Anda di halaman 1dari 18

A.

Judul
Reaksi Eksoterm dan Reaksi Endoterm
B. Tujuan
1. Memahami pengertian reaksi eksoterm dan reaksi endoterm.
2. Mengamati perbedaan reaksi yang bersifat eksoterm dan endoterm.
C. Dasar Teori
Energi yang menyertai reaksi kimia lebih disukai dinyatakan dalam
bentuk entalpi, sebab banyak reaksi-reaksi kimia yang dilakukan pada
tekanan tetap, bukan pada volume tetap. Suatu besaran yang sangat
berguna dalam reaksi kimia adalah perubahan entalpi molar standar,
dilambangkan dengan ∆𝐻0, yang menyatakan perubahan entalpi jika suatu
mol pereaksi diubah menjadi produk pada keadaan standar (Sunarya, 2010:
136).
Reaksi eksoterm yaitu reaksi yang membebaskan kalor. Pada reaksi
eksoterm, kalor yang mengalir dari sistem ke lingkungan sehingga entalpi
semakin berkurang, artinya entalpi produk (Hp) lebih kecil dari entalpi
reaksi (Hr). Oleh karena itu perubahan entalpinya (∆𝐻) bertanda negatif .
contoh :
N2 (g)+ 3 H2(g)→ 2 NH3(g) ∆𝐻 = −26,78 𝑘𝑘𝑎𝑙
Reaksi eksoterm yang berlangsung menyebabkan kenaikan suhu
serta mengeluarkan panas pada proses reaksinya (Kleinfelter, 1999: 31).
Reaksi endoterm adalah reaksi yang menyerap kalor. Pada reaksi
endoterm system menyerap energi. Oleh karena itu, entalpi sistem akan
bertambah. Artinya entalpi produk (Hp) lebih besar dari entalpi reaksi
(Hr). Akibatnya, perubahan entalpinya (∆𝐻) bertanda positif. Contohnya:
2NH3(g) → N2(g)+ 3H2(g) ∆𝐻 = +26,78 𝑘𝑘𝑎𝑙

Reaksi endoterm yang berlangsung menyebabkan penurunan suhu


serta memerlukan panas dalam proses reaksinya (Kleinfelter, 1999: 32).
Jumlah perubahan kalor sebagai hasil reaksi kimia dapat di ukur
dalam suatu kalorimeter (yang di ukur dalam temperatur). Kalorimeter

1
terdiri dari suatu tabung yang dibuat sedemikian rupa sehingga tidak ada
pertukaran atau perpindahan kalor dengan sekelilingnya, walaupun ada
pertukaran sekecil mungkin sehingga dapat diabaikan. Sebagai kalorimeter
yang sederhana dapat digunakan termos gelas kimia yang dihubungkan
atau bungkus busa plastik, akan tetapi perlu diperhatikan bahwa ada
pertukaran kalor antara kalorimeter dan isinya, sehingga perlu menera
kalorimeter yaitu menentukan kalor yang diserap oleh kalorimeter, seteliti
mungkin sesuai dengan persoalan yang dipelajari. Jumlah kalor yang
diserap kalorimeter untuk kenaikan suhunya sebesar 10 disebut tetapan
kalorimeter (Syukri, 1999: 124).
Salah satu cara untuk menetukan tetapan kalorimeter seperti yang
dalam percobaan ini, yaitu mencampurkan sejumlah air dingin
(massa=ml, suhu=T) dengan sejumlah air panas (massa=ml, suhu=T)
didalam kalorimeter yang akan ditentukan tetapannya beda temperatur air
yang dicampurkan di atas tidak lebih dari 100. Jika kalorimeter tidak
menyerap kalor pada campur ini, kalor yang diberikan air panas harus
sama dengan yang diserap oleh air yang lebih dingin. Tetapi oleh karena
kalorimeter turut menyerap kalor, maka kalor yang diserap oleh
kalorimeter adalah selisih kalor yang diberikan oleh air panas dikurangi
dengan kalor yang diserap oleh air dingin. Harga tetapan kalorimeter
dengan perubahan temperaturnya, tidak langsung dapat diukur. Yang dapat
diukur adalah perubahan temperaturnya (Syukri, 1999: 124).
Pada pokok materi terdapat termokimia yang dalam konsep reaksi
eksoterm dan reaksi endoterm, penulisan konsep tanda perubahan entalpi
pada persamaan termokimia untuk reaksi eksoterm dan reaksi endoterm.
Konsep sifat reaksi pembentukan dan penguraian beserta senyawa konsep
rumus penggunaan penentuan data entalpi pembentukan standar
(Sugiawati, 2013: 22).
Menurut Mulyanti (2015: 92) sistem adalah bagian dari alam
semesta yang menjadi pusat perhatian. Lingkungan adalah bagian dari
alam semesta yang berada di luar sistem. Sebagai contoh, sejumlah larutan

