Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

(Lensa Tipis)

(PERCOBAAN-OP1)

Nama : Imron Athoriq Firjatulloh

NIM : 205090800111035

Fak/Jurusan : MIPA/Fisika

Kelompok :6

Tgl.Praktikum : 19 April 2021

Nama Asisten : Muhammad Raihan Ekaputra Idrisatria

LABORATORIUM FISIKA DASAR

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2021
LEMBAR PENILAIAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

(Lensa Tipis)

Nama : Imron Athoriq Firjatulloh

NIM : 205090800111035

Fak/Jurusan : MIPA/Fisika

Kelompok :6

Tgl. Praktikum : 19 April 2021

Nama Asisten : Muhammad Raihan Ekaputra Idrisatria

Catatan :

…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………

Paraf Paraf Nilai


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan


Setelah dilakukan percobaan praktikum lensa tipis secara daring, diharapkan dasar
dasar dari sistem lensa dapat dijelaskan, proses jalannya sinar dalam pembuatan
bayangan oleh lensa tipis dapat dijelaskan, serta jarak titik fokus pada lensa tipis dapat
ditentukan.

1.2 Dasar Teori

Lensa merupakan suatu benda bening dan memiliki ketebalan tertentu yang dibatasi
oleh dua bidang lengkung atau ada satu bidang lengkung dan satunya bidang datar.
Contoh dari sebuah lensa sederhana yaitu lensa tipis. Lensa tipis memiliki ketebalan
sangat kecil daripada sifat optisnya, seperti kurva kedua permukaan sferisnya, panjang
fokus pertama dan kedua, radius, serta jarak objek dan bayangan yang dibentuk oleh
lensa. Pada lensa terdapat lensa positif dan lensa negatif. Lensa positif biasa disebut
dengan lensa cembung. Lensa cembung terdapat ciri minimal di salah satunya terdapat
lengkungan yang mengarah keluar. Sedangkan pada lensa negative atau biasa disebut
lensa cekung memiliki minimal satu di salah satu sisinya kelengkungan yang mengarah
ke dalam. Jika terdapat lengkungan ke dalam dan ke luar maka lensa tersebut merupakan
gabungan dari lensa cembung dan cekung. Untuk memperjelas dapat dilihat jenis dari
lensa cembung dan lensa cekung gambar dibawah ini (Qadar, Haryanto, & Syam, 2019).

Gambar 1.1 Jenis-jenis lensa cembung dan lensa cekung (a) lensa cembung ganda,
(b) lensa cembung datar, (c) lensa cembung cekung. (d) lensa cekung ganda,
(e) lensa cekung cembung, dan (f) lensa cekung cembung

(Qadar, Haryanto, & Syam, 2019).


Suatu sinar yang datang akan sejajar dengan objek yang menjadi sumber cahaya.
Pada lensa cembung pertimbangkan sinar paralel yang datang. Dapat dilihat pada
Gambar 1.2, pada gambar tersebut lensa cembungnya terbuat dari bahan trasnparan
seperti kaca atau plastik bening sehingga indeks bias yang dimiliki lebih besar dari udara
di luar. Cahaya yang melewati sumbu pusat lensa cembung akan tegak lurus dari sumber
cahaya sedangkan yang tidak melewati pusat tengah akan dibelokkan ke sumbu pusat
dari lensa. Hal itu terjadi karenan hukum Snellius. Jadi dari gambar tersebut dapat
disimpulkan jika terdapat sinar yang datang sejajar dengan sumbu tujuan pada lensa
tipis cembung, maka sinar tersebut akan difokuskan ke titik yang disebut titik fokus (F).
Hal tersebut tidak berlaku pada lensa yang permukaannya berbentuk bola yang memiliki
diameter lensa lebih besar daripada. Syarat tersebut benar dan berlaku apabila diameter
lensa lebih kecil daripada jari jari yang dimiliki oleh lengkungan pada kedua permukaan
lensa. Kriteria syarat ini sudah terpenuhi oleh lensa tipis (Giancoli, 2014).

Gambar 1.2 Lensa Cembung yang Diberikan Sinar Sejajar

(Giancoli, 2014).

