Anda di halaman 1dari 38

0

MODUL 4
PRAKTIKUM FISIKA DASAR

JUDUL

“GERAK MENGGELINDING”
TANGGAL PRAKTIKUM : 9 NOVEMBER 2020
ASISTEN : RAHMAD
NAMA : NURUL AMELIA MALIK
NIM : 200104502001
JURUSAN/PRODI : FISIKA/FISIKA SAINS
ANGGOTA KELOMPOK :1. YOSUA ARUNG BONE
2. NURRAHMA PRATAMA
3. ASTUTIANTI TANGDIERA
4. WANDA MARTINA

LABORATORIUM FISIKA UNIT FISIKA DASAR


JURUSAN FISIKA FMIPA UNM
TAHUN 2020
MODUL 1

Gerak
Menggelinding
A. TUJUAN PRAKTIKUM
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa dapat:
1. Menjelaskan konsep-konsep fisika yang digunakan dalam membahasa gerak
menggelinding
2. Memahami cara menentukan momen inersia dari benda tegar.

B. RUM USAN MASALAH


Berikan rumusan masalah yang sesuai dengan tujuan praktikum di atas!
1. Bagaimana menjelaskan konsep-konsep fisika yang digunakan
dalam membahas gerak menggelinding ?
2. Bagaimana menentukan konstanta dari silinder pejal, silinder
berongga dan bola pejal?

C. IDENTIFIKASI DAN DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL


Tuliskan variabel-variabel yang akan anda selidiki, dan uraikan definisinya secara
operasional!

Identifikasi variabel
Variabel kontrol : massa (gram), diameter (cm), dan panjang bidang
miring (cm)
Variabel manipulasi : tinggi bidang miring (cm)
Variabel respon : waktu tempuh (s)

Definisi variabel
Variabel kontrol
1. Massa adalah berat benda yang diukur dengan menggunakan
neraca ohauss 311 gram.
2. Diameter adalah hasil ukur yang diperoleh dari pengukuran
benda yang berbentuk lingkaran ataupun benda yang memiliki
alas berbentuk lingkaran seperti bola dan silinder berongga
dengan menggunakan jangka sorong.
2

3. Panjang adalah jarak antara titik A ke titik B yang diukur dengan


menggunakan mistar atau meteran.

Variabel manipulasi
1. Tinggi adalah jarak dari titik A ke titik B yang diukur dalam
posisi vertikal dengan menggunakan mistar atau meteran

Variabel respon
1. Waktu tempuh adalah waktu yang dibutuhkan benda (silinder dan
bola ) dari titik A ke titik B.

D. ALAT DAN BAHAN


1. Silinder pejal dan berongga
2. Bola pejal
3. Landasan (bidang miring)
4. Stop Watch/alat ukur waktu yang lain
5. Mistar (meteran)
6. Neraca Ohaus

E. TEORI SINGKAT

Gambar 4.1 menunjukkan sebuah silinder


yang bergerak menggelinding. Pada saat
menggelinding tanpa selip, silinder berotasi
sambil bertranslasi. Sehingga untuk membahas
gerak menggelinding, maka perlu dipahami
hubungan antara gerak rotasi dan gerak
translasi.

Pada gerak menggelinding murni, saat


silinder berotasi dengan sudut sebesar sudut 𝜽,
Gambar 4.1. Silinder yang
bagian tengahnya bergerak (pusat massanya)
bergerak menggelinding
linier dengan jarak s sebesar,

𝑠 = 𝑅𝜃 [4.1]
Oleh karena itu, kelajuan linier dari pusat massa untuk gerak menggelinding
dinyatakan oleh
3

𝑑 𝑑𝜃
𝑣 = =𝑅 = 𝑅𝜔 [4.2]
𝐶𝑀 𝑑𝑡 𝑑𝑡

dimana 𝜔 merupakan kelajuan sudut silinder. Persamaan 4.2 berlaku jika silinder
atau bola menggelinding tanpa selip dan merupakan kondisi gerak
menggelinding murni. Besar percepatan linier dari pusat massa untuk gerak
menggelinding murni adalah
𝑣𝐶𝑀 𝑑𝜔
𝑎 = =𝑅 = 𝑅𝛼 [4.3]
𝐶𝑀 𝑑𝑡 𝑑𝑡

dimana 𝜔 merupakan percepatan sudut silinder atau bola.

Jika sebuah benda kaku berotasi terhadap suatu sumbu tetap dengan
kelajuan sudut 𝜔, energi kinetik rotasinya dapat dituliskan,
1
𝐾𝑅 = 2 𝐼𝜔2 [4.4]

dimana 𝐼 adalah momen inersia terhadap sumbu rotasi. Momen inersia dari
benda kaku dapat diperoleh melalui persamaan

𝐼 = ∫ 𝑟 2 𝑑𝑚 [4.5]

dimana r adalah jarak dari elemen massa dm ke sumbu rotasi. Jika sebuah benda
kaku yang berotasi bebas terhadap sumbu tetap sehingga mengalami
percepatan sudut 𝛼, maka jumlah torsi yang bekerja memenuhi

∑ 𝜏 = 𝐼𝛼 [4.6]

sedangkan besar torsi yang berkaitan dengan gaya F yang bekerja untuk
memutar benda pada sumbu tetap adalah

𝜏 = 𝐹𝑑 [4.7]

Dengan d adalah lengan momen gaya. Lengan ini merupakan jarak tegak lurus
dari sumbu rotasi ke garis aksi dari gaya. Torsi merupakan ukuran kecenderungan
gaya mengubah rotasi benda terhadap suatu sumbu.

Perhatikan gambar 4.2, sebuah silinder pejal


diletakkan di puncak bidang miring, ketika
silinder dilepas, silinder akan bergerak
menggelinding sepanjang bidang miring.

Dengan menerapkan hukum Newton II pada


gerak translasi
Gambar 4.2. Silinder yang bergerak
menggelinding pada bidang miring ∑ 𝐹 = 𝑚𝑎 [4.8]
4

dan persamaan 4.6 dan 4.7 pada gerak rotasi, akan diperoleh

𝑚𝑔𝑠𝑖𝑛𝜃
𝑎= 𝐼 [4.9]
𝑅2
+𝑚

untuk memudahkan analisis, misalkan momen inersia benda tegar adalah,

𝐼 = (𝑚𝑅2) [4.10]

maka persamaan 5.9 akan menjadi


𝑔𝑠𝑖𝑛𝜃
= −1 [4.11]
𝑎
percepatan a dapat diperoleh dengan memplot grafik hubungan antara waktu
tempuh dan jarak tempuh. Atau dengan menerapkan persamaan GLBB
diperoleh:

𝑐= 𝑡2 − 1 [4.12]
2𝑥2
Dengan mengukur tinggi bidang miring (h), panjang bidang miring x, dan waktu
tempuh (t) benda dari puncak ke dasar bidang miring, nilai konstanta c dapat di
hitung. Untuk memperoleh nilai momen inersia benda subtitusikan nilai c ini ke
persamaan 4.10.

F. PROSEDUR KERJA

Susunlah/rangkailah alat-alat tersebut di atas seperti pada gambar di


bawah ini.

