Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

(Indeks Bias Prisma)

(PERCOBAAN-OP4)

Nama : Imron Athoriq Firjatulloh

NIM : 205090800111035

Fak/Jurusan : MIPA/Fisika

Kelompok :6

Tgl.Praktikum : 22 Maret 2021

Nama Asisten : Yulinda Sari Lamria Manalu

LABORATORIUM FISIKA DASAR

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2021
LEMBAR PENILAIAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

(Indeks Bias Prisma)

Nama : Imron Athoriq Firjatulloh

NIM : 205090800111035

Fak/Jurusan : MIPA/Fisika

Kelompok :6

Tgl. Praktikum : 22 Maret 2021

Nama Asisten : Yulinda Sari Lamria Manalu

Catatan :

…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………

Paraf Paraf Nilai


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan


Setelah dilakukan praktikum indeks bias prisma secara daring, diharapkan indeks
bias prisma dapat ditentukan dan ketergantungan indeks bias pada panjang gelombang
dapat dijelaskan.

1.2 Dasar Teori

Salah satu peralatan optik yang memiliki prinsip pantulan internal sempurna di
dalamnya. Fungsi utama dimiliki prisma yaitu agar cahaya dapat dipantulkan. Cahaya
yang dipantulkan di dalam salah satu sisi prisma, akan dikeluarkan dari sisi prisma yang
lain. Seratus persen cahaya akan dipantulkan merupakan kelebihan dari prisma
dibandingkan dengan cermin. Cahaya yang dapat dipantulkan oleh cermin kurang dari
seratus persen. Apabila kaca dengan 𝑛 = 1,50 dan 0𝐶 = 41,8ᵒ, maka seluruh cahaya akan
dipantulkan oleh prisma pada 45ᵒ derajat secara internal (Ilham A, 2019).

Indeks bias cahaya akan dipengaruhi oleh panjang gelombang cahaya. Saat medium
dilintasi oleh cahaya, maka cahaya tersebut akan dibiaskan. Berkas cahaya yang
dihasilkan sangat beragam panjang gelombangnya. Cahaya tersebut akan disebar
berdasarkan panjang gelombang atau warnanya. Karena pembiasan dan sudut yang
dihasilkan terjadi disaat cahaya menembus suatu medium, maka indeks bias medium
tersebut bergantung pada panjang gelombangnya. Panjang gelombang akan berbanding
terbalik dengan indeks biasnya. Saat panjang gelombang dimiliki besar, maka akan
semakin kecil indeks biasnya (Halliday & Resnick, 2011).

Gambar 1.1 Cahaya melintas pada medium prisma

(Serway & Jewet, 2014).


Pada gambar 1.1 diketahui bahwa sinar yang masuk pada medium prisma tidak akan
keluar merambat ke arah yang sama dengan sinar yang masuk. Sebuah pancaran cahaya
yang memiliki panjang gelombang tunggal pada prisma dari kiri muncul sudut dari arah
cahaya datang. Sudut ini disebut sudut penyimpangan. Sudut puncak prisma, yang
ditunjukkan pada gambar, ditentukan sebagai sudut antara permukaan tempat cahaya
memasuki prisma dan detik permukaan yang ditemui cahaya (Serway & Jewet, 2014).

Rasio antara kecepatan cahaya dalam ruang hampa terhadap kecepatan dalam bahan
tertentu disebut besar indeks bias atau indeks refraksi. Kecepatan cahaya akan selalu
rendah terhadap kecepatan cahaya pada ruang hampa. Maka nilai indeks cahaya akan
lebih dari 1. Indeks bias dilambang oleh simbol n, kecepatan cahaya pada ruang hampa
dilambangkan oleh c, dan kecepatan cahaya dilambangkan v. Maka akan diperoleh
persamaan sebagai berikut (Giancoli, 2014).
𝑐
𝑛=𝑣 …(1.1)

(Giancoli, 2014).

Sebuah cahaya yang masuk dari udara ke dalam air dan memiliki sudut miring,
cahaya tersebut akan dibiaskan tegak lurus pada batas udara dan air. Perubahan cahaya
ini dijelaskan hukum Snellius yang disebabkan oleh kecepatan gelombang cahaya yang
lebih lambat di dalam air, yang berpengaruh kepada kecepatan fasenya. Hamburan
cahaya disebabkan oleh kepadatan medium menimbulkan penyimpangan lebih lanjut
dari garis lurus lintasan. Bersama dengan kecepatan yang lebih lambat dan jalur yang
diinduksi kepadatan medium menyebabkan waktu perjalanan cahaya yg masuk dan
keluar lebih lama di dalam air daripada di udara. Berdasarkan yang dijelaskan, bahwa
hukum Snellius merupakan hubungan antara sudut datang dan sudut bias pada cahaya
atau gelombang lainnya yang melalui batas antara dua medium yang berbeda. Hal ini
dapat diberikan persamaan matematika yang indeks bias datang disimbolkan dengan n1
dan indeks bias yang yang telah dilalui disimbolkan n2. Sudut yang dating disimbolkan
dengan 𝜃1 sedangkan pada sudut yang dilewati cahaya diberikan simbol 𝜃2 . Sebagai
gambaran yang jelas dapat dilihat sebagai berikut (Schwarz, Pfeifer, Pfennigbauer, &
Mandlburger, 2020).

𝑛1 sin 𝜃1 = 𝑛2 sin 𝜃2 …(1.2)

(Schwarz, Pfeifer, Pfennigbauer, & Mandlburger, 2020).


BAB II
METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum indeks bias prisma ini, yaitu sebuah
lensa dengan fokus 150 mm, prisma kaca flinta, filter monokromatik, lampu, celah
sempit, mistar atau meteran, dan pemegang filter.