Terdapat nama lain dari lensa cembung yaitu lensa konvergen. Sedangkan pada
lensa cekung biasa disebut lensa divergen. Pada paragraf sebelumnya dijelaskan bahawa
lensa cembung jika diberi cahaya paralel yang tegak lurus akan melewati lensa cembung
dan cahaya akan dibelokkan ke sumbu pusat. Oleh karena itu lensa cembung dinamakan
lensa konvergen. Sedangkan pada lensa cekung jika diberi sumber cahaya paralel yang
tegak lurus dan melewati lensa cekung cahaya akan disebar. Oleh karena hal tersebut
lensa cekung disebut lensa divergen. Hal ini dapat dilihat Gambar 1.2 daiatas untuk
lensa cembung dan Gambar 1.3 dibawah untuk lensa cekung. Seperti pada paragraph
dua dikarenakan yang dibahas kali ini adalah sebuah lensa tipis maka diameter pada
lensa lebih kecil atau tipis daripada jari jari kelengkungan kedua permukaan lensa dan
saat sinar cahaya masuk pada lensa dan menghasilkan sudut dengan sumbu pusat di
dekat lensa. Maka didaptkan persamaan antara jarak benda yang bersimbol p, jarak
bayangan yang bersimbol I, dan panjang fokus yang bersimbol f pada persamaan 1.1
berikut (Halliday & Resnick, 2011).

1 1 1
=𝑝+ 𝑖 …(1,1)
𝑓

(Halliday & Resnick, 2011).

Gambar 1.3 Lensa Cekung yang Diberikan Sinar Sejajar

(Giancoli, 2014).
BAB II
METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan praktikum lensa tipis ini, yaitu
bangku optik, sebuah lampu, benda penanda berupa anak panah, penggaris, sebuah layar
dan 2 lensa berupa lensa positif dan lensa negatif.

2.2 Tata Laksana Percobaan

Alat yang diperlukan dalam percobaan lensa tipis disiapkan

Alat disusun dengan urutan lampu, benda, lensa, dan layar

Tinggi anak panah diukur dengan penggaris

2.2.1 Lensa Positif (Gauss)

Lensa biconvex dipasang dan diatur pada posisi lensa

Benda dipasang pada posisi terjauh dari layar dan jarak objek ke
layar diukur dengan penggaris

Lensa digeser hingga terlihat bayangan yang jelas di layar

Jarak bayangan ke lensa, jarak benda ke lensa, tinggi benda, dan


tinggi bayangan diukur dan dicatat bersama sifat bayangannya

2.2.2 Lensa Positif (Bessel)

Posisi lensa dicatat sebagai kedudukan lensa pertama

Lensa digeser agar diperolehnya bayangan kedua yang jelas

Jarak bayangan ke lensa, jarak benda ke lensa, tinggi dan sifat


bayangan dicatat sebagai kedudukan lensa

Posisi lensa dicatat sebagia kedudukan lensa kedua


Langkah ke 3 hingga 8 pada lensa positif diulang kembali
dengan diubahnya posisi benda terhadap layar

Langkah sebelumnya diulang kembali untuk lensa positif yang


kedua yaitu lensa cembung datar.

2.2.3 Lensa Negatif

Jarak titik lensa negatif dapat diketahui dengan bantuan lensa


positif

Lensa positif dipasang pada bangku optic dan digeser agar


didapatkan bayangan yang jelas pada layar

Lensa negative diletakkan di antara lensa positif dan layar dan


diukur jaraknya masing masing

Layar digeser hingga diperoleh bayangan yang jelas dan jarak


lensa negatif ke layar di ukur.

Langkah di ulangi kembali

2.2.4 Lensa Gabungan

Pada lensa gabungan digunakan dua buah lensa positif, lensa


disusun dengan jarak tertentu, dan diukur jaraknya

Kedua lensa digerakkan bersamaan hingga diperoleh bayangan


pada layar.

Langkah diulangi dengan jarak dua buah lensa positif yang


berbeda.
2.3 Gambar Rangkaian

Gambar 2.3.1 Rangkaian Percobaan Lensa Tipis


BAB III

ANALISA DAN PEMBAHASAN

3.1 Data Hasil Percobaan

3.1.1 Lensa Positif (Gauss)

Tabel 3.1.1 Lensa Positif (Gauss)

No. L ( cm ) S ( cm ) S’ ( cm ) h ( cm ) 𝒉′( cm )
1. 60 6 54 1,1 10
2. 55 5,5 49,5 1,1 9
3. 50 6 44 1,1 8

3.1.2 Lensa Positif (Bessel)

Tabel 3.1.2 Lensa Positif (Bessel)

No. L ( cm ) 𝒆𝟏 ( cm ) 𝒆𝟐 ( cm ) h ( cm ) 𝒉𝟏 ′ ( cm ) 𝒉𝟐 ′ ( cm )
1. 60 6 54 1,1 10 0,1
2. 55 5,5 49,5 1,1 9 0,05
3. 50 6 44 1,1 8 0,1

3.1.3 Lensa Negatif

Tabel 3.1.3 Lensa Negatif

No. L ( cm ) S ( cm ) S’ ( cm ) h ( cm ) 𝒉′( cm )
1. 39 13,5 25,5 1,1 4,5
2. 34 13 21 1,1 3,3
3. 29 14 15 1,1 2,5
3.1.3 Lensa Gabungan