A x

h B

Gambar 4.3. Gerak menggelinding pada bidang miring

Kegiatan Laboratorium
1. Cek semua alat ukur yang akan digunakan, pastikan semua sudah beroperasi
dengan baik!
2. Ukur panjang bidang miring dan ketinggian bidang miring!
5

3. Ukurlah massa dan diameter benda yang anda gunakan!


4. Letakkan silinder pejal di posisi A, kemudian lepas dan ukur waktu yang
dibutuhkan silinder dari A ke B. Untuk satu jarak tempuh lakukan pengukuran
secara berulang sebanyak tiga kali!
5. Ulangi pengukuran sebanyak enam kali, dengan mengubah-ubah posisi B.
6. Ulangi kegiatan 2 sampai 5 dengan menggunakan silinder berongga, dan 2
bola dengan ukuran yang berbeda.
7. Catat hasil pengamatan anda pada tabel hasil pengamatan!

G. HASIL PENGAMATAN
Hasil pengamatan atau pengukuran dapat dicatat/diisikan pada tabel
hasil pengamatan yang telah disediakan dalam modul ini.

HASIL PENGAMATAN

Hari/Tanggal : Senin, 9 november 2020

Jurusan/Prodi/ : Fisika/ Fisika Sains

Kelompok :5

Nama/NIM Praktikan : Nurul Amelia Malik/200104502001

Anggota Kelompok 1.Yosua Arung Bone

2.Nurrahma Pratama

3.Astutianti Tangdiera

4.Wanda Martina

Massa Silinder Pejal =|20.00 ± 0,01| gram

Massa Silinder Berongga =|7.25 ± 0,01| gram

Massa bola pejal =|32.55 ± 0,01| gram

Diameter silinder pejal =|0.970 ± 0,002| cm

Diameter luar silinder berongga =|1.864 ± 0,002| cm

Diameter dalam silinder berongga =|1.660 ± 0,002| cm

Diameter bola pejal =|1.946 ± 0,002| cm


Tinggi bidang miring =|9.10 ± 0,05| cm
Tinggi bidang miring 1 =|8.70 ± 0,05| cm
Tinggi bidang miring 2 =|7.90 ± 0,05| cm
Tinggi bidang miring 3 =|7.00 ± 0,05| cm
Tinggi bidang miring 4 =|6.30 ± 0,05| cm
Tinggi bidang miring 5 =|5.60 ± 0,05| cm
6

Tabel 4.1. Momen inersia benda tegar

Nama benda Panjang Lintasan A-B (cm) Waktu tempuh dari A-B (s)
Silinder pejal x1= |20.00 ± 0,05| 1. |0,83 ± 0,01| s
2. |0,83 ± 0,01| s
3. |0,89 ± 0,01| s
t1 = |1,85 ± 0,01 | s
x2=|40.00 ± 0,05| 1. |1,51 ± 0,01| s
2. |1,30 ± 0,01| s
3. |1.46 ± 0,01| s
t2 = |1,42 ± 0,01 | s
x3= |60.00 ± 0,05| 1. |2,00 ± 0,01| s
2. |1,78 ± 0,01| s
3. |1,90 ± 0,01| s
t3= |1,89 ± 0,01 | s
x4=|80.00 ± 0,05| 1. |2,38 ± 0,01| s
2. |2,12 ± 0,01| s
3. |2,34 ± 0,01| s
t4 = |2,28 ± 0,01 | s
x5=|100.00 ± 0,05| 1. |2,80 ± 0,01| s
2. |2,44 ± 0,01| s
3. |2,68 ± 0,01| s
t5 = |2,64 ± 0,01 | s
x6= 1.
2.
3.
t6 =
x7= 1.
2.
3.
t7=
Silinder x1=|20.00 ± 0,05| 1. |0,80 ± 0,01| s
berongga 2. |0,98 ± 0,01| s
3. |0,92 ± 0,01| s
7

Nama benda Panjang Lintasan A-B (cm) Waktu tempuh dari A-B (s)
t1 = |0,90 ± 0,01 | s
1. |1,57 ± 0,01| s
x2=|40.00 ± 0,05|
2. |1,62 ± 0,01| s
3. |1.65 ± 0,01| s
t2 = |1,61 ± 0,01 | s
1. |2,04 ± 0,01| s
x3=|60.00 ± 0,05|
2. |2,12 ± 0,01| s
3. |2,25 ± 0,01| s
t3= |2,13 ± 0,01 | s
1. |2,44 ± 0,01| s
x4=|80.00 ± 0,05|
2. |2,57 ± 0,01| s
3. |2,73 ± 0,01| s
t4 = |2,58 ± 0,01 | s
1. |2,92 ± 0,01| s
x5=|100.00 ± 0,05|
2. |3,02 ± 0,01| s
3. |3,14 ± 0,01| s
t5 = |3,02 ± 0,01 | s
x6= 1.
2.
3.
t6 =
x7= 1.
2.
3.
t7=
1. |0,54 ± 0,01| s
Bola Pejal x1=|20.00 ± 0,05|
2. |0,53 ± 0,01| s
3. |0,61 ± 0,01| s
t1 = |0,56 ± 0,01 | s
1. |1,17 ± 0,01| s
x2=|40.00 ± 0,05|
2. |1,07 ± 0,01| s
3. |1.18 ± 0,01| s
8

Nama benda Panjang Lintasan A-B (cm) Waktu tempuh dari A-B (s)
t2 = |1,14 ± 0,01 | s
1. |1,65 ± 0,01| s
x3=|60.00 ± 0,05|
2. |1,59 ± 0,01| s
3. |1,69 ± 0,01| s
t3= |1,64 ± 0,01 | s
1. |2,02 ± 0,01| s
x4=|80.00 ± 0,05|
2. |1,91 ± 0,01| s
3. |2,07 ± 0,01| s
t4 = |2,00 ± 0,01 | s
1. |2,33 ± 0,01| s
x5=|100.00 ± 0,05|
2. |2,35 ± 0,01| s
3. |2,53 ± 0,01| s
t5 = |2,40 ± 0,01 | s
x6= 1.
2.
3.
t6 =
x7= 1.
2.
3.
t7=

Mengetahui,
Asisten Pembimbing

NIM.
9

H. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN


PANDUAN ANALISIS DATA GERAK MENGGELINDING
Analisis Hasil Data Pengamatan
1. Panjang lintasan A-B pada Silinder Pejal
 |20.00 ± 0,05|cm
a. Hasil pengukuran
𝑡1 + 𝑡2 + 𝑡3
𝑡̅ =
3
0,83 + 0,83 + 0,89
𝑡̅ = ( )
3
2,55
𝑡̅ = ( )s
3
𝑡̅ = 0,85 s
𝑡 = 0,85 s
b. Ketidakpastian
δ1 = |𝑡1 − 𝑡̅|, δ2 = |𝑡2 − 𝑡̅|, δ3 = |𝑡3 − 𝑡|
δ1 = |0,83 − 0,85| s = 0,02 s
δ2 = |0,83 − 0,85| s = 0,02 s
δ3 = |0,89 − 0,85| s = 0,04 s
𝛿𝑚𝑎𝑥 = 0,04 s
∆𝑡 = 0,04 s
c. Kesalahan Relatif
𝛥𝑡
𝐾𝑅 = 𝑥 100%
𝑡
0,04
𝐾𝑅 = 𝑥 100%
0,85
= 0,0470 𝑥 100%
= 4,70% = 2 AB
d. Hasil pengukuran dilaporkan
𝑡 = |𝑡 ± 𝛥𝑡| 𝑠
𝑡 = |0,85 ± 0,04|s
 |40.00 ± 0,05| cm
a. Hasil pengukuran
10