2
NaOH dalam tabung reaksi. Larutan NaOH merupakan sistem, di luar
larutan NaOH, misalnya udara di permukaan larutan dan tabung reaksi
sebagai wadahnya, merupakan lingkungan. Sistem dan lingkungan dapat
terjadi interaksi yaitu berupa perubahan materi dan atau energi. Suatu
sistem yang menjadi pusat perhatian atau pengamatan kita mengandung
energi dalam E, yang terdiri atas energi genetik dan potensial. Untuk
mengetahui kandungan energy dalam suatu system akan luar biasa sulit.
Untungnya karena energy dalam E, merupakan fungsi keadaan yang
besarnya tergantung keadaan sistem, maka kita hanya dapat mengetahui
perubahan energy dalam dari keadaan awal ke keadaan akhir dalam suatu
proses fisika atau reaksi kimia melalui perhitungan atau eksperimen.

∆𝐸 = 𝐸𝑝 − 𝐸𝑖

Keterangan :

∆𝐸 = perubahanenergidalam

𝐸𝑝 = energidalamkeadaanakhir (final)

𝐸𝑖 = energidalamkeadaanawal (infial)

Sistem mengalami perubahan energy dalam (∆𝐸) melalui kalor dan


kerja. Sehingga bentuk persamaan diatas dapat di ganti menjadi,

∆𝐸 = 𝑄 + 𝑊

Jika energi di alam ini dapat berupa energi radiasi, energi kinetik,
energi potensial, energi kimia, energi termal, energi listrik, dan lain
sebagainya. Menurut hukum kekekalan energi yang menyatakan bahwa
total energi di alam ini diasumsikan konstan. Jadi menurut perspektif
makhluk, energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, tetapi energi
hanya mengalami perubahan dari satu jenis energi ke jenis energi yang
lain. Sebagai contoh, air terjun menyimpan energi potensial yang dapat
melakukan kerja menggerakkan terlain sehingga menghasilkan energi
kinetik (Mulyanti, 2015: 123)

3
D. Alat dan Bahan
Tabel 1.1 Alat
No NamaAlat Kategori Gambar Fungsi

Sebagai wadah untuk


1. Gelas kimia I menampung dan
menyimpan larutan.

Sebagai tempat untuk


mereaksikan bahan
Tabung I kimia, untuk
2. melakukan reaksi
rekasi
kimia dalam skala
kecil.

Sebagai tempat tabung


reaksi dikeringkan dan
Rak tabung
3. I tempat penyimpanan
reaksi
tabung reaksi agar
tidak berjamur.

Untuk mengukur atau


Neraca menimbang massa
4. II kecil dalam rentang
analitik
sub miligram.

Gelas ukur Untuk mengukur


5. I volume larutan.
10 ml

Untuk mengukur suhu


ataupun perubahan
6. Termometer I suhu dari setiap
percobaan.

4
Untuk memindahkan
aquades dan HCl dari
7. Pipet tetes 1 gelas kimia ke gelas
ukur

Untuk mengambil
serbuk dan
8. Spatula I memindahkannya ke
tabung reaksi

Sebagai tempat untuk


menyimpan bahan
9. Kaca arloji I yang akan di timbang
dan sebagai penutup
gelas kimia.

