Anda di halaman 1dari 20

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai mahasiswa Teknik Mesin dan calon seorang Engineer, tidak bisa
dipungkiri bahwa kita tidak bisa terlepas dari ilmu fisika. Pengukuran
adalah salah satu aspek penting dalam ilmu fisika. Mengukur adalah
membandingkan suatu besaran lain yang sudah diketahui nilainya sebagai
standar ukuran. Untuk melakukan pengukuran tersebut dibutuhkan alat ukur
untuk menentukan besaran dari benda yang akan diukur.

Akan lebih baik untuk kita mengetahui apa arti dari pengukuran tersebut.
Mengukur adalah membandingkan suatu besaran dengan besaran lain yang
telah diketahui besarannya,. Misalnya mengukur diameter sebuah
kelereng/gundu diperlukan jangka sorong sebagai alat ukur karena jangka
sorong pada dasarnya digunakan untuk mengukur diameter suatu benda.

Pengukuran juga memerlukan ketelitian yang tinggi, karena jika sedikit saja
kurang teliti dapat mengakibatkan kesalahan pada pengukuran . Kesalahan
pengukuran juga bisa disebabkan oleh sudut pandang si pengukur. Sudut
pandang yang ideal untuk mengukur adalah dari sudut atas atau sejajar
dengan alat ukur itu sendiri. Oleh karena itu sangat penting untuk dapat
mengetahui alat-alat ukur dan cara penggunaannya. Dalam kegiatan tersebut
artinya kamu membandingkan panjang meja dengan panjang pensil.
Panjang pensil yang kamu gunakan adalah sebagai satuan. Pentingnya
besaran dalam pengukuran, maka dilakukan praktikum ini yang dapat
membantu untuk memahami materi dasar-dasar pengukuran.
2

B. Tujuan Praktikum

Dalam Praktikum ini saya bertujuan sebagai berikut:

1. Mengetahui alat-alat yang digunakan untuk pengukuran.


2. Mengetahui cara-cara menggunakan alat-alat untuk pengukuran.
3. Mengukur besaran panjang dengan berbagai alat ukur panjang.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengukuran

Pengukuran adalah sebuah usaha pembandingan nilai besaran yang diukur


dengan alat ukur yang ditentukan dengan satuan. Misalnya: Mengukur
ketebalan logam, panjang kertas, tinggi bangunan. (Anashir,2013)
Adapun macam-macam pengukuran adalah sebagai berikut.
1. Pengukuran Panjang
Dalam pengukuran panjang, kita dapat menggunakan alat sederhana seperti
pensil atau bagian dari tubuh kita seperti tangan. Selain itu juga dapat
menggunakan alat yang umumnya digunakan untuk mengukur contohnya :
mistar, meteran, jangka sorong, micrometer sekrup dll (Anonim, 2014).

Gambar 2.1 mistar ukur

Fisika pada dasarnya selalu berhubungan denga pengukuran, baik


pengukuran secara langsung seperti mengukur waktu, panjang, massa,dan
lain – lain, ataupun secara tidak langsung mengukur energi, gaya, kecepatan
dan lain – lain. Dalam fisika pengukuran saja tidak cukup
4

B. Mengukur Besaran Panjang

Dalam setiap pengukuran baik panjang, massa sebuah benda dan sebagainya
diperlukaan alat ukur. Untuk mengukur panjang benda kita mengenal alat ukur
panjang, seperti mistar, jangka sorong, dan mikrometer sekrup. Alat pengukur
massa yaitu neraca Alat ukur yang paling umum adalah mistar, dimana mistar
mempunyai skala terkecil 1 mm dengan batas ketelitian 0,5 mm atau setengah
dari nilai skala terkecilnya. Penggunaan alat ukur panjang sendiri harus
disesuaikan dengan benda yang akan diukur.
1. Jangka Sorong
Jangka sorong adalah alat yang digunakan untuk mengukur diameter,
dimensi luar suatu benda, dan diameter dalam suatu benda. Jangka sorong
memiliki 2 bagian, yaitu rahang tetap yang fungsinya sebagai tempat skala
tetap yang tidak dapat digerakkan letaknya, dan rahang sorong yang
fungsinya sebagai tempat skala nonius dan dapat digeser-geser letaknya
untuk menyesuaikan dan mengukur benda. Jangka sorong ini dapat
mengukur dengan ketelitian hingga 0,1 mm.
Selain jangka sorong ada alat yang lebih teliti dari jangka sorong yaitu
micrometer sekrup.
2. Mikrometer sekrup
Mikrometer sekrup adalah alat yang digunakan untuk mengukur ketebalan
benda yang tipis, panjang benda yang kecil, dan dimensi luar benda yang
kecil. Mikrometer skrup memiliki 3 bagian, yaitu selubung utama yang
fungsinya sebagai tempat skala utama yang akan menunjukkan berapa hasil
pengukuran dan bagian ini sifatnya tetap dan tidak dapat digeser.

