Anda di halaman 1dari 5

DISPERSI DAN DAYA PEMECAH PRISMA

Bayu Permana (140310130044)


Program Studi Fisika, FMIPA Universitas Padjadjaran
Senin,15 Juni 2015
Asisten : Khoirima Ulfi

ABSTRAK
Cahaya merupakan salah bentuk dari gelombang elektromagnetik yang memiliki dua sifat sekaligus, yaitu
selain sebagai suatu partikel juga memiliki sifat sebagai gelombang, sehingga cahaya sebagai gelombang ini
juga memiliki sifat-sifat gelombang seperti transmisi, dispersi, refraksi, interferensi, refleksi, difraksi.
Dimana, dalam percobaan ini akan merujuk pada sifat cahaya sebagai gelombang sehingga percobaan ini
dimaksudkan untuk memahami cara kerja dari spektrometer, menentukan indeks bias berbagai cairan,
menentukan spektrum garis, dan menunjukkan hubungna antara indeks bias dengan panjang gelombang,
serta menghitung daya pemecah prisma gelas dari kemiringan kurva dispersi dengan memanfaatkan sifat-
sifat cahaya tersebut sebagai gelombang dan juga dengan menggunakan prisma sebagai medium pendispersi
dan refraksi dari cahaya putih, sehingga dapat terurai kedalam bentuk spektrum garisnya yang dapat
dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan tersebut.
(Keyword : Cahaya,Sifat gelombang,Dispersi,Refraksi,Prisma,Spektrum garis)
I . PENDAHULUAN medium yang baru. Pembelokan ini disebut
Pembiasan. Gambar dibawah menunjukkan
Dispersi, dan refraksi merupakan contoh sebuah berkas yang merambat dari udara ke
fenomena fisis yang yang banyak sekali air. Sudut Ө1 adalah sudut datang dan Ө2
memilki bentuk pengaplikasiannya. Sebagai adalah sudut bias. Berkas dibelokkan menuju
contoh, dengan memanfaatkan fenomena ini normal ketika memasuki air dimana lajunya
kita dapat menentukan besaran fisis lain lebih kecil. Jika cahaya merambat dari suatu
seperti harga dari indeks bias suatu bahan. medium ke medium kedua dimana lajunya
Dimana indeks bias ini menentukan sifat dari lebih besar, berkas dibelokkan menjauhi
suatau bahan, baik itu dari perambatan cahaya normal.
yang melewatinya, sifat kelistrikannya, dan
lain-lain yang sangat penting dalam ilmu
pengetahuan dan tehknologi moderen saat ini.
Oleh karena itu, sebagai salah satu dari
mahasiswa fisika prktikum ini sangat penting
untuk dilakukan. Sehingga, dapat memahami
dan mendalami secara lebih tentang ilmu
pengetahuan dan tehknologi dimasa depan.
II . TEORI DASAR
Pembiasan Cahaya (Refraksi) Gambar 2.1: Peristiwa pembiasan cahaya.
(kiri) pembiasan dari medium kurang rapat
Apabila terdapat cahaya melintas dari suatu menuju medium lebih rapat, berkas dibiaskan
medium ke medium lainnya, sebagian cahaya mendekati garis normal. (kanan) Pembiasan
datang dipantulkan pada perbatasan. Sisanya dari medium lebih rapat ke medium kurang
lewat ke medium yang baru. Jika seberkas rapat, berkas dibiaskan menjauhi garis
cahaya datang dan membentuk sudut terhadap normal.
permukaan ( bukan hanya tegak lurus), berkas Sudut bias bergantung pada laju cahaya kedua
tersebut dibelokkan pada waktu memasuki media dan pada sudut datang hubungan
analits antar sudut datang dan sudut bias
ditemukan secara eksperimential oleh
Willebrord Snell.
Ө1 adalah sudut datang dan Ө2 adalah sudut
bias ( keduanya diukur terhadap garis yang
tegak lurus permukaan antara kedua media,
seperti pada gambar diatas, n1 dan n2 adalah
indeks – indeks bias materi tersebut. Berkas –
berkas datang dan bias berada pada bidang
yang sama yang juga termasuk garis tegak
lurus terhadap permukaan. Hukum snell Gambar 2.2: Peristiwa pembiasan cahaya
didasarkan pada Hukum pembiasan pada prisma
Jelas dari hukum snellius bahwa jika Sudut Diviasi
n 2>n 1 ,maka Ө 2<Ө 1 ,artinya jika
Untuk menentukkan sudut deviasi
cahaya memasuki medium dimana n lebih
ditunjukkan dengan gambar dibawah ini.
besar ( dan lajunya lebih kecil ),maka berkas
Sinar datang mula – mula dan sinar bias yang
cahaya dibelokkan menuju normal. Dan jika
keluar dari prisma berpotongan di titik R dan
n 2<n 1 ,maka Ө 2>Ө 1 ,sehingga berkas
membentuk sudut yang dinamakan sudut
dibelokkan menjauhi normal. deviasi.
Hubungan ini dikenal sebagai Hukum Snell
dan dituliskan
n1 sinθ 1=n2 sin θ2