Untuk mengaduk atau

Batang mencampur bahan


10. I
pengaduk kimia untuk keperluan
percobaan.

5
Tabel 1.2 Bahan

No Nama Bahan Kategori Sifat Fisik Sifat Kimia


 Massa atom :  HCl akan berasap
36,45 tebal di udara
 Massa jenis : lembab
3,21  Gasnya berwarna
 Titik leleh :- kuning kehijauan
101℃ dan berbau
 Energi ionisasi : merangsang
1250 kj/mol  Dapat larut dalam
Asam Klorida Khusus
1.  Kalor jenis : alkali hidroksida
(HCl)
0,115 kal/gr℃ dan eter

 Berbau tajam  Merupakan


oksidator kuat
 Berafinitas besar
sekali terhadap
unsur–unsur lain
 Racun bagi
pernapasan
 Cukup keras  Logam yang
dan berwarna cukupaktif
putih keperakan  Bereaksilambatden
 Paling ringan gan air
dari semua dingindanlebihcep
Serbuk
2. Magnesium Khusus logam struktural atdengan air panas
(Mg)  Mudah dibentuk  Pembakaran logam
 Titik leleh : ini menghasilkan
651℃ cahaya putih
 Titik didih : menyilaukan pada
1100℃ suhu yang lebih

6
Densitasnya tinggi
adalah 1,738  Bereaksi dengan
kebanyakan asam
dan beberapa alkali
atau basa
 Mudah bergabung
dengan banyak non
logam

 Tidak berbau  Sangat berbahaya


 Berwarna putih jika terjadi kontak
 Berupa Kristal kulit, kontak mata,
padat menelan, inhalasi
 Berat molekul :  Reaktif dengan
56,08g/mol bahan organik,
Kalsium  Ttik didih: 2850 asam, kelembapan
3. Khusus
Oksida (CaO) 0
C  Larut dalam asam
 Titik leleh: juga di dalam
2572 0C gliserol, larutan

 Kalor jenis: gula

3,33  Tidak larut dalam


metanol

 Bentuk bubuk  Mudah larut


kristal padat dalam air dingin,
 Berwarna putih air panas, dan
Amonium  Berbau asetan
4. Klorida Khusus
(NH4Cl)  Berat molekul :
53,49 g/mol
 Titikdidih : 520
0
C

7
 Massa molar:  Sangat basa dan
39,9971 g/mol mudah terionisasi
 Densitas: 2,1 terbentuk
g/cm3 membentuk ion
 Titik lebur: 318 Natrium dan
0 Hidroksida
C
5.
Natrium
 Kelarutan dalam  Bila dibiarkan di
Hidroksida Khusus
(NaOH) air 1119 100 ml udara akan cepat
 Berwarna putih menyerap CO2 dan
lembab
 Membentuk basa
kuat bila
dilarutkan dalam
air

 Berat molekul:  Urea dibuat dari


\
60,06 g/mol hidrolisis parsial
 Titik lebur: 133- cynamide
135 0C  Urea dihasilkan
6. Urea  Panas dari reaksi antara
(CO(NH2)2) Umum pembakaran: - amonia dan karbon
91,02 105 J/kg dioksida
 Urea dapat
bereaksi dengan
formal dehid

 Berat molekul:  Tidak dapat


18,02 g/mol terbakar
7.  Titik didih:  Tidak beracun
Aquades Umum
1000 0C (273 K,  pH 7 (netral)
32 F)  Tidak terjadi
 Densitas 1000 iritasi pada kulit

8
kg/m3 jika terjadi
 berbentuk kontak
cairan tidak  Polimerisa tidak
berwarna terjadi

9
E. Prosedur kerja
Percobaan 1

HCl 1 M

Memasukan 3 ml laruta ke dalam sebuah tabung


reaksi.

