Anda di halaman 1dari 10

laporan Fisika II Hukum Ohm

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam sebuah rangkaian listrik biasanya terdapat istilah yang dikenal dengan arus listrik,
tegangan dan hambatan.. Pada dasarnya sebuah rangkaian listrik terjadi ketika sebuah
penghantar mampu dialiri electron bebas secara terus menerus. Aliran inilah yang disebut
dengan arus. Sedangkan tegangan adalah beda potensial yang ada di antara titik rangkaian
listrik tersebut. Untuk menemukan hubungan di antara istilah-istilah yang ada dalam sebuah
rangkaian listrik diperlukan sebuah praktikum yang dapat membuktikannya.
Dengan melakukan praktikum yang berjudul Hukum Ohm ini kita dapat mengetahui dan
mempelajari hubungan antara tegangan dan kuat arus pada suatu rangkaian dan dapat
digunakan untuk mengetahui sebuah hambatan listrik tanpa harus menggunakan alat yang
dinamakan ohmmeter.. Selain itu materi tentang hukum ohm ini sangat berguna khususnya
yang mendalami kelistrikan. Karena dengan adanya hukum ohm kita dapat mengerti tentang
kelistrikan. Untuk itu kita harus mempelajari lebih dalam tentang Hukum Ohm dengan cara
mempraktekkannya dalam percobaan ini.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana hubungan antara tegangan dan kuat arus yang mengalir dalam sebuah rangkaian?
1.3 Tujuan
Mempelajari hubungan antara tegangan dan kuat arus yang mengalir dalam sebuah rangkaian
1.4 Definisi Istilah
Tegangan : perbedaan potensi listrik antara dua titik dalam rangkaian listrik.
Dielektrik : suatu bahan yang memiliki daya hantar arus yang sangat kecil atau
bahkan hampir tidak ada
Polarisasi : suatu peristiwa perubahan arah getar gelombang pada cahaya yang acak
menjadi satu arah getar;
Konduktor : adalah bahan yang di dalamnya banyak terdapat elektron bebas mudah
untuk bergerak.
Semi-konduktor : (setengah penghantar) adalah suatu bahan yang tidak layak
disebut sebagai penghantar, juga tidak layak disebut sebagai bukan penghantar (Isolator).
Arus listrik : banyaknya muatan listrik yang mengalir tiap satuan waktu
Resistor : rangkaian elektronika yang berfungsi sebagai penghambat arus dan
tegangan
Resistansi : hambatan (perbandingan antara tegangan listrik dari suatu komponen
elektronik dengan arus listrik yang melewatinya.
1.5 Hipotesis
Ada hubungan antara tegangan dan kuat arus listrik, di mana tegangan sebanding dengan kuat
arus.

1.6 Tinjauan Pustaka


Hukum Ohm
Ketika suatu medan listrik diberikan kepada sebuah dielektrik, akan terjadi polarisasi
terhadap dielektrik tersebut. Tetapi jika medan tersebut diberikan ke daerah yang mempunyai
muatan bebas, muatan tersebut akan bergerak dan timbul suatu arus listrik sebagai ganti
polarisasi medium tersebut.
Ketika muatan bebas ditunjukkan dalam sebuah benda seperti electron-elektron dalam
suatu logam, yang gerakannya merintangi interaksinya terhadap ion-ion positif sehingga
membentuk lattice Kristal logam. Ketika tidak terdapat medan listrik eksternal , electron-
elektron tersebut bergerak ke segala arah dan tidak ada transportasi muatan netto atau arus
listrik. Tetapi jika digunakan sebuah medan listrik eksternal,terjadi aliran gerakan dari
gerakan electron sembarang sehingga terjadi arus listrik. Tampaknya alamiah untuk
menganggap bahwa kekuatan dari arus tersebut sesuai dengan intensitas medan listrik, dan
bahwa persesuaian ini merupakan konsekuensi langsung dari struktur internal logamnya.
Untuk membuktikan hubungan ini, dapat ditinjau dengan hukum Ohm, yang menyatakan
bahwa untuk suatu konduktor logam pada suhu konstan, perbandingan antara perbedaan
potensial V antara dua titik dari konduktor dengan arus listrik I yang melalui konduktor
tersebut adalah konstan. Konstan ini disebut tahanan listrik (hambatan) R dari konduktor
antara dua titik. Jadi hukum Ohm bisa dinyatakan sebagai :
= R atau I=