Pengukuran massa banyak di lakukan dengan menggunakan neraca atau


timbangan yang bekerja atas dasar prinsi tuas. Jenis neraca yang umum
digunakan di laboratorium antara lain neraca ohauss, neraca emas, dan
sebagainya. Jenis neraca lain adalah neraca lengan dengan beban geser.
Neraca Ohauss Neraca ini berguna untuk mengukur massa benda atau
logam dalam praktek laboratorium. Kapasitas beban yang ditimbang dengan
menggunakan neraca ini adalah 311 gram.Batas ketelitian neraca Ohauss
5

yaitu 0,1 gram. Adapun teknik pengkalibrasian pada neraca ohauss adalah
dengan memutar tombol kalibrasi pada ujung neraca ohauss sehingga titik
kesetimbangan lengan atau ujung lengan tepat pada garis kesetimbangan ,
namun sebelumnya pastikan semua anting pemberatnya terletak tepat pada
angka nol di masing-masing lengan (Hamid, 2009).

Neraca ohauss berlengan 3:


a. Lengan depan memiliki skala 0—10 g, dengan tiap skala bernilai 1g.
b. Lengan tengah berskala mulai 0—500 g, tiap skala sebesar 100 g.
c. Lengan belakang dengan skala nilai 10 sampai 100 g, tiap skala 10 g.
3. Pengukuran Volume
Pengukuran volume adalah sebuah usaha pembandingan nilai besaran
volume yang diukur dengan alat ukur yang ditentukan dengan satuan
volume (Mulyadi, 2012).
Pengukuran volume menggunakan alat-alat sebagai berikut:
a. Gelas Ukur
Gelas ukur adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengukur volume
sebuah benda secara langsung. Gelas ukur dapat digunakan untuk
mengukur volume benda yang bentuknya teratur dan tidak teratur.
Langkah-langkah mengukur volume dalam gelas ukur adalah sebagai
berikut :
1) Memasukkan sejumlah air ke dalam gelas ukur, kemudian mencatat
volume awal air (V1)

Gambar 2.7 Keadaan volume awal pada gelas ukur


2) Memasukan benda yang ingin dihitung besar volumenya kedalam
gelas ukur. Kemudian mencatat volume setelah benda tersebut
dimasukan (V2)
6

Gambar 2.8 Keadaan volume setelah dimasukkan benda


3) Menghitung volume benda tersebut dengan cara mengurangkan
volume akhir dengan volume awal (V2-V1)
b. Gelas Pancuran
Mengukur volume suatu benda dengan menggunakan gelas
pancuran haruslah menggunakan gelas ukur juga sebagai alat bantu
ukurnya (Mulyadi, 2012).
Langkah-langkah mengukur dengan gelas pancuran (Hidayanti,
2014) :
1) Masukan sejumlah air kedalam gelas pancuran sampai air
mendekati tepi lubang pancurannya.
2) Letakkan gelas ukur tepat di bagian bawah pancurannya. Kemudian
masukkan benda yang akan diukur volumenya.
3) Air yang ada dalam gelas pancuran akan secara otomatis tumpah ke
gelas ukur yang ada didepan lubang pancuran. Hitunglah volume
air tumpah didalam gelas ukur.

Gambar 2.9 Mengukur volume dengan gelas pancuran


7

C. Alat Ukur

Dalam setiap proses pengukuran meliputi pengukuran panjang, pengukuran


massa, mengukur benda dan mengukur volume kita memerlukan alat ukur, agar
memudahkan kita untuk melakukan proses pengukuran tersebut, Berikut ini
adalah alat - alat ukur yang biasa digunakan dalam proses praktikum. Alat ukur
tersebut seperti penggaris, jangka surong, micrometer, dan lain-lain (Anonim,
2014).

