merupakan benda bening (tembus cahaya) sehingga memungkinkan terjadinya pembiasan
cahaya. Oleh karena lensa tipis merupakan bidang lengkung. Ada dua macam kelompok lensa :
a. Lensa Cembung (lensa positif/lensa konvergen)
Yaitu lensa yang mengumpulkan sinar.

16
Gambar 8. Lensa cembung bersifat
mengumpulkan sinar di satu bidang
fokus

Lensa cembung dibagi lagi menjadi tiga:

1. lensa cembung dua (bikonveks)


2. lensa cembung datar (plan konveks)
3. lensa cembung cekung (konkaf konveks)

Gambar 28.Macam-macam lensa cembung

b. Lensa Cekung (lensa negatif/lensa devergen)


Yaitu lensa yang menyebarkan sinar .

Gambar 9. Lensa cekung bersifat


menyebarkan sinar dari arah bidang fokus

Lensa cekung dibagi lagi menjadi tiga:

17
1. lensa cekung dua (bikonkaf)
2. lensa cekung datar (plan konkaf)
3. lensa cekung cekung (koveks konkaf)

Gambar 10. Macam-macam lensa cekung

Untuk memudahkan pembuatan diagram lensa digambar dengan garis lurus dan tanda di atasnya,
untuk lensa cembung di tulis (+) dan lensa cekung (–). Untuk lensa memiliki dua titik fokus.

1. Berkas Sinar Istimewa pada Lensa Tipis


Seperti pada cermin lengkung, pada lensa dikenal pula berkas-berkas sinar istimewa.

a. Berkas sinar-sinar istimewa pada lensa cembung.


Ada tiga macam sinar istimewa pada lensa cembung.

18
Gambar 31 .Sinar-sinar istimewa pada lensa

(1).Sinar datang sejajar sumbu utama lensa, dibiaskan melalui titik fokus.
(2).Sinar datang melalui titik fokus lensa, dibiaskan sejajar sumbu utama.
(3).Sinar datang melalui titik pusat lensa tidak dibiaskan melainkan diteruskan.

b. Berkas sinar-sinar istimewa pada lensa cekung.


Ada tiga macam sinar istimewa pada lensa cekung.

Gambar 32 .Sinar-sinar istimewa pada lensa

(1).Sinar datang sejajar sumbu utama dibiaskan seolah-olah berasal dari titik fokus.
(2).Sinar datang seolah-olah menuju titik fokus lensa dibiaskan sejajar sumbu utama.
(3).Sinar datang melalui titik pusat lensa tidak dibiaskan melainkan diteruskan.

2. Penomoran ruang pada Lensa Tipis

Untuk lensa nomor ruang untuk benda dan nomor-ruang untuk bayangan dibedakan. nomor
ruang untuk benda menggunakan angka Romawi (I, II, III, dan IV), sedangkan untuk ruang
bayangan menggunakan angka Arab (1, 2, 3 dan 4) seperti pada gambar berikut ini:

19
Untuk ruang benda berlaku :
ruang I antara titik pusat optic (O) dan F2,
ruang II antara F2 dan 2F2
ruang III di sebelah kiri 2F2,
ruang IV benda (untuk benda maya) ada di belakang lensa.
Untuk ruang bayangan berlaku :
ruang 1 antara titik pusat optic (O) dan F1,
ruang 2 antara F1 dan 2F1
ruang 3 di sebelah kanan 2F1,
ruang 4 (untuk bayangan maya) ada di depan lensa.
Berlaku pula : R benda + R bayangan = 5

3. Melukis pembentukan bayangan pada lensa


Untuk melukis pembentukan bayangan pada lensa tipis cukup menggunakan minimal dua berkas
sinar istimewa untuk mendapatkan titik bayangan.
Contoh melukis pembentukan bayangan.

 Benda AB berada di ruang II lensa cembung

Sifat-sifat bayangan yang


terbentuk:
Nyata, terbalik, diperbesar

 Benda AB berada di ruang III lensa cembung

20
Sifat-sifat bayangan yang
terbentuk:
Nyata, terbalik, diperkecil

 Benda AB berada di ruang I lensa cembung

Sifat-sifat bayangan yang


terbentuk:
maya, tegak, diperbesar

 Benda AB berada di ruang II lensa cekung

Sifat-sifat bayangan yang


terbentuk:
Maya, tegak, diperkecil

4. Rumus-rumus Pada Lensa Tipis

Untuk lensa tipis yang permukaannya sferis (merupakan permukaan bola), hubungan antara jarak
benda (s), jarak bayangan (s') dan jarak fokus (f) serta perbesaran bayangan benda (M)
diturunkan dengan bantuan geometri dapat dijelaskan berikut ini.