V merupakan beda tegangan (beda potenssial), I adalah arus yang lewat pada
penghantar dan R hambatan dari penghantar. Persamaan (1) menunjukkan bahwa
Hukum Ohm berlaku jika hubungan antara V dan I adalah linier.
Hukum ini diformulasikan oleh ahli fisika Jerman, George Ohm (1787-1854), ternyata
berlaku dengan ketelitian yang mencengangkan terhadap konduktor pada cakupan harga V, I
dan suhu yang luas . Prinsip Ohm ini adalah besarnya arus listrik yang mengalir melalui
sebuah penghantar metal pada rangkain, Ohm menentukan sebuah persamaan yang simple
menjelaskan hubungan antara tegangan, arus dan hambatan yang saling hubungan. Tetapi
beberapa zat terutama semi-konduktor , tidak mengikuti hukum Ohm. Sebuah grafik
menunjukkan hubungan antara V dan I yang diberikan hukum Ohm menghasilkan garis lurus
sebagaimana ditunjukkan gambar ini.
I
.

.
.
V
Dari persamaan yang di atas, kelihatan sekali bahwa R (hambatan) dinyatakan dalam satuan
SI sebagai Volt/ampere atau m2kg s-1C-2 dan disebut Ohm (). Jadi satu Ohm adalah tahanan
suatu konduktor yang dilewati arus satu ampere ketika perbedaan potensialnya dijaga satu
volt di ujung-ujung konduktor tersebut. Arus dinyatakan dengan Ampere, bersimbol I.
Tegangan dinyatakan dengan volt, bersimbol V atau E (Alonso, 1979:76-77).
Hukum Ohm menggambarkan bagaimana arus, tegangan, dan tahanan berhubungan.
Hukum Ohm dapat diterapkan dalam rangkaian tahanan seri. Yang dimaksud dengan
rangkaian tahanan seri adalah tahanan dihubungkan ujung ke ujung atau dalam suatu rantai.
Untuk mencari arus yang mengalir pada rangkaian seri dengan tahanan lebih dari
satu , diperlukan jumlah total nilai tahanan-tahanan tersebut. Hal ini dapat dimengerti karena
setiap tahanan yang ada pada rangkaian seri akan memberikan hambatan bagi arus untuk
mengalir (Hayt, 1991 )
Komponen Ohm dan Non-Ohm
Secara tegas, hukum ohm hanya berlaku untuk resistor karena pada resistor I adalah
sebanding dengan V untuk seluruh nilai I dan V. Komponen yang memenuhi hukum
kesebandingan I dan V disebut komponen ohmic, yang dicirikan oleh grafik I V berbentuk
garis lurus condong ke atas melalui titik asal. Dalam banyak komponen, hambatan yang
didefinisikan oleh V = I.R tidaklah konstan tetapi bergantung pada nilai-nilai V dan I.
komponen-komponen seperti ini sebut komponen non-ohmic grafik I terdapat V untuk
komponen-komponen seperti ini tidak linier.
Besarnya hambatan suatu penghantar ditentukan oleh panjang (I), penampang
(A) dan hambatan jenis (P) penghantar secara matematis hubangan tesebut ditulis
sebagai berikut :

Penampang kawat umumnya berbentuk lingkaran, sehingga luas penampang.

Dengan r adalah jari-jari kawat dan D adalah diameter kawat keterangan :


R : hambatan penghantar (ohm)
: Hambatan jenis penghantar (ohm mm2/m atau ohm m)

P : panjang penghantar (m)


A : luas panjang (m2)
Hambatan jenis suatu bahan adalah hambatan suatu bahan yang panjang 1 m dan luas
penampangnya 1 m2. misalnya hambatan jenis baja adalah 1,5 x 10-7 ohm m. Artinya kawat
baja dengan panjang 1 m dan luas penampang 1 m2mempunyai hambatan 0,15 ohm. Nilai
hambatan jenis suatu penghantar bergantung pada jenis penghantar dan suhu. Penghantar
logam hambatan jenisnya akan jika suhunya bertambah maka disesuaikan dengan perbesaran
berikut :

Keterangan :
Pt : Hambatan jenis akhir
P : Hambatan jenis awal
: koefisien suhu hambatan jenis
: perubahan suhu

Pada umumnya hambatan kawat juga akan naik jika suhunya bertambah dalam suatu batas
perubahah suhu tertentu, perubahan fraksi hambatan dibandingkan dengan

perubaha suhu ( ) sehingga :

Oleh karena hambatan penghantar sebanding dengan hambatan jenis, maka didapat
persamaan berikut :

(http://www.scribd.com/doc/)
Susunan Seri dan Paralel
Hambatan listrik suatu penghantar dapat disusun secara seri atau paralel. Dan dapat pula
disusun dengan cara gabungan antara susunan seri dan paralel.
A. Susunan Seri
Hambatan pengganti dari n hambatan listrik yang disusun secara seri dapat dinyatakan dalam
persamaan berikut :
R5 = R1 + R2 + R3 + .. Rn
B. Susunan Paralel
Hambatan penganti dua komponen R1 dan R2yang disusun secara paralel dapat dihitung
lebih cepat dengan persamaan khusus, yaitu :

Secara umum untuk komponen-komponen yang disusun paralel, kebalikan atau pengganti
paralel sama dengan jumlah dari kebaikan tiap-tiap hambtan.
Penyerapan Daya
Beberapa kemasan resistor yang berbeda serta symbol rangkaian yang paling umum
digunakan untuk menggambarkan sebuah resistor. Perkalian antara v dan i akan
menghasilkan daya yang diserap oleh resistor. Jadi, v dan i dipilih untuk memenuhi
kesepakatan tanda pasif. Daya yang diserap secara fisika akan muncul sebagai panas dan atau
cahaya dan selalu berharga positif. Resistor (positif) merupakan elemen pasif yang tidak
dapat mengirimkan atau menyimpan daya. Ungkapan lain untuk menunjukkan besarnya daya
yang diserap adalah.
P= vi =i2 R = v2/R
P : daya (watt)
V : tegangan (volt)
I : arus (ampere)

Contoh resistor

Konduktansi
Untuk resistor linear, rasio antara arus dan tegangan merupakan sebuah bilangan
konstan yaitu,
=

Di mana G disebut sebagai konduktansi. Satuan SI nya adalah Siemens (S).


Resistansi dapat digunakan sebagai dasar untuk mendefinisikan dua istilah umum
yaitu hubung singkat dan hubung terbuka. Kita definisikan hubung singkat sebagai resistansi
nol ohm, sehingga karena v= i R maka tegangan hubung singkat haruslah sama dengan nol
meskipun arusnya bernilai berapapun.sedangkan hubung terbuka sebagai resistansi tak
berhingga sehingga berdasarkan hukum ohm arusnya haruslah sama dengan nol tanpa
mempertimbangkan berapapun besarnya tegangan hubung terbuka (Durbin, 2005 : 22-26).