1. Pengukuran Panjang
Untuk melakukan pengukuran panjang benda kita biasa mengenal dan
menggunakan beberapa alat ukur panjang, seperti mistar milimeter, jangka
sorong, dan mikrometer sekrup. Alat ukur yang biasa digunakan dalam
kehidupan sehari - hari adalah mistar, karena mistar millimeter
mempunyai skala terkecil 1 mm dengan batas ketelitian 0,5 mm. Dalam
menggunakan alat ukur panjang kita harus melakukan penyesuaian
dengan benda yang akan kita ukur.
2. Pengukuran Massa
Dalam pengukuran massa kita mengenal beberapa alat pengukur massa
seperti neraca dan timbangan. Alat yang biasa digunakan dalam praktikum
massa adalah Neraca Ohauss, sedangkan dalam kehidupan sehari-hari alat
yang biasa digunakan adalah timbangan, hal ini dikarenakan timbangan
adalah alat ukur yg praktis dan dapat digunakan dalam kegiatan sehari –
hari, contoh : jual beli di pasar, menimbang berat bandan. Penggunaan
berbagai alat ukur massa harus disesuaikan dengan benda yang akan di
ukur.
III. METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum pengukuran adalah

1. Mistar centimeter dan milimeter

Gambar 3.1 Mistar centimeter


2. Jangka sorong

Gambar 3.2 Jangka sorong


9

3. Kertas

Gambar 3.4 Kertas


4. Neraca pegas

Gambar 3.5 Neraca


5. Kawat tembaga

Gambar 3.7 Kawat tembaga


6. Gelas ukur

Gambar 3.8 Gelas ukur


10

7. Kelereng

Gambar 3.9 Kelereng


8. Batu kerikil

Gambar 3.10 Batu kerikil

B. Prosedur Praktikum

1. Mengukur Panjang
a. Mengukur panjang batang (papan) kayu
1). Mengukur panjang batang kayu dengan mistar centimeter
2). Melakukan pengukuran.
3). Mengulangi dengan 5 kali pengukuran
4). Menuliskan data yang didapat kedalam tabel pengamatan
5). Menggantilah mistar centimeter dengan mistar millimeter lalu ulangi
langkah a sampai d.
b. Mengukur Diameter Manik-manik
1). Mengukur diameter manik-manik dengan micrometer sekrup
2). Melakukan pengukuran dengan orang yang berbeda
3). Melakukan 5 kali pengukuran
4). Menuliskan data yang didapat pada tabel data
5). Mengulangi langkah a sampai d dengan menggunakan Jangka
11

sorong.
c. Mengukur Tebal Kertas
1). Mengukur tebal kertas dengan micrometer sekrup
2). Melakukan pengukuran dengan orang yang berbeda
3). Melakukan 5 kali pengukuran
4). Menuliskan data yang didapat pada tabel data
5). Mengulangi langkah a sampai d dengan menggunakan Jangka sorong

2. Mengukur Massa
a. Mengukur massa dengan neraca pegas
1). Menimbang massa benda/koin dengan cara mengaitkan pada
neraca pegas.
2) Melihat nilai yang tertera pada neraca pegas, lalu tulis pada
tabel pengamatan
3) Mengulangi sampai 5 kali pengulangan dengan orang yang berbeda
4). Ulangi langkah a sampai c dengan kawat tembaga dan kertas.

b. Mengukur massa dengan neraca lengan


1). Menimbang massa benda/ koin dengan cara meletakan pada
neraca pegas.
2). Melihat nilai yang tertera pada neraca pegas, lalu tulis pada table
pengamatan.
3). Mengulangi sampai 5 kali pengulangan dengan orang yang berbeda.
4). Mengulangi langkah a sampai c dengan kawat tembaga dan kertas.
3. Mengukur Volume
a. Mengukur volume kelereng secara matematis.
1) Mengukur diameter kelereng dengan menggunakan jangka
sorong, lakukan oleh orang yang berbeda dan dilakukan 5 kali
pengulangan.
2) Menghitung Volume kelereng dengan menggunakan rumus
volume benda.
3) Menulis data yang didapat pada tabel data pengamatan.
12

b. Mengukur volume kelereng menggunakan gelas ukur


1) Menuangkan air kedalam gelas ukur kira-kira 50 ml
2) Memasukan kelereng kedalam gelas ukur, kemudian catat
volume air sekarang. Hitunglah selisih volume air, yaitu
volume sebelum dan sesudah kelereng dicelupkan. Selisih
volume air tersebut adalah volume kelereng
3) Mencatat pada tabel data pengamatan, ulangi sampai 5 kali
pengulangan.

c. Mengukur volume kerikil menggunakan gelas ukur


1) Menuangkan air kedalam gelas ukur kira-kira 50 ml
2) Memasukan kerikil kedalam gelas ukur, kemudian catat volume
air sekarang.
3) Mencatat pada tabel data pengamatan, ulangi sampai 5 kali .
13

IV. DATA DAN PEMBAHASAN

A. Data

Berikut adalah data yang kami dapatkan dari kegiatan praktikum :


1. Hasil pengukuran panjang kotak kayu menggunakan mistar centimeter.
Tabel 1. Tabel hasil pengukuran panjang kotak dengan mistar
Dengan mistar Dengan mistar
Pengukuran ke
centimeter (L+∆L) cm milimeter (L+∆L) mm
1 26.1 cm 100
2 26 cm 99
3 26.1 cm 99
4 26.2 cm 99
5 26 cm 100
Rata-rata 26.08 cm 99.4
Ketidakpastian 0.6
0.064 cm
pengukuran
Error 0.245 % 0.006%

2. Hasil pengukuran tebal kertas menggunakan jangka sorong.


Tabel 2. Tabel hasil pengukuran kertas dengan mistar dan jangka sorong
Dengan mistar Dengan mistar
Pengukuran ke
centimeter (T+∆T) cm milimeter (T+∆T) mm
1 0.01 0.055
2 0.012 0.025
3 0.02 0.019
4 0.015 0.021
5 0.017 0.01
Rata-rata 0.0148 0.0196
Ketidakpastian
0.003 0.0027
pengukuran
Error 0.2% 0.13%
3. Hasil pengukuran massa benda menggunakan neraca pegas.
Tabel 3. Tabel hasil pengukuran massa benda dengan neraca pegas.
Kawat
Anak Timbangan Kertas
Pengukuran ke Tembaga
(m+∆m) gr (m+∆m) gr
(m+∆m) gr
1 50 29 4
2 49 30 4.5
3 49 29 4
4 50 29 4.5
5 50 30 4
Rata-rata 49.6 29.4 4.4
Ketidakpastian
0.48 0.48 0.32
pengukuran
Error 0.49% 0.016% 0.072%

4. Hasil pengukuran volume kelereng secara matematis.


Tabel 4. Hasil pengukuran diameter kelereng dengan jangka sorong.
Volume (πD2)
Pengukuran ke Diameter (D+∆D) mm
(V+∆V) mm
1 1.53 1.875
2 1.52 1.837
3 1.51 1.8
4 1.53 1.875
5 1.51 1.8
Rata-rata 1.52 1.8446
Ketidakpastian
0.008 0.19
pengukuran
Error 0.005% 0.1%

5. Hasil pengukuran volume kelereng menggunakan gelas ukur.


Tabel 5. Hasil pengukuran volume kelereng dengan gelas ukur.
Vol Air Vol Air Volume ∆ V
Semula Sesudah (Vol Air Sesudah - Vol
Pengukuran ke
(V+∆V) (V+∆V) Air Semula (V+∆V) ml
ml ml
1 50 52 5
2 50 52 5
3 50 52 5
4 50 52 5
5 50 52 5
Rata-rata 50 52 5
Ketidakpastian
0 0 0
pengukuran
Error 0% 0% 0%
15

6. Hasil pengukuran volume kerikil menggunakan gelas ukur.


Tabel 6. Hasil pengukuran kerikil kelereng dengan gelas ukur.
Volume ∆ V
(Vol Air
Vol Air
Vol Air Semula Sesudah -
Pengukuran ke Sesudah
(V+∆V) ml Vol Air
(V+∆V) ml
Semula
(V+∆V) ml
1 40 45 5
2 50 55 5
3 60 65 5
4 70 75 5
5 80 85 5
Rata-rata 60 65 5
Ketidakpastian
12 12 0
pengukuran
Error 0.2% 0.18% 0%

A. Pembahasan

Pada tabel pertama yaitu pengukuran panjang kotak kayu menggunakan mistar
centimeter dan milimeter dilakukan sebanyak lima kali, pada pengukuran
menggunakan mistar centimeter didapatkan hasil sebesar 26.1 cm, 26 cm, 26.1
cm, 26.2 cm, dan 26 cm. Dari kelima pengukuran tersebut didapatkan hasil
rata-rata sebesar 26.08 cm, ketidak pastian pengukuran sebesar 0.064 cm, dan
error pengukuran sebesar 0.245%. Pada pengukuran berikutnya yaitu
pengukuran panjang kotak kayu menggunakan mistar milimeter dilakukan
sebanyak lima kali, pada pengukuran menggunakan mistar milimeter
didapatkan hasil sebesar 100 mm, 99 mm, 99 mm, 99 mm, dan 100 mm. Dari
kelima pengukuran tersebut didapatkan hasil rata-rata sebesar 99.4 mm,
ketidak pastian pengukuran sebesar 0.6 mm, dan error pengukuran sebesar
0.006%.
16

Pada tabel kedua yaitu pengukuran tebal kertas menggunakan jangka sorong
dilakukan sebanyak lima kali, pada pengukuran menggunakan mistar
centimeter didapatkan hasil sebesar 0.01 cm, 0.012 cm, 0.02 cm, 0.015 cm, dan
0.017 cm. Dari kelima pengukuran tersebut didapatkan hasil rata-rata sebesar
0.0148 cm, ketidak pastian pengukuran sebesar 0.003 cm, dan error
pengukuran sebesar 0.2%. Pada pengukuran berikutnya yaitu menggunakan
mistar milimeter dilakukan sebanyak lima kali, pada pengukuran
menggunakan mistar milimeter didapatkan hasil sebesar 0.055 mm, 0.025 mm,
0.019 mm, 0.021 mm, dan 0.01 mm. Dari kelima pengukuran tersebut
didapatkan hasil rata-rata sebesar 0.0196 mm, ketidak pastian pengukuran
sebesar 0.0027 mm, dan error pengukuran sebesar 0.13%.

Pada tabel ketiga yaitu pengukuran massa benda menggunakan neraca pegas
dilakukan sebanyak lima kali, pada pengukuran massa benda anak timbangan
didapatkan hasil sebesar 50 gr, 49 gr, 49 gr, 50 gr, dan 50 gr. Dari kelima
pengukuran tersebut didapatkan hasil rata-rata sebesar 49.6 gr, ketidak pastian
pengukuran sebesar 0.48 , dan error pengukuran sebesar 0.49%. Pada
pengukuran berikutnya yaitu pengukuran massa benda kawat tembaga
menggunakan neraca pegas dilakukan sebanyak lima kali, pada pengukuran
massa benda kawat tembaga didapatkan hasil sebesar 29 gr, 30 gr, 29 gr, 29 gr,
dan 30 gr. Dari kelima pengukuran tersebut didapatkan hasil rata-rata sebesar
29.4 gr, ketidak pastian pengukuran sebesar 0.48 , dan error pengukuran
sebesar 0.016%. Pada pengukuran selanjutnya yaitu pengukuran massa benda
kertas dilakukan sebanyak lima kali, pada pengukuran massa benda kertas
didapatkan hasil sebesar 4 gr, 4.5 gr, 44 gr, 4.5 gr, dan 4 gr. Dari kelima
pengukuran tersebut didapatkan hasil rata-rata sebesar 4.4 gr, ketidak pastian
pengukuran sebesar 0.32 , dan error pengukuran sebesar 0.072%.

Pada tabel keempat yaitu pengukuran volume kelereng secara matematis


dilakukan sebanyak lima kali, pengukuran pertama yaitu pengukuran diameter
didapatkan hasil sebesar 1.53 mm, 1.52 mm, 1.51 mm, 1.53, dan 1.51 mm.
17

Dari kelima pengukuran tersebut didapatkan hasil rata-rata sebesar 1.52 mm,
ketidak pastian pengukuran sebesar 0.008 , dan error pengukuran sebesar
0.005%. Pada pengukuran kedua yaitu pengukuran volume didapatkan hasil
sebesar 1.875 mm, 1.837 mm, 1.8 mm, 1.875, dan 1.8 mm. Dari kelima
pengukuran tersebut didapatkan hasil rata-rata sebesar 1.8446 mm, ketidak
pastian pengukuran sebesar 0.19, dan error pengukuran sebesar 0.1%.

Pada tabel kelima yaitu pengukuran volume kelereng menggunakan gelas ukur
dilakukan sebanyak lima kali, pengukuran pertama yaitu pengukuran volume
air semula didapatkan hasil sebesar 50 ml, 50 ml, 50 ml, 50 ml, dan 50 ml.
Dari kelima pengukuran tersebut didapatkan hasil rata-rata sebesar 50 ml,
ketidak pastian pengukuran sebesar 0, dan error pengukuran sebesar 0%. Pada
pengukuran kedua yaitu pengukuran volume air sesudah didapatkan hasil
sebesar 52 ml, 52 ml, 52 ml, 52 ml, dan 52 ml. Dari kelima pengukuran
tersebut didapatkan hasil rata-rata sebesar 52 ml, ketidak pastian pengukuran
sebesar 0, dan error pengukuran sebesar 0%. Pada pengukuran ketiga yaitu
pengukuran volume air sesudah dikurang volume air semula didapatkan hasil
sebesar 5 ml, 5 ml, 5 ml, 5 ml, dan 5 ml. Dari kelima pengukuran tersebut
didapatkan hasil rata-rata sebesar 52 ml, ketidak pastian pengukuran sebesar 0,
dan error pengukuran sebesar 0%.

Pada tabel keenam yaitu pengukuran volume kerikil menggunakan gelas ukur
dilakukan sebanyak lima kali, pengukuran pertama yaitu pengukuran volume
air semula didapatkan hasil sebesar 40 ml, 50 ml, 60 ml, 70 ml, dan 80 ml.
Dari kelima pengukuran tersebut didapatkan hasil rata-rata sebesar 60 ml,
ketidak pastian pengukuran sebesar 12, dan error pengukuran sebesar 0.2%.
Pada pengukuran kedua yaitu pengukuran volume air sesudah didapatkan hasil
sebesar 45 ml, 55 ml, 65 ml, 75 ml, dan 85 ml. Dari kelima pengukuran
tersebut didapatkan hasil rata-rata sebesar 65 ml, ketidak pastian pengukuran
sebesar 12, dan error pengukuran sebesar 0.18%. Pada pengukuran ketiga yaitu
pengukuran volume air sesudah dikurang volume air semula didapatkan hasil
18

sebesar 5 ml, 5 ml, 5 ml, 5 ml, dan 5 ml. Dari kelima pengukuran tersebut
didapatkan hasil rata-rata sebesar 52 ml, ketidak pastian pengukuran sebesar 0,
dan error pengukuran sebesar 0%.
V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang didapatkan dari hasil praktikum yang telah dilakukan adalah
sebagai berikut :
1. Hasil pengukuran yang didapatkan setiap orang berbeda.
2. Masing – masing alat ukur memiliki ketelitian yang berbeda.
3. Posisi mata menentukan nilai hasil dari pengukuran.
4. Alat ukur yang akan digunakan harus menyesuaikan dengan ukuran dan
objek yang ada.
5. Semakin kecil skala yang digunakan pada alat ukur akan semakin teliti alat
ukur tersebut.

B. Saran

1. Pengukuran harus dilakukan dengan hati – hati guna untuk meminimalisir


kesalahan yang akan terjadi.
2. Alat ukur yang memiliki ketelitian tinggi digunakan pada objek berukuran
kecil agar hasil yang didapatkan lebih akurat.
3. Pembagian tugas pada kelompok akan membuat proses praktikum menjadi
lebih efektif.
4. Datanglah 15 menit sebelum praktikum dan bacalah modulnya agar kita
mengerti tentang gambaran pada saat praktikum.
5. Pada saat mengukur diameter kelereng lakukan dengan tenang dan
gunakan diagonal yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA

Anashir. 2013. “Alat Ukur Massa Panjang dan Waktu”. Dapat diakses pada
http://www.zonasiswa.com/2013/08/alat-ukur-massa-panjang waktu.html.
Diakses pada tanggal 29 Maret 2016. Pukul 22.10 WIB.

Anonim, 2014. “Pengertian pengukuran”. Dapat diakses pada


http://mengerjakantugas.blogspot.co.id/2014/01/pengukuran-adalah-
membandingkan-suatu.html. Diakses pada 3 Juni 2017. Pukul 5.30 WIB.

Hamid. 2009. “Laporan Praktikum Fisika Dasar 1: Pengukuran”. Dapat diakses


pada http://asiiahw.blogspot.co.id/2009/11/laporan-praktikum-fisika-dasar-
1.html. Diakses pada tanggal 3 Juni 2017. Pukul 21.30 WIB.

Mulyadi. 2012. “Pengukuran Menggunakan Jangka Sorong”. Dapat diakses pada


http://anasmulyadi.blogspot.co.id/2012/11/pengukuran-menggunakan-
jangka-sorong.html. Diakses pada tanggal 3 Juni 2017. Pukul 21.50 WIB.

Nurachmandani, Setya. 2009. Fisika. Jakarta. Pusat Perbukuan Departemen


Pindidikan Nasional.

Anda mungkin juga menyukai