Pembiasan cahaya pada prisma


Penggunaan prisma dilakukan pertama
kali oleh Sir Issac Newton untuk menganalisa
pancaran cahaya berdasarkan warna-warna
pembentuknya dan besar panjang Gambar 2.3: pembentukan sudut deviasi pada
gelombangnya. Newton menggunakan prisma prisma
untuk menguraikan cahaya sinar matahari. Segiempat PSQT
Cahaya putih dari cahaya matahari merupakan
cahaya polikromatis yang diuraikan menjadi β+ ¿ PSQ=180°
warna-warna monokromatis, yaitu merah,
jingga, kuning, hijau, biru dan ungu. Prisma Segitiga PSQ tampak bahwa :
adalah suatu benda tembus Cahaya ( bening )
θ 2+ θ 3+¿ PSQ=180°
terbuat dari gelas yang dibatasi oleh dua
bidang datar yang membentuk sudut tertentu
satu sama lain. Bidang datar ini disebut Sehingga diperoleh
bidang pembias dan sudut yang dibentuk oleh β+ ¿ PSQ=θ2+θ 3+ ¿ PSQ
kedua prisma disebut bidang pembias atau
sudut pembias atau puncak prisma yang diberi Atau
notasi β .
β=θ 2+θ 3

Pada segitiga PQR, sudut alas di P


P=θ 1−θ 2

dan sudut alas di Q


Q=θ 4 – θ 3 θ 1=½ .( β + D m )

Dan menurut sifat sudut luar segitiga dapat dengan


situliskan
β=2. θ 2=2. θ3
D=(θ 1 – θ 2)+(θ 4 – θ 3)=(θ 1 – θ 4) – (θ 2+θ 3)
Jika indeks bias prisma adakah n p dan
D=(θ 1 – θ 4) – β
indeks bias medium adalah nm ,maka
Dengan menurut hukum snellius didapat bahwa :
D = sudut deviasi nm . sin θ1=n p . sinθ 2
Β = sudut pembias ( sudut puncak prisma )
nm . sin ½.(β+ D m )=n p . sin ½. β
θ1 = sudut datang pertama
θ4 = sudut bias kedua Karena indeks bias di udara adakah 1, maka :
Deviasi minimum pada prisma np
nm =( −1)β
Jika arah sinar datang diubah – ubah sehingga nm
besar sudut datang berubah – ubah , maka
sudut deviasi pun berubah. Hasil percobaan Khusus untuk sudut pembias prisma yang
menunjukkan bahwa hubungan besar sudut kecil ( β << 15 ° ), persamaannya menjadi :
deviasi terhadap besar sudut datang sesuai
dengan grafik berikut ini :
III. PERCOBAAN
Dalam melakukan percobaan ini beberapa hal
yang perlu diperhatikan yaitu.
1. Rancangan Alat Percobaan