BAB II
METODOLOGI
2.1 Alat dan Bahan
Nama Alat/Bahan Jumlah Nama Alat/Bahan Jumlah
Meter Dasar 90/Basicmeter 2 Potensiometer 50 k 1
Kabel Penghubung Merah 3 Saklar 1 tutup 1
Kabel Penghubung Hitam 3 Jembatan Penghubung 1
Hambatan tetap 100 1 Catu Daya 1
Papan Rangkaian 1
2.2 Langkah Kerja
Persiapan Percobaan
a. Buat rangkaian
b. Hubungkan cattu daya ke sumber tegangan (alat masih dalam keadaan mati). Pilih tegangan
keluaran pada posisi 3 volt DC
c. Hubungkan rangkaian ke catu daya (gunakan kabel penghubung)
Langkah Percobaan
a. Hidupkan catu daya kemudian tutup saklar S
b. Atur potensiometer sehingga voltmeter menunjukkan tegangan sekitar 2 volt, kemudian baca
kuat arus yang mengalir pada amperemeter dan catat hasilnya ke dalam table pada hasil
pengamatan
c. Atur lagi potensiometer sehingga voltmeter menunjukkan tegangan sedikit lebih tinggi dari 2
voolt, baca kuat arus pada amperemeter dan catat hasilnya ke dalam table hasil pengamatan
d. Ulangi langkah c dengan tegangan potensiometer yang berbeda, kemudian catat hasilnya ke
dalam table pada hasil pengamatan
2.3 Gambar Percobaan
Gambar alat

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Data
No Tegangan Tegangan Kuat arus (100 mA)
sumber (v) (10 volt)
1 3 volt 2,4 volt 6 mA = 6 x 10-3A 400
2 6 volt 5.2volt 16mA = 16 x 10-3A 325
3 9 volt 7.4 volt 22 mA =22 x 10-3A 330

3.2. Perhitungan

a. Dik: v = 3 volt
I = 6 MA = 6X10-3 A
Dit: R...?
Jawab: V = I.R
R = V/ I
R= 2,4 Volt/ 6x10-3 A
R= 400

a. Dik: v = 5,2 volt


I = 16 MA = 16X10-3 A
Dit: R...?
Jawab: V = I.R
R = V/ I = 5,2
16x10-3
=325
Dik: v = 7,4 volt
I = 22 MA = 22X10-3 A
Dit: R...?
Jawab: V = I.R
R = V/ I
R= 7,4 Volt
22x10-3 A
R= 330
3.3 Pembahasan
Percobaan Hukum Ohm ini bertujuan mempelajari hubungan antara tegangan dan
kuat arus yang mengalir dalam sebuah rangkaian. Pratikum ini menggunakan beberapa alat
yaitu basicmeter, kabel penghubung merah dan hitam, papan rangkaian, jembatan
penghubung, saklar satu kutub, kapsitor, dan catu daya. Untuk sementara tegangan dan beda
potensial dianggap sama walau sebenarnya kedua secara konsep berbeda. Secara matematika
di tuliskan I V atau V I, Untuk menghilangkan kesebandingan ini maka perlu
ditambahkan sebuah konstanta yang kemudian di kenal dengan Hambatan (R) sehingga
persamaannya menjadi V = I.R. Dimana V adalah tegangan (volt), I adalah kuat arus (A) dan
R adalah hambatan (Ohm). Selain itu perbandingan antara tegangan dengan kuat arus
merupakan suatu bilangan konstan yang disebut hambatan listrik. Secara matematika di
tuliskan V/I = R atau dituliskan V = I.R.
Ketika catudaya dihubungkan ke rangkaian melalui kabel penghubung lalu dihidupkan,
maka didapatkan nilai kuat arus dan tegangan. Besarnya tegangan dan kuat arus dapat dilihat
dari angka yang ditunjukkan oleh Voltmeter dan Amperemeter. Dimana ampermeter di rangki
secara seri dan voltmeter dirangkai secara paralel.
Hukum ohm menyatakan bahwa untuk suatu konduktor logam pada suhu konstan,
perbandingan antara perbedaan antara perbedaan potensial V antara dua titik dari konduktor
dengan arus listrik I yang melaui konduktor tersebut adalah konstan. Konstan ini disebut
tahanan listrik R dari konduktor antara dua titik.
Pada pratikum ini, hipotesis saya adalah hubungan antara tegangan dan kuat arus yang
mengalir dalam sebuah rangkaian yaitu kuat arus sebanding dengan besar tegangan atau
dituliskan
I V
atau dapat dituliskan hubungan kuat arus dan tegangan yaitu
R=

