“OPTIK”
Untuk Memenuhi Tugas Ulangan Akhir Semester
Pada Mata Kuliah
Fisika Dasar
Disusun Oleh :
THOIBAH BR. SINAGA
NIM: 0704163059
Dosen Pengampu :
NAZARUDDIN NASUTION, M.Pd
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
2016
KATA PENGANTAR
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.....................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................................1
C. Tujuan..................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Optika................................................................................................................2
B. Optika Geometris.................................................................................................................2
C. Optika Fisis........................................................................................................................11
A. Kesimpulan.......................................................................................................................18
B. Saran..................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kita ketahui bahwa optika sangatlah penting dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam
dunia kesehatan (ilmu biologi) maupun dalam ilmu fisika. Optika yang merupakan ilmu yang
mempelajari tentang cahaya terdapat dua golongan, yaitu optika geometris dan optika fisis.
Cahaya adalah gelombang elektromagnetik yang dapat merambat dalam ruang hampa. Dalam
berbagai hal cahaya lebih mudah ditinjau berdasarkan garis perambatannya, yaitu garis yang
tegak lurus muka gelombang. Garis rambatan gelombang cahaya disebut sinar cahaya atau
secara singkat disebut sinar. Setiap hari kita tak lepas dari cahaya. Oleh karena itu, dalam
pembahasan ini menjelaskan tentang cahaya terutama sifat-sifat cahaya, hakikat, dan
pemanfaatannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian optika?
2. Apa yang dimaksud dengan optika geometris?
3. Apa yang dimaksud dengan optika fisis?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu pengertian optika
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan optika geometris
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan optika fisis
BAB II
ISI
A. Pengertian Optika
Optika merupakan cabang ilmu fisika yang mempelajari tentang konsep cahaya,
terutama mengkaji sifat-sifat cahaya, hakikat, dan pemanfaatannya. Optika terbagi ke dalam
dua bagian yaitu optika geometris dan optika fisis. Optika geometris merupakan optika yang
membahas tentang pemantulan dan pembiasan cahaya, dan optika fisis merupakan cabang
studi cahaya yang membahas tentang sifat-sifat cahaya, interferensi cahaya, hakikat cahaya
dan pemanfaatan sifat-sifat cahaya.
B. Optika Geometris
Optika Geometris merupakan optika yang membahas tentang pemantulan dan
pembiasan cahaya.
Sifat cahaya sama dengan sifat gelombang elektromagnetik. Cahaya dan gelombang
elektromagnetik dapat merambat dalam ruang vakum (ruang hampa).
1. Pemantulan Cahaya
a. Jenis-jenis pemantulan cahaya
Ada dua jenis pemantulan cahaya, yaitu pemantulan teratur dan pemantulan baur.
Pemantulan teratur terjadi ketika suatu berkas cahaya sejajar datang pada permukaan
yang halus atau rata seperti permukaan cermin datar atau permukaan air yang tenang.
Sedangkan pemantulan baur terjadi ketika suatu berkas cahaya sejajar datang pada
permukaan yang kasar atau tidak rata sehingga dipantulkan keberbagai arah yang tidak
tertentu.
b. Hukum pemantulan
Dari hasil percobaan sesuai gambar 2.3, diperoleh hukum pemantulan sebagai berikut:
1) Sinar datang, sinar pantul, dang garis normal berpotongan pada satu titik dan terletak pada
satu bidang datar.
2) Sudur datang (i) sama dengan sudut pantul (r)
Sehingga hukum pemantulan dapat dinyatakan secara matematis sebagai berikut:
i=r
n = – 1
Keterangan:
n = jumlah bayangan
α = sudut apit kedua cermin datar
d. Pemantulan Pada Cermin Lekung
Cermin lekung adalah cermin yang mempunyai permukaan pantul berbentuk
lengkung. Cermin lengkung dibedakan menjadi dua, yaitu cermin cekung dan cermin
cembung.
Cermin Cekung
Cermign cekung bersifat mengumpulkan sinar. Berkas sinar yang datang sejajar
sumbu utama akan akan dipantulkan mengumpul pada suatu titik yang disebut titik fokus (F).
Secara geometris dapat dibuktikan bahwa panjang fokus (f), yaitu jarak cermin ke titik fokus
besarnya sama dengan setengah panjang jari-jari kelengkungan cermin.
f = r/2
Untuk melukis sinar yang berasal dari sebuah benda yang menuju sebuah cermin,
terdapat tiga sinar utama yang berguna untuk menentukan lokasi bayangan dan sering disebut
sinar-sinar istimewa, yaitu:
1) Sinar datang yang sejajar dengan sumbu utama dipantulkan melalui titik fokus.
2) Sinar datang yang melalui titik fokus dipantulkan sejajar dengan sumbu utama.
3) Sinar datang yang melalui titik pusat kelengkungan cermin (C) dipantulkan melalui titik
itu juga.
Gambar 2.6 Sinar-sinar istimewa
Rumus umum cermin cekung
Perhatikan Gambar 2.6 untuk menurunkan persamaan matematis yang menggambar lokasi
sebuah bayangan.
Gambar 2.7 (b) menunjukkan suatu sinar dari benda melalui titik fokos (F) yang
dipantulkan sejajar dengan sumbu utama melalui bayangan. Oleh karena itu, kita dapat
melihat dua buah segitiga yang sama sebangun, sehingga berlaku:
Keterangan:
f = jarak fokus cermin
so = jarak benda ke cermin
si = jarak bayangan ke cermin
ho = tinggi benda
hi = tinggi bayangan
Dari persamaan di atas berlaku untuk cermin cekung maupun cermin cembung,
namun harus memperhatikan perjanjian tanda berikut:
so bertanda + jika benda terletak di depan cermin (benda nyata)
so bertanda - jika benda terletak di belakang cermin (benda maya)
si bertanda + jika bayangan terletak di depan cermin (banyangan nyata)
si bertanda - jika benda terletak di belakang cermin (banyangan maya)
f bertanda + untuk cermin cekung
f bertanda - untuk cermin cekung
Bayangan yang dibentuk cermin dapat lebih besar atau lebih kecil dari ukuran
bendanya. Untuk menyatakan perpandingan ukuran bayangan terhadap bendanya digunakan
konsep pembesar. Pada pembahasan ini akan dibahas perbesaran linear. Perbesaran linear
didefinisikan sebagai perbandingan antara tinggi bayangan (jarak bayangan) dengan tinggi
benda (jarak benda). Secara matematis dituliskan:
Cermin Cembung
Cermin cembung bersifat menyebarkan sinar. Berkas sinar sejajar sumbu utama
dipantulkan menyebar seolah-olah berasal dari titik fokus (F). Seperti pada cermincekung,
panjang fokus (f) sama dengan setengah jari-jari kelengkungan cermin.
Sinar-sinar istimewa pada cermin cembung
1) Sinar datang yang sejajar dengan sumbu utama dipantulkan seolah-olah berasal dari titik
fokus.
2) Sinar datang yang menuju titik fokus dipantulkan sejajar dengan sumbu utama.
3) Sinar datang yang menuju pusat kelengkungan dipantulkan melalui lintasan yang sama.
Gambar 2.8 Sinar-sinar istimewa pada cermin cembung
Rumus umum cermin cembung
Rumus-rumus yang berlaku pada cermin cekung serta perjanjian tandanya berlaku juga untuk
cermin cembung sehingga dapat dituliskan ulang sebagai berikut:
2. Pembiasan Cahaya
Pembiasan adalah pembelokan cahaya sehubungan dengan perubahan kecepatan rambat
dari suatu medium ke medium lain.
a. Hukum Pembiasan
Ada beberapa pengertian yang perlu dipahami sebelum membahas tentang hukum
pembiasan, yaitu:
a. Sinar datang adalah sinar yang datang pada bidang batas dua medium.
b. Sinar bias adalah sinar yang dibiaskan oleh bidang batas dua medium.
c. Garis normal adalah garis yang tegak lurus pada bidang batas dua medum.
d. Sudut datang (i) adalah sudut antara sinar datang dengan garis normal.
e. Sudut bias (r) adalah sudut antara sinar bias dengan garis normal.
f. Indeks bias mutlak suatu medium (n) didefinisikan sebagai perbandingan cepat rambat
cahaya di ruang hampa (c) terhadap cepat rambat cahaya di medium tersebut (v). Secara
matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
Karena kecepatan cahaya di dalam suatu medium selalu lebih kecil daripada di ruang hampa
maka indeks bias mutlak suatu medium selalu lebih besar dari 1 (n > 1).
Indeks bias relatif suatu medium nr didefinisikan sebagai pepandingan indeks bias mutlak
medium tersebut terhadap indeks bias mutlak medium lain, secara matematis dapat
dirumuskan sebagai berikut.
Keterangan:
n12 = indeks bias relatif medium 1 terhadap 2
n1 = indeks bias mutlak medium 1
n2 = indeks bias mutlak medium 2
v1 = laju cahaya dalam medium 1
v2 = laju cahaya dalam medium 2
Karena indeks bias relatif adalah perbandingan indeks bias antara dua medium, maka indeks
bias relatif ini bisa bernilai lebih besar atau lebih dari satu.
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan oleh Willebrord Snellius (1591 – 1626),
seperti pada gambar 2. Diproleh hukum pembiasan atau hukum Snellius sebagai berikut:
1) Sinar datang, sinar bias, dan garis normal berpotongan pada suatu titik dan terletak pada
satu bidang datar.
2) Sinar datang dari medium yang kurang rapat ke medium yang lebih rapat dibiaskan
mendekati garis normal.
3) Sinar datang dari medium yang lebih rapat ke medium yang kurang rapat dibiaskan
menjauhi garis normal.
4) Sinar datang secara tegak lurus terhadap bidang batas dua medium tidak dibiaskan,
melainkan diteruskan.
Hukum pembias tersebut dapat dinyatakan secara matematis sebagai berikut.
n1 sin i = n2 sin r
Keterangan:
n1 = indeks bias mutlak medium 1
n2 = indeks bias mutlak medium 2
i = sudut datang
r = sudut bias
Untuk kaca plan-paralel dengan ketebalan d maka sinar akan mengalami pergeseran
sebesar t yang dapat diturunkan sebagai berikut:
Perhatikan segitiga OBC:
sin sudut COB =
dimana r dapat dihitung dari hukum Snellius (n1 sin i =n2 sin r).
C. Optika Fisis
Optika fisis merupakan cabang studi cahaya yang membahas tentang sifat-sifat
cahaya, interferensi cahaya, hakikat cahaya dan pemanfaatan sifat-sifat cahaya.
1. Warna Cahaya
Cahaya terdiri dari bermacam-macam warna, hal ini dapat dibuktikan dengan piringan
Newton (Newton’s Disc) yang terdiri dari 7 macam warna yaitu : merah, jingga, kuning,
hijau, biru, nila dan ungu. (cara menghafal : MEJIKUHIBINIU) yang diputar dengan cepat
akan tampak berwarna putih.
Dapat disimpulkan bahwa:
1. Ketujuh komponen warna disebut sebagai spektrum warna dari sinar putih.
2. Sinar-sinar yang dapat diuraikan atas beberapa komponen warna seperti sinar putih
disebut sinar polikromatik.
3. Sinar-sinar yang tidak dapat diuraikan lagi atas beberapa komponen, disebut sinar
monokromatik.
4. Dalam ruang hampa, cahaya mempunyai :
Kecepatan perambatan sama (c)
Frekuensi masing-masing warna berbeda (f)
Panjang gelombang masing-masing warna berbeda (λ)
5. Rumus kecepatan perambatan cahaya (c)
C=f
Keterangan:
c = kecepatan perambatan cahaya
f = frekuensi
λ = panjang gelombang
Karena harga c tetap, bila frekuensi kecil maka panjang gelombang besar atau
sebaliknya.
6. Cahaya warna merah mempunyai f kecil maka besar.
2. Dispersi Cahaya
Dispersi adalah peristiwa penguraian cahaya polikromarik (putih) menjadi cahaya-
cahaya monokromatik (merah, jingga, kuning, hijau, biru, dan ungu). Dispersi cahaya terjadi
jika seberkas cahaya polikromatik (cahaya putih) jatuh pada sisi prisma. Cahaya putih
tersebut itu akan diuraikan menjadi warna-warna pembentuknya yang disebut spektrum
cahaya.
3. Sudut Deviasi
Sudut deviasi adalah sudut yang dibentuk oleh perpanjangan sinar datang dan sinar
keluar pada prisma. Pada segi empat PSQT berlaku hubungan: β + sudut PSQI = 180o.
Sedangkan pada segitiga PSQ berlaku hubungan: r1 + i2 + sudut PSQ = 180o. Dengan
demikian, diperoleh hubungan baru:
β + sudut PSQ = r1 + i2 + sudut PSQ
β = r1 + i2
Dengan β = sudut puncak atau sudut pembias prisma
r1 = sudut bias pada permukaan pertama
i2 = sudut datang pada permukaan kedua
pada segitiga PQR berlaku hubungan: sudut PRQ + sudut QPR + sudut PQR = 180o, dimana
sudut QPR = i1 – r1 dan sudut PQR = r2 – i2 sehingga diperloleh:
sudut PRQ + (i1 – r1) + (r2 – i2) = 180o
sudut PRQ = 180o + (r1 + i2) – (i1 + r2)
Dengan demikian, sudut deviasi D adalah
D = 180o – sudut PRQ
= 180o – [180o + (r1 + i2) - (i1 + r2)]
= (i1 + r2) – (r1 + i2)
Karena β = r1 + i2, maka diperoleh:
D = i1 + r2 – β
4. Sudut Dispersi
Pada gambar tampak bahwa cahaya putih yang melalui prisma diuraikan menjadi
spektrum warna, yaitu warna merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu. Hal ini
menunjukan bahwa sesungguhnya cahaya putih merupakan gabungan dari ketujuh warna di
atas. Cahaya yang merupakan gabungan dari beberapa jenis warna disebut polikromatis,
sedangkan cahaya yang terdiri dari satu warna disebut monokromatis.
Apabila spektrum warna hasil dispersi diurutkan dari warna merah hingga ungu, maka
diperoleh beberapa sifat: sudut deviasi semakin besar, indeks bias semakin besar, frekuensi
semakin besar, dan panjang gelomnang semakin kecil.
Jika ditinjau dari susunan spektrumnya, maka :
1. Indeks bias (n) : Ungu terbesar sedang merah terkecil.
2. Deviasi (D) : Ungu terbesar sedang merah terkecil.
3. Frekuensi (f) : Ungu terbesar sedang merah terkecil.
4. Energi photon (Eph) : Ungu terbesar sedang merah terkecil.
5. Panjang gelombang ( ) : Ungu terkecil sedang merah terbesar.
6. Kecepatan (v) : Ungu terkecil sedang merah terbesar.
Deviasi sinar merah:
Dm = (nm – 1)β
Deviasi sinar ungu:
Du = (nu – 1)β
Sudut dispersi φ menyatakan lebar spektrum yang ditimbulkan oleh prima yang
besarnya bergantung pada selisih antara sudut deviasi warna ungu dan marna merah.
φ = Du – Dm
= (nu – 1)β – (nm – 1)β
φ = (nu – nm)β
Keterangan:
φ = sudut dispersi
nu = indeks bias warna ungu
nm = indeks bias warna merah
β = sudut puncak atau sudut pembias prima
5. Interferensi Cahaya
Interferensi Cahaya adalah perpaduan dua atau lebih sumber cahaya sehingga
menghasilkan keadaan yang lebih terang (interferensi maksimum) dan keadaan yang gelap
(interferensi minimum). Interferensi maksimum : pada layar didapatkan garis terang apabila
beda jalan cahaya antara celah merupakan bilangan genap dari setengah panjang gelombang.
Sedangkan interferensi minimum : Pada layar didapatkan garis gelap apabila beda jalan
antara kedua berkas cahaya merupakan bilangan ganjil dari setengah panjang gelombang.
Syarat interfesi cahaya adalah cahaya tersebut harus koheren. Koheren adalah dua sumber
cahaya atau lebih yang mempunyai frekwensi dan amplitudo sama (hampir sama) serta beda
fase yang tetap.
6. Percobaan Young
Sumber cahaya yang monokromatik dilewatkan suatu celah yang sempit S kemudian
diteruskan melalui celah S1 dan S2. S1 dan S2 berlaku sebagai dua buah sumber cahaya garis
yang sejajar dan koheren yang baru.
d sina = (2k-1) l
Keterangan :
S = Sumber utama yang koheren
S1 = Sumber koheren 1
S2 = Sumber koheren 2
d = Jarak antara sumber S1 dan S2
p = Jarak interferensi
l = Jarak antara sumber dan layar
7. Cincin Newton
Cincin Newton merupakan pola interferensi berupa lingkungan-lingkungan gelap dan
terang secara beraturan. Pola interaferensi cincin Newton ini terjadi jika cahaya yang panjang
gelombanngnya λ datang dalam arah tegak lurus pada sistem optik dari sebuah lensa cekung-
datar dengan jari-jari R yang diletakkan diatass kaca plan-paralel.
Apabila r adalah jari-jari lingkaran gelap dan terang hasil interferensi, maka syarat
terjadinya interfensi adalah sebagai berikut:
1) Syarat terjadinya interferensi maksimum (lingkaran terang)
rt2 =(n – ) λR n = 1, 2, 3, . . . .
2) Syarat terjadinya interferensi minimum (lingkaran gelap)
rg2 = n λR n = 0, 1, 2, . . . .
Keterangan:
d = Lebar celah
u = Sudut deviasi (difraksi)
k = Orde difraksi (0,1,2,3,….n)
l = Panjang gelombang cahaya yang dipakai
A. Kesimpulan
Optika merupakan cabang ilmu fisika yang mempelajari tentang konsep cahaya,
terutama mengkaji sifat-sifat cahaya, hakikat, dan pemanfaatannya. Optika terbagi atas dua
bagian yaitu optika geometris merupakan optika yang membahas tentang pemantulan dan
pembiasan cahaya, dan optika fisis merupakan cabang studi cahaya yang membahas tentang
sifat-sifat cahaya, interferensi cahaya, hakikat cahaya dan pemanfaatan sifat-sifat cahaya.
Optika geometris meliputi pemantulan cahaya (pementulan pada cermin datar,
pemantulan pada cermin cekung dan pemantulan pada cermin cembung), dan pembiasan.
Sedangkan optika fisis meliputi warna cahaya, dispirasi cahaya,interferensi cahaya, difraksi
cahaya, polaritas cahaya, dan pengukuran cahaya.
B. Saran
Dalam kehidupan sehari-hari kita tak lepas dari cahaya, baik cahaya matahari, cahaya
bulan, cahaya lampu, maupun cahaya api. Oleh karena itu, mari kita mempelajari sifat-sifat
cahaya, hakikat cahaya dan pemanfaatannya, karena cahaya sangatah penting bagi makhluk
hidup.
DAFTAR PUSTAKA
www.google.com
http://adiwarsito.files.wordpress.com/2009/10/optika-fisis.doc
Supiyanto. 2006. Fisika Jilid 3 untuk SMA Kelas XII. Jakarta: Phibeta.