PESAWAT SEDERHANA
Di susun Oleh :
Kelompok 10
Kelas 3 D
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................. i
KATA PENGANTAR........................................................................................... ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1
A Latar Belakang.............................................................................. 1
B Rumusan Masalah......................................................................... 1
C Tujuan........................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 2
A Pengertian Optik........................................................................... 2
B Pengertian Optika Geometris Dan Pemaparannya........................ 2
C Pengertian Optika Fisis Dan Pemaparannya.................................. 13
BAB III PENUTUP............................................................................................... 20
A Kesimpulan.................................................................................... 20
B Saran.............................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 21
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kita ketahui bahwa optika sangatlah penting dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam
dunia kesehatan (ilmu biologi) maupun dalam ilmu fisika. Optika yang merupakan ilmu
yang mempelajari tentang cahaya terdapat dua golongan, yaitu optika geometris dan optika
fisis. Cahaya adalah gelombang elektromagnetik yang dapat merambat dalam ruang hampa.
Dalam berbagai hal cahaya lebih mudah ditinjau berdasarkan garis perambatannya, yaitu
garis yang tegak lurus muka gelombang. Garis rambatan gelombang cahaya disebut sinar
cahaya atau secara singkat disebut sinar. Setiap hari kita tak lepas dari cahaya. Oleh karena
itu, dalam pembahasan ini menjelaskan tentang cahaya terutama sifat-sifat cahaya, hakikat,
dan pemanfaatannya.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini sebagai berikut:
1. Apa pengertian optika?
2. Apa yang dimaksud dengan optika geometris dan pemaparannya?
3. Apa yang dimaksud dengan optika fisis dan pemaparannya?
C. Tujuan
1.Mengetahui pengertian optika
2.Mengetahui pengertian optika geometris dan pemaparannya
3.Mengetahui pengertian optika fisis dan pemaparannya
BAB II
1
PEMBAHASAN
A. Pengertian Optik
Optika merupakan cabang ilmu fisika yang mempelajari tentang konsep cahaya,
terutama mengkaji sifat-sifat cahaya, hakikat, dan pemanfaatannya. Optika terbagi ke
dalam dua bagian yaitu Optika Geometris dan Optika Fisis.
Pemantulan Cahaya
1. Jenis-jenis pemantulan cahaya
Ada dua jenis pemantulan cahaya, yaitu pemantulan teratur dan pemantulan baur.
Pemantulan teratur terjadi ketika suatu berkas cahaya sejajar datang pada
permukaan yang halus atau rata seperti permukaan cermin datar atau permukaan air yang
tenang.
Sedangkan pemantulan baur terjadi ketika suatu berkas cahaya sejajar datang pada
permukaan yang kasar atau tidak rata sehingga dipantulkan keberbagai arah yang tidak
tertentu.
2
2.Hukum pemantulan
Dari hasil percobaan sesuai gambar 2.3, diperoleh hukum pemantulan sebagai berikut:
1) Sinar datang, sinar pantul, dang garis normal berpotongan pada satu titik dan terletak pada
satu bidang datar.
2) Sudur datang (i) sama dengan sudut pantul (r)
Sehingga hukum pemantulan dapat dinyatakan secara matematis sebagai berikut:
i=r
3
Gambar 2.4 Pemantulan pada cermin datar
4
1. Cermin Cekung
Cermign cekung bersifat mengumpulkan sinar. Berkas sinar yang datang sejajar
sumbu utama akan akan dipantulkan mengumpul pada suatu titik yang disebut titik fokus
(F). Secara geometris dapat dibuktikan bahwa panjang fokus (f), yaitu jarak cermin ke
titik fokus besarnya sama dengan setengah panjang jari-jari kelengkungan cermin.
f = r/2
Untuk melukis sinar yang berasal dari sebuah benda yang menuju sebuah cermin,
terdapat tiga sinar utama yang berguna untuk menentukan lokasi bayangan dan sering
disebut sinar-sinar istimewa, yaitu:
1) Sinar datang yang sejajar dengan sumbu utama dipantulkan melalui titik fokus.