Tabel 3.1.4 Lensa Gabungan

No. L ( cm ) d ( cm ) 𝑺𝟏 ( cm ) 𝑺𝟐 ( cm ) 𝒔𝟏 ′ ( cm ) 𝑺𝟐 ′ ( cm ) h ( cm ) h’ ( cm )

1. 60 6 4,5 10 33 29 1,1 5,3


2. 55 6 5,5 11,5 27 21 1,1 4
3. 50 6 8 14 19,5 13,5 1,1 2,7

3.2 Perhitungan

3.2.1 Lensa Positif (Gauss)


Tabel 3.2.1 Tabel Perhitungan Lensa Positif (Gauss)

1 1 1
= 𝑆 + 𝑆′
𝑓

1 1 1
• = 6 + 54 = 0,185
𝑓1
1 1 1
• = 5,5 + 49,5 = 0,202
𝑓2
1 1 1
• = 6 + 44 = 0,189
𝑓3

1
𝑓 = 1/𝑓

1
• 𝑓1 = 0,185 = 5,4 𝑐𝑚
1
• 𝑓2 = 0,202 = 4,95 𝑐𝑚
1
• 𝑓3 = 0,189 = 5,28 𝑐𝑚
∑𝑓𝑖 5,4 + 4,95 + 5,28
𝑓̅ = = = 5,21 𝑐𝑚
𝑛 3
ℎ′
𝑀=| |

10
• 𝑀1 = |1,1| = 9,091 𝑘𝑎𝑙𝑖
9
• 𝑀2 = |1,1| = 8,182 𝑘𝑎𝑙𝑖
8
• 𝑀3 = |1.1| = 7,273 𝑘𝑎𝑙𝑖
9,091 +8,182+7,273
𝑀= = 8,182 kali
3
2
|𝑓𝑛 − 𝑓 |̅
2
• |𝑓1 − 𝑓 |̅ = 0,036 𝑐𝑚2
2
• |𝑓2 − 𝑓|̅ = 0,068 𝑐𝑚2
2
• |𝑓3 − 𝑓|̅ = 0,005 𝑐𝑚2

2
∑|𝑓−𝑓̅ | 0,109
δ𝑓 = √ (𝑛−1)
= √(3−1) = 0,233 cm

δf
𝐾𝑟 𝑓 = 𝑥 100% = 4,473 %
𝑓̅

𝑓 = (𝑓 ̅ ± 𝛿𝑓) = (5,21 ± 0,233) cm

3.2.2 Lensa Positif (Bessel)

Tabel 3.2.2 Tabel Perhitungan Lensa Positif (Gauss)

𝑒 = |𝑒2 − 𝑒1 |

1. 𝑒 = |54 − 6| = 48 cm
2. 𝑒 = |49,5 − 5,5| = 44 cm
3. 𝑒 = |44 − 6| = 38 cm
48+44+38
𝑒= = 43,333 𝑐𝑚
3

ℎ1 ′
𝑀1 = | |

10
1. 𝑀1 = |1,1| = 9,091 𝑘𝑎𝑙𝑖
9
2. 𝑀1 = |1,1| = 8,182 𝑘𝑎𝑙𝑖
8
3. 𝑀1 = |1.1| = 7,273 𝑘𝑎𝑙𝑖

9,091 +8,182+7,273
𝑀1 = = 8,182 kali
3

ℎ2 ′
𝑀2 = | |

0.1
1. 𝑀2 = |1,1| = 0,091𝑘𝑎𝑙𝑖
0,05
2. 𝑀2 = | 1,1 | = 0,045 𝑘𝑎𝑙𝑖
0.1
3. 𝑀2 = |1.1| = 0,091 𝑘𝑎𝑙𝑖

0,091 +0,045+0,091
𝑀2 = = 0,076 kali
3

𝐿2 − 𝑒 2
𝑓 =
4𝐿

602 − 482
• 𝑓1 = = 5,4 𝑐𝑚
4(60)

552 − 442
• 𝑓2 = = 4,95 𝑐𝑚
4(55)

452 − 382
• 𝑓3 = = 5,28 𝑐𝑚
4(45)

5,4+4,95+5,28
𝑓= = 5,21 𝑐𝑚
3

2
|𝑓𝑛 − 𝑓 |̅
2
• |𝑓1 − 𝑓 |̅ = 0,0361 𝑐𝑚2
2
• |𝑓2 − 𝑓|̅ = 0,0676 𝑐𝑚2
2
• |𝑓3 − 𝑓|̅ = 0,0049 𝑐𝑚2