𝑡1 + 𝑡2 + 𝑡3
𝑡̅ =
3
1,51 + 1,30 + 1,46
𝑡̅ = ( )
3
4,27
𝑡̅ = ( )s
3
𝑡̅ = 1,42 s
𝑡 = 1,42 s
b. Ketidakpastian
δ1 = |1,51 − 1,42 | s = 0,09 s
δ2 = |1,30 − 1,42 | s = 0,12 s
δ3 = |1,46 − 1,42 | s = 0,04 s
𝛿𝑚𝑎𝑥 = 0,12 s
∆𝑡 = 0,12 s
c. Kesalahan Relatif
𝛥𝑡
𝐾𝑅 = 𝑥 100%
𝑡
0,12
𝐾𝑅 = 𝑥 100%
1,42
= 0,0845 𝑥 100%
= 8,45% = 2 AB
d. Hasil pengukuran dilaporkan
𝑡 = |𝑡 ± 𝛥𝑡| 𝑠
𝑡 = |1,42 ± 0,12|s
 |60.00 ± 0,05| 𝑐𝑚
a. Hasil pengukuran
𝑡1 + 𝑡2 + 𝑡3
𝑡̅ =
3
2,00 + 1,78 + 1,90
𝑡̅ = ( )
3
5,68
𝑡̅ = ( )s
3
𝑡̅ = 1,89 s
11

𝑡 = 1,89 s
b. Ketidakpastian
δ1 = |2,00 − 1,89 | s = 0,11 s
δ2 = |1,78 − 1,89 | s = 0,10 s
δ3 = |1,90 − 1,89 | s = 0,01 s
𝛿𝑚𝑎𝑥 = 0,11 s
∆𝑡 = 0,11 s
c. Kesalahan Relatif
𝛥𝑡
𝐾𝑅 = 𝑥 100%
𝑡
0,11
𝐾𝑅 = 𝑥 100%
1,89
= 0,0582 𝑥 100%
= 5,82% = 2 AB
d. Hasil pengukuran dilaporkan
𝑡 = |𝑡 ± 𝛥𝑡| 𝑠
𝑡 = |1,89 ± 0,11|s
 |80.00 ± 0,05|
a. Hasil pengukuran
𝑡1 + 𝑡2 + 𝑡3
𝑡̅ =
3
2,38 + 2,12 + 2,34
𝑡̅ = ( )
3
6,84
𝑡̅ = ( )s
3
𝑡̅ = 2,28 s
𝑡 = 2,28 s
b. Ketidakpastian
δ1 = |2,38 − 2,28 | s = 0,10 s
δ2 = |2,12 − 2,28 | s = 0,16 s
δ3 = |2,34 − 2,28 | s = 0,06 s
𝛿𝑚𝑎𝑥 = 0,16 s
∆𝑡 = 0,16 s
c. Kesalahan Relatif
𝛥𝑡
𝐾𝑅 = 𝑥 100%
𝑡
12

0,16
𝐾𝑅 = 𝑥 100%
2,28
= 0,0701 𝑥 100%
= 7,01% = 2 AB
d. Hasil pengukuran dilaporkan
𝑡 = |𝑡 ± 𝛥𝑡| 𝑠
𝑡 = |2,28 ± 0,16|s
 100.00 ± 0,05|
|
a. Hasil pengukuran
𝑡1 + 𝑡2 + 𝑡3
𝑡̅ =
3
2,80 + 2,44 + 2,68
𝑡̅ = ( )
3
7,92
𝑡̅ = ( )s
3
𝑡̅ = 2,64 s
𝑡 = 2,64 s
b. Ketidakpastian
δ1 = |2,80 − 2,64 | s = 0,16 s
δ2 = |2,44 − 2,64 | s = 0,20 s
δ3 = |2,68 − 2,64 | s = 0,04 s
𝛿𝑚𝑎𝑥 = 0,20 s
∆𝑡 = 0,20 s
c. Kesalahan Relatif
𝛥𝑡
𝐾𝑅 = 𝑥 100%
𝑡
0,20
𝐾𝑅 = 𝑥 100%
2,64
= 0,075 𝑥 100%
= 7,5% = 2 AB
d. Hasil pengukuran dilaporkan
𝑡 = |𝑡 ± 𝛥𝑡| 𝑠
𝑡 = |2,64 ± 0,20|s
No x (cm) h (cm) 𝑡̅ (s) ∆𝑡 (s) KR (%) t (s)
1 20 cm 8,70 cm 0,85 s 0,04 s 4,70% |0,85 ± 0,04|
s
2 40 cm 7,90 cm 1,42 s 0,12 s 8,45% |1,42 ± 0,12|
s
3 60 cm 7,00 cm 1,89 s 0,11 s 5,82% |1,89 ± 0,11|
s
13

4 80 cm 6,30 cm 2,28 s 0,16 s 7,01% |2,28 ± 0,16|


s
5 100 cm 5,60 cm 2,64 s 0,20 s 7,5% |2,64 ± 0,20|
s

2. Panjang lintasan A-B pada Silinder Berongga


 |20.00 ± 0,05| cm
a. Hasil pengukuran
𝑡1 + 𝑡2 + 𝑡3
𝑡̅ =
3
0,80 + 0,98 + 0,92
𝑡̅ = ( )
3
2,70
𝑡̅ = ( )s
3
𝑡̅ = 0,90 s
𝑡 = 0,90 s
b. Ketidakpastian
δ1 = |𝑡1 − 𝑡̅|, δ2 = |𝑡2 − 𝑡̅|, δ3 = |𝑡3 − 𝑡|
δ1 = |0,80 − 0,90| s = 0,10 s
δ2 = |0,98 − 0,90| s = 0,08 s
δ3 = |0,90 − 0,90| s = 0 s
𝛿𝑚𝑎𝑥 = 0,10 s
∆𝑡 = 0,10 s
c. Kesalahan Relatif
𝛥𝑡
𝐾𝑅 = 𝑥 100%
𝑡
0,10
𝐾𝑅 = 𝑥 100%
0,90
= 0,10 𝑥 100%
= 10% = 2 AB
d. Hasil pengukuran dilaporkan
𝑡 = |𝑡 ± 𝛥𝑡| 𝑠
𝑡 = |0,90 ± 0,10|s
 |40.00 ± 0,05| cm
a. Hasil pengukuran
14

𝑡1 + 𝑡2 + 𝑡3
𝑡̅ =
3
1,57 + 1,62 + 1,65
𝑡̅ = ( )
3
4,84
𝑡̅ = ( )s
3
𝑡̅ = 1,61 s
𝑡 = 1,61 s
b. Ketidakpastian
δ1 = |1,57 − 1,61| s = 0,04 s
δ2 = |1,62 − 1,61| s = 0,01 s
δ3 = |1,65 − 1,61| s = 0,04 s
𝛿𝑚𝑎𝑥 = 0,04 s
∆𝑡 = 0,04 s
c. Kesalahan Relatif
𝛥𝑡
𝐾𝑅 = 𝑥 100%
𝑡
0,04
𝐾𝑅 = 𝑥 100%
1,61
= 0,0248 𝑥 100%
= 2,48% = 2 AB
d. Hasil pengukuran dilaporkan
𝑡 = |𝑡 ± 𝛥𝑡| 𝑠
𝑡 = |1,61 ± 0,04|s
 |60.00 ± 0,05| cm
a. Hasil pengukuran
𝑡1 + 𝑡2 + 𝑡3
𝑡̅ =
3
2,04 + 2,12 + 2,25
𝑡̅ = ( )
3
6,41
𝑡̅ = ( )s
3
𝑡̅ = 2,13 s
𝑡 = 2,13 s
15