21
Gambar 33. Lensa
sferis, permukaannya
merupakan permukaan
bola.

Dari persamaan lensa lengkung,

[ n1 n2
+
s s'
n −n
= 2 1
R ][ ]
Berkas sinar yang berasal dari O ketika melewati permukaan ABC dibiaskan sedemikian
sehingga terbentuk bayangan di titik I1. Oleh permukaan ADC bayangan I1 itu di anggap benda
dan dibiaskan oleh permukaan ADC sedemikian sehingga terbentuk bayangan akhir di titik I2
Pada permukaan lengkung ABC , sinar dari benda O dari medium n 1 ke lensa n2, sehingga s =
OB, s’ = BI1

maka
[ n1
OB BI1
+
n2
][
=
n2 −n1
R1 ]
Pada permukaan lengkung ADC , sinar dari lensa ke medium n1, s = -DI1, s’ = DI2

maka
[ n2
-DI1
+
n1
DI2 ][
=
n1 −n2
-R2 ]
Karena dianggap lensa tipis maka ketebalan BD diabaikan, sehingga BI1 = DI1 dan saling
meniadakan karena berlawanan tanda . Apabila kedua persamaan dijumlahkan diperoleh :

[ n1
OB DI2
+
][ ] [ ]
n1
=
n2−n1
R2
+
n1 −n2
−R1

[ n1
s
+
n1
s' ][ ] [ ]
=
n2 −n1
R2
+
n1 −n2
−R1

[ n1
s
+
n1
s' ][ ] [ ]
=
n2 −n1
R2
+
n2 −n1
R1

22
( n1 n1
+
s s' )(
n −n
= 2 1
R2 )( 1
+
1
R1 R 2 )
Semua ruas dibagi dengan n1 akan diperoleh persamaan lensa tipis sebagai berikut.

( )( )( )
1 1 n 1 1
+ = 2 −1 +
s s' n1 R1 R2

Dengan keterangan,
s = jarak benda
s' = jarak bayangan
n1 = indeks bias medium sekeliling lensa
n2 = indeks bias lensa
R1 = jari-jari kelengkungan permukaan pertama lensa
R2 = jari-jari kelengkungan permukaan kedua lensa

Persamaan lensa tipis tersebut berlaku hanya untuk sinar-sinar datang yang dekat dengan
sumbu utama lensa (sinar-sinar paraksial) dengan ketebalan lensa jauh lebih kecil dibandingkan
dengan jari-jari kelengkungannya.

Jarak fokus lensa (f) adalah jarak dari pusat optik ke titik fokus (F). Jadi bila s = ~
bayangan akan terbentuk di titik fokus (F), maka s’= f.

( )( )( )
1 1 n2 1 1
+ = −1 +
s s' n1 R1 R2

( ) ( )( )
1 1 n 1 1
+ = 2 −1 +
~ f n1 R 1 R2

1
Karena ~ = 0 maka rumus jarak fokus lensa :
1
f
n
= 2 −1
n 1
1
R 1
+
1
R( )(
2
)
( )( )( )
1 1 n 1 1
+ = 2 −1 +
s s' n1 R1 R2
Bila persamaan disubstitusikan dengan persamaan

1
f ( )(
n
= 2 −1
n1
1
+
1
R1 R 2 ) maka akan didapat persamaan baru yang dikenal sebagai persamaan

23
pembuat lensa, yaitu
1 1 1
= +
f s s1

Dengan keterangan,
n1 = indeks bias medium sekeliling lensa
n2 = indeks bias lensa
R1 = jari-jari kelengkungan permukaan pertama lensa
R2 = jari-jari kelengkungan permukaan kedua lensa
R = bertanda (+) jika permukaan lensa yang dijumpai berbentuk cembung
R = bertanda (-) jika permukaan lensa yang dijumpai berbentuk cekung
R = ∞ jika permukaan lensa yang dijumpai berbentuk datar
s = jarak benda bertanda positif (+) jika benda terletak di depan lensa (benda nyata).
s = jarak benda bertanda negatif (–) jika benda terletak di belakang lensa (benda maya).
s’ = jarak bayangan bertanda positif (+) jika bayangan terletak di belakang lensa (bayangan
nyata).
s’ = karak bayangan bertanda negatif (–) jika benda terletak di depan lensa (bayangan maya).
f = jarak fokus bertanda positif (+) untuk permukaan lensa positif (lensa cembung).
f = jarak fokus bertanda negatif (–) untuk permukaan lensa negatif (lensa cekung).

