(Lensa Tipis)
(PERCOBAAN-OP1)
NIM : 205090800111035
Fak/Jurusan : MIPA/Fisika
Kelompok :6
JURUSAN FISIKA
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2021
LEMBAR PENILAIAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR
(Lensa Tipis)
NIM : 205090800111035
Fak/Jurusan : MIPA/Fisika
Kelompok :6
Catatan :
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
Lensa merupakan suatu benda bening dan memiliki ketebalan tertentu yang dibatasi
oleh dua bidang lengkung atau ada satu bidang lengkung dan satunya bidang datar.
Contoh dari sebuah lensa sederhana yaitu lensa tipis. Lensa tipis memiliki ketebalan
sangat kecil daripada sifat optisnya, seperti kurva kedua permukaan sferisnya, panjang
fokus pertama dan kedua, radius, serta jarak objek dan bayangan yang dibentuk oleh
lensa. Pada lensa terdapat lensa positif dan lensa negatif. Lensa positif biasa disebut
dengan lensa cembung. Lensa cembung terdapat ciri minimal di salah satunya terdapat
lengkungan yang mengarah keluar. Sedangkan pada lensa negative atau biasa disebut
lensa cekung memiliki minimal satu di salah satu sisinya kelengkungan yang mengarah
ke dalam. Jika terdapat lengkungan ke dalam dan ke luar maka lensa tersebut merupakan
gabungan dari lensa cembung dan cekung. Untuk memperjelas dapat dilihat jenis dari
lensa cembung dan lensa cekung gambar dibawah ini (Qadar, Haryanto, & Syam, 2019).
Gambar 1.1 Jenis-jenis lensa cembung dan lensa cekung (a) lensa cembung ganda,
(b) lensa cembung datar, (c) lensa cembung cekung. (d) lensa cekung ganda,
(e) lensa cekung cembung, dan (f) lensa cekung cembung
(Giancoli, 2014).
Terdapat nama lain dari lensa cembung yaitu lensa konvergen. Sedangkan pada
lensa cekung biasa disebut lensa divergen. Pada paragraf sebelumnya dijelaskan bahawa
lensa cembung jika diberi cahaya paralel yang tegak lurus akan melewati lensa cembung
dan cahaya akan dibelokkan ke sumbu pusat. Oleh karena itu lensa cembung dinamakan
lensa konvergen. Sedangkan pada lensa cekung jika diberi sumber cahaya paralel yang
tegak lurus dan melewati lensa cekung cahaya akan disebar. Oleh karena hal tersebut
lensa cekung disebut lensa divergen. Hal ini dapat dilihat Gambar 1.2 daiatas untuk
lensa cembung dan Gambar 1.3 dibawah untuk lensa cekung. Seperti pada paragraph
dua dikarenakan yang dibahas kali ini adalah sebuah lensa tipis maka diameter pada
lensa lebih kecil atau tipis daripada jari jari kelengkungan kedua permukaan lensa dan
saat sinar cahaya masuk pada lensa dan menghasilkan sudut dengan sumbu pusat di
dekat lensa. Maka didaptkan persamaan antara jarak benda yang bersimbol p, jarak
bayangan yang bersimbol I, dan panjang fokus yang bersimbol f pada persamaan 1.1
berikut (Halliday & Resnick, 2011).
1 1 1
=𝑝+ 𝑖 …(1,1)
𝑓
(Giancoli, 2014).
BAB II
METODOLOGI
Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan praktikum lensa tipis ini, yaitu
bangku optik, sebuah lampu, benda penanda berupa anak panah, penggaris, sebuah layar
dan 2 lensa berupa lensa positif dan lensa negatif.
Benda dipasang pada posisi terjauh dari layar dan jarak objek ke
layar diukur dengan penggaris
No. L ( cm ) S ( cm ) S’ ( cm ) h ( cm ) 𝒉′( cm )
1. 60 6 54 1,1 10
2. 55 5,5 49,5 1,1 9
3. 50 6 44 1,1 8
No. L ( cm ) 𝒆𝟏 ( cm ) 𝒆𝟐 ( cm ) h ( cm ) 𝒉𝟏 ′ ( cm ) 𝒉𝟐 ′ ( cm )
1. 60 6 54 1,1 10 0,1
2. 55 5,5 49,5 1,1 9 0,05
3. 50 6 44 1,1 8 0,1
No. L ( cm ) S ( cm ) S’ ( cm ) h ( cm ) 𝒉′( cm )
1. 39 13,5 25,5 1,1 4,5
2. 34 13 21 1,1 3,3
3. 29 14 15 1,1 2,5
3.1.3 Lensa Gabungan
No. L ( cm ) d ( cm ) 𝑺𝟏 ( cm ) 𝑺𝟐 ( cm ) 𝒔𝟏 ′ ( cm ) 𝑺𝟐 ′ ( cm ) h ( cm ) h’ ( cm )
3.2 Perhitungan
1 1 1
= 𝑆 + 𝑆′
𝑓
1 1 1
• = 6 + 54 = 0,185
𝑓1
1 1 1
• = 5,5 + 49,5 = 0,202
𝑓2
1 1 1
• = 6 + 44 = 0,189
𝑓3
1
𝑓 = 1/𝑓
1
• 𝑓1 = 0,185 = 5,4 𝑐𝑚
1
• 𝑓2 = 0,202 = 4,95 𝑐𝑚
1
• 𝑓3 = 0,189 = 5,28 𝑐𝑚
∑𝑓𝑖 5,4 + 4,95 + 5,28
𝑓̅ = = = 5,21 𝑐𝑚
𝑛 3
ℎ′
𝑀=| |
ℎ
10
• 𝑀1 = |1,1| = 9,091 𝑘𝑎𝑙𝑖
9
• 𝑀2 = |1,1| = 8,182 𝑘𝑎𝑙𝑖
8
• 𝑀3 = |1.1| = 7,273 𝑘𝑎𝑙𝑖
9,091 +8,182+7,273
𝑀= = 8,182 kali
3
2
|𝑓𝑛 − 𝑓 |̅
2
• |𝑓1 − 𝑓 |̅ = 0,036 𝑐𝑚2
2
• |𝑓2 − 𝑓|̅ = 0,068 𝑐𝑚2
2
• |𝑓3 − 𝑓|̅ = 0,005 𝑐𝑚2
2
∑|𝑓−𝑓̅ | 0,109
δ𝑓 = √ (𝑛−1)
= √(3−1) = 0,233 cm
δf
𝐾𝑟 𝑓 = 𝑥 100% = 4,473 %
𝑓̅
𝑒 = |𝑒2 − 𝑒1 |
1. 𝑒 = |54 − 6| = 48 cm
2. 𝑒 = |49,5 − 5,5| = 44 cm
3. 𝑒 = |44 − 6| = 38 cm
48+44+38
𝑒= = 43,333 𝑐𝑚
3
ℎ1 ′
𝑀1 = | |
ℎ
10
1. 𝑀1 = |1,1| = 9,091 𝑘𝑎𝑙𝑖
9
2. 𝑀1 = |1,1| = 8,182 𝑘𝑎𝑙𝑖
8
3. 𝑀1 = |1.1| = 7,273 𝑘𝑎𝑙𝑖
9,091 +8,182+7,273
𝑀1 = = 8,182 kali
3
ℎ2 ′
𝑀2 = | |
ℎ
0.1
1. 𝑀2 = |1,1| = 0,091𝑘𝑎𝑙𝑖
0,05
2. 𝑀2 = | 1,1 | = 0,045 𝑘𝑎𝑙𝑖
0.1
3. 𝑀2 = |1.1| = 0,091 𝑘𝑎𝑙𝑖
0,091 +0,045+0,091
𝑀2 = = 0,076 kali
3
𝐿2 − 𝑒 2
𝑓 =
4𝐿
602 − 482
• 𝑓1 = = 5,4 𝑐𝑚
4(60)
552 − 442
• 𝑓2 = = 4,95 𝑐𝑚
4(55)
452 − 382
• 𝑓3 = = 5,28 𝑐𝑚
4(45)
5,4+4,95+5,28
𝑓= = 5,21 𝑐𝑚
3
2
|𝑓𝑛 − 𝑓 |̅
2
• |𝑓1 − 𝑓 |̅ = 0,0361 𝑐𝑚2
2
• |𝑓2 − 𝑓|̅ = 0,0676 𝑐𝑚2
2
• |𝑓3 − 𝑓|̅ = 0,0049 𝑐𝑚2
2
∑|𝑓−𝑓| 0,1086
𝛿𝑓 = √ =√ = 0,233 𝑐𝑚
𝑛−1 3−1
0,233
𝐾𝑟 𝑓 = × 100% = 4,473%
5,21
1
𝑓=1 1
+
𝑆 𝑆′
1
• 𝑓1 = 1 1 = 8,827 𝑐𝑚
+
13,5 25,5
1
• 𝑓2 = 1 1 = 8,029 𝑐𝑚
+
13 21
1
• 𝑓3 = 1 1 = 7,241 𝑐𝑚
+
14 15
4,5
• 𝑀1 = |1,1| = 4,091 𝑘𝑎𝑙𝑖
3,3
• 𝑀2 = |1,1| = 3 𝑘𝑎𝑙𝑖
2,5
• 𝑀3 = |1.1| = 2,273 𝑘𝑎𝑙𝑖
4,091 +3+2,273
𝑀= = 3,121 kali
3
2
|𝑓𝑛 − 𝑓 |̅
2
• |𝑓1 − 𝑓 |̅ = 0,0361 𝑐𝑚2
2
• |𝑓2 − 𝑓|̅ = 0,0676 𝑐𝑚2
2
• |𝑓3 − 𝑓|̅ = 0,0049 𝑐𝑚2
2
∑|𝑓−𝑓| 1,257
𝛿𝑓 = √ 𝑛−1 = √ 3−1 = 0,793 𝑐𝑚
0,793
𝐾𝑟 𝑓 = × 100% = 9,870%
8,033
1
𝑓1 = 1 1
+
𝑆 1 𝑆1 ′
1
1. 𝑓1 = 1 1 = 3,96 𝑐𝑚
+
4,5 33
1
2. 𝑓1 = 1 1 = 4,57 𝑐𝑚
+
5,5 27
1
3. 𝑓1 = 1 1 = 5,67 𝑐𝑚
+
8 19,5
1
1. 𝑓2 = 1 1 = 7,436 𝑐𝑚
+
29 10
1
2. 𝑓2 = 1 1 = 7,431 𝑐𝑚
+
21 11,5
1
3. 𝑓2 = 1 1 = 6,873 𝑐𝑚
+
14 13,5
∑𝑓𝑖 7,436 +7,431+6,873
𝑓̅2 = 𝑛 = = 7,246 cm
3
ℎ′
𝑀=| |
ℎ
5,3
• 𝑀1 = |1,1| = 4,818 𝑘𝑎𝑙𝑖
4
• 𝑀2 = |1,1| = 3,636 𝑘𝑎𝑙𝑖
2,7
• 𝑀3 = |1.1| = 2,455 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑀 = 3,636 kali
1 𝑓 (𝑑−𝑓 )
2
𝑓𝑔𝑑 = 𝑑−(𝑓 +𝑓 ) 1 2
1 2 𝑓 (𝑑−𝑓 )
1. 𝑓2 = 𝑑−(𝑓 = 1,054 𝑐𝑚
+𝑓 ) 1 2
𝑓1 (𝑑−𝑓2 )
2. 𝑓2 = 𝑑−(𝑓 +𝑓 ) = 1,090 𝑐𝑚
1 2
𝑓1 (𝑑−𝑓2 )
3. 𝑓2 = 𝑑−(𝑓 +𝑓 ) = 0,756 𝑐𝑚
1 2
2
∑|𝑓−𝑓| 0,067
𝛿𝑓 = √ 𝑛−1 = √ 3−1 = 0,183 𝑐𝑚
0,183
𝐾𝑟 𝑓 = × 100% = 18,926%
8,033
Setelah diperoleh data hasil uji pada praktikum online tentang lensa tipis,
maka akan dilakukan perhitungan pada data hasil percobaan untuk menentukan
jarak fokus (f) dan perbesaran (M) yang terjadi oleh percobaan lensa dari positif
gauss hingga lensa gabungan. Pada percobaan lensa positif Gauss diperoleh
nilai jarak fokus percobaan pertama sebesar 5,4 𝑐𝑚 dengan jarak objek sebesar
6 cm dan jarak bayangan objek sebesar 54 cm. Pada percobaan kedua diperoleh
nilai jarak fokus sebesar 4,95 𝑐𝑚 dengan jarak objek sebesar 5,5 cm dan jarak
bayangan objek sebesar 49,5 cm. Pada percobaan ketiga diperoleh nilai jarak
fokus sebesar 5,28 𝑐𝑚 dengan jarak objek sebesar 6 cm dan jarak bayangan
objek sebesar 44 cm. Besar nilai jarak fokus keseluruhan adalah (5,21 ±
0,233) cm. Setelah menghitung besar jarak fokus, dihitung kembali perbesaran
yang diperoleh oleh lensa positif. Tinggi yang dimiliki oleh objek sebesar 1,1
cm. Pada percobaan pertama diperoleh tinggi bayangan sebesar 10 cm dengan
begitu perbesaran yang diperoleh adalah 9,091 𝑘𝑎𝑙𝑖 perbesaran. Percobaan
kedua diperoleh tinggi bayangan sebesar 9 cm dengan begitu perbesaran yang
diperoleh adalah 8,182 𝑘𝑎𝑙𝑖 perbesaran. Percobaan ketiga diperoleh tinggi
bayangan sebesar 8 cm dengan begitu perbesaran yang diperoleh adalah
7,273 𝑘𝑎𝑙𝑖 perbesaran. Dengan begitu perbesaran rata rata pada lensa positif
metode Gauss adalah 8,182 kali perbesaran. Beralih ke percobaan lensa positif
metode Bassel. Pada percobaan pertama metode bassel diperoleh jarak fokus
sebesar 5,4 cm. Percobaan kedua metode bassel diperoleh jarak fokus sebesar
4,95 𝑐𝑚. Percobaan ketiga metode bassel diperoleh jarak fokus sebesar
5,28 𝑐𝑚. Maka diperoleh jarak fokus dari ketiga percobaan sebesar (5,21 ±
0,233) 𝑐𝑚. Setelah menghitung besar jarak fokus, dihitung kembali perbesaran
yang diperoleh oleh lensa positif. Karena bayangan awal yang digunakan sama
seperti metode Gauss maka perbesaran pertamannya juga sama besar. Untuk
perbesaran kedua pada percobaan pertama, kedua, dan ketiga diperoleh berturut
turut sebesar 0,091 kali, 0,045 kali, dan 0,091 kali dengan rata rata sebesar 0,076
kali. Pada percobaan lensa negatif diperoleh jarak fokus percobaan pertama,
kedua, dan ketiga berturut turut adalah 8,827 cm, 8,029 cm, dan 7,241 cm. Maka
diperoleh jarak fokus keseluruhan sebesar (8,033 ± 0,793) 𝑐𝑚. Setelah
dihitung besaran jarak fokus maka dihitunglah perbesaran yang terjadi. Nilai
perbesaran yang terjadi pada percobaan pertama, kedua, dan ketiga berturut turut
adalah 4,091 kali, 3 kali, dan 2,273 kali dengan rata rata sebesar 3,121 kali
perbesaran. Percobaan terakhir yaitu lensa gabungan yang terdiri dari dua lensa
positif. Kedua jarak fokus dihitung pada setiap percobaan pertama, kedua, dan
ketiga. Jarak fokus gabungan kedua lensa diperoleh pada percobaan pertama,
kedua, dan ketiga berturut turut adalah 1,054 cm, 1,090 cm, dan 0,756 cm.
Dengan begitu besar jarak fokus dari hasil ketiga percobaan tersebut adalah
(0,967 ± 0,183) 𝑐𝑚. Setelah menghitung jarak fokus maka dihitunglah
perbesaran yang terjadi. Nilai perbesaran yang terjadi pada percobaan pertama,
kedua, dan ketiga adalah dengan rata rata sebesar 3,636 kali perbesaran 4,818
kali, 3,636 kali, dan 2,455 kali.
𝐿 = 𝑠 + 𝑠′ …(3.1)
𝑑 = 𝑠 − 𝑠′ …(3.2)
𝐿−𝑑
𝑠= …(3.3)
2
𝐿+𝑑
𝑠′ = …(3.4)
2
1 1 1 2 2
= + ′= +
𝑓 𝑠 𝑠 𝐿+𝑑 𝐿−𝑑
1 2𝐿 − 2𝑑 + 2𝐿 + 2𝑑
=
𝑓 𝐿2 − 𝑑 2
𝐿2 −𝑑2
𝑓= …(3.4)
4𝐿
Maka besar jarak fokus dari nilai positif dapat ditemukan seperti diatas.
Besar nilai jarak fokus keseluruhan pada percobaan lensa positif metode
Gauss adalah (5,21 ± 0,233) cm. Nilai tersebut memiliki kesalahan relatif
sebesar 4,473 % yang memungkinkan data yang diambil akurat karena nilai
kesalahan relatifnya kecil. Pada percobaan lensa positif metode Bessel diperoleh
jarak fokus dari ketiga percobaan sebesar (5,21 ± 0,233) 𝑐𝑚. Nilai tersebut
memiliki kesalahan relatif sebesar 4,473 % yang memungkinkan data yang
diambil akurat karena nilai kesalahan relatifnya kecil. Memiliki nilai sama
walaupun berbeda metode dikaranekan lensa yang digunakan memang sama dari
metode Gauss. Percobaan pada lensa negatif diperoleh jarak fokus keseluruhan
sebesar (8,033 ± 0,793) 𝑐𝑚. Nilai tersebut memiliki kesalahan relatif sebesar
9,870% yang memungkinkan data yang diambil akurat karena nilai kesalahan
relatifnya kecil. Percobaan terakhir yaitu pada lensa gabungan besar jarak fokus
dari hasil ketiga percobaan tersebut adalah (0,967 ± 0,183) 𝑐𝑚. Nilai tersebut
memiliki kesalahan relatif sebesar 18,926% yang memungkinkan data yang
diambil akurat karena nilai kesalahan relatifnya kecil. Walaupun nilai tersebut
kecil dibandingkan dengan perhitungan yang lain data pada lensa gabungan
adalah data yang paling kurang akurat. Hal ini terjadi karena nilai relatifnya
paling tinggi dibanding percobaan pada lensa lain.
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Setelah dilakukannya praktikum lensa tipis ini, konsep dasar lensa tipis dapat
dipahami. Hal ini tertera pada teori dasar, hasil percobaan dan perhitungan. Jalannya
suatu sinar dalam pembuatan bayangan juga diketahui saat melakukan percobaan di
beberapa jarak/ruang tertentu. Pada lensa positif, apabila posisi benda di ruang 1 atau di
titik fokus maka sifat bayangan nya maya, tegak, diperbesar dan bayangan berada di
depan lensa. Jika posisi beda berada di ruang 2 maka sifat bayangan nyata, tegak,
diperbesar. Jika posisi benda berada di pusat kelengkungan maka sifat bayangan nyata,
terbalik dan sama besar. Jika posisi benda berada di ruang 3 maka sifat bayangan nyata,
terbalik, dan diperkecil. Sedangkan pada lensa cekung sifat bayangan yang akan muncul
maya, tegak dan diperkecil. Karena lensa cekung memiliki sifat maya atau tidak dapat
dilihat oleh manusia, maka dalam percobaan digunakan tambahan lensa cembung.
Bayangan ini didapatkan oleh sinar sinar istimewa yang dimilki oleh lensa tipis. Dengan
praktikum lensa tipis ini juga dapat diketahui jarak objek (s), jarak bayangan (s’), jarak
benda ke layar (L), serta jarak kedua lensa (d). Dengan mengetahui empat hal tersebut
praktikan dapat menghitung jarak titik fokus lensa tipis.
4.2 Saran
Saat percobaan praktikum daring tentang lensa tipis yang telah dilakukan,
didapatkan kendala internet yang kurang baik. Alangkah baiknya praktikum dilakukan
secara luring agar bisa lebih memahami dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Halliday, David, Robert Resnick. 2011. Fundamentals of physics, 9th edition. Ohio: John
Wiley & Sons, Inc.
Giancoli, D. C., 2014. Physics: Principles with Applications. Seventh ed. London: Pearson
Education, Inc.
Qadar, R., Haryanto, Z., & Syam, M. 2019. Optika. Samarinda: Mulawarman University Press.
LAMPIRAN
(Giancoli, 2014).
(Giancoli, 2014).
(Halliday & Resnick, 2011).
Tugas Pendahuluan
1 𝑛 𝑛−1
+𝑞 =(𝑅 )
𝑝1 1 1
𝑛 1 1−𝑛
+𝑞 =(𝑅 )
𝑝2 2 2
𝑛 1 1−𝑛
−𝑞 + 𝑝 = ( 𝑅 )
1 2 2
Persamaan ke 2
ℎ ℎ′
tan 𝑎 = 𝑝 = 𝑞
ℎ ℎ′
=
𝑝 𝑞
Lensa Positif
Lensa Negatif
• Tegak
• Maya
• Diperkecil
• Jarak bayangan selalu bernilai negatif (s’ = −)
• Terletak di depan lensa, yaitu di antara titik pusat optik (O) dan titik fokus aktif
(F1)
• Jarak bayangan lebih kecil dari jarak benda (s’ < s)
Post Test Lensa Tipis
2. Mengapa diperlukan bantuan lensa cembung untuk menghitung fokus pada lensa
cekung
Dibutuhkan bantuan lensa cembung dikarenakan agar dapat dilihat bayangan yang
dihasilkan oleh lensa cekung. Jika lensa cekung saja maka bayangan tersebut tidak akan
terlihat karena sifat bayangan lensa cekung adalah maya.