BAB 1
PENDAHULUAN
V merupakan beda tegangan (beda potenssial), I adalah arus yang lewat pada
penghantar dan R hambatan dari penghantar. Persamaan (1) menunjukkan bahwa
Hukum Ohm berlaku jika hubungan antara V dan I adalah linier.
Hukum ini diformulasikan oleh ahli fisika Jerman, George Ohm (1787-1854), ternyata
berlaku dengan ketelitian yang mencengangkan terhadap konduktor pada cakupan harga V, I
dan suhu yang luas . Prinsip Ohm ini adalah besarnya arus listrik yang mengalir melalui
sebuah penghantar metal pada rangkain, Ohm menentukan sebuah persamaan yang simple
menjelaskan hubungan antara tegangan, arus dan hambatan yang saling hubungan. Tetapi
beberapa zat terutama semi-konduktor , tidak mengikuti hukum Ohm. Sebuah grafik
menunjukkan hubungan antara V dan I yang diberikan hukum Ohm menghasilkan garis lurus
sebagaimana ditunjukkan gambar ini.
I
.
.
.
V
Dari persamaan yang di atas, kelihatan sekali bahwa R (hambatan) dinyatakan dalam satuan
SI sebagai Volt/ampere atau m2kg s-1C-2 dan disebut Ohm (). Jadi satu Ohm adalah tahanan
suatu konduktor yang dilewati arus satu ampere ketika perbedaan potensialnya dijaga satu
volt di ujung-ujung konduktor tersebut. Arus dinyatakan dengan Ampere, bersimbol I.
Tegangan dinyatakan dengan volt, bersimbol V atau E (Alonso, 1979:76-77).
Hukum Ohm menggambarkan bagaimana arus, tegangan, dan tahanan berhubungan.
Hukum Ohm dapat diterapkan dalam rangkaian tahanan seri. Yang dimaksud dengan
rangkaian tahanan seri adalah tahanan dihubungkan ujung ke ujung atau dalam suatu rantai.
Untuk mencari arus yang mengalir pada rangkaian seri dengan tahanan lebih dari
satu , diperlukan jumlah total nilai tahanan-tahanan tersebut. Hal ini dapat dimengerti karena
setiap tahanan yang ada pada rangkaian seri akan memberikan hambatan bagi arus untuk
mengalir (Hayt, 1991 )
Komponen Ohm dan Non-Ohm
Secara tegas, hukum ohm hanya berlaku untuk resistor karena pada resistor I adalah
sebanding dengan V untuk seluruh nilai I dan V. Komponen yang memenuhi hukum
kesebandingan I dan V disebut komponen ohmic, yang dicirikan oleh grafik I V berbentuk
garis lurus condong ke atas melalui titik asal. Dalam banyak komponen, hambatan yang
didefinisikan oleh V = I.R tidaklah konstan tetapi bergantung pada nilai-nilai V dan I.
komponen-komponen seperti ini sebut komponen non-ohmic grafik I terdapat V untuk
komponen-komponen seperti ini tidak linier.
Besarnya hambatan suatu penghantar ditentukan oleh panjang (I), penampang
(A) dan hambatan jenis (P) penghantar secara matematis hubangan tesebut ditulis
sebagai berikut :
Keterangan :
Pt : Hambatan jenis akhir
P : Hambatan jenis awal
: koefisien suhu hambatan jenis
: perubahan suhu
Pada umumnya hambatan kawat juga akan naik jika suhunya bertambah dalam suatu batas
perubahah suhu tertentu, perubahan fraksi hambatan dibandingkan dengan
Oleh karena hambatan penghantar sebanding dengan hambatan jenis, maka didapat
persamaan berikut :
(http://www.scribd.com/doc/)
Susunan Seri dan Paralel
Hambatan listrik suatu penghantar dapat disusun secara seri atau paralel. Dan dapat pula
disusun dengan cara gabungan antara susunan seri dan paralel.
A. Susunan Seri
Hambatan pengganti dari n hambatan listrik yang disusun secara seri dapat dinyatakan dalam
persamaan berikut :
R5 = R1 + R2 + R3 + .. Rn
B. Susunan Paralel
Hambatan penganti dua komponen R1 dan R2yang disusun secara paralel dapat dihitung
lebih cepat dengan persamaan khusus, yaitu :
Secara umum untuk komponen-komponen yang disusun paralel, kebalikan atau pengganti
paralel sama dengan jumlah dari kebaikan tiap-tiap hambtan.
Penyerapan Daya
Beberapa kemasan resistor yang berbeda serta symbol rangkaian yang paling umum
digunakan untuk menggambarkan sebuah resistor. Perkalian antara v dan i akan
menghasilkan daya yang diserap oleh resistor. Jadi, v dan i dipilih untuk memenuhi
kesepakatan tanda pasif. Daya yang diserap secara fisika akan muncul sebagai panas dan atau
cahaya dan selalu berharga positif. Resistor (positif) merupakan elemen pasif yang tidak
dapat mengirimkan atau menyimpan daya. Ungkapan lain untuk menunjukkan besarnya daya
yang diserap adalah.