b. Ketidakpastian
δ1 = |2,04 − 2,13| s = 0,09 s
δ2 = |2,12 − 2,13| s = 0,01 s
δ3 = |2,25 − 2,13| s = 0,12 s
𝛿𝑚𝑎𝑥 = 0,12 s
∆𝑡 = 0,12 s
c. Kesalahan Relatif
𝛥𝑡
𝐾𝑅 = 𝑥 100%
𝑡
0,12
𝐾𝑅 = 𝑥 100%
2,13
= 0,0563 𝑥 100%
= 5,63% = 2 AB
d. Hasil pengukuran dilaporkan
𝑡 = |𝑡 ± 𝛥𝑡| 𝑠
𝑡 = |2,13 ± 0,12|s
 |80.00 ± 0,05| cm
a. Hasil pengukuran
𝑡1 + 𝑡2 + 𝑡3
𝑡̅ =
3
2,44 + 2,57 + 2,73
𝑡̅ = ( )
3
7,74
𝑡̅ = ( )s
3
𝑡̅ = 2,58 s
𝑡 = 2,58 s
b. Ketidakpastian
δ1 = |2,44 − 2,58| s = 0,14 s
δ2 = |2,57 − 2,58| s = 0,01 s
δ3 = |2,73 − 2,58| s = 0,15 s
𝛿𝑚𝑎𝑥 = 0,15 s
∆𝑡 = 0,15 s
c. Kesalahan Relatif
16

𝛥𝑡
𝐾𝑅 = 𝑥 100%
𝑡
0,15
𝐾𝑅 = 𝑥 100%
2,58
= 0,0581 𝑥 100%
= 5,81% = 2 AB
d. Hasil pengukuran dilaporkan
𝑡 = |𝑡 ± 𝛥𝑡| 𝑠
𝑡 = |2,58 ± 0,15|s
 |100.00 ± 0,05|
a. Hasil pengukuran
𝑡1 + 𝑡2 + 𝑡3
𝑡̅ =
3
2,92 + 3,02 + 3,14
𝑡̅ = ( )
3
9,08
𝑡̅ = ( )s
3
𝑡̅ = 3,02 s
𝑡 = 3,02 s
b. Ketidakpastian
δ1 = |2,92 − 3,02| s = 0,10 s
δ2 = |3,02 − 3,02| s = 0 s
δ3 = |3,14 − 3,02| s = 0,12 s
𝛿𝑚𝑎𝑥 = 0,12 s
∆𝑡 = 0,12 s
c. Kesalahan Relatif
𝛥𝑡
𝐾𝑅 = 𝑥 100%
𝑡
0,12
𝐾𝑅 = 𝑥 100%
3,02
= 0,0397 𝑥 100%
= 3,97% = 2 AB
d. Hasil pengukuran dilaporkan
𝑡 = |𝑡 ± 𝛥𝑡| 𝑠
𝑡 = |3,02 ± 0,12|s
17

No x (cm) h (cm) 𝑡̅ (s) ∆𝑡 (s) KR (%) t (s)


1 20 cm 8,70 cm 0,90 s 0,10 s 10% |0,90 ± 0,10|
s
2 40 cm 7,90 cm 1,61 s 0,04 s 2,48% |1,61 ± 0,04|
s
3 60 cm 7,00 cm 2,13 s 0,12 s 5,63% |0,90 ± 0,10|
s
4 80 cm 6,30 cm 2,58 s 0,15 s 5,81% |2,58 ± 0,15|
s
5 100 cm 5,60 cm 3,02 s 0,12 s 3,97% |3,02 ± 0,12|
s

3. Panjang lintasan A-B pada Bola Pejal


 |20.00 ± 0,05|cm
a. Hasil pengukuran
𝑡1 + 𝑡2 + 𝑡3
𝑡̅ =
3
0,54 + 0,53 + 0,61
𝑡̅ = ( )
3
1,68
𝑡̅ = ( )s
3
𝑡̅ = 0,56 s
𝑡 = 0,56 s
b. Ketidakpastian
δ1 = |𝑡1 − 𝑡̅|, δ2 = |𝑡2 − 𝑡̅|, δ3 = |𝑡3 − 𝑡|
δ1 = |0,54 − 0,56| s = 0,02 s
δ2 = |0,53 − 0,56| s = 0,03 s
δ3 = |0,61 − 0,56| s = 0,05 s
𝛿𝑚𝑎𝑥 = 0,05 s
∆𝑡 = 0,05 s
c. Kesalahan Relatif
𝛥𝑡
𝐾𝑅 = 𝑥 100%
𝑡
0,05
𝐾𝑅 = 𝑥 100%
0,56
= 0,089 𝑥 100%
= 8,9% = 2 AB
18

d. Hasil pengukuran dilaporkan


𝑡 = |𝑡 ± 𝛥𝑡| 𝑠
𝑡 = |0,56 ± 0,05|s

 |40.00 ± 0,05| cm
a. Hasil pengukuran
𝑡1 + 𝑡2 + 𝑡3
𝑡̅ =
3
1,17 + 1,07 + 1,18
𝑡̅ = ( )
3
3,42
𝑡̅ = ( )s
3
𝑡̅ = 1,14 s
𝑡 = 1,14 s
b. Ketidakpastian
δ1 = |1,17 − 1,14 | s = 0,03 s
δ2 = |1,07 − 1,14 | s = 0,07 s
δ3 = |1,18 − 1,14 | s = 0,04 s
𝛿𝑚𝑎𝑥 = 0,07 s
∆𝑡 = 0,07 s
c. Kesalahan Relatif
𝛥𝑡
𝐾𝑅 = 𝑥 100%
𝑡
0,07
𝐾𝑅 = 𝑥 100%
1,14
= 0,0614 𝑥 100%
= 6,14% = 2 AB
d. Hasil pengukuran dilaporkan
𝑡 = |𝑡 ± 𝛥𝑡| 𝑠
𝑡 = |1,14 ± 0,07|s
 |60.00 ± 0,05| cm
a. Hasil pengukuran
𝑡1 + 𝑡2 + 𝑡3
𝑡̅ =
3
19

1,65 + 1,59 + 1,69


𝑡̅ = ( )
3
4,93
𝑡̅ = ( )s
3
𝑡̅ = 1,64 s
𝑡 = 1,64 s
b. Ketidakpastian
δ1 = |1,65 − 1,64| s = 0,01 s
δ2 = |1,59 − 1,64| s = 0,05 s
δ3 = |1,69 − 1,64| s = 0,05 s
𝛿𝑚𝑎𝑥 = 0,05 s
∆𝑡 = 0,05 s
c. Kesalahan Relatif
𝛥𝑡
𝐾𝑅 = 𝑥 100%
𝑡
0,05
𝐾𝑅 = 𝑥 100%
1,64
= 0,034 𝑥 100%
= 3,04% = 2 AB
d. Hasil pengukuran dilaporkan
𝑡 = |𝑡 ± 𝛥𝑡| 𝑠
𝑡 = |1,64 ± 0,05|s

 |80.00 ± 0,05|
a. Hasil pengukuran
𝑡1 + 𝑡2 + 𝑡3
𝑡̅ =
3
2,02 + 1,91 + 2,07
𝑡̅ = ( )
3
6,00
𝑡̅ = ( )s
3
𝑡̅ = 2,00 s
𝑡 = 2,00 s
b. Ketidakpastian
20

