Anda di halaman 1dari 6

PERCOBAAN 5

BALOK KACA DAN PRISMA

Oleh

Nama : Dewa Nyoman Sadewa


Nim : A24120035
Kelompok :8
Kelas :A
Asisten : Rahma Tule

PRAKTIKUM FISIKA DASAR


PENDIDIKAN FISIKA
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2020

BALOK KACA DAN PRISMA


A. TUJUAN
Setelah menyelesaikan percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu:
1. Membuktikan hukum Snellius tentang pembiasan.
2. Menggambarkan jalannya sinar bias pada balok kaca dan prisma.
3. Menentukan indeks bias pada satu bidang batas (balok kaca, dan dua
bidang batas prisma).
4. Menentukan besarnya sudut deviasi.

B. ALAT DAN BAHAN


1. Laptop/notebook/PC : Digunakan sebagai prantara dalam praktikum.
2. Simulasi phET : Digunakan sebagai aplikasi dalam percobaan prakrikum
online.
3. Pena bolpoin : Digunakan untuk mencatat hasil pengamatan dalam
percobaan praktikum.
4. Lembar kertas : Digunakan sebagai tempat menulis hasil pengamatan
percobaan praktikum.

Hukum Snellius
Hukum ini menyebutkan bahwa nisbah sinus sudut datang dan sudut
bias adalah konstan, yang tergantung pada medium. Perumusan lain yang
ekivalen adalah nisbah sudut datang dan sudut bias sama dengan nisbah
kecepatan cahaya pada kedua medium, yang sama dengan kebalikan
nisbah indeks bias. Seperti pada gambar dibawah
C. TEORI ATAU KONSEP BALOK KACA DAN PRISMA
1. BALOK KACA (PLAN PARALEL)
Kaca plan paralel atau balok kaca adalah keping kaca tiga dimensi yang
dibatasi oleh sisi-sisi sejajar. Sebuah kaca plan paralel atau balok kaca,
dibatasi oleh tiga pasang oleh sisi-sisi sejajar.
Cahaya dari udara memasuki sisi pembias kaca plan paralel akan
dibiaskan mendekati garis normal. Demikian pula pada saat cahaya
meninggalkan sisi pembias lainnya keudara akan dibiaskan menjauhi garis
normal. Pengamat dari sisi pembias yang berseberangan akan melihat
sinar dari benda bergeser akibat pembiasan. Sinar bias akhir mengalami
pergeseran sinar terhadap arah semula.
Pergeseran sinar bias terhadap arah semula dari sinar datang pada
kaca plan paralel. Berkas sinar bias akhir sejajar dengan sinar datang
namun bergeser sejauh jarak titik GC.

Menentukan Besar Pergeseran Sinar:


Tinjau arah sinar didalam kaca plan paralel.
Tinjau arah sinar didalam kaca plan paralel

Pada segitiga ABC siku-siku di B:


𝑑 𝑑
Cos r1 = 𝑠 maka s =
1

𝑐𝑜𝑠.𝑟1

Pada segitiga ACD siku-siku di D :


𝑡
Sin 𝛼 = maka t = s. sin 𝛼
𝑠
𝑑
Maka: t = . sin 𝛼
𝑐𝑜𝑠𝑟1

sin(𝑖1−𝑟1)
Karena i1 = 𝛼 + 𝑟1 t = 𝑑.
𝑐𝑜𝑠𝑟1
𝛼 = i1 – r 1 maka

Ketentuan lain adalah berlaku: i1 = r2


r 1 = i2
dengan keterangan:
d = tebal balok kaca, (cm)
i = sudut datang, (°)
r = sudut bias, (°)
t = pergeseran cahaya, (cm)

2. PRISMA
Prisma merupakan benda bening yang dibatasi oleh 2 buah bidang
datar, sehingga didalam prisma cahaya akan mengalami dua kali proses
pembiasan. Konsep pembiasan cahaya: Cahaya yang datang dari medium
yang kurang rapat menuju zat yang lebih rapat maka cahaya akan
dibiaskan mendekati garis normal. Dan cahaya yang datang dari medium
yang lebih rapat menuju zat yang lebih rapat maka cahaya akan dibiaskan
menjauhi garis normal.

Proses pembiasan cahaya Pada Prisma


Cahaya yang datang dari udara menuju bidang pembias 1 pada prisma
cahaya dibiaskan mendekati garis normal. Selanjutnya cahaya akan
sampai pada bidang pembias kedua pada prisma maka cahaya akan
dibiaskan menjauhi garis normal, sebelum pada akhirnya cahaya keluar
meninggalkan prisma. Proses pembiasan cahaya pada prisma ditunjukan
pada gambar dibawah ini:

Rumus Pembiasan Pada Prisma:


Persamaan sudut puncak prisma atau biasa disebut sudut pembias
prisma, dapat dihitung menggunakan rumus:
𝛽 = 𝑟1 + 𝑖2
dengan:
𝛽 = sudut puncak prisma (°)
r1 = sudut bias saat berkas sinar memasuki bidang batas udara-prisma

(°)
i2 = sudut datang saat berkas sinar memasuki bidang batas prisma-
udara(°)
Jika nilai sudut pembias prisma sudah diketahui selanjutnya kita dapat
mencari nilai sudut deviasi prisma atau sudut pembias prisma,
menggunakan rumus:
D = ( i1 + r2 ) −𝛽
Dengan:
D = sudut deviasi (°)
i1 = sudut datang pada bidang batas bidang pertama prisma (°)
r2 = sudut bias pada bidang kedua prisma (°)
𝛽 = sudut puncak atau sudut pembias prisma (°)
Sudut deviasi minimum terjadi saat i1 = r2, untuk menentukan nilai
deviasi minimum digunakan persamaan: DM = 2i1 – 𝛽

a. Bila sudut pembias lebih dari 15°, besar sudut deviasi minimum
dihitung menggunakan rumus:
𝛽 𝛽
n1 sin[𝐷𝑚 + 2 ] = n2 sin [ ]
2
dengan:
n1 = indeks bias medium (udara)
n2 = indeks bias prisma
Dm = sudut deviasi minimum (°)
𝛽 = sudut pembias prisma (°)

b. Bila sudut pembias kurang dari 15°, besar sudut deviasi minimum
dihitung menggunakan rumus:
𝛿 = (n2-1 – 1) 𝛽
Dengan:
𝛿 = sudut deviasi minimum (°)
n = indeks bias relatif prisma terhadap medium.
𝛽 = sudut pembias prisma (°)

Type equation here.

Anda mungkin juga menyukai