2
∑|𝑓−𝑓| 0,1086
𝛿𝑓 = √ =√ = 0,233 𝑐𝑚
𝑛−1 3−1
0,233
𝐾𝑟 𝑓 = × 100% = 4,473%
5,21

𝑓 = (𝑓 ± 𝛿𝑓) = (5,21 ± 0,233) 𝑐𝑚

3.2.3 Lensa Negatif

Tabel 3.2.3 Tabel Perhitungan Lensa Negatif

1
𝑓=1 1
+
𝑆 𝑆′

1
• 𝑓1 = 1 1 = 8,827 𝑐𝑚
+
13,5 25,5
1
• 𝑓2 = 1 1 = 8,029 𝑐𝑚
+
13 21
1
• 𝑓3 = 1 1 = 7,241 𝑐𝑚
+
14 15

∑𝑓𝑖 8,827 + 8,029 + 7,241


𝑓̅ = = = 8,033 𝑐𝑚
𝑛 3
ℎ′
𝑀=| |

4,5
• 𝑀1 = |1,1| = 4,091 𝑘𝑎𝑙𝑖
3,3
• 𝑀2 = |1,1| = 3 𝑘𝑎𝑙𝑖
2,5
• 𝑀3 = |1.1| = 2,273 𝑘𝑎𝑙𝑖
4,091 +3+2,273
𝑀= = 3,121 kali
3
2
|𝑓𝑛 − 𝑓 |̅
2
• |𝑓1 − 𝑓 |̅ = 0,0361 𝑐𝑚2
2
• |𝑓2 − 𝑓|̅ = 0,0676 𝑐𝑚2
2
• |𝑓3 − 𝑓|̅ = 0,0049 𝑐𝑚2

2
∑|𝑓−𝑓| 1,257
𝛿𝑓 = √ 𝑛−1 = √ 3−1 = 0,793 𝑐𝑚

0,793
𝐾𝑟 𝑓 = × 100% = 9,870%
8,033

𝑓 = (𝑓 ± 𝛿𝑓) = (8,033 ± 0,793) 𝑐𝑚

3.2.4 Lensa Gabungan

Tabel 3.2.4 Tabel Perhitungan Lensa Gabungan

1
𝑓1 = 1 1
+
𝑆 1 𝑆1 ′

1
1. 𝑓1 = 1 1 = 3,96 𝑐𝑚
+
4,5 33
1
2. 𝑓1 = 1 1 = 4,57 𝑐𝑚
+
5,5 27
1
3. 𝑓1 = 1 1 = 5,67 𝑐𝑚
+
8 19,5

∑𝑓𝑖 3,96 +4,57+5,67


𝑓̅1 = 𝑛 = = 4,734 cm
3
1
𝑓2 = 1 1
+
𝑆 2 𝑆2 ′

1
1. 𝑓2 = 1 1 = 7,436 𝑐𝑚
+
29 10
1
2. 𝑓2 = 1 1 = 7,431 𝑐𝑚
+
21 11,5
1
3. 𝑓2 = 1 1 = 6,873 𝑐𝑚
+
14 13,5
∑𝑓𝑖 7,436 +7,431+6,873
𝑓̅2 = 𝑛 = = 7,246 cm
3

ℎ′
𝑀=| |

5,3
• 𝑀1 = |1,1| = 4,818 𝑘𝑎𝑙𝑖
4
• 𝑀2 = |1,1| = 3,636 𝑘𝑎𝑙𝑖
2,7
• 𝑀3 = |1.1| = 2,455 𝑘𝑎𝑙𝑖

𝑀 = 3,636 kali

1 𝑓 (𝑑−𝑓 )
2
𝑓𝑔𝑑 = 𝑑−(𝑓 +𝑓 ) 1 2

1 2 𝑓 (𝑑−𝑓 )
1. 𝑓2 = 𝑑−(𝑓 = 1,054 𝑐𝑚
+𝑓 ) 1 2
𝑓1 (𝑑−𝑓2 )
2. 𝑓2 = 𝑑−(𝑓 +𝑓 ) = 1,090 𝑐𝑚
1 2
𝑓1 (𝑑−𝑓2 )
3. 𝑓2 = 𝑑−(𝑓 +𝑓 ) = 0,756 𝑐𝑚
1 2

∑𝑓𝑔𝑑𝑖 1,054 +1,090+0,756


̅̅̅̅
𝑓𝑔𝑑 = 𝑛 = = 0,967 cm
3
2
|𝑓𝑛 − 𝑓 |̅
2
• |𝑓𝑔𝑑1 − 𝑓 |̅ = 0,007606 𝑐𝑚2
2
• |𝑓𝑔𝑑2 − 𝑓 |̅ = 0,015130 𝑐𝑚2
2
• |𝑓𝑔𝑑3 − 𝑓 |̅ = 0,044191 𝑐𝑚2