Menambahkan 1 spatula serbuk Mg

Mengamati perubahan yang akanterjadi, terutama


perubahan suhu pada tabung reaksi

Suhu awal 32 0C berubah


menjadi 36 0C

Percobaan 2

CaO

Memasukkan 7 ml aquades ke dalam tabung reaksi

Menambahkan 0,5 g CaO

Mengamati perubahan yang akan terjadi, terutama


perubahan suhu pada tabung reaksi

Suhu awal 32 0C
berubah menjadi 30 0C

10
Percobaan 3
NaoH

Memasukkan 7 ml aquades ke dalam tabung reaksi

Menambahkan 0,5 g NaOH

Mengamati perubahan yang akan terjadi, terutama


perubahan suhu pada tabung reaksi

Suhu awal 32 0C
berubah menjadi 34 0C

Percobaan 4
CO(NH2)2

Memasukan 7 ml aquades ke dalam tabung reaksi

Menambahkan 1 spatula CO(NH2)2

Mengamati perubahan yang akan terjadi, terutama


perubahan suhu pada tabung reaksi

Suhu awal 32 0C
berubah menjadi 34 0C

11
Percobaan 5

NH4Cl

Memasukan 7 ml aquadest kedalam tabung reaksi

Menambahkan 1 spatula NH4Cl

Mengamati perubahan yang akan terjadi, terutama


perubahan suhu pada tabung reaksi
.

Suhu awal 32 0C
berubah menjadi 30 0C

12
F. Hasil Pengamatan
No. Persamaan Reaksi Suhu 0C Jenis Reaksi
Perc Awal Akhir
1 Mg(s) + 2HCl(aq) → MgCl(aq) + H2(g) 32 0C 36 0C Reaksi Eksoterm

2 CaO(s) + H2O(l) → Ca(OH)2(aq) + 32 0C 30 0C Reaksi Endoterm


panas
3 NaOH(s) + H2O(l) → Na+ + Cl- 32 0C 34 0C Reaksi Eksoterm

4 CO(NH2)2(s) + H2O → CO2(g) + 32 0C 34 0C Reaksi Eksoterm


2NH3

5 NH4Cl(s) + H2O(l) → Nh4+ + Cl- 32 0C 30 0C Reaksi Endoterm

13
G. Pembahasan
Ilmu yang mempelajari tentang perubahan energi disebut
termokimia. Ilmu ini didasarkan dengan adanya perpindahan energi dari
lingkungan ke sistem ataupun dari sistem ke lingkungan. Reaksi
termokimia terbagi menjadi dua yaitu reaksi eksoterm dan reaksi
endoterm. Reaksi eksoterm adalah reaksi yang melepaskan kalor, ditandai
dengan adanya perpindahan kalor dari sistem ke lingkungan. Adapun
reaksi endoterm yaitu reaksi yang menyerap kalor, ditandai dengan adanya
perpindahan kalor dari lingkungan ke sistem.
Pada percobaan yang telah dilakukan dapat ditentukan perubahan
suhu dari dari beberapa reaksi yang terjadi, yaitu:

1. Penentuan suhu HCl dan Mg


Pada percobaan pertama yaitu campuran antara larutan HCl 1 M
dengan serbuk Magnesium (Mg), yang menghasilkan perubahan suhu
dari suhu awal 32 0C naik menjadi 36 0C. Kenaikan suhu ini
menandakan bahwa reaksi ini mengalami reaksi eksoterm. Pada
percobaan ini didapatkan persamaan reaksi sebagai berikut:
Mg(s) + 2HCl(aq) → MgCl(aq) + H2(g)
Dalam reaksi ini setelah larutan HCl dicampurkan dengan
serbuk Magnesium (Mg) terjadi perubahan warna yaitu menjadi warna
putih. Pada percobaan yang terjadi dapat dilihat bahwa terjadi
penyerapan kalor dari sistem ke lingkungan yang ditandai dengan
kenaikan suhu.
2. Penentuan suhu aquades dan CaO
Pada percobaan kedua yaitu campuran antara aquades dengan
larutan CaO dapat menghasilkan perubahan suhu dari suhu awal 32 0C
turun menjadi 30 0C. Dari percobaan dapat dilihat bahwa reaksi
tersebut mengalami reaksi endoterm yaitu terjadi penurunan suhu
lingkungan. Pada campuran antara aquades dengan larutan CaO
seharusnya mengalami reaksi eksoterm, yaitu lingkungan mengalami
kenaikan suhu. Akan tetapi, saat larutan CaO dimasukkan ke dalam