Dari persamaan kelihatan bahwa R dinyatakan dalam satuan SI sebagai volt ampere
atau m2 kg s-1 C-2 , dan disebut ohm (). Jadi satu ohm adalah tahanan suatu konduktor
yang dilewati arus satu ampere ketika perbedaan potensialnya dijaga satu volt diujung-ujung
konduktor tersebut
Hukum ohm semulanya terdiri atas dua bagian. Bagian pertama tidak lain ialah definisi
hambatan, yakni V=IR. Sering hubungan ini dinamai hokum ohm. Akan tetapi, Ohm juga
menyatakan, bahwa R adalah suatu konstanta yang tidak bergantung pada V maupun I.
Bagian kedua hokum ini tidak seluruhnya benar.
Hubungan V=IR dapat diterapkan pada resistor apa saja, dimana V adalah beda
potensial antara kedua ujung hambatan, dan I adalah arus yang mengalir di dalamnya,
sedangkan R adalah hambatan (resistansi) resistor tersebut
Pada pratikum ini, tegangan sumber yang kami gunakan adalah 3,6,9 volt.Tegangan
dan kuat arus yang dihasilkan adalah :
Tegangan sumber 3 volt
Dengan tegangan sumber 3 volt, tegangan yang diperoleh sebesar 2,8 volt,
dan kuat arus yang diperoleh adalah 16 A. Dengan menggunkan rumus : R = V/I, maka
hambatan (R) yang diperoleh adalah 0,175 .

Tegangan sumber 6 volt


Dengan tegangan sumber 6 volt, tegangan yang diperoleh sebesar 4,8 volt, dan
kuat arus yang didapat 32 A. Sehingga hambatan yang diperoleh adalah 0,17 .

Tegangan sumber 9 volt


Tegangan yang diperoleh adalah 8 volt, dan kuat arus yang diperoleh 46 A.
Sehingga hambatan yang diperoleh adalah 0,17 .
Dari hasil perhitungan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa besar arus yang
mengalir berbanding lurus dengan tegangan dan berbanding terbalik dengan dengan
hambatan.
Tapi pada grafik memang terlihat ada yang kurang tepat, mungkin pada saat
pratikum terjadi kesalahan.
Disini saya tidak memakai ralat karena saat pratikum kami tidak melakukan 3
kali percobaan. Jadi tidak diketahui berapa nilai persentase keseksamaannya.
Pada prinsipnya perbandingan antara tegangan dengan kuat arus yang disebut
hambatan listrik merupakan bilangan konstan. Pada hasil perhitungan hambatan listrik yang
didapat nilainya mendekati konstan atau mendekati sama. Hal ini terjadi kemungkinan
adanya hambatan alat yang yang terdapat didalam alat. Sehingga hasil yang didapat pada
pengukuran maupun perhitungannya nilainya mendekati sama.

Pada pratikum ini, hipotesis yang dibuat terbukti, yaitu ada hubungan antara beda
potensial dengan kuat arus dimana berbanding lurus.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. tegangan (V) sebanding dengan kuat arus listrik (I) di mana semakin besar tegangan (V)
maka semakin besar pula kuat arus (I) yang dihasilkan
2. Hukum Ohm adalah Perbandingan antara perbedaan potensial V antara dua titik dari
konduktor dengan arus listrik I yang melalui konduktor tersebut adalah konstan. Konstan ini
disebut tahanan listrik (hambatan) R
3. Berdasarkan grafik diperoleh bahwa kuat arus (I) sebanding tegangan (V) dimana grafiknya
garis lurus condong ke atas,sehingga hipotesis terbukti benar.

4.2 Saran
1. Hendaknya praktikan lebih menguasai langkah-langkah percobaan dan materi yang diberi
2. Hendaknya praktikan tidak tergesa-gesa dalam mengambil/ memperoleh data saat praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

Alonso,dkk. 1979. Dasar-dasar Fisika Universitas. Jakarta: Erlangga


Durbin,dkk. 2005. Rangkaian Listrik. Jakarta: Erlangga
Hayt, Wiliam.1991. Rangkaian Listrik edisi keenam Jilid 1. Jakarta : Erlangga
http://www.scribd.com/doc/87526195

Anda mungkin juga menyukai