2
∑|𝑓−𝑓| 0,067
𝛿𝑓 = √ 𝑛−1 = √ 3−1 = 0,183 𝑐𝑚

0,183
𝐾𝑟 𝑓 = × 100% = 18,926%
8,033

𝑓 = (𝑓𝑔𝑑 ± 𝛿𝑓) = (0,967 ± 0,183) 𝑐𝑚


3.3 Pembahasan
3.3.1 Analisa Prosedur

3.3.1.1 Fungsi Alat

Dalam praktikum lensa tipis ini digunakan beberapa alat seperti


bangku optik, lampu, objek, layar, penggaris, dan beberapa lensa tipis.
Berdasarkan proses percobaan praktikum lensa tipis ini dapat diketahui
terdapat beberapa fungsi alat. Alat-alat yang digunakan adalah bangku
optik yang digunakan sebagai penyangga dari alat alat optik dalam
percobaan, sebuah lampu digunakan sebagai sumber cahaya untuk
melihat hasil bayangan, benda penanda berupa anak panah menghadap
keatas digunakan sebagai penanda agar bayangan yang dihasilkan
berbentuk panah dan akan memudahkan pengukuran, penggaris
digunakan sebagai alat untuk mengukur jarak alat alat lensa dan tinggi
bayangan yang dihasilkan, serta yang terakhir adalah dua lensa positif
dan satu lensa negative yang digunakan sebagai pengindetifikasian sifat
sifat lensa tipis serta dapat menghitung fokus suatu lensa dan
perbesaran yang dihasilkan lensa.

3.3.1.2 Fungsi Perlakuan

Berdasarkan percobaan praktikum lensa tipis ini terdapat


beberapa fungsi perlakuan yang berbeda pada tiap alatnya. Hal yang
pertama kali dilakukan sebelum praktikum ialah penyiapan alat dan
bahan agar praktikum dapat dilaksanakan dengan baik. Alat alat optik
yang disiapkan dirangkai sesuai dengan petunjuk pada praktikum.
Dalam percobaan lensa tipis ini ada empat sub percobaan yaitu lensa
tipis positif metode Gauss, lensa tipis positif metode Bessel, lensa tipis
negatif, dan yang terakhir yaitu lensa gabungan. Setiap sub percobaan
dilakukakn tiga kali percobaan agar didapatkan hasil perbedaan data
dan menimbulkan hasil yang akurat. Pada percobaan lensa tipis positif
metode Gauss lensa positif dipasang pada rangkain di bangku optik.
Geser lensa positif tersebut sehingga terlihat bayangan. Setelah itu
maka akan didapatkan data tinggi objek panah(h) dan tinggi objek
bayangan (h’). Dari kedua hal tersebut akan didapatkan besaran yang
dihasilkan oleh lensa positif (M). Selain kedua data tersebut akan
didapatkan data lain seperti jarak objek (s) dan jarak bayangan objek
(s’). Data tersebut akan digunakan untuk mencari nilai besarnya jarak
fokus (f). Pada percobaan lensa tipis positif metode Bessel, posisi lensa
awal dicatata untuk nilai e1. Lensa digeser agar diperolehnya bayangan
kedua dan jarak tersebut diukur sebagai nilai e2. Dari nilai tersebut akan
dapat dihitung untuk menemukan jarak fokus lensa positif. Pada
percobaan lensa negatif dibutuhkan bantuan lensa positif dikarenakan
lensa negatif menghasilkan bayangan yang maya yang berarti tidak
dapat dilihat dan tidak jatuh pada layar. Oleh karena itu bayangan akan
terlihat apabila ditambah oleh lensa positif. Lensa positif digeser agar
bayangan yang diiginkan dapat dilihat jelas. Pada percobaan lensa
gabungan digunakan dua lensa positif. Dua buah lensa disusun dengan
jarak (d). jarak fokus kedua lensa dicari dari data seperti lensa positif
sebelumnya. Namun pada gabungan ini akan di tetapkan nilai jarak
fokus kedua lensa (fgd) dengan memasukkan nilai f1 pada lensa positif
pertama, nilai f2 pada lensa positif kedua dan jarak antara kedua lensa
positif (d).

3.3.2 Analisa Hasil

Setelah diperoleh data hasil uji pada praktikum online tentang lensa tipis,
maka akan dilakukan perhitungan pada data hasil percobaan untuk menentukan
jarak fokus (f) dan perbesaran (M) yang terjadi oleh percobaan lensa dari positif
gauss hingga lensa gabungan. Pada percobaan lensa positif Gauss diperoleh
nilai jarak fokus percobaan pertama sebesar 5,4 𝑐𝑚 dengan jarak objek sebesar
6 cm dan jarak bayangan objek sebesar 54 cm. Pada percobaan kedua diperoleh
nilai jarak fokus sebesar 4,95 𝑐𝑚 dengan jarak objek sebesar 5,5 cm dan jarak
bayangan objek sebesar 49,5 cm. Pada percobaan ketiga diperoleh nilai jarak
fokus sebesar 5,28 𝑐𝑚 dengan jarak objek sebesar 6 cm dan jarak bayangan
objek sebesar 44 cm. Besar nilai jarak fokus keseluruhan adalah (5,21 ±
0,233) cm. Setelah menghitung besar jarak fokus, dihitung kembali perbesaran
yang diperoleh oleh lensa positif. Tinggi yang dimiliki oleh objek sebesar 1,1
cm. Pada percobaan pertama diperoleh tinggi bayangan sebesar 10 cm dengan
begitu perbesaran yang diperoleh adalah 9,091 𝑘𝑎𝑙𝑖 perbesaran. Percobaan
kedua diperoleh tinggi bayangan sebesar 9 cm dengan begitu perbesaran yang
diperoleh adalah 8,182 𝑘𝑎𝑙𝑖 perbesaran. Percobaan ketiga diperoleh tinggi
bayangan sebesar 8 cm dengan begitu perbesaran yang diperoleh adalah
7,273 𝑘𝑎𝑙𝑖 perbesaran. Dengan begitu perbesaran rata rata pada lensa positif
metode Gauss adalah 8,182 kali perbesaran. Beralih ke percobaan lensa positif
metode Bassel. Pada percobaan pertama metode bassel diperoleh jarak fokus
sebesar 5,4 cm. Percobaan kedua metode bassel diperoleh jarak fokus sebesar
4,95 𝑐𝑚. Percobaan ketiga metode bassel diperoleh jarak fokus sebesar
5,28 𝑐𝑚. Maka diperoleh jarak fokus dari ketiga percobaan sebesar (5,21 ±
0,233) 𝑐𝑚. Setelah menghitung besar jarak fokus, dihitung kembali perbesaran
yang diperoleh oleh lensa positif. Karena bayangan awal yang digunakan sama
seperti metode Gauss maka perbesaran pertamannya juga sama besar. Untuk
perbesaran kedua pada percobaan pertama, kedua, dan ketiga diperoleh berturut
turut sebesar 0,091 kali, 0,045 kali, dan 0,091 kali dengan rata rata sebesar 0,076
kali. Pada percobaan lensa negatif diperoleh jarak fokus percobaan pertama,
kedua, dan ketiga berturut turut adalah 8,827 cm, 8,029 cm, dan 7,241 cm. Maka
diperoleh jarak fokus keseluruhan sebesar (8,033 ± 0,793) 𝑐𝑚. Setelah
dihitung besaran jarak fokus maka dihitunglah perbesaran yang terjadi. Nilai
perbesaran yang terjadi pada percobaan pertama, kedua, dan ketiga berturut turut
adalah 4,091 kali, 3 kali, dan 2,273 kali dengan rata rata sebesar 3,121 kali
perbesaran. Percobaan terakhir yaitu lensa gabungan yang terdiri dari dua lensa
positif. Kedua jarak fokus dihitung pada setiap percobaan pertama, kedua, dan
ketiga. Jarak fokus gabungan kedua lensa diperoleh pada percobaan pertama,
kedua, dan ketiga berturut turut adalah 1,054 cm, 1,090 cm, dan 0,756 cm.
Dengan begitu besar jarak fokus dari hasil ketiga percobaan tersebut adalah
(0,967 ± 0,183) 𝑐𝑚. Setelah menghitung jarak fokus maka dihitunglah
perbesaran yang terjadi. Nilai perbesaran yang terjadi pada percobaan pertama,
kedua, dan ketiga adalah dengan rata rata sebesar 3,636 kali perbesaran 4,818
kali, 3,636 kali, dan 2,455 kali.

Persamaan pada lensa positif Bessel dapat diturunkan dari rumus


persamaan lensa positif Gauss. Penurunan rumus tersebut dapat dilihat pada
gambar dan persamaan dibawah ini
Gambar 3.3.2.1 Gambar Pembuktian Persamaan Bessel

𝐿 = 𝑠 + 𝑠′ …(3.1)

𝑑 = 𝑠 − 𝑠′ …(3.2)

𝐿−𝑑
𝑠= …(3.3)
2

𝐿+𝑑
𝑠′ = …(3.4)
2

Dari persamaan gauss apabila di subtitusi dari persamaan 3.3 dan


persamaan 3.4 maka menjadi seperti berikut

1 1 1 2 2
= + ′= +
𝑓 𝑠 𝑠 𝐿+𝑑 𝐿−𝑑

1 2𝐿 − 2𝑑 + 2𝐿 + 2𝑑
=
𝑓 𝐿2 − 𝑑 2

𝐿2 −𝑑2
𝑓= …(3.4)
4𝐿

Maka besar jarak fokus dari nilai positif dapat ditemukan seperti diatas.