P= vi =i2 R = v2/R
P : daya (watt)
V : tegangan (volt)
I : arus (ampere)
Contoh resistor
Konduktansi
Untuk resistor linear, rasio antara arus dan tegangan merupakan sebuah bilangan
konstan yaitu,
=
BAB II
METODOLOGI
2.1 Alat dan Bahan
Nama Alat/Bahan Jumlah Nama Alat/Bahan Jumlah
Meter Dasar 90/Basicmeter 2 Potensiometer 50 k 1
Kabel Penghubung Merah 3 Saklar 1 tutup 1
Kabel Penghubung Hitam 3 Jembatan Penghubung 1
Hambatan tetap 100 1 Catu Daya 1
Papan Rangkaian 1
2.2 Langkah Kerja
Persiapan Percobaan
a. Buat rangkaian
b. Hubungkan cattu daya ke sumber tegangan (alat masih dalam keadaan mati). Pilih tegangan
keluaran pada posisi 3 volt DC
c. Hubungkan rangkaian ke catu daya (gunakan kabel penghubung)
Langkah Percobaan
a. Hidupkan catu daya kemudian tutup saklar S
b. Atur potensiometer sehingga voltmeter menunjukkan tegangan sekitar 2 volt, kemudian baca
kuat arus yang mengalir pada amperemeter dan catat hasilnya ke dalam table pada hasil
pengamatan
c. Atur lagi potensiometer sehingga voltmeter menunjukkan tegangan sedikit lebih tinggi dari 2
voolt, baca kuat arus pada amperemeter dan catat hasilnya ke dalam table hasil pengamatan
d. Ulangi langkah c dengan tegangan potensiometer yang berbeda, kemudian catat hasilnya ke
dalam table pada hasil pengamatan
2.3 Gambar Percobaan
Gambar alat
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Data
No Tegangan Tegangan Kuat arus (100 mA)
sumber (v) (10 volt)
1 3 volt 2,4 volt 6 mA = 6 x 10-3A 400
2 6 volt 5.2volt 16mA = 16 x 10-3A 325
3 9 volt 7.4 volt 22 mA =22 x 10-3A 330
3.2. Perhitungan
a. Dik: v = 3 volt
I = 6 MA = 6X10-3 A
Dit: R...?
Jawab: V = I.R
R = V/ I
R= 2,4 Volt/ 6x10-3 A
R= 400
Dari persamaan kelihatan bahwa R dinyatakan dalam satuan SI sebagai volt ampere
atau m2 kg s-1 C-2 , dan disebut ohm (). Jadi satu ohm adalah tahanan suatu konduktor
yang dilewati arus satu ampere ketika perbedaan potensialnya dijaga satu volt diujung-ujung
konduktor tersebut
Hukum ohm semulanya terdiri atas dua bagian. Bagian pertama tidak lain ialah definisi
hambatan, yakni V=IR. Sering hubungan ini dinamai hokum ohm. Akan tetapi, Ohm juga
menyatakan, bahwa R adalah suatu konstanta yang tidak bergantung pada V maupun I.
Bagian kedua hokum ini tidak seluruhnya benar.
Hubungan V=IR dapat diterapkan pada resistor apa saja, dimana V adalah beda
potensial antara kedua ujung hambatan, dan I adalah arus yang mengalir di dalamnya,
sedangkan R adalah hambatan (resistansi) resistor tersebut
Pada pratikum ini, tegangan sumber yang kami gunakan adalah 3,6,9 volt.Tegangan
dan kuat arus yang dihasilkan adalah :
Tegangan sumber 3 volt
Dengan tegangan sumber 3 volt, tegangan yang diperoleh sebesar 2,8 volt,
dan kuat arus yang diperoleh adalah 16 A. Dengan menggunkan rumus : R = V/I, maka
hambatan (R) yang diperoleh adalah 0,175 .
Pada pratikum ini, hipotesis yang dibuat terbukti, yaitu ada hubungan antara beda
potensial dengan kuat arus dimana berbanding lurus.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. tegangan (V) sebanding dengan kuat arus listrik (I) di mana semakin besar tegangan (V)
maka semakin besar pula kuat arus (I) yang dihasilkan
2. Hukum Ohm adalah Perbandingan antara perbedaan potensial V antara dua titik dari
konduktor dengan arus listrik I yang melalui konduktor tersebut adalah konstan. Konstan ini
disebut tahanan listrik (hambatan) R
3. Berdasarkan grafik diperoleh bahwa kuat arus (I) sebanding tegangan (V) dimana grafiknya
garis lurus condong ke atas,sehingga hipotesis terbukti benar.
4.2 Saran
1. Hendaknya praktikan lebih menguasai langkah-langkah percobaan dan materi yang diberi
2. Hendaknya praktikan tidak tergesa-gesa dalam mengambil/ memperoleh data saat praktikum.
DAFTAR PUSTAKA