2.2 Tata Laksana Percobaan

Rangkain disusun sesuai dengan gambar pada diktat

Tanpa prisma dan filter,bayangan dicari yang terang dan


diberikan tanda titik A

Filter merah dipasang dan dicari bayangan dengan digesernya prisma


sehingga ditemukkan defleksi maksimum dan beri tanda titik B

Jarak AB dan sudut defleksi diukur dengan meteran

Langkah 3 dan 4 diulangi dengan digantinya filter hijau dan biru

2.3 Gambar Alat Percobaan

Gambar 2.1 Gambar Rangkaian Alat Percobaan


BAB III
ANALISA DAN PEMBAHASAN

3.1 Data Hasil Percobaan

𝝓 a (cm)
b (cm)
(Sudut Prisma) Merah Hijau Biru
12,7 13,7 14,5
29 45° 13,0 13,6 13,6
13,3 14,3 13,2
13,8 15,1 14,4
30 45° 14,0 15,3 14,8
14,2 15,8 15,6
13,3 12,9 12,7
28 45° 13,7 13,2 13,1
14,1 13,5 13,5

3.2 Perhitungan
3.2.1 Filter Merah, b = 29 cm, 𝝓 = 45o, Δb= 0,5 cm

No a (cm) b (cm) δ min( ͦ ) n


Δ𝛿 𝑚𝑖𝑛( ͦ ) (𝑎 − 𝑎̅)2 (n − 𝑛̅)2
1 12,7 29 23,6501 0,01501561 1,00917 0,09 3,67E-08
2 13 29 24,1455 0,0150495 1,00936 0 2,43E-13
3 13,3 29 24,6372 0,01508021 1,00956 0,09 3,65E-08
Jumlah 0,18 7,33E-08
Rata-rata 13 1,00936
∆𝛼 ∆𝑛 Kr
0,3 0,00019 0,019%

𝑎 12,7
𝛿𝑚𝑖𝑛1 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑎𝑛 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑎𝑛 = 23,6501𝑜
𝑏 29
𝑎 13
𝛿𝑚𝑖𝑛2 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑎𝑛 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑎𝑛 = 24,1455 𝑜
𝑏 29
𝑎 13,3
𝛿𝑚𝑖𝑛3 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑎𝑛 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑎𝑛 = 24,6372𝑜
𝑏 29

∑(𝑎 − 𝑎̅)2 0,18


∆𝑎 = √ = √ = 0,3
𝑁−1 3−1

𝑎 𝑏 12,7 29 𝑜
∆𝛿𝑚𝑖𝑛1 = ∆𝑏 + 2 ∆𝑎 = 0,5 + 0,3 = 0,01501561
(𝑎2 2
+𝑏 ) 2
(𝑎 + 𝑏 ) 2 2
(12,7 + 29 ) (12,7 + 292 )
2

𝑎 𝑏 13 29 𝑜
∆𝛿𝑚𝑖𝑛2 = ∆𝑏 + 2 ∆𝑎 = 0,5 + 0,3 = 0,0150495
(𝑎2 2
+𝑏 ) 2
(𝑎 + 𝑏 ) 2 2
(13 + 29 ) (13 + 292 )
2

𝑎 𝑏 13,3 29 𝑜
∆𝛿𝑚𝑖𝑛3 = ∆𝑏 + 2 ∆𝑎 = 0,5 + 0,3 = 0,01508021
(𝑎2 2
+𝑏 ) 2
(𝑎 + 𝑏 ) 2 2
(13,3 + 29 ) 2 2
(13,3 + 29 )
1 1
𝑠𝑖𝑛 (𝛿𝑚𝑖𝑛 + Ф) 𝑠𝑖𝑛 (23,6501 + 45)
𝑛1 = 2 = 2 = 1,00917
1 1
𝑠𝑖𝑛 2 Ф 𝑠𝑖𝑛 2 45
1 1
𝑠𝑖𝑛 2 (𝛿𝑚𝑖𝑛 + Ф) 𝑠𝑖𝑛 2 (24,1455 + 45)
𝑛2 = = = 1,00936
1 1
𝑠𝑖𝑛 2 Ф 𝑠𝑖𝑛 2 45
1 1
𝑠𝑖𝑛 2 (𝛿𝑚𝑖𝑛 + Ф) 𝑠𝑖𝑛 2 (24,6372 + 45)
𝑛3 = = = 1,00956
1 1
𝑠𝑖𝑛 2 Ф 𝑠𝑖𝑛 2 45
∑𝑛 1,00917+1,00936+1,00956
𝑛̅ = = = 1,00936
𝑁 3

∑(𝑛 − 𝑛̅) 2 7,33x10−8


∆𝑛 = √ = √ = 0,00019
𝑁−1 3−1

∆𝑛 0,00019
𝐾𝑟 = × 100% = × 100% = 0,019%
𝑛̅ 1,00936
𝑛 = 𝑛̅ ± ∆𝑛 = 1,00936 ± 0,00019

3.2.2 Filter Merah, b = 30 cm, 𝝓 = 45o

No a (cm) b (cm) δ min( ͦ ) Δ𝛿 𝑚𝑖𝑛( ͦ ) n


(𝑎 − 𝑎̅)2 (n − 𝑛̅)2
1 13,8 30 24,7024 0,01183009 1,00958 0,04 1,48E-08
2 14,0 30 25,0169 0,01186131 1,0097 0 4,29E-14
3 14,2 30 25,3298 0,01189136 1,00982 0,04 1,48E-08
Jumlah 0,08 2,96E-08
Rata-rata 14 1,0097
∆𝑛 Kr
∆𝛼
0,2 0,00012 0,012%

𝑎 13,8
𝛿𝑚𝑖𝑛1 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑎𝑛 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑎𝑛 = 24,7024𝑜
𝑏 30
𝑎 14
𝛿𝑚𝑖𝑛2 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑎𝑛 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑎𝑛 = 25,0169𝑜
𝑏 30
𝑎 14,2
𝛿𝑚𝑖𝑛3 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑎𝑛 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑎𝑛 = 25,3298𝑜
𝑏 30

∑(𝑎 − 𝑎̅)2 0,08


∆𝑎 = √ = √ = 0,2
𝑁−1 3−1
𝑎 𝑏 13,8 30
∆𝛿𝑚𝑖𝑛1 = ∆𝑏 + 2 ∆𝑎 = ∆𝛿𝑚𝑖𝑛 = 0,5 + 0,2 = 0,01183009𝑜
(𝑎2 2
+𝑏 ) 2
(𝑎 + 𝑏 ) 2 2
(13,8 + 30 ) (13,8 + 302 )
2

