NIM : 211810201038
Kelas/Kelompok : E/9
JURUSAN KIMIA
UNIVERSITAS JEMBER
2021
I. JUDUL
Termokimia dan Hukum Hess
II. TUJUAN
Tujuan dari praktikum Termokimia dan Hukum Hess ini yaitu :
- 2.1 Menentukan kalor jenis kalorimeter sederhana.
- 2.2 Menentukan perubahan entalpi reaksi ∆�㔻1, ∆�㔻2, dan ∆�㔻3.
- 2.3 Mempelajari penjumlahan perubahan entalpi reaksi yang berlansung.
III. PENDAHULUAN
3.1. MSDS (Material Safety Data Sheet)
3.1.1 Akuades (H2O)
Akuades yang biasanya dikenal dengan air memiliki rumus kimia H2O. Air
atau aquades merupakan zat kimia yang memiliki sifat fisik dan sifat kimia
berbentuk cair, tidak berwarna, tidak berbau, pH 7, massa molekul 18 gram/mol,
titik lebur sebesar 0°C, titik didih sebesar 100°C, tidak memiliki titik beku maupun
titik nyala. Aquades tidak mudah terbakar serta larut dalam asam asetat, aseton,
etanol, metanol, asam sulfat, gliserol, dan amonia. Akuades tidak menimbulkan
efek atau gejala yang serius jika terkena kontak fisik dan juga tidak akan terbakar.
Antisipasi diperlukan meskipun akuades tidak berbahaya (LabChem, 2021).
3.1.2 Asam Klorida(HCl)
Asam klorida memiliki rumus kimia yaitu HCl. Asam klorida memiliki
sifat fisik antara lain berwujud cairan, memiliki warna putih sampai kuning dan
berbau menyengat. Berat molekul asam klorida adalah 36,46 g/mol. Titik didih dari
bahan ini adalah sebesar 85℃dan titik leburnya adalah sebesar 20℃. Asam klorida
dapat larut di dalam air panas dan air dingin. Asam klorida cukup berbahaya apabila
terkena kontak langsung pada mata dan kulit, hal ini dikarenakan dapat
menyebabkan iritasi.Tindakan yang harus dilakukan apabila terkontak langsung
pada mata dan kulit adalah segera membasuhnya dengan menggunakan air yang
mengalir selama kuranglebih 15 menit. Kecelakaan yang cukup serius akibat bahan
ini adalah segera dapatkan pertolongan medis (LabChem, 2021).
lain. Jumlah total energi semuapartikel akan berbeda dengan yang lain. Jumlah total
energi semua partikeldalam sistem disebut energi dalam (U) (Syukri, 1999).
Termodinamika adalah salah satu cabang ilmu yang mempelajari perubahan
energi secara kimia atau fisis. Percobaan ini akan menyelidiki perubahan energi
dalam bentuk kalor, yang mengiring reaksi kimia(termokimia). Menurut
hukum termodinamika, perubahan energi yang menyertai perubahan wujud
dinyatakan dalam rumus :
∆ E=Q−W (3.1)
Dimana :Q = kalor yang diserap oleh system
W = kerja yang dilakukan olehsistem.
Kebanyakan reaksi kimia berlangsung pada tekanan tetap, kerjadirumuskan
dengan persamaan :
W=P . ∆ V (3.2)
P adalah tekanan pegas, ∆ V adalah perubahan volume untuk sistem gas oleh
karena pada tekanan tetap
∆ E=Q−P . ∆ V (3.3)
∆ V = 0, maka ∆ E = Q. Kuantitas kalor yang diserap pada tekanantetap disebut
entalpi (∆ H) (Epinur, 2011)
3.2.2 Termokimia
Termokimia adalah bagian dari termodinamika yang mempelajari perubahan
panas yang mengikuti reaksi-reaksi kimia. Banyaknya panas yang timbul atau
diperlukan pada reaksi kimia disebut panas reaksi. Panas reaksi pada P tetap sama
dengan perubahan entalpinya, dan panas reaksi pada U tetap sama dengan
perubahan tenaga dalamnya (Sukardjo, 1990). Thermokimia terdiri atas hukum
kekekalan energi, sistem dan lingkungan, reaksi eksoterm dan endoterm, perubahan
entalpi dan Hukum Hess (Suryati,2015)
Besarnya panas reaksi tergantung pada jenis reaksi , keadaan fase zat-zat
dalam reaksi, jumlah zat yang bereaksi, dan temperatur reaksi. Persamaan
termodinamika, jumlah zat-zat dalam reaksi dinyatakan dalam mol sedangkan
panasnya dinyatakan dalam Kilokalori (Sukardjo, 1990).