δ1 = |2,02 − 2,00| s = 0,02 s


δ2 = |1,91 − 2,00| s = 0,09 s
δ3 = |2,07 − 2,00| s = 0,07 s
𝛿𝑚𝑎𝑥 = 0,09 s
∆𝑡 = 0,09 s
c. Kesalahan Relatif
𝛥𝑡
𝐾𝑅 = 𝑥 100%
𝑡
0,09
𝐾𝑅 = 𝑥 100%
2,00
= 0,045 𝑥 100%
= 4,5% = 2 AB
d. Hasil pengukuran dilaporkan
𝑡 = |𝑡 ± 𝛥𝑡| 𝑠
𝑡 = |2,00 ± 0,09|s

 |100.00 ± 0,05|
a. Hasil pengukuran
𝑡1 + 𝑡2 + 𝑡3
𝑡̅ =
3
2,33 + 2,35 + 2,53
𝑡̅ = ( )
3
7,21
𝑡̅ = ( )s
3
𝑡̅ = 2,40 s
𝑡 = 2,40 s
b. Ketidakpastian
δ1 = |2,33 − 2,40| s = 0,07 s
δ2 = |2,35 − 2,40| s = 0,05 s
δ3 = |2,53 − 2,40| s = 0,13 s
𝛿𝑚𝑎𝑥 = 0,13 s
∆𝑡 = 0,13 s
c. Kesalahan Relatif
21

𝛥𝑡
𝐾𝑅 = 𝑥 100%
𝑡
0,13
𝐾𝑅 = 𝑥 100%
2,40
= 0,054 𝑥 100%
= 5,41% = 2 AB
d. Hasil pengukuran dilaporkan
𝑡 = |𝑡 ± 𝛥𝑡| 𝑠
𝑡 = |2,40 ± 0,13|s
No x (cm) h (cm) 𝑡̅ (s) ∆𝑡 (s) KR (%) t (s)
1 20 cm 8,70 cm 0,56 s 0,05 s 8.9% |0,56 ±
0,05| s
2 40 cm 7,90 cm 1,14 s 0,07 s 6,14% |1,14 ±
0,07| s
3 60 cm 7,00 cm 1,64s 0,05 s 3,04% |1,64 ±
0,05| s
4 80 cm 6,30 cm 2,00 s 0,09 s 4,5% |2,00 ±
0,09| s
5 100 cm 5,60 cm 2,40 s 0,13 s 5,41% |2,40 ±
0,13| s

1. Plot grafik hubungan antara waktu t dengan panjang lintasan x !

120
y = 8.074x2 + 16.537x + 0.1285
100
Jarak tempuh (cm)

R² = 1
80
60
40
20
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
Waktu (s)

Grafik 4.1. Hubungan antara waktu tempuh (t) dan jarak tempuh (x) untuk
silinder pejal
22

120
y = 6.0845x2 + 14.218x + 2.0229
100
R² = 0.9997
Jarak tempuh (cm)

80

60

40

20

0
0 1 2 3 4
Waktu (s)

Grafik 4.2. Hubungan antara waktu tempuh (t) dan jarak tempuh (x) untuk
silinder berongga

120
100 y = 7.4829x2 + 21.613x + 5.4967
Jarak tempuh (cm)

R² = 0.9992
80
60
40
20
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
Waktu (s)

Grafik 4.3. Hubungan antara waktu tempuh (t) dan jarak tempuh (x)
untuk bola pejal
23

2. Berdasarkan grafik hitung besar percepatan masing-masing benda, tuliskan


jawaban anda pada tempat di bawah ini!

 Grafik 4.1

-Percepatan
y = mx2 + nx +C
y = 8.074x2 + 16.53x + 0.128
R2 = 1
1
S = 𝑆0 + 𝑣0 + 2 𝑎𝑡 2
1
𝑎𝑡 2 = mx2
2
1
𝑎𝑡 2 = mt2
2
𝑎 = 2𝑚
𝑎 = 2 × 8.074
𝑎 = 16.148 𝑐𝑚/𝑠 2

- Derajat Kebenaran
𝐷𝐾=𝑅2 × 100%
𝐷𝐾= 1 × 100%
𝐷𝐾= 100%
- Kesalahan Relatif
𝐾𝑅=100%−𝐷𝐾
𝐾𝑅= 100 % - 100%
𝐾𝑅= 0%

0%
∆𝑎 = 16.148 ×
100%
∆𝑎 = 0 𝑐𝑚/𝑠 2

- Hasil perhitungan dilaporkan


𝑎 = |16.148 ± 0| 𝑐𝑚/𝑠 2

 Grafik 4.2
-Percepatan
y = mx2 + nx +C
y = 6.084x2 + 14.21x + 2.022
R² = 0.999
1
S = 𝑆0 + 𝑣0 + 2 𝑎𝑡 2
1
𝑎𝑡 2 = mx2
2
1
𝑎𝑡 2 = mt2
2
𝑎 = 2𝑚
𝑎 = 2 × 6.084
𝑎 = 12,168 𝑐𝑚/𝑠 2

- Derajat Kebenaran
𝐷𝐾=𝑅2 × 100%
𝐷𝐾= 0.999 × 100%
𝐷𝐾= 99.9%
24

- Kesalahan Relatif
𝐾𝑅=100%−𝐷𝐾
𝐾𝑅= 100 % - 99.9%
𝐾𝑅= 0.1%

- Ketidakpastian
∆𝑎
𝐾𝑅 = × 100%
𝑎
𝐾𝑅
∆𝑎 = 𝑎 ×
100%
0.1%
∆𝑎 = 12,168 ×
100%
∆𝑎 = 0.0121 𝑐𝑚/𝑠 2

- Hasil perhitungan dilaporkan


𝑎 = |12,168 ± 0,0121| 𝑐𝑚/𝑠 2

 Grafik 4.3
-Percepatan
y = mx2 + nx +C
y = 7.482x2 + 21.61x + 5.496
R² = 0.999
1
S = 𝑆0 + 𝑣0 + 2 𝑎𝑡 2
1
𝑎𝑡 2 = mx2
2
1
𝑎𝑡 2 = mt2
2
𝑎 = 2𝑚
𝑎 = 2 × 7.482
𝑎 = 14.964 𝑐𝑚/𝑠 2

- Derajat Kebenaran
𝐷𝐾=𝑅2 × 100%
𝐷𝐾= 0.999 × 100%
𝐷𝐾= 99.9%

- Kesalahan Relatif
𝐾𝑅=100%−𝐷𝐾
𝐾𝑅= 100 % - 99.9%
𝐾𝑅= 0.1%
25

- Ketidakpastian
∆𝑎
𝐾𝑅 = × 100%
𝑎
𝐾𝑅
∆𝑎 = 𝑎 ×
100%
0.1%
∆𝑎 = 14.964 ×
100%
∆𝑎 = 0.0149 𝑐𝑚/𝑠 2

- Hasil perhitungan dilaporkan


𝑎 = |14.964 ± 0,014| 𝑐𝑚/𝑠 2
26

3. Hitunglah besar konstanta c masing-masing benda berdasarkan persamaan


4.11 !