𝑎 𝑏 13,8 30
∆𝛿𝑚𝑖𝑛2 = ∆𝑏 + 2 ∆𝑎 = ∆𝛿𝑚𝑖𝑛 = 0,5 + 0,2 = 0,01186131𝑜
(𝑎2 2
+𝑏 ) 2
(𝑎 + 𝑏 ) 2 2
(13,8 + 30 ) (13,8 + 302 )
2
𝑎 𝑏 13,8 30
∆𝛿𝑚𝑖𝑛3 = ∆𝑏 + 2 ∆𝑎 = ∆𝛿𝑚𝑖𝑛 = 0,5 + 0,2 = 0,01189136𝑜
(𝑎2 + 𝑏 2 ) (𝑎 + 𝑏 2 ) (13,82 + 302 ) (13,82 + 302 )
1 1
𝑠𝑖𝑛 2 (𝛿𝑚𝑖𝑛 + Ф) 𝑠𝑖𝑛 2 (24,7024 + 45)
𝑛1 = = = 1,00958
1 1
𝑠𝑖𝑛 2 Ф 𝑠𝑖𝑛 2 45
1 1
𝑠𝑖𝑛 2 (𝛿𝑚𝑖𝑛 + Ф) 𝑠𝑖𝑛 2 (25,0169 + 45)
𝑛2 = = = 1,0097
1 1
𝑠𝑖𝑛 2 Ф 𝑠𝑖𝑛 2 45
1 1
𝑠𝑖𝑛 2 (𝛿𝑚𝑖𝑛 + Ф) 𝑠𝑖𝑛 2 (25,3298 + 45)
𝑛3 = = = 1,00982
1 1
𝑠𝑖𝑛 Ф 𝑠𝑖𝑛 45
2 2
∑𝑛 1,00958+1,0097+1,00982
𝑛̅ = = = 1,0097
𝑁 3

∑(𝑛 − 𝑛̅) 2 2,96x10−8


∆𝑛 = √ = √ = 0,00012
𝑁−1 3−1

∆𝑛 0,00012
𝐾𝑟 = × 100% = × 100% = 0,012%
𝑛̅ 1,0097
𝑛 = 𝑛̅ ± ∆𝑛 = 1,0097 ± 0,00012

3.2.3 Filter Merah, b = 28 cm, 𝝓 = 45o

No a (cm) b (cm) δ min( ͦ ) Δ𝛿 𝑚𝑖𝑛( ͦ ) n (𝑎 − 𝑎̅)2 (n − 𝑛̅)2


1 13,3 28 25,4077 0,01857653 1,00985 0,16 6,59E-08
2 13,7 28 26,0718 0,01857588 1,01011 0 9,27E-13
3 14,1 28 26,7285 0,0185692 1,01037 0,16 6,54E-08
Jumlah 0,32 1,31E-07
Rata-rata 13,7 1,01011
∆𝛼 ∆𝑛 Kr
0,4 0,00026 0,025%

𝑎 13,3
𝛿𝑚𝑖𝑛1 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑎𝑛 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑎𝑛 = 25,4077𝑜
𝑏 28
𝑎 13,7
𝛿𝑚𝑖𝑛2 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑎𝑛 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑎𝑛 = 26,0718𝑜
𝑏 28
𝑎 14,1
𝛿𝑚𝑖𝑛3 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑎𝑛 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑎𝑛 = 26,7285𝑜
𝑏 28

∑(𝑎 − 𝑎̅)2 0,32


∆𝑎 = √ = √ = 0,4
𝑁−1 3−1
𝑎 𝑏 13,3 28
∆𝛿𝑚𝑖𝑛1 = ∆𝑏 + 2 ∆𝑎 = ∆𝛿𝑚𝑖𝑛 = 0,5 + 0,4 = 0,01857653𝑜
(𝑎2 2
+𝑏 ) 2
(𝑎 + 𝑏 ) 2 2
(13,3 + 28 ) (13,3 + 282 )
2
𝑎 𝑏 13,7 28
∆𝛿𝑚𝑖𝑛2 = ∆𝑏 + 2 ∆𝑎 = ∆𝛿𝑚𝑖𝑛 = 0,5 + 0,4 = 0,01857588𝑜
(𝑎2 + 𝑏 2 ) (𝑎 + 𝑏 2 ) (13,72 + 282 ) (13,72 + 282 )
𝑎 𝑏 14,1 28
∆𝛿𝑚𝑖𝑛3 = ∆𝑏 + 2 ∆𝑎 = ∆𝛿𝑚𝑖𝑛 = 0,5 + 0,4 = 0,0185692𝑜
(𝑎2 + 𝑏 2 ) (𝑎 + 𝑏 2 ) (14,12 + 282 ) (14,12 + 282 )
1 1
𝑠𝑖𝑛 2 (𝛿𝑚𝑖𝑛 + Ф) 𝑠𝑖𝑛 2 (25,4077 + 45)
𝑛1 = = = 1,00985
1 1
𝑠𝑖𝑛 2 Ф 𝑠𝑖𝑛 2 45
1 1
𝑠𝑖𝑛 2 (𝛿𝑚𝑖𝑛 + Ф) 𝑠𝑖𝑛 2 (26,0718 + 45)
𝑛2 = = = 1,01011
1 1
𝑠𝑖𝑛 2 Ф 𝑠𝑖𝑛 2 45
1 1
𝑠𝑖𝑛 2 (𝛿𝑚𝑖𝑛 + Ф) 𝑠𝑖𝑛 2 (26,7285 + 45)
𝑛3 = = = 1,01037
1 1
𝑠𝑖𝑛 2 Ф 𝑠𝑖𝑛 2 45
∑𝑛 1,00985+1,01011 +1,01011
𝑛̅ = = = 1,01011
𝑁 3

∑(𝑛 − 𝑛̅) 2 1,31x10−7


∆𝑛 = √ = √ = 0,00026
𝑁−1 3−1

∆𝑛 0,00026
𝐾𝑟 = × 100% = × 100% = 0,025%
𝑛̅ 1,01011
𝑛 = 𝑛̅ ± ∆𝑛 = 1,01011 ± 0,00026

3.2.4 Filter Hijau, b = 29 cm, 𝝓 = 45o

No a (cm) b (cm) δ min( ͦ ) Δ𝛿 𝑚𝑖𝑛( ͦ ) n (𝑎 − 𝑎̅)2 (n − 𝑛̅)2


1 13,7 29 25,2867 0,01733197 1,00981 0,028 1,07E-08
2 13,6 29 25,125 0,01732935 1,00974 0,071 2,76E-08
3 14,3 29 26,2481 0,01734041 1,01018 0,188 7,26E-08
Jumlah 0,287 1,11E-07
Rata-rata 13,8667 1,00991
∆𝑛 Kr
∆𝛼
0,37859 0,00024 0,023%

𝑎 13,7
𝛿𝑚𝑖𝑛1 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑎𝑛 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑎𝑛 = 25,2867𝑜
𝑏 29
𝑎 13,6
𝛿𝑚𝑖𝑛2 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑎𝑛 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑎𝑛 = 25,125𝑜
𝑏 29
𝑎 14,3
𝛿𝑚𝑖𝑛3 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑎𝑛 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑎𝑛 = 26,2481𝑜
𝑏 29

