MODUL 3
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
JUDUL
“GAYA GESEKAN”
TANGGAL PRAKTIKUM : 2 NOVEMBER 2020
ASISTEN : ANUGRAH REZKI AKHMAD
NAMA : NURUL AMELIA MALIK
NIM : 200104502001
JURUSAN/PRODI : FISIKA/ FISIKA SAINS
ANGGOTA KELOMPOK :1. YOSUA RUNG BONE
2. NURRAHMA PRATAMA
3. ASTUTIANTI TANGDIERA
4. WANDA MARTINA
Gaya Gesekan
A. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menyelidiki hubungan antara gaya normal dengan gaya gesekan.
2. Menyelidiki hubungan antara kekasaran permukaan dengan gaya gesekan.
3. Menentukan koefisien gesek statik pada bidang miring.
B. RUMUSAN MASALAH
Berikan rumusan masalah yang sesuai dengan tujuan praktikum di atas!
1. Apa saja faktor-faktor yang memengaruhi gaya gesekan ?
2. Bagaimana hubungan antara kekasaran permukaan dengan gaya
gesekan?
3. Bagaimana cara menentukan koefisien gesek statik dan
kinetik ?
Kegiatan 1:
Variabel kontrol : permukaan balok
Variabel manipulasi : massa beban, gaya tarik
Variabel respon : keadaan balok
Kegiatan 2 :
Variabel kontrol : massa balok
Variabel manipulasi : permukaan balok, gaya tarik
Variabel respon : keadaan balok
Kegiatan 3 :
Variabel kontrol : massa beban, besarnya sudut
Variabel manipulasi : panjang lintasan
Variabel respon : kemiringan bidang
2
Kegiatan 1 :
➢ Permukaan balok adalah tekstur objek yang menunjukkan kasar halusnya
permukaan yang bersentuhan dengan lintasan.
➢ Massa beban adalah besarnya massa benda yang ditarik dengan gaya tertentu
pada suatu lintasan.
➢ Keadaan balok adalah posisi benda saat diberikan sejumlah gaya tarik
tertentu, yaitu diam, tepat akan bergerak dan bergerak lurus beraturan.
➢ Gaya tarik adalah jumlah gaya yang diberikan kepada balok saat diam sampai
bergerak lurus beraturan yang nilainya dapat dilihat pada neraca pegas.
Kegiatan 2 :
➢ Massa balok adalah jumlah massa beban yang diamati kedudukannya saat
ditarik dengan sejumlah gaya tertentu.
➢ Permukaan balok adalah tekstur objek yang menunjukkan kasar halusnya
permukaan yang bersentuhan dengan lintasan.
➢ Gaya tarik adalah jumlah gaya yang diberikan kepada balok saat diamsampai
bergerak lurus beraturan yang nilainya dapat dilihat pada neraca pegas.
➢ Keadaan balok adalah posisi benda saat diberikan sejumlah gaya tarik
tertentu, yaitu diam, tepat akan bergerak dan bergerak lurus
Kegiatan 3:
➢ Massa beban adalah besarnya massa benda yang ditarik dengan gaya tertentu
pada suatu lintasan.
➢ Besarnya sudut adalah jumlah sudut yang menunjukkan kemiringan lintasan
yang dilalui balok.
➢ Panjang lintasan adalah jarak yang ditempuh oleh balok pada bidang miring.
E. TEORI SINGKAT
Sebuah balok yang didorong di atas meja akan bergerak Bila sebuah balok massanya
m, kita lepaskan dengan kecepatan awal Vo pada sebuah bidang horizontal, maka
balok itu akhirnya akan berhenti. Ini berarti di dalam gerakan balok mengalami
perlambatan, atau ada gaya yang menahan balok, gaya ini disebut gaya gesekan.
Besarnya gaya gesekan ditentukan oleh koefisien gesekan antar kedua permukaan
3
benda dan gaya normal. Besarnya koefisien gesekan ditentukan oleh kekasaran
permukaan bidang dan benda.
Gaya gesekan dibagi dua yaitu: gaya gesekan statis (fs) dan gaya gesekan kinetik (fk).
Sebuah balok beratnya W, berada pada bidang mendatar yang kasar, kemudian
ditarik oleh gaya F seperti pada Gambar 4.1 di bawah ini.
N
F
f
W
Gambar 3.1. Gaya-gaya yang bekerja pada benda
Arah gaya gesekan f berlawanan arah dengan gaya penyebabnya F, dan berlaku:
1. Untuk harga F < fs maka balok dalam keadaan diam.
2. Untuk harga F = fs maka balok tepat saat akan bergerak.
3. Apabila Fase diperbesar lagi sehingga F > fs maka benda bergerak dan gaya
gesekan statis fs akan berubah menjadi gaya gesekan kinetik fk.