Besar nilai jarak fokus keseluruhan pada percobaan lensa positif metode
Gauss adalah (5,21 ± 0,233) cm. Nilai tersebut memiliki kesalahan relatif
sebesar 4,473 % yang memungkinkan data yang diambil akurat karena nilai
kesalahan relatifnya kecil. Pada percobaan lensa positif metode Bessel diperoleh
jarak fokus dari ketiga percobaan sebesar (5,21 ± 0,233) 𝑐𝑚. Nilai tersebut
memiliki kesalahan relatif sebesar 4,473 % yang memungkinkan data yang
diambil akurat karena nilai kesalahan relatifnya kecil. Memiliki nilai sama
walaupun berbeda metode dikaranekan lensa yang digunakan memang sama dari
metode Gauss. Percobaan pada lensa negatif diperoleh jarak fokus keseluruhan
sebesar (8,033 ± 0,793) 𝑐𝑚. Nilai tersebut memiliki kesalahan relatif sebesar
9,870% yang memungkinkan data yang diambil akurat karena nilai kesalahan
relatifnya kecil. Percobaan terakhir yaitu pada lensa gabungan besar jarak fokus
dari hasil ketiga percobaan tersebut adalah (0,967 ± 0,183) 𝑐𝑚. Nilai tersebut
memiliki kesalahan relatif sebesar 18,926% yang memungkinkan data yang
diambil akurat karena nilai kesalahan relatifnya kecil. Walaupun nilai tersebut
kecil dibandingkan dengan perhitungan yang lain data pada lensa gabungan
adalah data yang paling kurang akurat. Hal ini terjadi karena nilai relatifnya
paling tinggi dibanding percobaan pada lensa lain.

Penerapan lensa tipis pada kehidupan sehari hari contohnya yaitu


pembuatan PCB. Alat yang canggih saat ini dalam pembuatan PCB
menggunakan prinsip dari lensa tipis. Tidak seperti metode lainnya metode yang
menggunakan konsep lensa tipis ini sangat baik dan tidak membuat jalur PCB
mudah rusak. Contohnya pada metode transfer paper dengan lotion nyamuk
pada metode ini memang mudah membuat PCB namun metode ini juga mudah
membuat rusak jalur jalur yang dibuat di papan PCB. Metode sablon juga berada
dibawah metode yang menggunakan lensa tipis. Metode dengan menggunakan
lesnsa tipis akan memperhalus papan pcb tersebut. Celah lensa tipis akan
membuat pola pola logam pcb yang dibutuhkan. Saat ini batas pola logam yang
dapat dibuat lensa tipis dari celah tersebut kurang lebih sebesar 100 μm. Hasil
oleh metode ini lebih baik daripada metode sablon dengan metode dengan lotion
nyamuk. Namun alat ini termasuk mahal dan jarang diterapkan pada
pembelajaran yang sederhana.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Setelah dilakukannya praktikum lensa tipis ini, konsep dasar lensa tipis dapat
dipahami. Hal ini tertera pada teori dasar, hasil percobaan dan perhitungan. Jalannya
suatu sinar dalam pembuatan bayangan juga diketahui saat melakukan percobaan di
beberapa jarak/ruang tertentu. Pada lensa positif, apabila posisi benda di ruang 1 atau di
titik fokus maka sifat bayangan nya maya, tegak, diperbesar dan bayangan berada di
depan lensa. Jika posisi beda berada di ruang 2 maka sifat bayangan nyata, tegak,
diperbesar. Jika posisi benda berada di pusat kelengkungan maka sifat bayangan nyata,
terbalik dan sama besar. Jika posisi benda berada di ruang 3 maka sifat bayangan nyata,
terbalik, dan diperkecil. Sedangkan pada lensa cekung sifat bayangan yang akan muncul
maya, tegak dan diperkecil. Karena lensa cekung memiliki sifat maya atau tidak dapat
dilihat oleh manusia, maka dalam percobaan digunakan tambahan lensa cembung.
Bayangan ini didapatkan oleh sinar sinar istimewa yang dimilki oleh lensa tipis. Dengan
praktikum lensa tipis ini juga dapat diketahui jarak objek (s), jarak bayangan (s’), jarak
benda ke layar (L), serta jarak kedua lensa (d). Dengan mengetahui empat hal tersebut
praktikan dapat menghitung jarak titik fokus lensa tipis.

4.2 Saran

Saat percobaan praktikum daring tentang lensa tipis yang telah dilakukan,
didapatkan kendala internet yang kurang baik. Alangkah baiknya praktikum dilakukan
secara luring agar bisa lebih memahami dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Halliday, David, Robert Resnick. 2011. Fundamentals of physics, 9th edition. Ohio: John
Wiley & Sons, Inc.