∑(𝑎 − 𝑎̅)2 0,287


∆𝑎 = √ = √ = 0,37859
𝑁−1 3−1
𝑎 𝑏 13,7 29
∆𝛿𝑚𝑖𝑛1 = ∆𝑏 + 2 ∆𝑎 = ∆𝛿𝑚𝑖𝑛 = 0,5 + 0,38 = 0,01733197𝑜
(𝑎2 + 𝑏 2 ) (𝑎 + 𝑏 2 ) (13,72 + 292 ) (13,72 + 292 )
𝑎 𝑏 13,6 29
∆𝛿𝑚𝑖𝑛2 = ∆𝑏 + 2 ∆𝑎 = ∆𝛿𝑚𝑖𝑛 = 0,5 + 0,38 = 0,01732935𝑜
(𝑎2 + 𝑏 2 ) (𝑎 + 𝑏 2 ) (13,62 + 292 ) (13,62 + 292 )
𝑎 𝑏 14,3 29
∆𝛿𝑚𝑖𝑛3 = ∆𝑏 + 2 ∆𝑎 = ∆𝛿𝑚𝑖𝑛 = 0,5 + 0,38 = 0,01734041𝑜
(𝑎2 2
+𝑏 ) 2
(𝑎 + 𝑏 ) 2 2
(14,3 + 29 ) (14,3 + 292 )
2

1 1
𝑠𝑖𝑛 2 (𝛿𝑚𝑖𝑛 + Ф) 𝑠𝑖𝑛 2 (25,2867 + 45)
𝑛1 = = = 1,00981
1 1
𝑠𝑖𝑛 2 Ф 𝑠𝑖𝑛 2 45
1 1
𝑠𝑖𝑛 2 (𝛿𝑚𝑖𝑛 + Ф) 𝑠𝑖𝑛 2 (25,125 + 45)
𝑛2 = = = 1,00974
1 1
𝑠𝑖𝑛 2 Ф 𝑠𝑖𝑛 2 45
1 1
𝑠𝑖𝑛 2 (𝛿𝑚𝑖𝑛 + Ф) 𝑠𝑖𝑛 2 (26,2481 + 45)
𝑛3 = = = 1,01018
1 1
𝑠𝑖𝑛 2 Ф 𝑠𝑖𝑛 2 45
∑𝑛 1,00981+1,00974+ 1,01018
𝑛̅ = = = 1,00991
𝑁 3

∑(𝑛 − 𝑛̅) 2 1,11x10−7


∆𝑛 = √ = √ = 0,00024
𝑁−1 3−1

∆𝑛 0,00024
𝐾𝑟 = × 100% = × 100% = 0,023%
𝑛̅ 1,00991
𝑛 = 𝑛̅ ± ∆𝑛 = 1,00991 ± 0,00024

3.2.5 Filter Hijau, b = 30 cm, 𝝓 = 45o

No a (cm) b (cm) δ min( ͦ ) Δ𝛿 𝑚𝑖𝑛( ͦ ) n


(𝑎 − 𝑎̅)2 (n − 𝑛̅)2
1 15,1 30 26,7176 0,01628235 1,01036 0,09 3,09E-08
2 15,3 30 27,0216 0,01628323 1,01048 0,01 3,37E-09
3 15,8 30 27,7743 0,01628045 1,01077 0,16 5,47E-08
Jumlah 0,26 8,90E-08
Rata-rata 15,4 1,01054
∆𝛼 ∆𝑛 Kr
0,36056 0,00021 0,021%

𝑎 15,1
𝛿𝑚𝑖𝑛1 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑎𝑛 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑎𝑛 = 26,7176𝑜
𝑏 30
𝑎 15,3
𝛿𝑚𝑖𝑛2 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑎𝑛 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑎𝑛 = 27,0216𝑜
𝑏 30
𝑎 15,8
𝛿𝑚𝑖𝑛3 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑎𝑛 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑎𝑛 = 27,7743𝑜
𝑏 30
∑(𝑎 − 𝑎̅)2 0,26
∆𝑎 = √ = √ = 0,36056
𝑁−1 3−1
𝑎 𝑏 15,1 30 𝑜
∆𝛿𝑚𝑖𝑛1 = ∆𝑏 + 2 ∆𝑎 = ∆𝛿𝑚𝑖𝑛 = 0,5 + 0,36 = 0,0162823
(𝑎2 + 𝑏 2 ) (𝑎 + 𝑏 2 ) (15,12 + 302 ) (15,12 + 302 )
𝑎 𝑏 15,3 30 𝑜
∆𝛿𝑚𝑖𝑛2 = ∆𝑏 + 2 ∆𝑎 = ∆𝛿𝑚𝑖𝑛 = 0,5 + 0,36 = 0,0162832
(𝑎2 + 𝑏 2 ) (𝑎 + 𝑏 2 ) (15,32 + 302 ) (15,32 + 302 )
𝑎 𝑏 15,8 30 𝑜
∆𝛿𝑚𝑖𝑛3 = ∆𝑏 + 2 ∆𝑎 = ∆𝛿𝑚𝑖𝑛 = 0,5 + 0,36 = 0,0162804
(𝑎2 + 𝑏 2 ) (𝑎 + 𝑏 2 ) (15,82 + 302 ) (15,82 + 302 )
1 1
𝑠𝑖𝑛 2 (𝛿𝑚𝑖𝑛 + Ф) 𝑠𝑖𝑛 2 (26,7176 + 45)
𝑛1 = = = 1,01036
1 1
𝑠𝑖𝑛 Ф 𝑠𝑖𝑛 45
2 2
1 1
𝑠𝑖𝑛 2 (𝛿𝑚𝑖𝑛 + Ф) 𝑠𝑖𝑛 2 (27,0216 + 45)
𝑛2 = = = 1,01048
1 1
𝑠𝑖𝑛 2 Ф 𝑠𝑖𝑛 2 45
1 1
𝑠𝑖𝑛 2 (𝛿𝑚𝑖𝑛 + Ф) 𝑠𝑖𝑛 2 (27,7743 + 45)
𝑛3 = = = 1,01077
1 1
𝑠𝑖𝑛 2 Ф 𝑠𝑖𝑛 2 45
∑𝑛 1,01036+1,01048+1,01077
𝑛̅ = = = 1,01054
𝑁 3

∑(𝑛 − 𝑛̅) 2 8.9x10−8


∆𝑛 = √ = √ = 0,00021
𝑁−1 3−1

∆𝑛 0,00021
𝐾𝑟 = × 100% = × 100% = 0,021%
𝑛̅ 1,01054
𝑛 = 𝑛̅ ± ∆𝑛 = 1,01054 ± 0,00021
3.2.6 Filter Hijau, b = 28 cm, 𝝓 = 45o