5. Perbesaran bayangan
Untuk menentukan perbesaran bayangan lensa tipis dapat menggunakan persamaan sebagai
berikut.
1
s h'
M=| |=| |
s h
Dengan keterangan,
s = jarak benda
s' = jarak bayangan
h = tinggi benda
h' = tinggi bayangan
M > 1 = bayangan diperbesar
M < 1 = bayangan diperkecil

24
s1 (+) = bayangan nyata
s1 () = bayangan maya

6. Daya / Kekuatan Lensa


Daya Lensa adalah kekuatan lensa dalam memfokuskan lensa. Daya lensa berkaitan
dengan sifat konvergen (mengumpulkan berkas sinar) dan divergen (menyebarkan sinar) suatu
lensa. Untuk Lensa positif, semakin kecil jarak fokus, semakin kuat kemampuan lensa itu untuk
mengumpulkan berkas sinar. Untuk lensa negatif, semakin kecil jarak fokus semakin kuat
kemampuan lensa itu untuk menyebarkan berkas sinar. Oleh karena itu kuat lensa didefinisikan
sebagai kebalikan dari jarak fokus,
Rumus kekuatan lensa (power lens)
1 1
P = f dengan satuan meter = Dioptri
Untuk menambah kekuatan lensa kita dapat gunakan lensa gabungan dengan sumbu utama dan
bidang batas kedua lensa saling berhimpit satu sama lain. Dari penggabungan lensa ini maka
akan didapatkan fokus gabungan atau daya lensa gabungan.

Gambar 34. Diagram lensa gabungan

Suatu lensa gabungan merupakan gabungan dari dua atau lebih lensa dengan sumbu utamanya
berhimpit dan disusun berdekatan satu sama lain sehingga tidak ada jarak antara lensa yang satu
dengan lensa yang lain (d = 0).

25
Persamaan lensa gabungan dirumuskan sebagai berikut.

1 1 1 1
= + + +. . ..
f gab f 1 f 2 f 3

Dan daya lensa sebagai berikut.

Pgab =P1 +P2 +P 3 +. .. .

Berlaku ketentuan untuk lensa positif (lensa cembung), jarak fokus (f) bertanda plus, sedangkan
untuk lensa negatif (lensa cekung), jarak fokus bertanda minus.

7. Pembiasan Dua Lensa yang Berhadapan

Apabila sebuah benda AB terletak di antara dua lensa yang berhadap-hadapan, akan mengalami
dua kali proses pembiasan oleh lensa I dilanjutkan oleh lensa II.

1 1 1 1 1 1
= + = +
f 1 s1 s 11 f 2 s2 s 12
Lensa I : Lensa II :
1 1
s s
M 1=| 1 | M 2=| 2 |
s1 s2
jarak kedua lensa :
1
d=s1 +s 2
Perbesaran bayangan akhir :
M = M1 . M2
1 1
s s
M =| 1 . 2 |
s1 s2

26
BAB III
PENUTUP

A.KESIMPULAN
Pengertian Optika

Optika merupakan cabang ilmu fisika yang mempelajari tentang konsep cahaya, terutama
mengkaji sifat-sifat cahaya, hakikat, dan pemanfaatannya. Optika terbagi ke dalam dua bagian
yaitu Optika Geometris dan Optika Fisis.

Pengertian Optik Geomrtsi

Optika Geometris merupakan optika yang membahas tentang pemantulan dan pembiasan

cahaya. Sifat cahaya sama dengan sifat gelombang elektromagnetik. Cahaya dan gelombang

elektromagnetik dapat merambat dalam ruang vakum (ruang hampa). Optika

geometris atau optika sinar menjabarkan perambatan cahaya sebagai vektor yang

disebut sinar. Sinar adalah sebuah abstraksi atau "instrumen" yang digunakan untuk menentukan

arah perambatan cahaya. Sinar sebuah cahaya akan tegak lurus dengan muka gelombang cahaya

tersebut, dan ko-linear terhadap vektor gelombang.

Pembiasan cahaya atau Refraksi adalah peristiwa penyimpangan atau pembelokan cahaya
karena melalui dua medium yang berbeda kerapatan optiknya. Beberapa contoh gejala
pembiasan yang sering di jumpai dalam kehidupan sehari-hari diantaranya:
 Dasar kolam kelihatan lebih dangkal bila di lihat dari atas
 Kaca mata minus (negatif) atau kaca mata plus (positif) dapat membuat jelas pandangan
bagi penderita rabun jauh atau rabun dekat karena adanya pembiasan.
 Terjadinya pelangi setelah turun hujan.

27
28

Anda mungkin juga menyukai