Gambar 2.4: Grafik hubungan besar sudut


deviasi terhadap sudut datang
Dm
Deviasi terkecil atau deviasi minimum ¿
) terjadi pada saat sinar masuk simetris
dengan sinar yang keluar dari prisma
membagi prisma menjadi segitiga sama kaki
sehingga sudut datang sama dengan sudut Gambar 3.1:Rangkaian Alat Percobaan
bias terakhir. Dengan demiikan terjadi deviasi
minimum dimana syarat agar terjadi deviasi
minimum adakah :
2.Metode Percobaan
θ 1=θ 4 dan θ 2=θ 3
Dalam paktikum ini kita membutuhkan
beberapa alat percobaan seperti: alat
Maka : spektrometer seperti yang ditunjukkan oleh
Dm=2. θ 1−β gambar 3.1 di atas, prisma gelas,dan prisma
gliserin. Kemudian, menyusun alat percobaan
seperti gambar tersebut.
Selahjutnya diperoleh bahwa
Percobaan pertama menggunakan prisma
gelas, kemudian mengatur posisi cahaya dan
prisma sehingga tampak spektrum garis pada Grafik hubungan indeks bias dengan panjang gelombang
teleskop, kemudian memutar teleskop kearah
kanan, lalu mencatat sudut yang ditunjukkan 1
pada skala sudut, kemudian melakukan hal
yang sama untuk putaran kearah kanan.
indeks bias 0.5
Melakukan prosedur yang sama untuk
percobaan menggunakan prisma gliserin.
0
IV. DATA DAN ANALISA 400 450 500 550 600 650
Data Percobaan. panjang gelombang (nm)

Grafik hubungan indeks bias dengan panjang gelombang


Data percobaan dengan menggunakan prisma
1.2 berisi gliserin
1
θ1(ka
gliser θ2(kiri) ksr
0.8 nan) δ(◦) n
in (◦) (%)
(◦)
Indeks bias 0.6 Mera
0 1
h
0.4
jingg
25,53 -12,77 0,9296
0.2 a
kunin 331,0 99,
0 25,6 152,71 0,797
g 2 16
400 450 500 550 600 650 331,2 25,7 152,75 0,7967
hijau
Panjang gelombang (nm) 331,6
165,83 0,6963
biru 5
ungu 332,2 26,25 152,98 0,795

Data percobaan dengan menggunakan prisma


kaca Indeks
�(nm) bias
θ1(kanan θ2(kiri) ksr
kaca δ(◦) n 627,3 1,000
)(◦) (◦) (%)
Mera 146, 0,84 595,5 0,930
336,2 43,65 579,8 0,797
h 28 26
jingg 168, 0,67 547,7 0,797
336,25
a 13 77 438,5 0,696
kuni 146, 0,84 405,1 0,795
336,3 44,02
ng 14 35 99, ń=0,835766619
146, 0,84 19
337,25 44,1
hijau 58 05
146, 0,84
337,65 45,05
biru 3 24
338,3 45,6
146, 0,84 Analisa
ungu 35 21
Dari percobaan ini kita dapat menentukan
harga indeks bias dari gelas dan gliserin, serta
indeks menghitung panjang gelombang cahaya yang
� (nm) bias (n)
627,3 0,843
melewati medium tersebut. Dari hasil
595,5 0,678 perhitungan yang diperoleh tampak bahwa
579,8 0,844 indeks bias gliserin lebih besar daripada
547,7 0,841 indeks bias gelas. Hal tersebut tidak sesuai
438,5 0,842 dengan kenyataan bahwa indeks bias gelas
405,1 0,842 lebih besar dari pada indeks bias gliserin. Hal
ń=0,814813011 Type equation here . tersebut tampak pula dari hasil KSR yang
diperoleh dari percobaan sangatlah besar. Hal
ini tentu sangat tidak baik untuk hasil
percobaan. Hal ini, disebabkan karena dibentuk oleh spektrum cahaya
kesulitan praktikan untuk menemukan tampak
spektrum garis dan pengamatan daerah 2. Indeks bias cairan dan gelas di
spektrum masih sangat bergantung pada nilai tentukan oleh harga dari sudut deviasi
subjektif pengamat dimana meletakkan titik yang dibentuk oleh spektrum cahaya
pengamatannya, sehingga hal ini yang yang melewati medium tersebut
mungkin menyebabkan kesalahan dalam
percobaan ini. selain ini tidak ada lagi yang
dapat praktikan simpulkan, karena hasil DAFTAR PUSTAKA
percobaan ini. 1. Yolanda,Intan.2012.makalah :Prinsip
V. KESIMPULAN Kerja spektrometer.Jakarta:UI
2. Sutria,Nida.2013.jurnal:Gelombang
1. Cara kerja alat spektrometer adalah cahaya.Malang:UB
dengan mengukur sudut deviasi yang 3. Permana,Ilham.2012.makalah:sudut
deviasi pada prisma.Jokja:UGM

Anda mungkin juga menyukai