No a (cm) b (cm) δ min( ͦ ) Δ𝛿 𝑚𝑖𝑛( ͦ ) n (n − 𝑛̅)2


(𝑎 − 𝑎̅)2
1 12,9 28 24,7362 0,01562484 1,00959 0,09 3,81E-08
2 13,2 28 25,2405 0,0156537 1,00979 0 2,88E-13
3 13,5 28 25,7407 0,01567917 1,00998 0,09 3,78E-08
Jumlah 0,18 7,59E-08
Rata-rata 13,2 1,00979
∆𝛼 ∆𝑛 Kr
0,3 0,00019 0,019%

𝑎 12,9
𝛿𝑚𝑖𝑛1 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑎𝑛 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑎𝑛 = 24,7362𝑜
𝑏 28
𝑎 13,2
𝛿𝑚𝑖𝑛2 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑎𝑛 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑎𝑛 = 25,2405𝑜
𝑏 28
𝑎 13,5
𝛿𝑚𝑖𝑛3 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑎𝑛 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑎𝑛 = 25,7407𝑜
𝑏 28

∑(𝑎 − 𝑎̅)2 0,18


∆𝑎 = √ = √ = 0,3
𝑁−1 3−1
𝑎 𝑏 12,9 28
∆𝛿𝑚𝑖𝑛1 = ∆𝑏 + 2 ∆𝑎 = ∆𝛿𝑚𝑖𝑛 = 0,5 + 0,3 = 0,01562484𝑜
(𝑎2 + 𝑏 2 ) (𝑎 + 𝑏 2 ) (12,92 + 282 ) (12,92 + 282 )
𝑎 𝑏 13,2 28
∆𝛿𝑚𝑖𝑛2 = ∆𝑏 + 2 ∆𝑎 = ∆𝛿𝑚𝑖𝑛 = 0,5 + 0,3 = 0,0156537𝑜
(𝑎2 + 𝑏 2 ) (𝑎 + 𝑏 2 ) (13,22 + 282 ) (13,22 + 282 )
𝑎 𝑏 13,5 28
∆𝛿𝑚𝑖𝑛3 = ∆𝑏 + 2 ∆𝑎 = ∆𝛿𝑚𝑖𝑛 = 0,5 + 0,3 = 0,01567917𝑜
(𝑎2 + 𝑏 2 ) (𝑎 + 𝑏 2 ) (13,52 + 282 ) (13,52 + 282 )
1 1
𝑠𝑖𝑛 2 (𝛿𝑚𝑖𝑛 + Ф) 𝑠𝑖𝑛 2 (24,7362 + 45)
𝑛1 = = = 1,00959
1 1
𝑠𝑖𝑛 2 Ф 𝑠𝑖𝑛 2 45
1 1
𝑠𝑖𝑛 2 (𝛿𝑚𝑖𝑛 + Ф) 𝑠𝑖𝑛 2 (25,2405 + 45)
𝑛2 = = = 1,00979
1 1
𝑠𝑖𝑛 Ф 𝑠𝑖𝑛 45
2 2
1 1
𝑠𝑖𝑛 2 (𝛿𝑚𝑖𝑛 + Ф) 𝑠𝑖𝑛 2 (25,7407 + 45)
𝑛3 = = = 1,00998
1 1
𝑠𝑖𝑛 2 Ф 𝑠𝑖𝑛 2 45
∑𝑛 1,00959+1,00979+1,00998
𝑛̅ = = = 1,00979
𝑁 3

∑(𝑛 − 𝑛̅) 2 7,59x10−8


∆𝑛 = √ = √ = 0,00019
𝑁−1 3−1

∆𝑛 0,00019
𝐾𝑟 = × 100% = × 100% = 0,019%
𝑛̅ 1,00979
𝑛 = 𝑛̅ ± ∆𝑛 = 1,00979 ± 0,00019

3.2.7 Filter Biru, b = 29 cm, 𝝓 = 45o

No a (cm) b (cm) δ min( ͦ ) Δ𝛿 𝑚𝑖𝑛( ͦ ) n (𝑎 − 𝑎̅)2 (n − 𝑛̅)2


1 14,5 29 26,5651 0,02526435 1,0103 0,538 2,08E-07
2 13,6 29 25,125 0,02544851 1,00974 0,028 1,04E-08
3 13,2 29 24,4737 0,02552022 1,00949 0,321 1,26E-07
Jumlah 0,887 3,45E-07
Rata-rata 13,7667 1,00985
∆𝛼 ∆𝑛 Kr
0,66583 0,00042 0,041%

𝑎 14,5
𝛿𝑚𝑖𝑛1 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑎𝑛 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑎𝑛 = 26,5651𝑜
𝑏 29
𝑎 13,6
𝛿𝑚𝑖𝑛2 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑎𝑛 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑎𝑛 = 25,125𝑜
𝑏 29
𝑎 13,2
𝛿𝑚𝑖𝑛3 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑎𝑛 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑎𝑛 = 24,4737𝑜
𝑏 29

∑(𝑎 − 𝑎̅)2 0,887


∆𝑎 = √ = √ = 0,66583
𝑁−1 3−1
𝑎 𝑏 14,5 29
∆𝛿𝑚𝑖𝑛1 = ∆𝑏 + 2 ∆𝑎 = ∆𝛿𝑚𝑖𝑛 = 0,5 + 0,66 = 0,02526435𝑜
(𝑎2 2
+𝑏 ) 2
(𝑎 + 𝑏 ) 2 2
(14,5 + 29 ) (14,5 + 292 )
2

𝑎 𝑏 13,6 29
∆𝛿𝑚𝑖𝑛2 = ∆𝑏 + 2 ∆𝑎 = ∆𝛿𝑚𝑖𝑛 = 0,5 + 0,66 = 0,02544851𝑜
(𝑎2 2
+𝑏 ) 2
(𝑎 + 𝑏 ) 2 2
(13,6 + 29 ) (13,6 + 292 )
2

𝑎 𝑏 13,2 29
∆𝛿𝑚𝑖𝑛3 = ∆𝑏 + 2 ∆𝑎 = ∆𝛿𝑚𝑖𝑛 = 0,5 + 0,66 = 0,02552022𝑜
(𝑎2 2
+𝑏 ) 2
(𝑎 + 𝑏 ) 2 2
(13,2 + 29 ) (13,2 + 292 )
2