Gaya gesekan antara dua permukaan yang saling diam satu terhadap yang lain
disebut gaya gesekan statis. Gaya gesekan statis yang maksimum sama dengan gaya
terkecil yang dibutuhkan agar benda mulai bergerak. Sekali gerak telah dimulai, gaya
gesekan antar kedua permukaan biasanya berkurang sehingga diperlukan gaya yang
lebih kecil untuk menjaga agar benda bergerak beraturan. Gaya yang bekerja antara
dua permukaan yang saling bergerak relatif disebut gaya gesekan kinetik. Jika fs
menyatakan besar gaya gesekan statik maksimum, maka :
fs
s = (3.1)
N
Dengan s adalah koefisien gesekan statik dan N adalah besar gaya normal. Jika fk
menyatakan besar gaya gesekan kinetik, maka :
fk
k = (3.2)
N
dengan k adalah koefisien gesekan kinetik.
Bila sebuah benda dalam keadaan diam pada suatu bidang datar, dan kemudian
bidang tempat benda tersebut dimiringkan perlahan-lahan sehingga membentuk
sudut sampai benda tepat akan bergerak, koefisien gesekan statik antara benda
dan bidang diberikan oleh persamaan,
S= tan c (3.3)
Dengan c adalah sudut pada saat benda tepat akan bergerak, yang disebut sudut
kritis. Koefisien gesekan statik merupakan nilai tangen sudut kemiringan bidang,
dengan keadaan benda tepat akan bergerak/meluncur. Pada sudut-sudut yang lebih
4
besar dari c, balok meluncur lurus berubah beraturan ke ujung bawah bidang miring
dengan percepatan :
a x = g (sin − k cos ) (3.4)
di mana adalah sudut kemiringan bidang dan k adalah koefisien gesek kinetik
antara benda dengan bidang. Dengan mengukur percepatan ax, maka koefisien
gesekan k dapat dihitung.
F. PROSEDUR KERJA
Kegiatan 1. Hubungan antara gaya normal dengan gaya gesekan
Tarik balok dengan neraca pegas seperti pada gambar 4.2 di bawah ini.
Neraca
pegas
Balok
Tali Katrol
Meja
Amati penunjukan neraca pegas pada saat balok tepat akan bergerak dan pada
saat balok bergerak lurus beraturan. Tambahkan beban di atas balok, dan amati
penunjukan neraca pegas pada saat balok tepat akan bergerak dan pada saat
balok bergerak lurus beraturan.
Lakukan beberapa kali dengan mengubah-ubah penambahan beban di atas balok.
Catat hasil pengamatan pada tabel pengamatan.
Kegiatan 2. Hubungan antara kekasaran permukaan dengan gaya gesekan
Ganti permukaan meja atau balok yang lebih kasar/halus. Amati penunjukan
pegas. Pada saat balok tepat akan bergerak dan pada saat balok bergerak lurus
beraturan. Lakukan kegiatan ini beberapa kali dengan mengganti permukaan
meja atau balok yang lebih kasar/halus.
Catat hasil pengamatan pada tabel pengamatan.
d. Angkat secara perlahan ujung bidang tempat balok persegi berada sehingga
sudut kemiringan bidang bertambah. Catat sudut kemiringan bidang pada
saat benda tepat akan bergerak.
e. Ulangi kegiatan (d) dengan menambah massa beban pada balok persegi
hingga anda peroleh sedikitnya lima data pengukuran.
G. HASIL PENGAMATAN
Hasil pengamatan atau pengukuran dapat dicatat/diisikan pada tabel hasil
pengamatan yang telah disediakan dalam modul ini.
HASIL PENGAMATAN
Kelompok :5
2. Nurrahma Pratama
3. Astutianti Tangdiera
4. Wanda Martina
Kegiatan 1
Jenis permukaan adalah permukaan 2 (sedang)
Tabel 3.1. Hubungan antara gaya tarik dengan gaya normal
1. |0,30 ± 0,05|
Tepat akan bergerak 2. |0,35 ± 0,05|
3. |0,30 ± 0,05|
|0,31 ± 0,05|
Gaya tarik rata-rata
1 |0,60 ± 0,05|
1. |0,25 ± 0,05|
3. |0,25 ± 0,05|
|0,25 ± 0,05|
Gaya tarik rata-rata
6
1. |0,55 ± 0,05|
Tepat akan bergerak 2. |0,55 ± 0,05|
3. |0,60 ± 0,05|
|0,56 ± 0,05|
Gaya tarik rata-rata
2 |1,10 ± 0,05|
1. |0,45 ± 0,05|
3. |0,45 ± 0,05|
|0,45 ± 0,05|
Gaya tarik rata-rata
1. |0,70 ± 0,05|
Tepat akan bergerak 2. |0,80 ± 0,05|
3. |0,80 ± 0,05|
|0,76 ± 0,05|
Gaya tarik rata-rata
3 |1,60 ± 0,05|
1. |0,65 ± 0,05|
3. |0,60 ± 0,05|
|0,61 ± 0,05|
Gaya tarik rata-rata
1. |1,10 ± 0,05|
Tepat akan bergerak
2. |1,05 ± 0,05|
3. |1,00 ± 0,05|
4. |2,10 ± 0,05|
|1,05 ± 0,05|
Gaya tarik rata-rata
1. |0,75 ± 0,05|
f
3. |0,80 ± 0,05|
|0,78 ± 0,05|
7
Kegiatan 2
Gaya Normal = |1,60 ± 0,05| N
Jenis
Keadaan benda Gaya Tarik (N)
Permukaan
1. |0,95, ±0,05|
3. |1,05 ± 0,05|
|0,96 ± 0,05|
AA240 Gaya tarik rata-rata
1. |0,45 ± 0,05|
Bergerak lurus beraturan 2. |0,40 ± 0,05|
3. |0,45 ± 0,05|
|0,43 ± 0,05|
Gaya tarik rata-rata
8
Jenis
Keadaan benda Gaya Tarik (N)
Permukaan
1. |0,85 ± 0,05|
Tepat akan bergerak 2. |0,80 ± 0,05|
3. |0,75 ± 0,05|
|0,80 ± 0,05|
AA100 Gaya tarik rata-rata
1. |0,60 ± 0,05|
Bergerak lurus beraturan 2. |0,60 ± 0,05|
3. |0,60 ± 0,05|
|0,60 ± 0,05|
Gaya tarik rata-rata
1. |1,15 ± 0,05|
Tepat akan bergerak 2. |1,20 ± 0,05|
3. |1,15 ± 0,05|
|1,16 ± 0,05|
AA60 Gaya tarik rata-rata
1. |0,85 ± 0,05|
Bergerak lurus beraturan 2. |0,85 ± 0,05|
3. |0,85 ± 0,05|
|0,85 ± 0,05|
Gaya tarik rata-rata
Kegiatan 3
1. |20,0 ± 0,05|
3. |20,5 ± 0,05|
|20,5 ± 0,05|
Sudut Kritis (0) rata-rata
2
|1,10 ± 0,05| 1. |19,0 ± 0,05|
9
2. |18,5 ± 0,05|
3. |19,5 ± 0,05|
|19,0 ± 0,05|
Sudut Kritis (0) rata-rata
3
1. |18,0 ± 0,05|
3. |17,5 ± 0,05|
|17,6 ± 0,05|
Sudut Kritis (0) rata-rata
4
1. |17,0 ± 0,05|
3. |17,5 ± 0,05|
|17,0 ± 0,05|
Sudut Kritis (0) rata-rata
Mengetahui,
Asisten Pembimbing
NIM.
10
𝐹1 + 𝐹2 + 𝐹3
𝐹̅ =
3
0,55 + 0,55 + 0,60
𝐹̅ = ( )
3
1,7
𝐹̅ = ( ) N
3
𝐹̅ = 0,56 N
𝐹 = 0,56 N
b. Ketidakpastian
δ1 = |0,55 − 0,56 | N = 0, 01N
δ2 = |0,55 − 0,56 | N = 0,01 N
δ3 = |0,60 − 0,56 | N= 0,04 N
𝛿𝑚𝑎𝑥 = 0,04 N
∆𝐹 = 0,04N
c. Kesalahan Relatif
𝛥𝐹
𝐾𝑅 = 𝑥 100%
𝐹
0,04
𝐾𝑅 = 𝑥 100%
0,56
= 0,07
= 7% = 2 AB
d. Hasil pengukuran dilaporkan
𝐹 = |𝐹 ± 𝛥𝐹| 𝑁
𝐹 = |0,55 ± 0,04|N
• Bergerak lurus beraturan
a. Hasil pengukuran
𝐹1 + 𝐹2 + 𝐹3
𝐹̅ =
3
1,35
𝐹̅ = ( )N
3
𝐹̅ = 0,45 N
𝐹 = 0,45 N
b. Ketidakpastian
δ1 = |0,45 − 0,45 | N = 0N
δ2 = |0,45 − 0,45 | N = 0 N
δ3 = |0,45 − 0,45 | N= 0 N
𝛿𝑚𝑎𝑥 = 0 N
∆𝐹 = 0 N
c. Kesalahan Relatif
𝛥𝐹
𝐾𝑅 = 𝑥 100%
𝐹
0
𝐾𝑅 = 𝑥 100%
0,45
𝐾𝑅 =0
𝐾𝑅 = 0%
d. Hasil pengukuran dilaporkan
𝐹 = |𝐹 ± 𝛥𝐹| 𝑁
𝐹 = |0,45 ± 0|N
3. |1,60 ± 0,05|N
• Tepat akan bergerak
a. Hasil pengukuran
𝐹1 + 𝐹2 + 𝐹3
𝐹̅ =
3
0,70 + 0,80 + 0,80
𝐹̅ =( )
3
2,3
𝐹̅ = ( )N
3
𝐹̅ = 0,76 N
14
𝐹 = 0,76 N
b. Ketidakpastian
δ1 = |0,70 − 0,76 | N = 0, 06 N
δ2 = |0,80 − 0,76 | N = 0,04 N
δ3 = |0,80 − 0,76 | N= 0,04 N
𝛿𝑚𝑎𝑥 = 0,06 N
∆𝐹 = 0,06 N
c. Kesalahan Relatif
𝛥𝐹
𝐾𝑅 = 𝑥 100%
𝐹
0,06
𝐾𝑅 = 𝑥 100%
0,76
= 0,07
= 7% = 2 AB
d. Hasil pengukuran dilaporkan
𝐹 = |𝐹 ± 𝛥𝐹| 𝑁
𝐹 = |0,76 ± 0,06|N
𝛿𝑚𝑎𝑥 = 0,04 N
∆𝐹 = 0,04 N
c. Kesalahan Relatif
𝛥𝐹
𝐾𝑅 = 𝑥 100%
𝐹
0,04
𝐾𝑅 = 𝑥 100%
0,61
𝐾𝑅 =0,06
𝐾𝑅 = 6% = 2 AB
d. Hasil pengukuran dilaporkan
𝐹 = |𝐹 ± 𝛥𝐹| 𝑁
𝐹 = |0,61 ± 0,04|N
4. |2,10 ± 0,05|N
• Tepat akan bergerak
a. Hasil pengukuran
𝐹1 + 𝐹2 + 𝐹3
𝐹̅ =
3
1,10 + 1,05 + 1,00
𝐹̅ = ( )
3
3,15
𝐹̅ = ( )N
3
𝐹̅ = 1,05 N
𝐹 = 1,05 N
b. Ketidakpastian
δ1 = |1,10 − 1,05| N = 0, 05 N
δ2 = |1,05 − 1,05 | N = 0 N
δ3 = |1,00 − 1,05 | N= 0,05 N
𝛿𝑚𝑎𝑥 = 0,05 N
∆𝐹 = 0,05 N
c. Kesalahan Relatif
𝛥𝐹
𝐾𝑅 = 𝑥 100%
𝐹
16
0,05
𝐾𝑅 = 𝑥 100%
1,05
= 0,04
= 4% = 2 AB
d. Hasil pengukuran dilaporkan
𝐹 = |𝐹 ± 𝛥𝐹| 𝑁
𝐹 = |1,05 ± 0,05|N
𝐹 = |𝐹 ± 𝛥𝐹| 𝑁
𝐹 = |0,78 ± 0,03|N
2. Sedang
• Tepat akan bergerak
a. Hasil pengukuran
𝐹1 + 𝐹2 + 𝐹3
𝐹̅ =
3
19
b. Ketidakpastian
δ1 = |0,60 − 0,60 | N = 0N
δ2 = |0,60 − 0,60 | N = 0 N
δ3 = |0,60 − 0,60 | N= 0 N
𝛿𝑚𝑎𝑥 = 0 N
∆𝐹 = 0 N
c. Kesalahan Relatif
𝛥𝐹
𝐾𝑅 = 𝑥 100%
𝐹
0
𝐾𝑅 = 𝑥 100%
0,60
𝐾𝑅 =0
𝐾𝑅 = 0%
d. Hasil pengukuran dilaporkan
𝐹 = |𝐹 ± 𝛥𝐹| 𝑁
𝐹 = |0,60 ± 0|N
3. Kasar
∆𝐹 = 0,04 N
c. Kesalahan Relatif
𝛥𝐹
𝐾𝑅 = 𝑥 100%
𝐹
0,04
𝐾𝑅 = 𝑥 100%
1,16
= 0,03
= 3% = 2 AB
d. Hasil pengukuran dilaporkan
𝐹 = |𝐹 ± 𝛥𝐹| 𝑁
𝐹 = |1,16 ± 0,04|N
𝐾𝑅 =0
𝐾𝑅 = 0%
d. Hasil pengukuran dilaporkan
𝐹 = |𝐹 ± 𝛥𝐹| 𝑁
𝐹 = |0,85 ± 0|N
• N = |0,60 ± 0,05| 𝑁
a. Hasil pengukuran
𝜃1 + 𝜃2 + 𝜃3
𝜃̅ =
3
20,0 + 21,0 + 20,5
𝜃̅ = ( )
3
61,5
𝜃=( )
3
𝜃̅ = 20,5°
𝜃 = 20,5°
b. Ketidakpastian
δ1 = |−𝜃̅|, δ2 = |𝜃2 − 𝜃|, δ3 = |𝜃3 − 𝜃|
δ1 = |20,5 − 20,5| ° = 0 °
δ2 = |21,0 − 20,5| ° = 0,5 °
δ3 = |20,5 − 20,5| °= 0 °
𝛿𝑚𝑎𝑥 = 0,5°
∆𝜃 = 0,5°
c. Kesalahan Relatif
𝛥𝜃
𝐾𝑅 = 𝑥 100%
𝜃
0,5
𝐾𝑅 = 𝑥 100%
20,5
= 0,02
23
= 2% = 2 AB
d. Hasil pengukuran dilaporkan
𝜃 = |𝜃 ± 𝛥𝜃| °
𝜃 = |20,5 ± 0,5|°
• N = |1,10 ± 0,05| 𝑁
a. Hasil pengukuran
𝜃1 + 𝜃2 + 𝜃3
𝜃̅ =
3
19,0 + 18,5 + 19,5
𝜃̅ = ( )
3
57
𝜃=( )
3
𝜃̅ = 19,0°
𝜃 = 19,0°
b. Ketidakpastian
δ1 = |19,0 − 19,0| ° = 0 °
δ2 = |18,5 − 19,0| ° = 0,5 °
δ3 = |19,5 − 19,0| °= 0,5 °
𝛿𝑚𝑎𝑥 = 0,5°
∆𝜃 = 0,5°
c. Kesalahan Relatif
𝛥𝜃
𝐾𝑅 = 𝑥 100%
𝜃
0,5
𝐾𝑅 = 𝑥 100%
19,0
= 0,02
= 2% = 2 AB
d. Hasil pengukuran dilaporkan
𝜃 = |𝜃 ± 𝛥𝜃| °
𝜃 = |19 ± 0,5|°
24
• N = |1,60 ± 0,05| 𝑁
a. Hasil pengukuran
𝜃1 + 𝜃2 + 𝜃3
𝜃̅ =
3
18,0 + 17,5 + 17,5
𝜃̅ = ( )
3
53
𝜃=( )
3
𝜃̅ = 17,6°
𝜃 = 17,6°
b. Ketidakpastian
δ1 = |18,0 − 17,6| ° = 0,4 °
δ2 = |17,5 − 17,6| ° = 0,1 °
δ3 = |17,5 − 17,6| °= 0,1 °
𝛿𝑚𝑎𝑥 = 0,4°
∆𝜃 = 0,4°
c. Kesalahan Relatif
𝛥𝜃
𝐾𝑅 = 𝑥 100%
𝜃
0,4
𝐾𝑅 = 𝑥 100%
17,6
= 0,02
= 2% = 2 AB
d. Hasil pengukuran dilaporkan
𝜃 = |𝜃 ± 𝛥𝜃| °
𝜃 = |17,6 ± 0,4|°
• N = |2,10 ± 0,05| 𝑁
e. Hasil pengukuran
𝜃1 + 𝜃2 + 𝜃3
𝜃̅ =
3
25
Besar gaya tarik sama dengan gaya gesekan pada saat benda tepat
akan bergerak dan bergerak lurus karena hal ini bergantung pada
hukum newton III yang bunyinya: “jika sebuah benda memberikan gaya
pada benda lain, maka benda itu akan mendapat gaya dari benda lain
itu dengan besar gaya yang sama dan arah yang berlawanan dari gaya
pertama”.
26
1.2
y = 0.484x + 0.0166
1 R² = 0.9953
GAYA GESEK STATUK (N)
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
GAYA NORMAL (N)
Grafik 3.1. Hubungan antara gaya normal (N) dan gaya gesek statik (N)
0.9
0.8 y = 0.35x + 0.05
R² = 0.9977
0.7
GAYA GESEK KINETIK (N)
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
GAYA NORMAL (N)
Grafik 3.2. Hubungan antara gaya normal (N) dan gaya gesek kinetik (N)
27
3. Dari grafik 3.1 dan 3.2 jelaskan bagaimana hubungan antara gaya normal dan
gaya gesek!
b. Derajat Kebenaran
𝐷𝐾 = 𝑅 2 × 100%
𝐷𝐾 = 0,995 × 100%
𝐷𝐾 = 99,5 %
c. Kesalahan Relatif
𝐾𝑅 = 100% − 𝐷𝐾
𝐾𝑅 = 100% − 99,5 %
𝐾𝑅 = 100% − 99,5 %
𝐾𝑅 = 0.5 %
d. Ketidakpastian
∆𝜇𝑠
𝐾𝑅 = × 100%
𝜇𝑘
𝐾𝑅
∆𝜇𝑠 = 𝜇𝑠 ×
100%
0,5%
∆𝜇𝑠 = 0,484 ×
100%
∆𝜇𝑠 = 0,0024
28
b. Berdasarkan grafik hubungan antara gaya normal (N) dan gaya gesek
statik (N)
2. Grafik 3.2
a. Koefisien gesek kinetik
y = 0.35x + 0.05
R2 = 0.997
𝑦 𝐹𝑘
𝑚= = = 𝜇𝑘
𝑥 𝑁
𝜇𝑘 = 0.35 N
b. Derajat Kebenaran
𝐷𝐾 = 𝑅 2 × 100%
𝐷𝐾 = 0,997 × 100%
𝐷𝐾 = 99,7%
c. Kesalahan Relatif
𝐾𝑅 = 100% − 𝐷𝐾
𝐾𝑅 = 100% − 99,7 %
𝐾𝑅 = 0.3 %
d. Ketidakpastian
∆𝜇𝑘
𝐾𝑅 = × 100%
𝜇𝑘
𝐾𝑅
∆𝜇𝑘 = 𝜇𝑘 ×
100%
0,3%
∆𝜇𝑘 = 0,35 ×
100%
∆𝜇𝑘 = 0,0010 N
e. Hasil perhitungan dilaporkan
𝜇𝑘 = |𝜇𝑘 ± ∆𝜇𝑘 |
𝜇𝑘 = |0,35 ± 0,0010| 𝑁
29
5. Berapa besar koefisien gesekan statik dan kinetik berdasarkan grafik 3.1 dan
mengapa demikian
7. Hitung besar koefisien gesekan statik dan kinetik untuk setiap permukaan!
Besar Koefisien gesekan statik dan kinetik
A. Koefisien gesekan statik (tepat akan bergerak)
1. Jenis Permukaan Halus (AA240)
𝐹𝑠
𝜇𝑠 = = 𝐹𝑠 . 𝑁 −1
𝑁
𝜇𝑠 = 0,96. 1,6−1
𝜇𝑠 = 0,6
𝐹𝑠
𝜇𝑠 =
𝑁
𝜕𝜇𝑠 𝜕𝜇𝑠
𝑑𝜇𝑠 = | | 𝑑𝐹𝑠 + | | 𝑑𝑁
𝜕𝐹𝑠 𝜕𝑁
𝜕𝜇𝑠 𝑁 −1 𝜕𝜇𝑠 𝑁 −1
𝑑𝜇𝑠 = | | 𝑑𝐹𝑠 + | | 𝑑𝑁
𝜕𝐹𝑠 𝜕𝑁
𝑑𝜇𝑠 = |𝑁 −1 𝑑𝐹𝑠 | + |𝐹𝑠 𝑁 −2 𝑑𝑁|
𝑑𝜇𝑠 𝑁 −1 𝑑𝐹𝑠 𝐹𝑠 𝑁 −1 𝑑𝑁
= | | + | |
𝜇𝑠 𝐹𝑠 𝑁 −1 𝐹𝑠 𝑁 −1
30
𝑑𝜇𝑠 𝑑𝐹𝑠 𝑑𝑁
= | |+ | |
𝜇𝑠 𝐹𝑠 𝑁𝑠
∆𝜇𝑠 ∆𝐹𝑠 ∆𝑁
= | |+ | |
𝜇𝑠 𝐹𝑠 𝑁𝑠
∆𝐹𝑠 ∆𝑁
∆𝜇𝑠 = {| | + | |} 𝜇𝑠
𝐹𝑠 𝑁
0,05 0,05
∆𝜇𝑠 = {| |+ | |} 0,6
0,96 1,6
∆𝜇𝑠 = {0,083}0,6
∆𝜇𝑠 = 0,049
∆𝜇𝑠
KR = × 100%
𝜇𝑠
0,049
KR = × 100%
0,6
KR = 0,081 × 100%
KR = 8,1% = 2 AB
DK = 100% - KR
DK = 100% - 8,1%
DK = 91,9%
𝜇𝑠 = |0,60 ± 0,081|
2. Jenis Permukaan Sedang (AA100)
𝐹𝑠
𝜇𝑠 = = 𝐹𝑠 . 𝑁 −1
𝑁
𝜇𝑠 = 0,80. 1,6−1
𝜇𝑠 = 0,5
𝐹𝑠
𝜇𝑠 =
𝑁
𝜕𝜇𝑠 𝜕𝜇𝑠
𝑑𝜇𝑠 = | | 𝑑𝐹𝑠 + | | 𝑑𝑁
𝜕𝐹𝑠 𝜕𝑁
𝜕𝜇𝑠 𝑁 −1 𝜕𝜇𝑠 𝑁 −1
𝑑𝜇𝑠 = | | 𝑑𝐹𝑠 + | | 𝑑𝑁
𝜕𝐹𝑠 𝜕𝑁
𝑑𝜇𝑠 = |𝑁 −1 𝑑𝐹𝑠 | + |𝐹𝑠 𝑁 −2 𝑑𝑁|
𝑑𝜇𝑠 𝑁 −1 𝑑𝐹𝑠 𝐹𝑠 𝑁 −1 𝑑𝑁
= | | + | |
𝜇𝑠 𝐹𝑠 𝑁 −1 𝐹𝑠 𝑁 −1
𝑑𝜇𝑠 𝑑𝐹𝑠 𝑑𝑁
= | |+ | |
𝜇𝑠 𝐹𝑠 𝑁𝑠
31
∆𝜇𝑠 ∆𝐹𝑠 ∆𝑁
= | |+ | |
𝜇𝑠 𝐹𝑠 𝑁𝑠
∆𝐹𝑠 ∆𝑁
∆𝜇𝑠 = {| | + | |} 𝜇𝑠
𝐹𝑠 𝑁
0,05 0,05
∆𝜇𝑠 = {| |+ | |} 0,5
0,80 1,6
∆𝜇𝑠 = {0,093}0,6
∆𝜇𝑠 = 0,056
∆𝜇𝑠
KR = × 100%
𝜇𝑠
0,056
KR = × 100%
0,5
KR = 0,11 × 100%
KR = 11% = 2 AB
DK = 100% - KR
DK = 100% - 11%
DK = 89%
𝜇𝑠 = |0,50 ± 0,056|
∆𝜇𝑠 ∆𝐹𝑠 ∆𝑁
= | |+ | |
𝜇𝑠 𝐹𝑠 𝑁𝑠
∆𝐹𝑠 ∆𝑁
∆𝜇𝑠 = {| | + | |} 𝜇𝑠
𝐹𝑠 𝑁
0,05 0,05
∆𝜇𝑠 = {| |+ | |} 0,725
1,16 1,6
∆𝜇𝑠 = {0,074}0,725
∆𝜇𝑠 = 0,053
∆𝜇𝑠
KR = × 100%
𝜇𝑠
0,053
KR = × 100%
0,725
KR = 0,07 × 100%
KR = 7% = 2 AB
DK = 100% - KR
DK = 100% - 7%
DK = 93%
𝜇𝑠 = |0,72 ± 0,053|
𝑑𝜇𝑘 𝑁 −1 𝑑𝐹𝑘 𝐹𝑘 𝑁 −1 𝑑𝑁
= | |+ | |
𝜇𝑘 𝐹𝑘 𝑁 −1 𝐹𝑘 𝑁 −1
𝑑𝜇𝑘 𝑑𝐹𝑘 𝑑𝑁
= | |+ | |
𝜇𝑘 𝐹𝑘 𝑁𝑘
∆𝜇𝑘 ∆𝐹𝑘 ∆𝑁
= | |+ | |
𝜇𝑘 𝐹𝑘 𝑁𝑘
∆𝐹𝑘 ∆𝑁
∆𝜇𝑘 = {| | + | |} 𝜇𝑘
𝐹𝑘 𝑁
0,05 0,05
∆𝜇𝑘 = {| |+ | |} 0,212
0,43 1,6
∆𝜇𝑘 = 0,106
∆𝜇𝑘
KR = × 100%
𝜇𝑘
0,106
KR = × 100%
0,43
KR = 0,24 × 100%
KR = 24% = 2 AB
DK = 100% - KR
DK = 100% - 24%
DK = 76%
𝜇𝑘 = |0,43 ± 0,60|
𝑑𝜇𝑘 𝑁 −1 𝑑𝐹𝑘 𝐹𝑘 𝑁 −1 𝑑𝑁
= | | + | |
𝜇𝑘 𝐹𝑘 𝑁 −1 𝐹𝑘 𝑁 −1
𝑑𝜇𝑘 𝑑𝐹𝑘 𝑑𝑁
= | |+ | |
𝜇𝑘 𝐹𝑘 𝑁𝑘
∆𝜇𝑘 ∆𝐹𝑘 ∆𝑁
= | |+ | |
𝜇𝑘 𝐹𝑘 𝑁𝑘
∆𝐹𝑘 ∆𝑁
∆𝜇𝑘 = {| | + | |} 𝜇𝑘
𝐹𝑘 𝑁
0,05 0,05
∆𝜇𝑘 = {| |+ | |} 0,37
0,60 1,6
∆𝜇𝑘 = 0,042
∆𝜇𝑘
KR = × 100%
𝜇𝑘
0,042
KR = × 100%
0,37
KR = 0,112 × 100%
KR = 11,2% = 2 AB
DK = 100% - KR
DK = 100% - 11,2%
DK = 88,8%
𝜇𝑘 = |0,37 ± 0,042|
𝜕𝜇𝑘 𝑁 −1 𝜕𝜇𝑘 𝑁 −1
𝑑𝜇𝑘 = | | 𝑑𝐹𝑘 + | | 𝑑𝑁
𝜕𝐹𝑘 𝜕𝑁
𝑑𝜇𝑘 = |𝑁 −1 𝑑𝐹𝑘 | + |𝐹𝑘 𝑁 −2 𝑑𝑁|
𝑑𝜇𝑘 𝑁 −1 𝑑𝐹𝑘 𝐹𝑘 𝑁 −1 𝑑𝑁
= | | + | |
𝜇𝑘 𝐹𝑘 𝑁 −1 𝐹𝑘 𝑁 −1
𝑑𝜇𝑘 𝑑𝐹𝑘 𝑑𝑁
= | |+ | |
𝜇𝑘 𝐹𝑘 𝑁𝑘
∆𝜇𝑘 ∆𝐹𝑘 ∆𝑁
= | |+ | |
𝜇𝑘 𝐹𝑘 𝑁𝑘
∆𝐹𝑘 ∆𝑁
∆𝜇𝑘 = {| | + | |} 𝜇𝑘
𝐹𝑘 𝑁
0,05 0,05
∆𝜇𝑘 = {| |+ | |} 0,53
0,85 1,6
∆𝜇𝑘 = 0,047
∆𝜇𝑘
KR = × 100%
𝜇𝑘
0,047
KR = × 100%
0,53
KR = 0,088 × 100%
KR = 8,8% = 2 AB
DK = 100% - KR
DK = 100% - 8,8%
DK = 91,2%
𝜇𝑘 = |0,53 ± 0,047|
8. Berdasarkan hasil analisis pada no.7, apakah nilai koefisien gesek kinetik dan
statik untuk setiap jenis permukaan sama atau berbeda? Jelaskan berikan
penjelasan mengapa demikian!
nilai koefisien gesek kinetik dan statik untuk setiap jenis permukaan
berbeda karena setiap permukaannya berbeda. semakin kasar
permukaan benda maka semakin besar gaya gesek pada benda itu
dan semakin halus permukaan benda maka semakin kecil gaya gesek
yang diterima
36
10. Hitung koefisien gesekan statik untuk setiap massa beban yang digunakan!
1. 𝑚𝑏 = |0,60 ± 0,05|
𝜃 = |20,5 ± 0,05|
a. 𝜇𝑠 = tan 𝜃
= tan 20,5
= 0,33625239
𝜋
b. ∆𝜃 = 180°
22
= 7 = 0,017460317
180°
𝜕𝑡𝑎𝑛𝜃
c. 𝑑𝜇𝑠 = | 2𝜃 | 𝑑𝜃
𝑑𝜇𝑠 = |𝑠𝑒𝑐 2 𝜃|𝑑𝜃
𝑑𝜇𝑠 𝑠𝑒𝑐 2 𝜃
= | | 𝑑𝜃
𝜇𝑠 tan 𝜃
𝑑𝜇𝑠 1
= | | 𝑑𝜃
𝜇𝑠 cos 𝜃 sin 𝜃
1
𝑑𝜇𝑠 sin 2𝜃 | 𝑑𝜃
= |
𝜇𝑠 2
𝑑𝜇𝑠 2𝑑𝜃
= | |
𝜇𝑠 sin 2𝜃
2∆𝜃
∆𝜇𝑠 = | |𝜇
sin 2𝜃 𝑠
2(0,017469317
∆𝜇𝑠 = | | 0,333625239
sin 2(2.20,5)
∆𝜇𝑠 = 0,019403751
∆𝜇𝑠
d. KR = 𝜇𝑠
. 100%
0,018767047
= 0,273569043. 100%
= 5,81603226% (2AB)
e. DK = 100% - KR
= 100% - 5,81603226%
= 94, 1839 6774%
f. μs = |𝜇𝑠 ± ∆𝜇𝑠 |
= |0,3362539 ± 0,019403751|
= |3,3 ± 0,1| X10−1
38
No 𝑚𝑏 ∆𝜃 𝜇𝑘 ∆𝜇𝑘 KR (%)
(gram)
1 0,60 0,0174603 0,33362523 0,019403751 5,81603226
gram 17 9 %
2 1,10 0,0174603 0,30764016 0,019112804 6,21271423
gram 17 9 %
3 1,60 0,0174603 0,28372565 0,0188865876 6,649337274
gram 17 9 %
4 2,10 0,0174603 0,27356943 0,018767047 6,86007718
gram 17 %
11. Berdasarkan hasil analisis no.10, apa massa di atas bidang miring berpengaruh
terhadap koefisien gesekan statik, berikan penjelasan berdasarkan teori
kemudian bandingkan dengan hasil yang anda peroleh dari praktikum ini?
Balok dengan gaya berat yang berbeda-beda diletakkan di atas
bidang miring dengan cara diangkat secara perlahan lahan
hingga diperoleh sudut kritis atau sudut kemiringan yang sesuai
Setelah mendapatkan sudut kritis yang sesuai, pertama kita lihat
untuk benda dengan berat 0,60 gram besarnya sudut kritis yang
diperoleh adalah 20,5, untuk benda dengan berat 1,10 gram
diperoleh sudut kritis sebesar 19,0, dan untuk benda dengan
berat 1,60 gram memiliki sudut kritis sebesar 17,6, serta pada
benda dengan berat sebesar 2,10 gram memiliki sudut kritis
sebesar 17,0. Dari data sudut kritis yang telah didapatkan maka
dapat kita tentukan besarnya koefisien gesek statis benda. Dari
analisis data yang diperoleh, ternyata semakin besar sudut kritis
yang dibentuk oleh suatu benda maka makin besar pulalah
koefisien gesek benda itu.
39
J. TUGAS PENDAHULUAN
1. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi gaya gesekan?
2. Buktikan persamaan 3.3 dan 3.4!
3. Sebuah benda C B A
ditarik dengan T
1k
T
2
F
2
gaya F, seperti kg 2
g 1
kg
pada gambar di
samping ini,
(μs=0,6 dan μk=
0,4)!
a. Jika F = 10 N, hitung besar T1, T2 dan gaya gesekan yang
dialami oleh masing-masing benda!
b. Jika F = 12 N, hitung besar T1, T2 dan gaya gesekan yang
dialami oleh masing-masing benda!
c. Jika F = 18 N, hitung besar T1, T2 dan gaya gesekan yang
dialami oleh masing-masing benda!
d. Jika F = 30 N, hitung besar T1, T2 dan gaya gesekan yang
dialami oleh masing-masing benda!
e. Jika F = 40 N, hitung besar T1, T2 dan gaya gesekan yang
dialami oleh masing-masing benda!
K. SUMBER PUSTAKA
1. Halliday, David dan Resnick, Robert. 1999. Fisika Jilid 1 Edisi
Ketiga
(Terjemahan). Jakarta: Erlangga.
2. Tipler, Paul A. 2001. Fisika untuk Sains dan Teknik Edisi Ketiga
Jilid 1
(Terjemahan). Jakarta: Erlangga.