- Silinder Pejal
x1 = | 20 ± 0,05|cm
h1 = | 8,70 ± 0,05|cm
sin𝜃 =ℎ𝑥
8,70
sin𝜃 = 20

sin𝜃 =0,435
∂sinθ
d sin𝜃 = | ∂h
|
∂sinθ ∂sinθ
dsinθ = | ∂h
|dh + | ∂x
|dx
ℎ ℎ
𝜕 𝜕
𝑥 𝑥
dsinθ =|𝜕ℎ |dh +|𝜕𝑥 |dx

𝑑ℎ ℎ 𝑑𝑥
dsinθ =| | +| |
𝑥 𝑥2
∆ sin 𝜃 ∆ℎ ∆ℎ
sin 𝜃
=|sin 𝜃 𝑥 | + |sin 𝜃 𝑥 2|
∆ sin 𝜃 ∆ℎ ℎ ∆𝑥
sin 𝜃
=| ℎ | + | ℎ 2 |
𝑥 𝑥
𝑥 𝑥
∆ sin 𝜃 ∆ℎ ∆𝑥
sin 𝜃
=| ℎ | + | 𝑥 |
∆ℎ ∆𝑥
∆ sin 𝜃 ={| ℎ | +| 𝑥 |} sin𝜃
0,05 0,05
∆ sin 𝜃={| | +| |} 0,435
8,70 20
∆ sin 𝜃={|0,0057| +|0,0025|}0,435
∆ sin 𝜃=0,003567
∆ sin 𝜃
KR= sin 𝜃
0,003567
KR= 0,435
×100%
KR=0,0082×100%
KR=0,82%
DK=100%- 0,82%
DK=99,18%
Sin𝜃 =|0,435 ± 0,003567|
Konstanta C
𝑔 𝑠𝑖𝑛𝜃
C= 𝑎 -1
980×0,435
C= 16,148
-1
C=25,399
𝜕𝑐 𝜕𝑐
dc=| |+| |da
𝜕𝑠𝑖𝑛𝜃 𝜕𝑎
𝑔𝑠𝑖𝑛𝜃 𝑔𝑠𝑖𝑛𝜃
𝜕 −1 𝜕 −1
𝑎 𝑎
dc=| |dsin𝜃 +| |da
𝜕𝑠𝑖𝑛𝜃 𝜕𝑎
27

𝑔 𝑑𝑠𝑖𝑛𝜃 𝑔 𝑠𝑖𝑛𝜃 𝑑𝑎
dc=| | +| |
𝑎 𝑎2
∆𝑐 𝑔 ∆𝑠𝑖𝑛𝜃 𝑔 𝑠𝑖𝑛𝜃 ∆𝑎
𝑐
=| 𝑎𝑐
| +|
𝑎2 𝑐
|
∆𝑐 𝑔 ∆𝑠𝑖𝑛𝜃 𝑔 𝑠𝑖𝑛𝜃 ∆𝑎 𝑔 ∆𝑠𝑖𝑛𝜃 𝑔 𝑠𝑖𝑛𝜃 ∆𝑎
𝑐
=| 𝑔 𝑠𝑖𝑛𝜃 | +| 𝑔 𝑠𝑖𝑛𝜃 | +| 𝑔 𝑠𝑖𝑛𝜃−𝑎 | +| 𝑔 𝑠𝑖𝑛𝜃−𝑎 |
𝑎 −1 𝑎2 −1 𝑎 𝑎2
𝑎 𝑎 𝑎 𝑎
∆𝑐 𝑔 ∆𝑠𝑖𝑛𝜃 𝑔 𝑠𝑖𝑛𝜃 ∆𝑎
𝑐
=|𝑔 𝑠𝑖𝑛𝜃−𝑎| + |𝑎(𝑔 𝑠𝑖𝑛𝜃−𝑎)|
𝑔 ∆𝑠𝑖𝑛𝜃 𝑔 𝑠𝑖𝑛𝜃 ∆𝑎
∆𝑐= {|𝑔 sin 𝜃−𝑎 | +|𝑎(𝑔 𝑠𝑖𝑛𝜃−𝑎)|} ×c
980 0,003567 9,8 ×0,435× 0
∆𝑐= {| | +| |} ×25,399
980 0,435−16,148 16,148(980 0,435−16,148)
∆𝑐 = 0,216
∆𝑐
KR= × 100%
𝑐
0.227
KR= 25,399 × 100%
KR= 1,09%
DK= 100%-1,09%
DK=98,91%
C= |25,39 ± 0,227|
N X h sin ∆sin𝜃 KR DK c ∆c KR DK
o (c (cm 𝜃 (%) (%) (%) (%
m) ) )
1 20 8,7 0,4 0,003 0,8 99,1 25,39 0,216 1,0 98,
cm 0 3 2% 8% 9% 91
cm %
2 40 7,9 0,1 0,000 0,4 99,5 10,5 0,0 0,5 99,
cm 0 9 90 5% 5% 3 54 1% 49
cm %
3 60 7,0 2.91 83, 16,6 20,2 339 16, 83,
0,3
cm 0 4% % 4 ,42 6% 4%
5
cm
4 80 6,3 0,0 0,001 1,3 98,6 3,73 0,0 1,7 98,
cm 0 78 1 9% 1% 66 6% 24
cm %
5 10 5,6 0,0 0,000 0,9 99,0 2,39 3,1 1,3 98,
0 0 56 0052 2% 8% 44 1% 69
cm cm %

Silinder berongga

x1 = | 20 ± 0,05|cm
h1 = | 8,70 ± 0,05|cm
sin𝜃 =ℎ𝑥
8,70
sin𝜃 𝜃= 20

sin𝜃𝜃 =0,435
28

∂sinθ
d sin𝜃 = | |
∂h
∂sinθ ∂sinθ
dsinθ = | ∂h
|dh + | ∂x
|dx
ℎ ℎ
𝜕 𝜕
dsinθ =| 𝑥 |dh +| 𝑥 |dx
𝜕ℎ 𝜕𝑥

𝑑ℎ ℎ 𝑑𝑥
dsinθ =| | +| |
𝑥 𝑥2
∆ sin 𝜃 ∆ℎ ∆ℎ
=| |+| |
sin 𝜃 sin 𝜃 𝑥 sin 𝜃 𝑥 2
∆ sin 𝜃 ∆ℎ ℎ ∆𝑥
sin 𝜃
=| ℎ | + | ℎ 2 |
𝑥 𝑥
𝑥 𝑥
∆ sin 𝜃 ∆ℎ ∆𝑥
sin 𝜃
=| ℎ | + | 𝑥 |
∆ℎ ∆𝑥
∆ sin 𝜃 ={| ℎ | +| 𝑥 |} sin𝜃
0,05 0,05
∆ sin 𝜃={|8,70| +| 20 |} 0,435
∆ sin 𝜃={|0,0057| +|0,0025|}0,435
∆ sin 𝜃=0,003567
∆ sin 𝜃
KR= sin 𝜃
0,003567
KR= 0,435
×100%
KR=0,0082×100%
KR=0,82%
DK=100%- 0,82%
DK=99,18%
Sin𝜃 =|0,435 ± 0,003567|