Giancoli, D. C., 2014. Physics: Principles with Applications. Seventh ed. London: Pearson
Education, Inc.

Qadar, R., Haryanto, Z., & Syam, M. 2019. Optika. Samarinda: Mulawarman University Press.
LAMPIRAN

(Qadar, Haryanto, & Syam, 2019).

(Giancoli, 2014).

(Giancoli, 2014).
(Halliday & Resnick, 2011).
Tugas Pendahuluan

1. Turunkan persamaan 1 dan 2


1 𝑛 1 1
= (𝑛2 − 1) (𝑅 − 𝑅 )
𝑓 1 1 2

1 𝑛 𝑛−1
+𝑞 =(𝑅 )
𝑝1 1 1

𝑛 1 1−𝑛
+𝑞 =(𝑅 )
𝑝2 2 2

𝑛 1 1−𝑛
−𝑞 + 𝑝 = ( 𝑅 )
1 2 2

Persamaan ke 2 dan 4 dijumlah menjadi


1 1 𝑛 1 1
+ 𝑞 = (𝑛2 − 1) (𝑅 − 𝑅 )
𝑝1 2 1 1 2

Lensa tipis yang diketahui, maka menjadi


1 1 𝑛 1 1
+ 𝑞 = (𝑛2 − 1) (𝑅 − 𝑅 )
𝑝 1 1 2

Maka mejadi persamaan dibawah i


1 1 1
=𝑝+𝑞
𝑓

Persamaan ke 2

ℎ ℎ′
tan 𝑎 = 𝑝 = 𝑞
ℎ ℎ′
=
𝑝 𝑞

Kemudian pembesaran dapat dituliskan menjadi


ℎ ℎ′
𝑚=𝑝= 𝑞
2. Untuk mencari bayangan suatu benda, digunakan 3 sinar istimewa.Gambarkan ketiga
sinar istimewa tersebut!
Lensa Positif (Cembung)

Lensa Negatif (Cekung)

3. Sebutkan sifat-sifat bayangan dari lensa positif dan negatif

Lensa Positif

Lensa Negatif
• Tegak
• Maya
• Diperkecil
• Jarak bayangan selalu bernilai negatif (s’ = −)
• Terletak di depan lensa, yaitu di antara titik pusat optik (O) dan titik fokus aktif
(F1)
• Jarak bayangan lebih kecil dari jarak benda (s’ < s)
Post Test Lensa Tipis

1. Perbedaan lensa dengan cermin


Berdasarkan cara kerjanya pada cermin cahaya yang masuk akan dipantulkan
sedangkan pada lensa cahaya yang masuk akan diteruskan kedalam lensa dan
mengalami pembiasan. Pada prinsip yang terjadi pada cermin yaitu prinsip hokum
refleksi sedangkan pada lensa terjadi hukum refraksi. Pada lensa terdapat satu atau dua
lengkungan. Lensa memiliki dua titik fokus pada setiap sisi namun pada cermin tidak.

2. Mengapa diperlukan bantuan lensa cembung untuk menghitung fokus pada lensa
cekung
Dibutuhkan bantuan lensa cembung dikarenakan agar dapat dilihat bayangan yang
dihasilkan oleh lensa cekung. Jika lensa cekung saja maka bayangan tersebut tidak akan
terlihat karena sifat bayangan lensa cekung adalah maya.

3. Sifat bayangan pada lensa cekung dan cembung


Pada lensa cembung sifat bayangan akan dipengaruhi oleh letak dari bendanya. Jika
posisi benda berada di ruang 1 dan titik fokus maka sifat bayangan nya maya, tegak,
diperbesar dan bayangan berada di depan lensa. Jika posisi beda berada di ruang 2 maka
sifat bayangan nyata, tegak, diperbesar. Jika posisi benda berada di pusat kelengkungan
maka sifat bayangan nyata, terbalik dan sama besar. Jika posisi benda berada di ruang
3 maka sifat bayangan nyata, terbalik, dan diperkecil. Sedangkan pada lensa cekung
sifat bayangan yang akan muncul maya, tegak dan diperkecil.

4. Mengapa digunakan sinar-sinar istimewa untuk menganalisis sifat geometris dari


sebuah lensa?
Digunakan sinar sinar istimewa agar didapatkan besar dan bentuk bayangan yang
dihasilkan oleh sumber cahaya yang ditembakan ke lensa cembung/cekung.
Penganalisan menggunakan sinar sinar istimewa memudahkan melihat bayingan yang
ditimbulkan pada lensa
5. Penurunan rumus fokus lensa positif dan negatif
Lensa Positif (Cembung)
Lensa Negatif (Cekung)
Data Hasil Percobaan

Screenshot Video Praktikum


Screenshot Perhitungan Excel

Anda mungkin juga menyukai