2) Sinar datang yang melalui titik fokus dipantulkan sejajar dengan sumbu utama.
3) Sinar datang yang melalui titik pusat kelengkungan cermin (C) dipantulkan melalui titik
itu juga.
5
Gambar 2.6 Sinar-sinar istimewa
Rumus umum cermin cekung
Perhatikan Gambar 2.6 untuk menurunkan persamaan matematis yang menggambar lokasi
sebuah bayangan.
Gambar 2.7 (a) menunjukkan suatu sinar dari puncak benda yang akan
dipantulkan melalui puncak bayangan dengan sudut datang yang sama dengan sudut
pantul. Oleh karena itu, kita dapat melihat dua buah segitiga yang sama sebangun,
sehingga berlaku:
6
Gambar 2.7 (b) menunjukkan suatu sinar dari benda melalui titik fokos (F) yang
dipantulkan sejajar dengan sumbu utama melalui bayangan. Oleh karena itu, kita dapat
melihat dua buah segitiga yang sama sebangun, sehingga berlaku:
Keterangan:
f = jarak fokus cermin
so = jarak benda ke cermin
si = jarak bayangan ke cermin
ho = tinggi benda
hi = tinggi bayangan
Dari persamaan di atas berlaku untuk cermin cekung maupun cermin cembung,
namun harus memperhatikan perjanjian tanda berikut:
so bertanda + jika benda terletak di depan cermin (benda nyata)
so bertanda - jika benda terletak di belakang cermin (benda maya)
si bertanda + jika bayangan terletak di depan cermin (banyangan nyata)
si bertanda - jika benda terletak di belakang cermin (banyangan maya)
f bertanda + untuk cermin cekung
f bertanda - untuk cermin cekung
Bayangan yang dibentuk cermin dapat lebih besar atau lebih kecil dari ukuran
bendanya. Untuk menyatakan perpandingan ukuran bayangan terhadap bendanya
digunakan konsep pembesar. Pada pembahasan ini akan dibahas perbesaran linear.
Perbesaran linear didefinisikan sebagai perbandingan antara tinggi bayangan (jarak
bayangan) dengan tinggi benda (jarak benda). Secara matematis dituliskan:
7
2. Cermin cembung
Cermin cembung bersifat menyebarkan sinar. Berkas sinar sejajar sumbu utama
dipantulkan menyebar seolah-olah berasal dari titik fokus (F). Seperti pada
cermincekung, panjang fokus (f) sama dengan setengah jari-jari kelengkungan cermin.
Sinar-sinar istimewa pada cermin cembung
1) Sinar datang yang sejajar dengan sumbu utama dipantulkan seolah-olah berasal dari titik
fokus.
2) Sinar datang yang menuju titik fokus dipantulkan sejajar dengan sumbu utama.
3) Sinar datang yang menuju pusat kelengkungan dipantulkan melalui lintasan yang sama.
8
3. Pembiasan Cahaya
Pembiasan adalah pembelokan cahaya sehubungan dengan perubahan kecepatan
rambat dari suatu medium ke medium lain.
Hukum Pembiasan
Ada beberapa pengertian yang perlu dipahami sebelum membahas tentang hukum
pembiasan, yaitu:
a. Sinar datang adalah sinar yang datang pada bidang batas dua medium.
b. Sinar bias adalah sinar yang dibiaskan oleh bidang batas dua medium.
c. Garis normal adalah garis yang tegak lurus pada bidang batas dua medum.
d. Sudut datang (i) adalah sudut antara sinar datang dengan garis normal.
e. Sudut bias (r) adalah sudut antara sinar bias dengan garis normal.
f. Indeks bias mutlak suatu medium (n) didefinisikan sebagai perbandingan cepat rambat
cahaya di ruang hampa (c) terhadap cepat rambat cahaya di medium tersebut (v). Secara
matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
Karena kecepatan cahaya di dalam suatu medium selalu lebih kecil daripada di
ruang hampa maka indeks bias mutlak suatu medium selalu lebih besar dari 1 (n > 1).