Konstanta C
𝑔 𝑠𝑖𝑛𝜃
C= -1
𝑎
9,8×0,435
C= 12,168
-1
C= 31,505
𝜕𝑐 𝜕𝑐
dc=|𝜕𝑠𝑖𝑛𝜃 |+|𝜕𝑎|da
𝑔𝑠𝑖𝑛𝜃 𝑔𝑠𝑖𝑛𝜃
𝜕 −1 𝜕 −1
𝑎 𝑎
dc=| |dsin𝜃 +| |da
𝜕𝑠𝑖𝑛𝜃 𝜕𝑎
𝑔 𝑑𝑠𝑖𝑛𝜃 𝑔 𝑠𝑖𝑛𝜃 𝑑𝑎
dc=| | +| |
𝑎 𝑎2
∆𝑐 𝑔 ∆𝑠𝑖𝑛𝜃 𝑔 𝑠𝑖𝑛𝜃 ∆𝑎
=| | +| |
𝑐 𝑎𝑐 𝑎2 𝑐
∆𝑐 𝑔 ∆𝑠𝑖𝑛𝜃 𝑔 𝑠𝑖𝑛𝜃 ∆𝑎 𝑔 ∆𝑠𝑖𝑛𝜃 𝑔 𝑠𝑖𝑛𝜃 ∆𝑎
𝑐
=| 𝑔 𝑠𝑖𝑛𝜃 | +| 𝑔 𝑠𝑖𝑛𝜃 | +| 𝑔 𝑠𝑖𝑛𝜃−𝑎 | +| 𝑔 𝑠𝑖𝑛𝜃−𝑎 |
𝑎 −1 𝑎2 −1 𝑎 𝑎2
𝑎 𝑎 𝑎 𝑎
∆𝑐 𝑔 ∆𝑠𝑖𝑛𝜃 𝑔 𝑠𝑖𝑛𝜃 ∆𝑎
𝑐
=|𝑔 𝑠𝑖𝑛𝜃−𝑎| + |𝑎(𝑔 𝑠𝑖𝑛𝜃−𝑎)|
𝑔 ∆𝑠𝑖𝑛𝜃 𝑔 𝑠𝑖𝑛𝜃 ∆𝑎
∆𝑐= {| | +| |} ×c
𝑔 sin 𝜃−𝑎 𝑎(𝑔 𝑠𝑖𝑛𝜃−𝑎)
980 0,003567 980 ×0,435× 0,0322
∆𝑐= {|980 0,435−32,296| +|32,296(980×0,435−32,296)|} ×31,505
∆𝑐 = 0,25
29

∆𝑐
KR= × 100%
𝑐
0,25
KR= × 100%
31,505
KR=0,013%
DK= 100%-0,013%
DK=99,21%
C= |31,5 ± 0,25|
N X h sin𝜃 ∆si KR DK c ∆c KR DK
o (c (cm) n𝜃 (%) (%) (%) (%)
m)
1 20 8,70 0,4 0,0 0,82 99,1 31, 0,25 0,79% 99,2
cm cm 3 03 % 8% 50 1%
5
2 40 7,90 0,1 0,0 0,45 99,5 13, 0,70 5,30% 94,7
cm cm 9 00 % 5% 36 9 %
90
3 60 7,00 2.9 83,4 16,6 25, 0,21 0,86% 99,1
0,3
cm cm 1 % % 45 9 4%
5
4 80 6,30 0,0 0,0 1,39 98,6 4,8 0,08 1,69% 98,3
cm cm 78 01 % 1% 96 3 1%
1
5 10 5,60 0,0 0,0 0,92 99,0 3,2 0,64 19,8% 80,2
0 cm 56 05 % 8% 33 2 %
cm 2

Bola pejal

x1 = | 20 ± 0,05|cm
h1 = | 8,70 ± 0,05|cm
sin𝜃 =ℎ𝑥
8,70
sin𝜃 = 20

sin𝜃 =0,435
∂sinθ
d sin𝜃 = | ∂h
|
∂sinθ ∂sinθ
dsinθ = | |dh + | |dx
∂h ∂x
ℎ ℎ
𝜕 𝜕
dsinθ =| |dh +| 𝑥 |dx
𝑥
𝜕ℎ 𝜕𝑥

𝑑ℎ ℎ 𝑑𝑥
dsinθ =| 𝑥 | +| 𝑥2
|
∆ sin 𝜃 ∆ℎ ∆ℎ
=| |+| |
sin 𝜃 sin 𝜃 𝑥 sin 𝜃 𝑥 2
∆ sin 𝜃 ∆ℎ ℎ ∆𝑥
sin 𝜃
=| ℎ | + | ℎ 2 |
𝑥 𝑥
𝑥 𝑥
∆ sin 𝜃 ∆ℎ ∆𝑥
sin 𝜃
=| ℎ | + | 𝑥 |
30

∆ sin 𝜃 ∆ℎ ∆𝑥
=| | + | |
sin 𝜃 ℎ 𝑥
∆ℎ ∆𝑥
∆ sin 𝜃 ={| ℎ | +| 𝑥 |} sin𝜃
0,05 0,05
∆ sin 𝜃={|8,70| +| 20 |} 0,435
∆ sin 𝜃={|0,0057| +|0,0025|}0,435
∆ sin 𝜃=0,003567
∆ sin 𝜃
KR=
sin 𝜃
0,003567
KR= ×100%
0,435
KR=0,0082×100%
KR=0,82%
DK=100%- 0,82%
DK=99,18%
Sin𝜃 =|0,435 ± 0,003567|
Konstanta C
𝑔 𝑠𝑖𝑛𝜃
C= 𝑎 -1
9,8×0,435
C= -1
14.964
C=-27,160
𝜕𝑐 𝜕𝑐
dc=| |+| |da
𝜕𝑠𝑖𝑛𝜃 𝜕𝑎
𝑔𝑠𝑖𝑛𝜃 𝑔𝑠𝑖𝑛𝜃
𝜕 −1 𝜕 −1
𝑎 𝑎
dc=| |dsin𝜃 +| |da
𝜕𝑠𝑖𝑛𝜃 𝜕𝑎
𝑔 𝑑𝑠𝑖𝑛𝜃 𝑔 𝑠𝑖𝑛𝜃 𝑑𝑎
dc=| | +| |
𝑎 𝑎2
∆𝑐 𝑔 ∆𝑠𝑖𝑛𝜃 𝑔 𝑠𝑖𝑛𝜃 ∆𝑎
𝑐
=| 𝑎𝑐
| +|
𝑎2 𝑐
|
∆𝑐 𝑔 ∆𝑠𝑖𝑛𝜃 𝑔 𝑠𝑖𝑛𝜃 ∆𝑎 𝑔 ∆𝑠𝑖𝑛𝜃 𝑔 𝑠𝑖𝑛𝜃 ∆𝑎
𝑐
=| 𝑔 𝑠𝑖𝑛𝜃 | +| 𝑔 𝑠𝑖𝑛𝜃 | +| 𝑔 𝑠𝑖𝑛𝜃−𝑎 | +| 𝑔 𝑠𝑖𝑛𝜃−𝑎 |
𝑎 −1 𝑎2 −1 𝑎 𝑎2
𝑎 𝑎 𝑎 𝑎
∆𝑐 𝑔 ∆𝑠𝑖𝑛𝜃 𝑔 𝑠𝑖𝑛𝜃 ∆𝑎
𝑐
=|𝑔 𝑠𝑖𝑛𝜃−𝑎| + |𝑎(𝑔 𝑠𝑖𝑛𝜃−𝑎)|
𝑔 ∆𝑠𝑖𝑛𝜃 𝑔 𝑠𝑖𝑛𝜃 ∆𝑎
∆𝑐= {| | +| |} ×c
𝑔 sin 𝜃−𝑎 𝑎(𝑔 𝑠𝑖𝑛𝜃−𝑎)
980 0,003567 980 ×0,435× 0,014
∆𝑐= {|980 0,435−0,435 | +|14.964 (9,8 0,435−0,435)|} ×27,160
∆𝑐 = 2,01
∆𝑐
KR= 𝑐 × 100%
2,01
KR= 0,27,160 × 100%
KR= 7,49%
DK= 100%-22,69%
DK=99,21%
C= |27,1 ± 2,01|
31