1 1
𝑠𝑖𝑛 2 (𝛿𝑚𝑖𝑛 + Ф) 𝑠𝑖𝑛 2 (26,5651 + 45)
𝑛1 = = = 1,0103
1 1
𝑠𝑖𝑛 2 Ф 𝑠𝑖𝑛 2 45
1 1
𝑠𝑖𝑛 2 (𝛿𝑚𝑖𝑛 + Ф) 𝑠𝑖𝑛 2 (25,125 + 45)
𝑛2 = = = 1,00974
1 1
𝑠𝑖𝑛 2 Ф 𝑠𝑖𝑛 2 45
1 1
𝑠𝑖𝑛 2 (𝛿𝑚𝑖𝑛 + Ф) 𝑠𝑖𝑛 2 (24,4737 + 45)
𝑛3 = = = 1,00949
1 1
𝑠𝑖𝑛 2 Ф 𝑠𝑖𝑛 2 45
∑𝑛 1,0103 +1,00974 +1,00949
𝑛̅ = = = 1,00985
𝑁 3

∑(𝑛 − 𝑛̅) 2 3,45x10−8


∆𝑛 = √ = √ = 0,00042
𝑁−1 3−1
∆𝑛 0,00042
𝐾𝑟 = × 100% = × 100% = 0,041%
𝑛̅ 1,00985
𝑛 = 𝑛̅ ± ∆𝑛 = 1,00985 ± 0,00042

3.2.8 Filter Biru, b = 30 cm, 𝝓 = 45o

No a (cm) b (cm) δ min( ͦ ) Δ𝛿 𝑚𝑖𝑛( ͦ ) n (n − 𝑛̅)2


(𝑎 − 𝑎̅)2
1 14,4 30 25,641 0,02305511 1,00994 0,284 1,00E-07
2 14,8 30 26,2587 0,02299319 1,01018 0,018 5,98E-09
3 15,6 30 27,4744 0,02285396 1,01066 0,444 1,55E-07
Jumlah 0,747 2,62E-07
Rata-rata 14,9333 1,01026
∆𝛼 ∆𝑛 Kr
0,61101 0,00036 0,036%

𝑎 14,4
𝛿𝑚𝑖𝑛1 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑎𝑛 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑎𝑛 = 25,641𝑜
𝑏 30
𝑎 14,8
𝛿𝑚𝑖𝑛2 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑎𝑛 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑎𝑛 = 26,2587𝑜
𝑏 30
𝑎 15,6
𝛿𝑚𝑖𝑛3 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑎𝑛 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑎𝑛 = 27,4744𝑜
𝑏 30

∑(𝑎 − 𝑎̅)2 0,747


∆𝑎 = √ = √ = 0,61101
𝑁−1 3−1
𝑎 𝑏 14,4 30
∆𝛿𝑚𝑖𝑛1 = ∆𝑏 + 2 ∆𝑎 = ∆𝛿𝑚𝑖𝑛 = 0,5 + 0,61 = 0,02305511𝑜
(𝑎2 2
+𝑏 ) 2
(𝑎 + 𝑏 ) 2 2
(14,4 + 30 ) (14,4 + 302 )
2

𝑎 𝑏 14,8 30
∆𝛿𝑚𝑖𝑛2 = ∆𝑏 + 2 ∆𝑎 = ∆𝛿𝑚𝑖𝑛 = 0,5 + 0,61 = 0,02299319𝑜
(𝑎2 2
+𝑏 ) 2
(𝑎 + 𝑏 ) 2 2
(14,8 + 30 ) (14,8 + 302 )
2

𝑎 𝑏 15,6 30
∆𝛿𝑚𝑖𝑛3 = ∆𝑏 + 2 ∆𝑎 = ∆𝛿𝑚𝑖𝑛 = 0,5 + 0,61 = 0,02285396𝑜
(𝑎2 2
+𝑏 ) 2
(𝑎 + 𝑏 ) 2 2
(15,6 + 30 ) (15,6 + 302 )
2

1 1
𝑠𝑖𝑛 2 (𝛿𝑚𝑖𝑛 + Ф) 𝑠𝑖𝑛 2 (25,641 + 45)
𝑛1 = = = 1,00994
1 1
𝑠𝑖𝑛 2 Ф 𝑠𝑖𝑛 2 45
1 1
𝑠𝑖𝑛 2 (𝛿𝑚𝑖𝑛 + Ф) 𝑠𝑖𝑛 2 (26,2587 + 45)
𝑛2 = = = 1,01018
1 1
𝑠𝑖𝑛 2 Ф 𝑠𝑖𝑛 2 45
1 1
𝑠𝑖𝑛 2 (𝛿𝑚𝑖𝑛 + Ф) 𝑠𝑖𝑛 2 (27,4744 + 45)
𝑛3 = = = 1,01066
1 1
𝑠𝑖𝑛 2 Ф 𝑠𝑖𝑛 2 45
∑𝑛 1,00994+1,01018+1,01066
𝑛̅ = = = 0,00036
𝑁 3
∑(𝑛 − 𝑛̅) 2 2,62x10−7
∆𝑛 = √ = √ = 0,00036
𝑁−1 3−1

∆𝑛 0,00036
𝐾𝑟 = × 100% = × 100% =
𝑛̅ 1,01026
𝑛 = 𝑛̅ ± ∆𝑛 = 1,01026 ± 0,00036

3.2.9 Filter Biru, b = 28 cm, 𝝓 = 45o

No a (cm) b (cm) δ min( ͦ ) Δ𝛿 𝑚𝑖𝑛( ͦ ) n


(𝑎 − 𝑎̅)2 (n − 𝑛̅)2
1 12,7 28 24,3977 0,01856573 1,00946 0,16 6,81E-08
2 13,1 28 25,0729 0,01857452 1,00972 0 9,06E-13
3 13,5 28 25,7407 0,01857697 1,00998 0,16 6,76E-08
Jumlah 0,32 1,36E-07
Rata-rata 13,1 1,00972
∆𝛼 ∆𝑛 Kr
0,4 0,00026 0,026%

𝑎 12,7
𝛿𝑚𝑖𝑛1 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑎𝑛 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑎𝑛 = 24,3977𝑜
𝑏 28
𝑎 13,1
𝛿𝑚𝑖𝑛2 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑎𝑛 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑎𝑛 = 25,0729𝑜
𝑏 28
𝑎 13,5
𝛿𝑚𝑖𝑛3 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑎𝑛 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑎𝑛 = 25,7407𝑜
𝑏 28

∑(𝑎 − 𝑎̅)2 0,32


∆𝑎 = √ = √ = 0,4
𝑁−1 3−1
𝑎 𝑏 12,7 28
∆𝛿𝑚𝑖𝑛1 = ∆𝑏 + 2 ∆𝑎 = ∆𝛿𝑚𝑖𝑛 = 0,5 + 0,4 = 0,01856573𝑜
(𝑎2 2
+𝑏 ) 2
(𝑎 + 𝑏 ) 2 2
(12,7 + 28 ) (12,7 + 282 )
2

𝑎 𝑏 13,1 28
∆𝛿𝑚𝑖𝑛2 = ∆𝑏 + 2 ∆𝑎 = ∆𝛿𝑚𝑖𝑛 = 0,5 + 0,4 = 0,01857452𝑜
(𝑎2 2
+𝑏 ) 2
(𝑎 + 𝑏 ) 2 2
(13,1 + 28 ) (13,1 + 282 )
2

𝑎 𝑏 13,5 28
∆𝛿𝑚𝑖𝑛3 = ∆𝑏 + 2 ∆𝑎 = ∆𝛿𝑚𝑖𝑛 = 0,5 + 0,4 = 0,01857697𝑜
(𝑎2 2
+𝑏 ) 2
(𝑎 + 𝑏 ) 2 2
(13,5 + 28 ) (13,5 + 282 )
2

1 1
𝑠𝑖𝑛 2 (𝛿𝑚𝑖𝑛 + Ф) 𝑠𝑖𝑛 2 (24,3977 + 45)
𝑛1 = = = 1,00946
1 1
𝑠𝑖𝑛 2 Ф 𝑠𝑖𝑛 2 45
1 1
𝑠𝑖𝑛 2 (𝛿𝑚𝑖𝑛 + Ф) 𝑠𝑖𝑛 2 (25,0729 + 45)
𝑛2 = = = 1,00972
1 1
𝑠𝑖𝑛 2 Ф 𝑠𝑖𝑛 2 45
1 1
𝑠𝑖𝑛 (𝛿𝑚𝑖𝑛 + Ф) 𝑠𝑖𝑛 (25,7407 + 45)
𝑛3 = 2 = 2 = 1,00998
1 1
𝑠𝑖𝑛 2 Ф 𝑠𝑖𝑛 2 45
∑𝑛 1,00946+1,00972+1,00998
𝑛̅ = = = 1,00972
𝑁 3

∑(𝑛 − 𝑛̅) 2 1,36x10−7


∆𝑛 = √ = √ = 0,00026
𝑁−1 3−1

∆𝑛 0,00026
𝐾𝑟 = × 100% = × 100% = 0,026%
𝑛̅ 1,00972
𝑛 = 𝑛̅ ± ∆𝑛 = 1,00972 ± 0,00026
3.3 Analisa Prosedur

3.3.1 Fungsi Alat dan Bahan

Setelah dilakukan percobaan tentang indeks bias prisma telah selesai, alat dan
bahan yang dipakai dapat diketahui kegunaannya. Alat dan bahan yang digunakan
diantaranya sebuah lensa yang digunakan sebagai penguat sinar cahaya lampu.
Sebuah prisma yang digunakan sebagai pembias cahaya dengan sudut 45o pada
percobaan. Sebuah celah sempit digunakan sebagai pengatur cahaya yang
diinginkan. Filter monokromatik dengan warna merah,hijau dan biru digunakan
sebagai penyaring cahaya putih atau biasa disebut polikromatik agar didapatkan
cahaya monokromatik dari sumber cahaya yang digunakan. Alat yang terakhir
yaitu penggaris atau meteran digunakan sebagai alat ukur jarak dari prisma ke
layar dan alat ukur jarak titik pusat ke titik bias yang digunakan.

3.3.2 Fungsi Perlakuan

Berdasarkan percobaan indeks bias prisma yang telah diselesaikan terdapat


beberapa fungsi perlakuan. Hal yang pertama kali dilakukan sebelum praktikum
ialah penyiapan alat dan bahan agar praktikum dapat dilaksanakan dengan baik.
Selanjutnya, alat alat yang terdiri dari lampu, lensa cembung, celah, pegangan
filter, prisma dan layar disusun seperti gambar pada diktat. Kemudian, setelah
disusun maka matikan ruangan praktikum agar cahaya terlihat lebih jelas dan
dapat diukur seakurat mungkin. Lampu dinyalakan, lalu pasang filter
monokromatik secara berurut(merah, hijau, dan biru) setalah diukur. Jarak prisma
ke layar diukur dengan penggaris/meteran. Prisma diubah dan digeser untuk
didapat titik bias lain. Jarak antar titik diukur dan dicatat, setiap warna filter
diambil data sebanyak tiga kali dan pada dua jarak yang berbeda agar didapat
variasi data. Lakukan langkahnya kembali pada warna filter monokromatik yang
lain (hijau dan biru).
3.4 Pembahasan

Setelah diperoleh hasil uji pada praktikum online tentang indeks bias prisma, maka
akan dilakukan perhitungan pada data hasil percobaan akan diketahui indeks bias pada
tiap jarak dari layar ke prisma dan tiap filter monokromatik dari merah, hijau, hingga
biru. Besar indeks bias pada jarak 28 cm dengan filter monokromatik berwarna merah,
hijau, dan biru berturut turut adalah 1,00936 ± 0,00019, 1,00991 ± 0,00024, dan
1,00985 ± 0,00042. Besar indeks bias pada jarak 30 cm dengan filter monokromatik
berwarna merah, hijau, dan biru berturut turut adalah 1,0097 ± 0,00012, 1,01054 ±
0,00021, dan 1,01026 ± 0,00036. Besar indeks bias pada jarak 29 cm dengan filter
monokromatik berwarna merah, hijau, dan biru berturut turut adalah 1,01011 ±
0,00026, 1,00979 ± 0,00019, dan 1,00972 ± 0,00026. Dari data yang dihasilkan
dapat diketahui bahwa data yang dimiliki memliki simpangan yang sangat kecil,
memungkinkah bahwa data yang dihasilkan baik dan tepat (Schwarz, Pfeifer,
Pfennigbauer, & Mandlburger, 2020).

Dari data yang telah dihitung didapat secara keseluruhan bahwa indeks merah akan
lebih besar daripada hijau dan biru. Hal ini terjadi karnena keterkaitan antara warna filter
monokromatik dengan indeks bias disebabkan karena warna tiap filter monokromatik
memiliki panjang gelombang yang berbeda. Panjang gelombang sesuai dengan warna
merah, kuning, hijau, biru dan ungu dari kiri ke kanan semakin besar panjang gelombang
nya .Dengan perbedaan panjang gelombang ini maka didapatkan hasil indeks bias yang
berbeda juga. Karena panjang gelombang yang berbeda terdapat konsekuensi pada
kecepatan gelombang cahaya yang membuat besar kecilnya indeks bias.

Peristiwa pembelokan arah rambat cahaya ketika memasuki medium yang satu ke
medium yang laiinya disebut pembiasan cahaya. Pembiasan cahaya terjadi dikarenakan
kecepatan cahaya yang dating dan masuk pada setiap medium akan berbeda. Sedangkan
perbandingan laju cahaya di ruang hampa terhadap laju cahaya di dalam medium disebut
indeks bias.

Perbedaan pada prisma flinta dan kuarsa yaitu ada pada besar indeks
biasnya,berikut merupakan perbedaan indeks bias cahaya berdasarkan spektrum warna
yang terdiri atas merah,kuning,hijau,biru dan ungu.bila diurutkan dari warna merah
sampai dengan ungu makan indeks biasnya akan semakin besar. Berikut merupakan
tabel pada indeks bias pada kaca kerona. flinta, dan kuarsa.
Tabel 3.1 Perbandingan Indeks Bias Kaca Kerona, Flinta, dan Kuarsa

Perbedaan lainnya pada kaca flinta dan prisma kuarsa yaitu jika pada flinta terdapat
dua prisma yang disusun dan dibentuk untuk menghilangkan sudut deviasi pada warna
sinar. Sedangkan prisma kuarsa bentuk prisma nya tidak ideal daripada prisma flinta.
Biasanya memiliki bentuk kembar, kidal kembar, terdistorsu dan tumbuh oleh mineral
selain kuarsa.

Indeks bias dan panjang gelombang memiliki hubungan. Hubungan panjang


gelombang yaitu berbanding lurus dengan indeks bias cahaya. Jadi konsekuensi dari hal
tersebut, yaitu semakin besar indeks bias maka semakin besar juga panjang gelombang
cahaya.

Penggunaan atau peengaplikasian prisma sebagai medium membiaskan cahaya


dapat dimanfaat sebagai penentuan kadar gula. Alat yang digunakan adalah wadah
prisma dan alat bantu kamera analisis. Alat lain yang digunakan yaitu laser dengan
gelombang 650 nm dan 532 nm, wadah prisma segetiga, larutan gula, layar pengamatan
berbentuk persegi panjang, tampilan dari layar pengamatan, kamera analisi
image(webcam), dan computer. Dengan penggunaan komputasi pada computer akan
didapatkan perhitungan yang akurat untuk pengukuran kadar gula yang diuji coba.
Setelah dilakukan percobaan dan perhitungan didapatkan keakurat dari alat ini sebesar
91,03% yang berarti sangat tinggi tingkat dengan kadar gula sebenernya (Sugiarti,
2019).
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Setelah dilakukannya praktikum indeks bias prisma ini, dapat diketahui nilai indeks
bias dengan cara dihitungnya panjang gelombang dikali arc tan lalu dibagi dengan jarak
prisma ke layar. Dari perhitungan teserbut, maka diketahui semakin kecil panjang
gelombangnya akan semakin kecil juga indeks bias nya. Hal ini terjadi karena indeks
bias dan panjang gelombang memiliki hubungan yang berbanding lurus. Lalu pada jarak
prisma ke layar berbanding terbalik terhadap indeksnya. Jadi semakin besar jaraknya
maka semakin kecil pula indeks biasnya.

4.2 Saran

Saat percobaan praktikum daring tentang indeks bias prisma yang telah dilakukan
didapatkan kendala internet yang kurang baik. Alangkah baiknya praktikum dilakukan
secara luring agar bisa lebih memahami dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Halliday, David, Robert Resnick. (2011). Fundamentals of physics, 9th edition. Ohio: John
Wiley & Sons, Inc.

Serway, R. A., & Jewet, J. W. (2014). Physics for Scientists and Engineers with Modern Physics
Nine Edition. Unites States of America: Brooks/Cole

Giancoli, D. C., 2014. Physics: Principles with Applications. Seventh ed. London: Pearson
Education, Inc.

Lambaga, Ilham A. 2019. Tinjauan Umum Konsep Fisika Dasar. Sleman: CV Budi Utama.

Sugiarti, S. A. (2019). Penentuan Kadar Gula Melalui Pengukuran Sudut Deviasi Dengan
Menggunakan Wadah Prisma Dan Alat Bantu Kamera Analisis Image. Skripsi. Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan. Universitas Jember. Jember.
Schwarz, R., Pfeifer, N., Pfennigbauer, M., & Mandlburger, G. (2020). Depth Measurement
Bias in Pulsed Airborne Laser. IEEE GEOSCIENCE AND REMOTE SENSING
LETTERS, 1 - 5.
LAMPIRAN

(Serway & Jewet, 2014).

(Ilham A, 2019).
(Halliday & Resnick, 2011).

(Giancoli, 2014).
(Schwarz, Pfeifer, Pfennigbauer, & Mandlburger, 2020).

(Schwarz, Pfeifer, Pfennigbauer, & Mandlburger, 2020).


(Sugiarti, 2019).

(Sugiarti, 2019).
Lembar Data Hasil Percobaan
Gambar Rangkaian Percobaan
Tugas Pendahuluan

1. Hitung nilai b minimum dan n untuk setiap warna.


Warna filter monokhromatik mempengaruhi nilai n pada indeks bias. Nilai n terkecil
ada pada filter berwarna merah, dan nilai n terbesar ada pada filter berwarna biru,
sedangkan filter warna hijau memiliki nilai n diantara filter merah, dan biru.

2. Terangkan mengapa nilai n tidak sama untuk setiap warna. Apa kesimpulan Saudara?
Saat cahaya melintasi medium rambat yang berbeda warna, maka cahaya akan dibiaskan
berbeda pula. Perbedaan ini dikarenakan panjang gelombang yang dihasilkan setiap
warna berbeda. Filter warna merah memiliki panjang gelombang sebesar 630-760nm,
filter hijau memiliki panjang gelombang sebesar 490-560nm, sedangkan biru memiliki
panjang gelombang sebesar 450-490nm. Kesimpulannya, jika semakin besar panjang
gelombang pada filter monokhromatik maka akan semakin kecil hasil yang
dibiaskannya.
Lembar Pretest

Anda mungkin juga menyukai