14
aquades, pengukuran suhu yang dilakukan terlambat. Sehingga saat
termometer berada di dalam tabung reaksi (lingkungan) suhu yang
dihasilkan sudah mengalami penurunan. Sehingga reaksi yang
didapatkan yaitu reaksi endoterm yang menyebabkan suhu yang
dihasilkan tidak sesuai dengan suhu yang sebenarnya.
Pada percobaan ini didapatkan persamaan reaksi:
CaO(s) + H2O(l) → Ca(OH)2(aq)
Campuran antara aquades dengan larutan CaO dapat
menimbulkan endapan di bawah permukaan tabung reaksi, dan juga
ditemukan bahwa larutan CaO tidak mudah larut dalam aquades dan
terjadi pula perubahan warna menjadi warna putih.
3. Penentuan suhu aquades dan NaOH
Pada percobaan ketiga yaitu campuran antara aquades dengan
larutan NaOH dapat menghasilkan perubahan suhu dari suhu awal 32
0
C naik menjadi 34 0C. Sehingga reaksi ini dikatakan mengalami
reaksi eksoterm karena lingkungan mengalami kenaikan suhu.
Dengan persamaan reaksi, yaitu:
NaOH(s) + H2O(l) → Na+ + Cl-
Dalam campuran antara aquades dengan larutan NaOH
ditemukan bahwa larutan NaOH tidak mudah larut dalam aquades,
dan juga tidak berbau.
4. Penentuan suhu aquades dengan CO(NH2)2
Pada percobaan selanjutnya yaitu campuran antara aquades
dengan larutan CO(NH2)2 dapat menghasilkan perubahan suhu dari
suhu awal 32 0C naik menjadi 34 0C, hal ini bisa dikatakan bahwa
campurann aquades dengan urea mengalami kenaikan suhu yang
merupakan ciri dari reaksi eksoterm. Pada percobaan ini seharusnya
lingkungan mengalami reaksi endoterm yaitu penurunan suhu pada
lingkungan. Akan tetapi, karena terjadi kesalahan dalam proses
pencampuran larutan sehingga didapatkan kenaikan suhu lingkungan
dan tergolong ke dalam reaksi eksoterm.

15
Pada percobaan ini didapatkan persamaan reaksi yaitu:
CO(NH2)2(s) + H2O → CO2(g) + 2NH3
Campuran antara aquads dengan larutan CO(NH2)2 ditemukan
bahwa larutan CO(NH2)2 mudah larut dalam aquades.
5. Penentuan suhu aquades dan NH4Cl
Pada percobaan terakhir yaitu campuran antara aquades dengan
larutan NH4Cl menghasilkan perubahan suhu dari suhu awal 32 0C
turun menjadi 30 0C. Sehinggga reaksi ini dapat dikatakan mengalami
reaksi endoterm. Dengan persamaan reaksi yaitu:
NH4Cl(s) + H2O(l) → Nh4+ + Cl-
Dalam campuran aquades dengan larutan NH4Cl, ditemukan
bahwa larutan NH4Cl mudah larut dalam aquades, dan tidak trjadi
perubahan warna.

16
H. Kesimpulan

17
DAFTAR PUSTAKA
Kleinfelter, Wood. 1999. Kimia Untuk Universitas Jilid 1 Edisi 6. Jakarta :
Erlangga.

Mulyanti, Sri. 2015. Kimia Dasar Jilid 1. Bandung: Alfabeta.

Sugiawati, Vinsenia Ade. 2013. Penggunaan Strategi Konflik Kognitif Dalam


Pembelajaran TPS Untuk Mereduksi Miskonsepsi Siswa Pada Materi
Termokimia. Jurnal Nalar Pendidikan 1 (1). http://www.researchgate.net.
(diakses pada 21 Oktober 2018)

Sunarya, Yayan. 2010. Kimia Dasar 1. Bandung: Yrama Widya

S. Syukri. 1999. Kimia Dasar 1. Bandung: ITB

18

Anda mungkin juga menyukai