N X h sin ∆sin KR DK c ∆c KR DK
o (cm (cm 𝜃 𝜃 (%) (%) (%) (%)
) )
1 20 8,7 0,4 0,00 0,82 99, 27, 2,01 7,49 99,2
cm 0 3 3 % 18 16 % 1%
cm % 0
2 40 7,9 0,1 0,00 0,45 99, 11, 0,82 7,17 92,8
cm 0 9 090 % 55 44 % 3%
cm % 3
3 60 7,0 2.91 83,4 16, 21, 15,5 7,07 92,9
0,3
cm 0 % 6% 92 % 3%
5
cm
4 80 6,3 0,0 0,00 1,39 98, 4,1 0,34 8,27 91,7
cm 0 78 11 % 61 08 % 3%
cm %
5 100 5,6 0,0 0,00 0,92 99, 2,6 0,51 19,1 80,9
cm 0 56 52 % 08 67 % %
cm %
32

4. Bandingkan nilai c yang anda peroleh untuk setiap benda dengan nilai teori,
jika berbeda tentukan besar perbedaannya dan berikan penjelasan mengapa
demikian!
Teori
a. Silinder pejal → ct = 0,5
b. Silinder berongga → ct = 1
c. Bola pejal → ct = 0,4

Silinder Pejal
• Hasil pengukuran
𝑐1 + 𝑐2 + 𝑐3 + 𝑐4 + 𝑐5
̅̅̅̅
𝐶𝑝 =
5
25,39 + +10,53 + 20,24 + 3,73 + 2,39
̅̅̅̅
𝐶𝑝 = ( )
5
𝐶𝑝 = 12,45
a. Ketidakpastian
δ1 = |25,39 − 12,45| s = 12,94
δ2 = |10,53 − 12,45| s = 1,92
δ3 = |20,24 − 12,45| s = 7,79
δ4 = |3,73 − 12,45| s = 8,72
δ5 = |2,39 − 12,45| s = 10,06
𝛿𝑚𝑎𝑥 = 12,94
∆𝐶𝑝 = 12,94
b. Kesalahan Relatif
𝛥𝐶𝑝
𝐾𝑅 = 𝑥 100%
𝐶𝑝
12,94
𝐾𝑅 = 𝑥 100%
12,45
= 103,93%
c. Derajat kebenaran
DK = 100%-103,93%
DK = -3,93%
d. Hasil pengukuran dilaporkan
𝐶𝑝 = |̅̅̅̅
𝐶𝑝 ± 𝛥𝐶𝑝|
𝐶𝑝 = |12,45 ± 12,94|
33

e. Persentase Perbedaan
𝐶𝑡 − 𝐶𝑝
%𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | |
𝑐̅
0,5 − 12,45
%𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | |
𝑐̅
−13,059
%𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | × 100%
6,9295
%𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = 184,54%

Silinder Berongga
a. Hasil pengukuran
𝑐1 + 𝑐2 + 𝑐3 + 𝑐4 + 𝑐5
̅̅̅̅ =
𝐶𝑝
5
31,505 + 13,36 + 25,45 + 4,896 + 3,233
̅̅̅̅
𝐶𝑝 = ( )
5
𝐶𝑝 = 15,68
a. Ketidakpastian
δ1 = |31,505 − 15,68| s = 15,825
δ2 = |13,36 − 15,68| s = 3,32
δ3 = |25,45 − 15,68| s = 9,97
δ4 = |4,896 − 15,68| s = 10,784
δ5 = |3,233 − 15,68| s = 12,447
𝛿𝑚𝑎𝑥 = 15,825
∆𝐶𝑝 = 15,825
b. Kesalahan Relatif
𝛥𝐶𝑝
𝐾𝑅 = 𝑥 100%
𝐶𝑝
15,825
𝐾𝑅 = 𝑥 100%
15,68
= 100,92%
c. Derajat kebenaran
DK = 100%-100,92%
DK = -0,92%
d. Hasil pengukuran dilaporkan
𝐶𝑝 = |̅̅̅̅
𝐶𝑝 ± 𝛥𝐶𝑝|
𝐶𝑝 = |15,68 ± 15,825|
34

e. Persentase Perbedaan
𝐶𝑡 − 𝐶𝑝
%𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | |
𝑐̅
1 − 15,68
%𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | |
𝑐̅
%𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = 176,01%

Bola pejal
• Hasil pengukuran
𝑐1 + 𝑐2 + 𝑐3 + 𝑐4 + 𝑐5
̅̅̅̅
𝐶𝑝 =
5
27,160 + 11,443 + 21,92 + 4,108 + 2,667
̅̅̅̅ = (
𝐶𝑝 )
5
𝐶𝑝 = 13,459 s
a. Ketidakpastian
δ1 = |27,160 − 13,459| s = 13,701
δ2 = |11,443 − 13,459| s = 2,013
δ3 = |21,92 − 13,459| s = 8,461
δ4 = |4,108 − 13,459| s = 9,351
δ5 = |2,667 − 13,459| s = 10,792
𝛿𝑚𝑎𝑥 = 13,701
∆𝐶𝑝 = 13,701
b. Kesalahan Relatif
𝛥𝐶𝑝
𝐾𝑅 = 𝑥 100%
𝐶𝑝
13,701
𝐾𝑅 = 𝑥 100%
13,459
= 1,01 𝑥 100%
= 101%
c. Derajat kebenaran
DK = 100%-101%
d. Hasil pengukuran dilaporkan
𝐶𝑝 = |̅̅̅̅
𝐶𝑝 ± 𝛥𝐶𝑝|
𝐶𝑝 = |13,459 ± 13,701|
35

e. Persentase Perbedaan
𝐶𝑡 − 𝐶𝑝
%𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | |
𝑐̅
0,4 − 13,459
%𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | |
𝑐̅
−13,059
%𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | × 100%
6,9295
%𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = 188,455%

Catatan: untuk setiap analisis, anda wajib menyertakan nilai ketidakpastiannya


36

I. KESIMPULAN DAN SARAN


Berikan kesimpulan dan saran anda berdasarkan analisis dan pembahasan yang
telah diperoleh!

Kesimpulan yang saya peroleh yaitu:


1. Ada dua konsep fisika yang digunakan dalam praktikum gerak
menggelinding ini yaitu konsep gerak translasi dan konsep gerak
rotasi.
2. Penggunaan persamaan 𝐼=𝑐(𝑚𝑅2) adalah penggunaan jika
ditinjau dari ketinggian, waktu rata-rata dan lainnya. Dengan
𝑔ℎ
menerapkan GLBB maka persamaanya akan menjadi C= 2 t2-
2𝑥
1 dimana h merupakan ketinggian, g merupakan gaya gravitasi
bumi, x merupakan panjang lintasan dan t merupakan
perubahan terhadap waktu. Sedangkan di dalam teori,
digunakan I=mR 2 dimana nilai konstantanya sudah ditentukan
1 2
yaitu 2 untuk silinder dan 5 untuk bola.

Saran saya yaitu pada saat melakukan praktikum selalu berhati-hati


menggunakan alat praktikum d.an dalam melakukan praktikum sebaiknya
dengan teliti

J. TUGAS PENDAHULUAN
1. Buktikan persamaan 4.9 dan 4.12!
2. Dengan menggunakan hukum kekekalan energi buktikan persamaan 4.12!
37

K. SUMBER PUSTAKA
1. Serway dan Jewet, 2009. Fisika untuk Sains dan Teknik (diterjemahkan
oleh Chriswan Sungkono). Jakarta: Salemba Teknika
2. David dan Resnick, Robert. 1999. Fisika Jilid 1 Edisi Ketiga (Terjemahan).
Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai