Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

OPTIKA GEOMETRIK
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fisika Dasar II
Dosen Pengampu : Dr. Ir. Dra. Bidayatul Armynah, M.T

Disusun Oleh :

Kelompok 11
Irham Fachreza D011211059
Nurul Hudaya D011211069
Daud Ibrahim D011211082
Muhammad Umar Chatib D011211093

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Optika Geometrik”. Penulisan makalah ini
dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisika Dasar II . Dalam Penulisan makalah ini kami merasa
masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan
yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini yang bersifat membangun dalam penyempurnaan dalam
penulisan maupun materi. Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih
yang sebesar – besarnya kepada pihak -pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini,
khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas ini.

Gowa, 17 Mei 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................................

DAFTAR ISI....................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................

1.1. Latar Belakang ..........................................................................................................

1.2. Tujuan .......................................................................................................................

1.3. Rumusan Masalah

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................

2.1 Refleksi dan Refraksi Cermin Dasar ...........................................................................

2.2. Refleksi dan Refraksi Pada Permukaan Bola..............................................................

2.3. Metode Grafis Untuk Cermin .....................................................................................

2.4. Metode Grafis Untuk Lensa .......................................................................................

2.3. Lensa Tipis .................................................................................................................

BAB III PENUTUP .........................................................................................................

3.1. Kesimpulan ................................................................................................................

3.2. Saran ..........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang (Irham Fachreza_D011211059)

Kita ketahui bahwa optika sangatlah penting dalam kehidupan sehari-hari, baik

dalam dunia kesehatan (ilmu biologi) maupun dalam ilmu fisika. Optika yang merupakan

ilmu yang mempelajari tentang cahaya terdapat dua golongan, yaitu optika geometris dan

optika fisis. Cahaya adalah gelombang elektromagnetik yang dapat merambat dalam ruang

hampa. Dalam berbagai hal cahaya lebih mudah ditinjau berdasarkan garis perambatannya,

yaitu garis yang tegak lurus muka gelombang. Garis rambatan gelombang cahaya disebut

sinar cahaya atau secara singkat disebut sinar. Setiap hari kita tak lepas dari cahaya. Oleh

karena itu, dalam pembahasan ini menjelaskan tentang cahaya terutama sifat-sifat cahaya,

hakikat, dan pemanfaatannya.

2. Maksud dan Tujuan

1. Melengkapi tugas mata kuliah Optik yang diberikan oleh dosen pengampu, sebagai bahan

dasar presentasi.

2. Memberi pengetahuan mahasiswa tentang Optika, yang meliputi optika geometris.

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut diatas, tulisan ini secara khusus akan membahas :

a) Refleksi dan Refraksi Cermin Dasar

b) Refleksi dan Refraksi Pada Permukaan Bola

c) Metode Grafis Untuk Cermin

d) Metode Grafis Untuk Lensa

e) Lensa Tipis
BAB II
PEMBAHASAN

OPTIKA GEOMETRI

Pemantulan
Cermin
Cahaya

Optik
Lensa
Geometri

Cahaya Pembiasan Kaca


Optik Fisis
(Optik) Cahaya Planparalel

Alat-Alat
Prisma
Optik

A. Refleksi dan Refraksi Cermin Dasar (Nurul Hudaya_D011211069)

Seseorang dapat melihat benda karena benda tersebut mengeluarkan atau


memantulkan cahaya ke mata kita. Karena ada cahaya dari benda ke mata kita, entah
cahaya itu memang berasal dari benda tersebut, entah karena benda itu memantulkan
cahaya yang datang kepadanya lalu mengenai mata kita. Jadi, gejala melihat erat
kaitannya dengan keberadaan cahaya atau sinar.
Cabang fisika yang mempelajari cahaya yang meliputi bagaimana terjadinya
cahaya, bagaiamana perambatannya, bagaimana pengukurannya dan bagaimana sifat-
sifat cahaya dikenal dengan nama Optika. Dari sini kemudian dikenal kata optik yang
berkaitan dengan kacamata sebagai alat bantu penglihatan. Optika dibedakan atas optik
geometri dan optik fisik . Pada optik geometri dipelajari sifat-sifat cahaya dengan
menggunakan alat-alat yang ukurannya relatif lebih besar dibandingkan dengan
panjang gelombang cahaya. Sedangkan pada optik fisik cahaya dipelajari dengan
menggunakan alat-alat yang ukurannya relatif sama atau lebih kecil dibanding panjang
gelombang cahaya sendiri.
Seorang ahli matematika berkebangsaan belanda yang bernama Willebrod
Snellius (1591 – 1626) dalam penelitiannya ia berhasil menemukan hukum pemantulan
cahaya yang berbunyi :
1. Sinar datang, sinar pantul dan garis normal terletak pada satu bidang datar.
2. Sudut sinar datang sama dengan sudut sinar pantul.

Gambar 1. Diagram pemantulan


cahaya, dengan keterangan (1)
garis normal, (2) sinar datang, dan
(3) sinar pantul. Sudut b adalah
sudut datang, sudut c adalah sudut
pantul.

Garis normal pada cermin datar ada 3 macam pemantulan berkas cahaya, yaitu :

1. Pemantulan berkas cahaya yang datang sejajar

2. Pemantulan berkas cahaya yang menyebar (divergen), dan

3. Pembentukan bayangan pada cermin datar.

Sifat-sifat bayangan yang terjadi pada cermin datar, yaitu:

1. Jarak bayangan ke cermin sama dengan jarak benda ke cermin (s’ = s)

2. Tinggi bayangan sama dengan tinggi benda (h’ = h)

3. Bayangan cermin itu tegak arrtinya posisi tegaknya bayangan sama dengan
posisi tegaknya benda

4. Bayangan cermin merupakan bayangan semu (maya)

5. Besar bayangan pada cermin sama dengan besar benda

6. Bayangan cermin tertukar sisinya, bagian kanan menjadi bagian kiri bayangan
Secara garis besar pemantulan cahaya terbagi menjadi dua yaitu pemantulan teratur dan
pemantulan baur (pemantulan difus). Pemantulan teratur terjadi jika berkas sinar sejajar jatuh
pada permukaan halus sehingga berkas sinar tersebut akan dipantulkan sejajar dan searah,
sedangkan pemantulan baur terjadi jika sinar sejajar jatuh pada permukaan yang kasar sehingga
sinar tersebut akan dipantulkan ke segala arah.
Pada permukaan benda yang rata seperti cermin datar, cahaya dipantulkan membentuk
suatu pola yang teratur. Sinar-sinar sejajar yang datang pada permukaan cermin dipantulkan
sebagai sinar-sinar sejajar pula. Akibatnya cermin dapat membentuk bayangan benda.
Pemantulan semacam ini disebut pemantulan teratur atau pemantulan biasa .
Berbeda dengan benda yang memiliki permukaan rata, pada saat cahaya mengenai suatu
permukaan yang tidak rata, maka sinar-sinar sejajar yang datang pada permukaan tersebut
dipantulkan tidak sebagai sinar-sinar sejajar. Pemantulan seperti ini disebut pemantulan baur.
Akibat pemantulan baur ini manusia dapat melihat benda dari berbagai arah. Misalnya pada kain
atau kertas yang disinari lampu sorot di dalam ruang gelap, dapat terlihat apa yang ada pada kain
atau kertas tersebut dari berbagai arah. Pemantulan baur yang dilakukan oleh partikel-partikel
debu di udara yang berperan dalam mengurangi kesilauan sinar matahari.

a. Pemantulan pada Cermin Datar


Cermin datar adalah cermin yang bentuk permukaannya datar. Di rumah kita pasti
memiliki cermin datar yang digunakan setiap hari untuk bercermin. Saat kita mencoba untuk
bercermin didepan cermin akan terbentuk bayangan. Besarnya bayangan yang ada di cermin
tidak berubah sama sekali masih sama dengan besar yang sesungguhnya, demikian juga jarak ke
cermin juga sama dengan jarak bayangan ke cermin. Namun ketika kita mencoba menghadapkan
sebuah koran dicermin maka akan timbul kesan bahwa tulisan tersebut terbalik seolah-olah posisi
sebelah kanan menjadi kiri.
Dari percobaan ini dapat kita simpulkan bahwa cermin datar akan membentuk bayangan
dengan sifat-sifat maya, sama tegak dengan benda aslinya dan sama besar dengan benda aslinya.
1) Melukis Pembentukan Bayangan Pada Cermin Datar
Untuk melukis bayangan pada cermin datar menggunakan hukum pemantulan cahaya.
Misalkan saja Anda hendak menentukan bayangan benda O sebagaimana terlihat pada gambar
2. Sinar datang dari O ke cermin membentuk sudut datang (i) , di titik tersebut ada garis
normal
tegak yang lurus permukaan cermin. Dengan bantuan busur derajat, ukurlah besar sudut datang
(i) yakni sudut yang dibentuk oleh sinar datang dengan garis normal. Ukurlah sudut pantul (r) yaitu
sudut antara garis normal dan sinar pantul yang besarnya sama dengan sudut datang. Posisi
bayangan dapat ditentukan dengan memperpanjang sinar pantul D melalui C hingga ke O' yang
berpotongan dengan garis OO' melalui B.

Gambar 2.a. Melukis


pembentukan bayangan
sebuah benda titik pada
cermin datar.

Gambar 2.b. Melukis pembentukan bayangan sebuah benda garis pada


cermin datar.

2) Menggabung Dua Cermin Datar


Dua buah cermin datar yang digabung dengan cara tertentu dapat memperbanyak jumlah
bayangan sebuah benda. Jumlah bayangan yang terjadi bergantung pada besar sudut yang dibentuk
oleh kedua cermin itu. Jika kamu memiliki dua buah cermin segi empat lakukanlah percobaan
berikut. Letakkan kedua cermin tersebut saling berhadapan dengan salah satu sisi segi empat
tersebut berhimpit hingga membentuk sudut 90 0, kemudian letakkanlah sebuah benda P (pensil
misalnya) diantara kedua cermin tersebut! Perhatikanlah berapa jumlah bayangan yang terbentuk?

Gambar 3. Dua cermin datar A dan B yang


dipertemukan kedua ujungnya membentuk sudut
90 satu sama lain dapat memantulkan cahaya dari
benda P hingga membentuk tiga buah bayangan A’,
B’, dan A”= B”
Ubahlah sudut cermin hingga membentuk sudut 60 0, berapakah jumlah bayangan yang
terbentuk sekarang? Hitunglah seluruh bayangan pensil yang tampak di permukaan kedua cermin
A maupun B. Ternyata sebanyak lima bayangan.
Gambar 4. Dengan mempertemukan dua
permukaan sermin A dan B di titik C
membentuk sudut apit sebesar 60
menghasilkan jumlah bayangan sebanyak
lima buah.
Ternyata jika sudut kedua cermin diubah-ubah (0<α<900) jumlah bayangan benda juga
akan berubah-ubah sesuai dengan persamaan empiris
360
𝑛= −1
𝛼
dengan :
n : Jumlah bayangan
α : sudut antara kedua cermin

b. Pemantulan pada Cermin Sferik (Lengkung) (Nurul Hudaya_D011211069)


Cermin sferik adalah cermin lengkung seperti permukaan lengkung sebuah bola dengan
jari-jari kelengkungan R. Cemin ini dibedakan atas cermin cekung (konkaf) dan cermin cembung
(konveks). Setiap cermin sferik baik itu cermin cekung ataupun cermin cembung memiliki fokus
f yang besarnya setengah jari-jari kelengkungan cermin tersebut.
R
f =
2
dengan
f : jarak fokus
R : jari-jari kelengkungan cermin
Bagian-bagian cermin lengkung antara lain adalah sumbu utama (C-O), titik pusat
kelengkungan cermin ( C ), titik pusat bidang cermin ( O ), jari-jari kelengkungan cermin ( R ),
titik fokus / titik api ( F ) , jarak fokus (f) dan bidang fokus .

Gambar 6 Bagian-bagian pada cermin (a) cermin cekung, (b) cermin cembung
Garis pada cermin sferik yang menghubungkan antara pusat kelengkungan C, titik fokus
f dan titik tengah cermin O disebut sumbu utama.
Menurut dalil Esbach jarak antara dua titik tertentu pada cermin cekung dapat diberi
nomor-nomor ruang. Jarak sepanjang OF diberi nomor ruang I, sepanjang FC diberi nomor ruang
II, lebih jauh dari C diberi nomor ruang III dan dari O masuk ke dalam cermin diberi nomor ruang
IV. Ruang I sampai III ada di depan cermin cekung (daerah nyata) dan ruang IV ada di belakang
cermin cekung (daerah maya).

Gambar 7. Penomoran ruang pada cermin


cekung. Daerah di depan cermin disebut
daerah nyata, dan daerah di belakang
cermin disebut daerah maya.

Pada cermin cekung semua cahaya yang datang sejajar sumbu utama akan difokuskan
sesuai dengan sifatnya yaitu mengumpulkan cahaya. Titik berkumpulnya sinar-sinar pantul disebut
titik fokus atau titik api yang terletak di sumbu utama. Cara melukis sinar-sinar pantulnya tetap
menggunakan hukum pemantulan cahaya.
Gambar 8. Pemantulan
berkas cahaya sejajar sumbu
utama pada cermin cekung

Bagaimana jika sinar-sinar yang datang ke cermin cekung tidak sejajar sumbu utama?
Ternyata berkas-berkas sinar pantul akan berpotongan di satu titik yang tidak terletak pada sumbu
utama. Oleh cermin sinar-sinar tersebut akan dipantulkan tidak melalui fokus melainkan melewati
suatu titik tertentu pada bidang fokus utama seperti tampak pada gambar 8.

Gambar 9. Pemantulan berkas


cahaya yang datangnya tidak
sejajar sumbu utama pada cermin
cekung

1) Pembentukan bayangan oleh cermin cekung

Untuk menggambarkan bagaimana terbentuknya bayangan pada cermin cekung dapat


menggunakan bantuan sinar-sinar istimewa, dengan demikian lukisan bayangan akan dapat dilukis
dengan mudah karena sinar-sinar tersebut mudah diingat ketentuannya tanpa harus mengukur
sudut datang dan sudut bias. Sinar-sinaar istimewa inipun tetap berdasarkan hukum
pemantulan cahaya. Untuk menggambarkan bagaimana terbentuknya bayangan pada cermin sferik
kita dapat menggunakan bantuan sinar-sinar istimewa, dengan demikian lukisan bayangan akan
dapat kita lukis dengan mudah.
Sinar-sinar istimewa pada cermin cekung adalah sebagai berikut:
1. Sinar yang datang sejajar sumbu utama dipantulkan melalui titik fokus (F).

Gambar 10. Sinar yang sejajar sumbu utama akan


dipantulkan cermin cekung melalui titik fokus

2. Sinar yang datang melalui titik fokus (F) akan dipantulkan sejajar sumbu utama.

Gambar 11. Sinar yang melalui fokus akan


dipantulkan cermin cekung sejajar sumbu utama

3. Sinar-sinar yang datang melalui pusat kelengkungan ( C ) akan dipantulkan kembali melalui
titik pusat kelengkungan tersebut.

Gambar 12. Sinar yang melewati titik


pusat kelengkungan cermin akan
dipantulkan cermin cekung melewati
titik tersebut.

Contoh melukis bayangan pada cermin cekung


➢ Benda berada di jauh tak terhingga
Sinar-sinar yang berasal dari benda yang jauh tak
terhingga datang ke cermin berupa sinar-sinar sejajar dan
oleh cermin sinar-sinar ini akan dikumpulkan di fokus
utama sehingga bayangan benda yang terbentuk berupa
titik di titik fokus cermin.

➢ Benda berada di titik pusat kelengkungan cermin (titikC)


Benda AB berada di titik pusat kelengkungan
cermin cekung akan menghasilkan bayangan yang
tepat berada di titik pusat kelengkungan cermin
pula.
➢ Benda berada di ruang II
Benda AB berada di ruang II cermin cekung
akan menghasilkan bayangan di ruang III.

➢ Benda berada di ruang III

Benda AB terletak di ruang III cermin cekung


akan menghasilkan bayangan di ruang II.

➢ Benda berada di titik fokus


Benda AB tepat di titik fokus maka sinar-sinar yang
datang dari benda dipantulkan oleh cermin cekung
sejajar sumbu utama sehingga tidak terbentuk
bayangan, atau sering juga dikatakan bahwa
bayangan benda berada di jauh tak terhingga.
➢ Benda berada di ruang I
Bila benda berada di ruang I, bayangan
yang terbentuk merupakan perpotongan dari
perpanjangan sinar-sinar pantul, sehingga
bayangan berada di belakang cermin.

2) Pembentukan Bayangan Oleh Cermin Cembung (M. Umar Chatib_D011211093)


Sama halnya dengan cermin cekung, pada cermin cembung juga mempunyai tiga macam
sinar istimewa. Karena jarak fokus dan pusat kelengkungan cermin cembung berada di belakang
cermin maka ketiga sinar istimewa pada cermin cembung tersebut adalah :
1. Sinar yang datang sejajar dengan sumbu utama akan dipantulkan seolah-olah berasal dari titik
fokus (F).

Gambar 13. Sinar yang datang sejajar sumbu


utama akan dipantulkan seolah-olah dari
titik fokus

2. Sinar yang datang menuju titik fokus (F) akan dipantulkan sejajar sumbu utama.
Gambar 14. Sinar yang datang seolah-
olah menuju fokus akan di pantulkan
sejajar sumbu utama
3. Sinar-sinar yang menuju titik pusat kelengkungan ( C ) akan dipantulkan seolah-olah berasal
dari titik pusat kelengkungan. Gambar 15. Sinar yang datang menuju pusat
kelengkungan akan dipantulkan kembali
melalui sinar itu juga.

Contoh melukis bayangan pada cermin cembung


Seperti halnya pada cermin cekung, melukis bayangan pada cermin cembung juga diperlukan
minimal dua sinar istimewa. Karena depan cermin adalah ruang IV maka berapapun jarak benda
nyata dari cermin tetap berada di ruang IV . Dengan demikian bayangan yang terbentuk berada di
ruang I cermin cembung dan bersifat maya, diperkecil.
Gambar 16. Proses pembentukan bayangan pada cermin
cembung. Bayangan dari benda nyata selalu di ruang I
cermin, bersifat maya, diperkecil dan sama tegak dengan
bendanya.

Itulah sebabnya bayangan yang terlihat di dalam kaca spion dari benda-benda nyata di depan kaca
spion tampak mengecil dan spion mampu mengamati ruang yang lebih luas.
Ketentuan Sifat-sifat Bayangan oleh Cermin Lengkung
Selain dengan cara melukis secara cepat kamu dapat menentukan sifat-sifat bayangan
yang dibentuk oleh cermin-cermin sferik dengan menggunakan ketentuan-ketentuan berikut :
• Jumlah nomor ruang benda dan nomor ruang bayangan selalu sama dengan lima
• Benda yang terletak di ruang II dan III selalu menghasilkan bayangan yang
terbalikterhadap bendanya. Sedangkan benda-benda yang berada di ruang I dan IV akan
selalu menghasilkan bayangan yang sama tegak dengan bendanya.
• Jika nomor ruang bayangan lebih besar daripada nomor ruang benda, bayangan selalu
lebih besar daripada bendanya (diperbesar).
• Jika nomor ruang bayangan lebih kecil daripada nomor ruang benda, bayangan selalu
lebih kecil daripada bendanya (diperkecil).
3) Hubungan antara Jarak Benda, Jarak Fokus dan Jarak Bayangan
Hubungan antara jarak benda (s), jarak fokus (f) dan jarak bayangan (s’) pada cermin
cekung dapat ditentukan dengan bantuan geometrik.

Gambar 17. Hubungan antara jarak


benda (s), jarak bayangan (s’), dan jarak
fokus (f) dalam ukuran geometri.

Perhatikan perbandingan-perbandingan geometri dan trigonometri dari gambar 17 tersebut


di atas. Jarak AB ke O adalah jarak benda (s), jarak A’B’ ke cermin adalah jarak bayangan (s’)
dan jarak F ke O adalah jaraak fokus (f). Pada gambar tersebut tampak bahwa segitiga GFO dan
A'B'F sebangun sehingga berlaku,
𝑨′ 𝑩′ 𝑨′ 𝑭 h' s'-f
= sehingga =
𝑮𝑶 𝑭𝑶 h f
Pada gambar tampak juga bahwa segitiga ABO dan A'B'O sebangun sehingga diperoleh,
A'B' OA' h' s' . Substitusikan kedua persamaan sehingga
= sehingga =
AB OA h s
s' s'-f
diperoleh persamaan = , gunakan perkalian silang sehingga,
s f
s’.f = s.s’ – s.f
Bagilah semua ruas dengan ss'f, akhirnya diperoleh :
1 1 1
= −
s f s'
1 1 1
atau = +
f s s'
Bila jarak fokus sama dengan separuh jarak pusat kelengkungan cermin f = ½ R,
sehingga persamaan cermin lengkung juga dapat dituliskan dalam bentuk sebagai berikut
2 1 1
= +
R s s'
Dalam menggunakan persamaan tersebut perlu diperhatikan kesepakatan tanda yang
telah disepakati bersama yaitu :
a. Jarak benda s bernilai positif (+) jika benda nyata terletak di depan cermin.
Jarak benda s bernilai negatif (-) jika benda maya terletak di belakang cermin.
b. Jarak bayangan s’ bernilai positif (+) jika bayangan nyata di depan cermin.
Jarak bayangan s’ bernilai negatif (-) jika bayangan maya di belakang cermin.
c. R dan f bertanda positif (+) untuk cermin cekung dan bertanda (-) untuk cermin cembung.
Berbeda dengan cermin datar besar bayangan yang dibentuk oleh cermin lengkung
berbeda-beda sesuai dengan letak benda tersebut terhadap cermin. Untuk mengetahui perbesaran
linier pada pembentukan bayangan pada cermin lengkung maka dapat dibandingkan tinggi
bayangan h’ dengan tinggi benda h atau jarak bayangan terhadap cermin s’ dengan jarak benda
terhadap cermin s.

M = =

dengan
M : perbesaran linier s’ : jarak bayangan terhadap cermin
h’ : tinggi bayangan s : jarak benda terhadap cermin
h : tinggi benda

Jika dalam penghitungan ternyata diperoleh M >1 artinya bayangan yang dibentuk lebih
besar daripada bendanya, jika M = 1 maka bayangan sama besar dengan bendanya sedangkan jika
0<M<1 maka bayangan yang dibentuk akan lebih kecil dari bendanya.

A. Pembiasan Cahaya (Daud Ibrahim_D011211082)

Ketika cahaya mengenai bidang batas antara dua medium yang


berbeda kerapatan (misalnya, udara dengan air) maka cahaya akan
dibelokkan seperti pada Gambar 18. Peristiwa pembelokan cahaya
inilah yang disebut pembiasan cahaya. Pada peristiwa pembiasan ini

Gambar 18. Cahaya dibiaskan di air berlaku dua hukum pembiasan yang dirumuskan oleh
matematikawan Belanda, Willebrord Snellius (1580-1626). Oleh
karena itu, kedua hukum pembiasan ini populer dengan sebutan hukum I Snellius dan hukum II
Snellius.
Hukum I Snellius : Sinar datang, sinar bias, dan garis normal terletak
pada satu bidang datar.
Hukum II Snellius : Jika sinar datang dari medium kurang rapat ke
medium lebih rapat (misalnya dari udara ke kaca), maka sinar dibelokkan
mendekati garis normal. Jika sebaliknya, sinar datang dari medium lebih
rapat ke medium kurang rapat (misalnya dari kaca ke udara), maka sinar
dibelokkan menjauhi garis normal.

a. Indeks Bias
Ketika seberkas cahaya datang bergerak dari suatu medium dengan sudut datang i, cahaya
dibiaskan dengan sudut bias r ketika melalui medium yang lain. Dari percobaan ternyata diketahui
bahwa sin i berbanding lurus dengan sin r, atau secara matematis
sin 𝑖 = 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝𝑎𝑛 𝑥 sin 𝑟 atau sin 𝑖 = 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝𝑎𝑛
sin 𝑟

Tetapan ini merupakan sifat khas suatu medium yang disebut indeks bias (dilambangkan
n). Jadi, indeks bias mutlak n untuk cahaya yang merambat dari vakum (atau udara) menuju ke
suatu medium tertentu dinyatakan dengan persamaan
sin 𝑖
𝑛=
sin 𝑟
Persamaan ini dikenal dengan persamaan Snellius.
Kemudian, persamaan Snellius tersebut dapat dipakai untuk
meramalkan apa yang terjadi jika cahaya datang dari kaca menuju air.
Anggap ada lapisan udara antara permukaan kaca dan air seperti pada
Gambar 19.
Pertama, sinar datang dari kaca (sudut datang = θk) dibiaskan

Gambar 19. Cahaya datang dari ketika masuk ke udara (sudut bias = θu). Sesuai persamaan Snellius,

kaca menuju air melalui lapisan sin θ𝑢


udara 𝑛𝑘 = sin θ𝑘
atau sin θ𝑢 = 𝑛𝑘 sin θ𝑘 … . (∗)

Kedua, sinar datang dari udara (sudut datang = iu) dibiaskan ketika masuk ke air (sudut bias = ia).
Sesuai persamaan Snellius,
sin θ𝑢
𝑛𝑎 = atau sin θ𝑢 = 𝑛𝑎 sin θ𝑎 … . (∗∗)
sin θ𝑎
Sin iu pada persamaan (*) dan persamaan (**) adalah sama, sehingga diperoleh
𝑛𝑘 sin θ𝑘 = 𝑛𝑎 sin θ𝑎
Secara umum, untuk dua medium (medium 1 dan medium 2) persamaan Snellius berbentuk :
𝑛1 sin 𝜃1 = 𝑛2 sin 𝜃2
sin θ1 𝑛2
= = 𝑛21
sin θ2 𝑛1
dengan,

n1 = indeks bias mutlak medium 1, θ2 = sudut datang dalam medium 2,


n2 = indeks bias mutlak medium 2, θ1 n21 = indeks bias medium 2 relatif
= sudut datang dalam medium 1, terhadap medium 1.

Ternyata, cepat rambat cahaya dalam kedua medium yang berbeda kerapatan pun
berbeda. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut,
𝑣1 𝑛2 atau 𝑣1𝑛1 = 𝑣2𝑛2
=
𝑣2 𝑛1

Ketika cahaya melewati dari suatu medium ke medium lainnya, ternyata frekuensi cahaya
tidak berubah, sehingga f1 = f2 = f. Karena hubungan v = λf berlaku untuk kedua medium maka,
𝑣1 = 𝑓𝜆1 𝑑𝑎𝑛 𝑣2 = 𝑓𝜆2
sehingga
𝜆1𝑛1 = 𝜆2𝑛2

b. Pemantulan Sempurna
Pada saat cahaya merambat dari medium optik lebih
rapat ke medium optik kurang rapat dengan sudut datang
tertentu, cahaya akan dibiaskan menjauhi garis normal.
Artinya sudut bias akan selalu lebih besar dibandingkan
sudut datang. Bila sudut datang terus diperbesar, maka
suatu saat sinar bias akan sejajar dengan bidang yang berarti
Gambar 20. Sudut Kritis besar sudut biasnya (r) 90°. Tidak ada lagi cahaya yang
dibiaskan, seluruhnya akan dipantulkan.
Sudut datang pada saat sudut biasnya mencapai 90° ini disebut sudut kritis atau sudut batas.
Pemantulan yang terjadi disebut pemantulan total atau pemantulan sempurna.
Besarnya sudut kritis dapat dirumuskan sebagai berikut:
n1 sin θ1 = n2 sin θ2
n1 sin ik = n2 sin 90o
n1 sin ik = n2
𝑛2
sin 𝑖𝑘 = , 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑛 > 𝑛1
2
𝑛1

c. Kedalaman Semu
Akibat adanya peristiwa pembiasan dalam kehidupan
sehari-hari salah satunya adalah dasar kolam tampak lebih
dangkal dari sebenarnya. Sebagai contoh adalah ketika kita
memasukkan koin logam ke dasar kolam seperti pada Gambar.
Ketika sinar-sinar dari koin logam mengenai bidang batas air-
udara, sinar-sinar ini dibiaskan menjauhi garis normal sehingga
kita seolah-olah melihat koin di P bukan di tempat
sesungguhnya (A). Oleh karena itu, dasar kolam tampak oleh
Gambar 21. Diagram sinar koin di dasar
air mata terlihat lebih dangkal dari kedalaman sebenarnya.
Perbandingan antara kedalaman semu dengan kedalaman sebenarnya dapat ditentukan
seperti berikut :
• Perhatikan ∆AB1B siku-siku. Untuk sudut i kecil,
sin 𝑖 = tan 𝑖 = 𝐴𝐵1 = 𝐴𝐵1 (h = kedalaman sebenarnya)
𝐵𝐵1 𝑕

• Perhatikan ∆BP1P siku-siku. Untuk sudut r kecil,


sin 𝑟 = tan 𝑟 = 𝐵𝑃1 = 𝑃𝑃1 (h’ = kedalaman semu)
𝑃𝑃1 𝑕′

• Gunakan persamaan Snellius untuk bidang batas air-udara.


𝑛𝑎 sin θ𝑎 = 𝑛𝑢 sin θ𝑢 dan 𝑛𝑎 sin 𝑖 = 𝑛𝑢 sin 𝑟
𝑛𝑎 (𝐴𝐵1) = 1(𝑃𝑃1)
𝑕 𝑕′

• Karena AB1 = PP1 maka,


𝑕′ 1
=
𝑕 𝑛𝑎
Persamaan di atas berlaku untuk pengamat di udara dan benda yang diamati berada di dalam air.
Jika dibalik, yaitu pengamat dalam air mengamati benda vertikal di udara setinggi h dari
permukaan air, tinggi benda dari permukaan air yang diamati pengamat (h’) adalah
𝑕′ 𝑛𝑎
=
𝑕 1
Apabila koin berada di dasar wadah berisi dua atau lebih cairan berbeda yang tak
bercampur maka rumus mencari kedalaman semu menjadi
𝑛 𝑕 𝑕1 𝑕2 𝑕3
𝑖
𝑕′ = ∑ = + + +⋯
𝑛𝑖 𝑛1 𝑛2 𝑛3
𝑖=1

d. Pembiasan pada Kaca Plan Paralel (M.Umar Chatib_D011211093)


Kaca plan paralel adalah sekeping kaca yang kedua sisi
A
panjangnya dibuat sejajar. Ketika sinar dari udara masuk ke kaca
plan paralel maka sinar akan dibiakan mendekati garis normal,
D
α
kemudian saat sinar keluar dari kaca menuju udara lagi maka
C B
sinar dibiaskan menjauhi garis normal. Pada pembiasan oleh kaca
Gambar 22. Pembiasan pada kaca plan paralel ini sinar akan terjadi pergeseran sinar, yaitu antara
plan paralel
sinar yang datang dengan sinar yang keluar pada kaca
seperti tampak pada gambar di samping. Besarnya pergeseran dapat dirumuskan dengan :
• Hukum Snellius pada batas I :
𝑛𝑢 𝑠𝑖𝑛𝑖 = 𝑛𝑘 𝑠𝑖𝑛𝑟
sin 𝑖
sin 𝑟 =
𝑛𝑘
Dari persamaan di atas kita bisa menghitung cos r
• Perhatikan segitiga ADB siku-siku dan α = i – r
𝐵𝐷
sin 𝛼 =
𝐴𝐵
• Sedangkan dari segitiga BCA siku-siku
cos 𝑟 = 𝐴𝐶 = 𝑑 , 𝐴𝐵 = 𝑑
𝐴𝐵 𝐴𝐵 cos 𝑟

sin 𝛼 = 𝑡 , 𝑡= 𝑑 sin 𝛼
𝑑
( ) cos 𝑟
cos 𝑟
𝑑 sin ⁡(𝑖 − 𝑟)
𝑡=
cos 𝑟
d = tebal balok kaca r = sudut bias

i = sudut datang t = pergeseran cahaya

f. Pembiasan pada Prisma


Gambar di samping menggambarkan seberkas cahaya monokromatis
yang melewati sebuah prisma. Gambar tersebut memperlihatkan bahwa
berkas sinar tersebut dalam prisma mengalami dua kali pembiasan
sehingga antara berkas sinar masuk ke prisma dan berkas sinar keluar
Gambar 23. Pembiasan dari prisma tidak lagi sejajar. Sudut yang dibentuk antara arah sinar
pada Prisma
datang dengan arah sinar yang meninggalkan prisma disebut sudut
deviasi diberi lambang D. Besarnya sudut deviasi tergantung pada sudut datangnya sinar di mana
besarnya sudut deviasi dapat dicari sebagai berikut.
D = 180o – ∠BCA
= 180o – {(180o + (r1 + i2) – (i1 + r2)}
= (i1 + r2) – (i2 + r1)
= i 1 + r2 – β
Keterangan :
D = sudut deviasi r2 = sudut bias sinar meninggalkan prisma
i1 = sudut datang pada prisma β = sudut pembias prisma

Salah satu sinar datang tertentu pasti akan menghasilkan sudut deviasi minimum.
Berdasarkan hasil pembuktian, deviasi minimum dapat terjadi pada saat sudut datang pertama
sama dengan sudut bias kedua (i1 = r2 ). Besarnya sudut deviasi minimum pada prisma dapat dicari
menggunakan rumus berikut:
• Untuk sudut lebih dari 15o
𝛿𝑚 + 𝛽
sin( ) 𝑛
2 = 2
𝛽 𝑛1
sin( )
2
• Untuk sudut kurang dari 15o

n2
δ =( − 1)β
m
n1
Keterangan :
δm = sudut deviasi minimum, n2 = indeks bias prisma, n1 = indeks bias lingkungan
Kemudian,jika sinar polikromatis, misalnya sinar putih,
yang digunakan maka di dalam prisma tersebut sinar putih
diuraikan menjadi komponen warna merah, jingga, kuning,
hijau, biru, nila, dan ungu (me ji ku hi bi ni u) seperti pada
gambar di samping. Peristiwa penguraian sinar polikromatis ini
dinamakan sebagai peristiwa dispersi. Gambar 24. Dispersi pada prisma

g. Pembiasan pada Permukaan Lengkung

Gambar 25. Pembiasan permukaan lengkung

Benda B dibentuk bayangan oleh permukaan lengkung B' sudut yang dibentuk berdasarkan
pembiasan cahaya adalah:

Semua variabel pada persamaan di atas berlaku perjanjian tanda sebagai berikut :
1. S positif di depan permukaan lengkung/sepihak dengan sinar datang.
2. S' positif di belakang permukaan/berlainan dengan sinar datang.
3. R positif di belakang permukaan lengkung/berlainan dengan sinar datang.
4. Untuk variabel bernilai negatif berlawanan denga kriteria di atas.

g. Pembiasan pada Lensa (Irham Fachreza_D011211059)


Lensa adalah benda bening yang dibatasi oleh dua bidang lengkung. Ada dua jenis lensa,
yaitu lensa cembung dan lensa cekung. Lensa cembung (konveks) memiliki bagian tengah lebih
tebal daripada bagian tepinya. Sinar-sinar bias pada lensa cembung bersifat mengumpul atau
konvergen. Sedangkan lensa cekung (konkaf) memiliki bagian tengah lebih tipis daripada bagian
tepinya. Sinar-sinar bias pada lensa cekung bersifat menyebar atau divergen.
Terdapat sinar-sinar istimewa dalam melukiskan pembentukan bayangan pada lensa. Ada
tiga sinar-sinar istimewa pada pembiasan lensa cembung, yaitu :
1. Sinar datang menuju lensa sejajar sumbu utama
lensa akan dibiaskan melalui titik fokus aktif F 1
lensa
2. Sinar datang melalui titik fokus pasif F2 lensa
akan dibiaskan sejajar dengan sumbu utama lensa
3. Sinar datang menuju lensa melalui titik pusat
Gambar 26. Sinar istimewa lensa cembung
optik lensa akan diteruskan tanpa di biaskan.
Ada juga tiga sinar-sinar istimewa pada pembiasan lensa cekung yaitu :
1. Sinar datang menuju lensa sejajar sumbu utama
akan lensa dibiaskan seakan-akan dari titik fokus
aktif F1 lensa
2. Sinar datang menuju lensa seakan-akan melalui
titik fokus pasif F2 lensa akan dibiaskan sejajar
Gambar 27. Sinar istimewa lensa cekung sumbu utama lensa
3. Sinar datang meuju lensa melalui titik pusat
optik lensa akan diteruskan tanpa dibiaskan.
Berikut ini adalah contoh untuk melukiskan pembentukan bayangan pada lensa:
• Lensa Cembung
• Lensa Cekung

(Bayangan yang terbentuk pada lensa cekung selalu maya, tegak, diperkecil)

Rumus yang berlaku untuk lensa tipis :


1 1 1
= +
𝑓 𝑠 𝑠′
𝑕′ 𝑠′
𝑀= =| |
𝑕 𝑠
s = jarak benda terhadap lensa,

s’ = jarak bayangan benda terhadap lensa,


h’ = tinggi bayangan,
h = tinggi benda
di mana terdapat perjanjian tanda :
1) Jarak fokus lensa cembung bernilai positif, sedangkan jarak fokus lensa cekung negatif.
2) Jika s atau s’ bernilai positif, benda atau bayangan bersifat nyata.
3) Jika s atau s’ bernilai negatif, benda atau bayangan bersifat maya.
Selain besaran jarak fokus, besaran yang menyatakan ukuran lensa yang lain yaitu
kekuatan lensa. Kekuatan lensa (P) menggambarkan kemampuan lensa untuk membelokkan
sinar yang didefinisikan sebagai kebalikan jarak fokus.
1
𝑃=
𝑓
di mana,
P = kekuatan lensa (dioptri)
f = jarak fokus lensa (meter)
Bagaimanakah sebuah lensa dengan jarak fokus f dapat dibuat oleh pembuat lensa?
Ternyata jarak fokus lensa dalam suatu medium berhubungan dengan jari-jari lengkung bidang
depan dan belakang lensa (R1 dan R2) serta indeks bias bahan lensa. Hubungan ini dinyatakan
oleh rumus :
1 𝑛2 1 1
=( − 1) ( + )
𝑓 𝑛1 𝑅1 𝑅2

dengan n2 = indeks bias bahan lensa dan n1 = indeks bias medium sekitar lensa.
(R positif untuk bidang cembung dan R negatif untuk bidang cekung).

Alat-Alat Optik (Daud Ibrahim_D011211082)


Alat-alat optik adalah alat-alat yang menggunakan lensa dan/atau cermin untuk
memanfaatkan sifat-sifat cahaya yaitu dapat dipantulkan dan dapat dibiaskan, cahaya tersebut
digunakan untuk melihat. Penggunaan alat optik bertujuan untuk melihat benda yang ada di
sekitar kita yang dipantulkan oleh cahaya.
Alat optik terbagi atas dua jenis, yaitu alat optik alami dan buatan. Alat optik alami yaitu mata,
sedangkan yang termasuk alat optik buatan di antaranya adalah kacamata, kamera, lup (kaca
pembesar), mikroskop, teropong atau teleskop, periskop dan sebagainya.
Mata
Mata merupakan organ tubuh yang sangat penting yang berfungsi untuk menerima,
memfokuskan, dan mentransmisikan cahaya melalui lensa mata yang menghasilkan bayangan
objek yang kemudian ditangkap oleh retina mata.
Bayangan objek yang ditangkap retina tersebut kemudian dikirimkan ke otak melalui saraf optik
untuk kemudian diolah menjadi gambar yang mampu kita lihat secara nyata. Mata hampir
berbentuk bulat dengan diameter sekitar 2,5 cm dan dibungkus cangkang (sclera) berwarna putih
yang keras sebagai pelindung.

Secara umum fungsi bagian-bagian mata dibagi menjadi dua yakni bagian luar mata (kelopak
mata, bulu mata, alis mata dan kelenjar air mata) dan bagian dalam mata.
• Lensa mata berfungsi untuk memfokuskan agar cahaya atau bayangan yang masuk jatuh
di retina mata.
• Pupil bertugas mengatur jumlah cahaya yang masuk ke bola mata.
• Sklera melindungi bola mata terhadap gangguan luar yang bersifat mekanis (ex.
benturan) serta berfungsi untuk menjaga bentuk bola mata.
• Koroid berfungsi memelihara retina dan mencegah terjadinya pemantulan cahaya di
dalam ruang internal mata dengan cara menyerap cahaya yang tidak diperlukan.
• Retina menjadi tempat penerimaan cahaya dan tempat jatuhnya bayangan benda.
• Saraf optik akan meneruskan informasi bayangan benda yang diterima retina menuju
otak.
• Otot siliari mengatur kelengkungan lensa mata. Pengaturan kelengkungan ini diperlukan
agar bayangan benda jatuh tepat di retina.
Kacamata
Kacamata merupakan alat optik yang digunakan untuk membantu melihat pada orang yang
memiliki cacat mata, baik itu rabun jauh, rabun dekat, ataupun mata silindris. Kacamata terdiri
dari lensa cembung atau cekung (tergantung jenis cacat matanya), frame atau kerangka yang
menyangga lensa.
Jauh dekatnya bayangan terhadap lensa (kaca mata) yang digunakan tergantung pada letak objek,
jarak fokus lensa, dan kekuatan atau daya lensa. Kekuatan atau daya lensa dirumuskan dengan:
P=1/f
Keterangan:
P = kekuatan atau daya lensa (dioptri)
f = jarak fokus lensa (meter)

Kamera
Kamera merupakan alat untuk menghasilkan foto. Ada dua jenis kamera yang umum dikenal,
yaitu kamera digital dan kamera analog. Saat ini yang akan dibahas adalah kamera analog.
Cara kerja kamera hampir sama dengan cara kerja mata, yakni cahaya masuk difokuskan oleh
lensa dan kemudian ditangkap oleh retina yang merupakan film pada kamera. Rumus untuk
mencari titik fokus pada lensa kamera sama seperti yang kita gunakan pada lensa kaca mata.
Kamera terdiri atas sebuah lensa cembung, diafragma, dan film. Lensa pada kamera dapat diubah-
ubah letaknya sedemikian agar bayangan yang dibentuk lensa selalu terletak tepat pada film. Sifat
bayangan yang dibentuk kamera adalah nyata, terbalik, dan diperkecil.

Lup
Lup atau kaca pembesar hanya terdiri dari satu lensa positif dan berfungsi untuk memperbesar
ukuran bayangan yang terbentuk di retina. Lup sebenarnya merupakan lensa cembung yang
diletakkan antara mata dengan benda yang akan diamati.
Lup banyak digunakan oleh tukang arloji untuk melihat komponenkomponen arloji yang
berukuran kecil.
Mikroskop
Mikroskop merupakan alat optik untuk melihat benda-benda kecil dengan perbesaran
yang lebih besar dari perbesaran lup (dapat mencapai lebih dari 100 kali lipat dari besar benda).
Mikroskop pertama kali ditemukan oleh Zacharias Janssen dari Belanda pada tahun 1590.
Mikroskop terdiri dari 2 lensa.
Lensa pertama dinamakan lensa obyektif yang diletakkan sekat dengan benda yang akan
diamati. Sedangkan lensa kedua yang diletakkan dekat dengan mata pengamat dinamakan lensa
okuler. Lensa okuler bertindak sebagai lup. Ada dua cara dalam menggunakan mikroskop, yaitu
dengan mata berakomodasi maksimum dan dengan mata tak berakomodasi.
Bayangan akhir yang dihasilkan oleh dua lensa dalam mikroskop bersifat maya, diperbesar dan
terbalik terhadap benda semula.

Periskop
Periskop adalah teropong pada kapal selam yang digunakan untuk mengamati benda-benda di
permukaan laut. Periskop terdiri atas 2 lensa cembung dan 2 prisma siku-siku sama kaki. Jalannya
sinar pada periskop adalah sebagai berikut.

1. Sinar sejajar dari benda yang jauh menuju ke lensa obyektif.


2. Prisma P1 memantulkan sinar dari lensa objektif menuju ke prisma P2.
3. Oleh prisma P2 sinar tersebut dipantulkan lagi dan bersilangan di depan lensa okuler tepat di
titik fokus lensa okuler.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Optika merupakan cabang ilmu fisika yang mempelajari tentang konsep cahaya, terutama

mengkaji sifat-sifat cahaya, hakikat, dan pemanfaatannya. Optika terbagi atas dua bagian yaitu optika

geometris merupakan optika yang membahas tentang pemantulan dan pembiasan cahaya, dan optika

fisis merupakan cabang studi cahaya yang membahas tentang sifat-sifat cahaya, interferensi cahaya,

hakikat cahaya dan pemanfaatan sifat-sifat cahaya.

Optika geometris meliputi pemantulan cahaya (pementulan pada cermin datar, pemantulan pada

cermin cekung dan pemantulan pada cermin cembung), dan pembiasan. Sedangkan optika fisis

meliputi warna cahaya, dispirasi cahaya,interferensi cahaya, difraksi cahaya, polaritas cahaya, dan

pengukuran cahaya.

B. SARAN

Dalam kehidupan sehari-hari kita tak lepas dari cahaya, baik cahaya matahari, cahaya
bulan, cahaya lampu, maupun cahaya api. Oleh karena itu, mari kita mempelajari sifat-sifat
cahaya, hakikat cahaya dan pemanfaatannya, karena cahaya sangatah penting bagi makhluk
hidup.
DAFTAR PUSTAKA

Kanginan, Marthen. 2013. Fisika untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta : Erlangga.


Khanafiyah, Siti dkk. 2012. Optika. Semarang : UNNES.
Masayid. 2013. Pembiasan Cahaya pada Prisma Kaca (online),
http://www.onfisika.com/2013/01/pembiasan-cahaya-pada-prisma-kaca.html,
diakses tanggal 10 Mei 2015
Neely, Andy. 2012. Refraction in Water (online),
http://tsgphysics.mit.edu/front/?page=demo.php&letnum=N%203, diakses tanggal
10 Mei 2015.
Wahyu, Rizky. Optik Geometri (online), https://www.academia.edu/8661802/52947025-
makalah-optik-geometri, diakses tanggal 10 Mei 2015.
Zainul, Eka. Optik Geometri 1 (online),
http://www.tofi.or.id/download_file/Kul_9_UMN_OPTIK%20GEOMETRI_1.ppt,
diakses tanggal 10 Mei 2015.

Anda mungkin juga menyukai