Indeks bias relatif suatu medium nr didefinisikan sebagai pepandingan indeks bias
mutlak medium tersebut terhadap indeks bias mutlak medium lain, secara matematis
dapat dirumuskan sebagai berikut.
Keterangan:
n12 = indeks bias relatif medium 1 terhadap 2
9
n1 = indeks bias mutlak medium 1
n2 = indeks bias mutlak medium 2
v1 = laju cahaya dalam medium 1
v2 = laju cahaya dalam medium 2
Karena indeks bias relatif adalah perbandingan indeks bias antara dua medium, maka indeks
bias relatif ini bisa bernilai lebih besar atau lebih dari satu.
dimana r dapat dihitung dari hukum Snellius (n1 sin i =n2 sin r).
11
5. Pembiasan Cahaya pada Bidang Lengkung
Hukum pembiasan Snellius dapat juga diterapkan pada bidang lengkung terutama
untuk sinar-sinar paraksial. Gambar 2.9 memperlihatkan suatu batas permukaan
lengkungan yangg mempunyai jari-jari kelengkungan R dan pusatnya adalah titik C.
Cahaya datang dari benda di titik O, mengenai bidang batas dengan sudut datang i dan
dibiaskan dengan sudut bias r ke titik I memenuhi hukum Snellius.
n1 sin i = n2 sin r
12
Dengan memasukkan sudut α, β dan γ ke dalam persamaan terakhir dengan menghilangkan
panjang busur AV akan diperoleh:
C. Optika Fisis
Optika fisis merupakan cabang studi cahaya yang membahas tentang sifat-sifat
cahaya, interferensi cahaya, hakikat cahaya dan pemanfaatan sifat-sifat cahaya.
c = f .
Keterangan:
c = kecepatan perambatan cahaya
f = frekuensi
λ = panjang gelombang
Karena harga c tetap, bila frekuensi kecil maka panjang gelombang besar atau
sebaliknya.
6. Cahaya warna merah mempunyai f kecil maka besar.
2. Dispersi Cahaya
Dispersi adalah peristiwa penguraian cahaya polikromarik (putih) menjadi
cahaya-cahaya monokromatik (merah, jingga, kuning, hijau, biru, dan ungu). Dispersi
cahaya terjadi jika seberkas cahaya polikromatik (cahaya putih) jatuh pada sisi prisma.
Cahaya putih tersebut itu akan diuraikan menjadi warna-warna pembentuknya yang
disebut spektrum cahaya.
~ Sudut Deviasi
Sudut deviasi adalah sudut yang dibentuk oleh perpanjangan sinar datang dan
sinar keluar pada prisma. Misalnya pada segi empat PSQT berlaku hubungan: β + sudut
PSQI = 180o. Sedangkan pada segitiga PSQ berlaku hubungan: r1 + i2 + sudut PSQ =
180o. Dengan demikian, diperoleh hubungan baru:
14
β + sudut PSQ = r1 + i2 + sudut PSQ
β = r1 + i2
Dengan β = sudut puncak atau sudut pembias prisma
r1 = sudut bias pada permukaan pertama
i2 = sudut datang pada permukaan kedua
pada segitiga PQR berlaku hubungan: sudut PRQ + sudut QPR + sudut PQR = 180o, dimana
sudut QPR = i1 – r1 dan sudut PQR = r2 – i2 sehingga diperloleh:
sudut PRQ + (i1 – r1) + (r2 – i2) = 180o
sudut PRQ = 180o + (r1 + i2) – (i1 + r2)
Dengan demikian, sudut deviasi D adalah
D = 180o – sudut PRQ
~ Sudut Dispersi
Cahaya putih yang melalui prisma diuraikan menjadi spektrum warna, yaitu warna
merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu. Hal ini menunjukan bahwa
sesungguhnya cahaya putih merupakan gabungan dari ketujuh warna di atas. Cahaya
yang merupakan gabungan dari beberapa jenis warna disebut polikromatis, sedangkan
cahaya yang terdiri dari satu warna disebut monokromatis.
Apabila spektrum warna hasil dispersi diurutkan dari warna merah hingga ungu,
maka diperoleh beberapa sifat: sudut deviasi semakin besar, indeks bias semakin besar,
frekuensi semakin besar, dan panjang gelomnang semakin kecil.
Jika ditinjau dari susunan spektrumnya, maka :
1. Indeks bias (n) : Ungu terbesar sedang merah terkecil.
2. Deviasi (D) : Ungu terbesar sedang merah terkecil.
3. Frekuensi (f) : Ungu terbesar sedang merah terkecil.
4. Energi photon (Eph) : Ungu terbesar sedang merah terkecil.
15
5. Panjang gelombang ( : Ungu terkecil sedang merah terbesar.
)
6. Kecepatan (v) : Ungu terkecil sedang merah terbesar.
Deviasi sinar merah:
Dm = (nm – 1)β
Deviasi sinar ungu:
Du = (nu – 1)β
Sudut dispersi φ menyatakan lebar spektrum yang ditimbulkan oleh prima yang
besarnya bergantung pada selisih antara sudut deviasi warna ungu dan marna merah.
φ = Du – Dm
= (nu – 1)β – (nm – 1)β
φ = (nu – nm)β
Keterangan:
φ = sudut dispersi
nu = indeks bias warna ungu
nm = indeks bias warna merah
β = sudut puncak atau sudut pembias prima
3. Interferensi Cahaya
Interferensi Cahaya adalah perpaduan dua atau lebih sumber cahaya sehingga
menghasilkan keadaan yang lebih terang (interferensi maksimum) dan keadaan yang
gelap (interferensi minimum). Interferensi maksimum : pada layar didapatkan garis
terang apabila beda jalan cahaya antara celah merupakan bilangan genap dari setengah
panjang gelombang. Sedangkan interferensi minimum : Pada layar didapatkan garis
gelap apabila beda jalan antara kedua berkas cahaya merupakan bilangan ganjil dari
setengah panjang gelombang.
Syarat interfesi cahaya adalah cahaya tersebut harus koheren. Koheren adalah dua
sumber cahaya atau lebih yang mempunyai frekwensi dan amplitudo sama (hampir sama)
serta beda fase yang tetap.
16
Pola interferensi pada lapisan tipis dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu perbedaan panjang
lintasan optik dan perubahan fasse sinar pantul. Dengan dua fakto itu, maka syarat-syarat
interferensi sebagai berikut:
1) Syarat terjadinya interferensi maksimum (terangg)
2nd cos r = (m – )λ m = 1, 2, 3, . . . .
2) Syarat terjadinya interferensi minimum (gelap)
2nd cos r = m λ m = 0, 1, 2, . . . .
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Optika merupakan cabang ilmu fisika yang mempelajari tentang konsep cahaya,
terutama mengkaji sifat-sifat cahaya, hakikat, dan pemanfaatannya. Optika terbagi atas dua
bagian yaitu optika geometris merupakan optika yang membahas tentang pemantulan dan
pembiasan cahaya, dan optika fisis merupakan cabang studi cahaya yang membahas tentang
sifat-sifat cahaya, interferensi cahaya, hakikat cahaya dan pemanfaatan sifat-sifat cahaya.
Optika geometris meliputi pemantulan cahaya (pementulan pada cermin datar,
pemantulan pada cermin cekung dan pemantulan pada cermin cembung), dan pembiasan.
19
Sedangkan optika fisis meliputi warna cahaya, dispirasi cahaya,interferensi cahaya, difraksi
cahaya, polaritas cahaya, dan pengukuran cahaya.
B. Saran
Dalam kehidupan sehari-hari kita tak lepas dari cahaya, baik cahaya matahari, cahaya
bulan, cahaya lampu, maupun cahaya api. Oleh karena itu, mari kita mempelajari sifat-sifat
cahaya, hakikat cahaya dan pemanfaatannya, karena cahaya sangatah penting bagi makhluk
hidup.
DAFTAR PUSTAKA
20
21