3.2.3 Hukum Hess
Menurut G.H Hess panas reaksi (panas yang timbul atau yang
diserap) dari suatu reaksi kimia hanya tergantung pada keadaan awal dan akhir dari
reaksi. Tidak bergantung pada bagaimana reaksi tersebutberlangsung. Hal
ini berarti bila suatu reaksi dapat berjalan bertingkat,maka panas reaksinya
sama besar. Reaksi berjalan bertingkat atau langsung, maka panas reaksinya
sama. Hukum Hess ini sangat berguna,karena dengan menerapkan hukum Hess
dapat ditentukan besarnya perubahan entalpi reaksi-reaksi yang secara
langsung sukar untuk ditentukan. Jadi dengan menggunakan hukum Hess
dapat ditentukanbesarnya perubahan entalpi yang sukar dilakukan dengan
eksperimen(Aminah, 1988).
Hukum Hess adalah sebuah hukum dalam kimia fisik untuk
ekspansi Hess dalam siklus Hess. Hukum ini digunakan untuk memprediksi
perubahan entalpi dari hukum kekekalan energi (dinyatakansebagai fungsi dari
keadaan ∆ H). Hukum Hess menyatakan bahwa besarnya entalpi dari suatu
reaksi tidak ditentukan oleh jalan atau tahapreaksi, tetapi hanya ditentukan oleh
keadaan awal dan keadaan akhir suatureaksi. Dasar dari hukum Hess ini
adalah entalpi atau energi internalartinya bersaran yang tidak tergantung pada
jalannya reaksi. Suatu reaksikadang-kadang tidak hanya berlangsung melalui satu
jalur akan tetapi bisajuga melalui jalur lain dengan hasil yang diperoleh adalah
sama. Hal-halyang perlu diperhatikan dalam penerapan hukum Hess adalah :
1) Beberapa reaksi dapat dikombinasikan yang telah diketahui entalpinya
untuk memperoleh entalpi reaksi yang kita cari.
2) Kebalikan dari suatu reaksi mengakibatkan perubahan tanda entalpi,artinya jika
suatu reaksi berjalan secara eksoterm maka kebalikan reaksitersebut adalah
endoterm dengan tanda entalpi yang saling berlawanan(Attikins, 1999).
3.2.4 Perubahan Entalpi (∆H)
Perubahan suhu yang menyertai reaksi kimia menunjukkan adanyaperubahan
energi dalam bentuk kalor pada pereaksi dan hasil reaksi. Kaloryang diserap akan
dibebaskan oleh sistem menyebabkan suhu sistemberubah. Secara sederhana
kalor tersebut dapat dihitung dengan rumus:
q = m. c. ∆ t (3.4)
adalah fungsi keadaan, ΔHhanya bergantung pada keadaan awal dan akhir (yaitu
hanya pada sifatreaktan dan produk) (Oxtoby, 2001).
Dengan menggunakan lambang Σ yang berarti <jumlah semua=atau
<penjumlahan dari=, para ahli kimia secara sembarang telah mendefinisikan
perubahan entalpi (ΔH), suatu reaksi sebagi berikut :
∆ H=ΣProduk –Σpereaksi (3.5)
Entalpi pereaksi lebih besar daripada entalpi produk, maka reaksiitu adalah
endotermik. Sebaliknya, jika entalpi produk lebih besar daripadaentalpi pereaksi,
maka reaksi itu eksotermik (Keenan, 1980).
3.2.5 Kalorimeter
Pengukuran termokimia dilakukan dengan menggunakan suatu alat yang
disebut sebagai kalorimeter. Alat yang terdiri dari suatu termostat bertemperatur
yang memiliki suatu kapasitas panas tertentu. Jika suatu reaksi atau suatu
perubahan fisika berlangsung di dalam termostat, maka panas yang dilepaskan atau
yang diserap oleh perubahan suhu akan diserap pula oleh seluruh zat di dalam
kalorimeter dan oleh kalorimeter itu sendiri.Bahan bakar yang bereaksi dengan
oksigen akan menghasilkan kalor, halini menyebabkan suhu kalorimeter naik.
Kalorimeter dilapisi oleh bahanyang bersifat isolator untuk menjaga agar
panas yang dihasilkan darireaksi bahan bakar dengan oksigen tidak menyebar
ke lingkungan luarmaka (Ridhuan, 2016).
Perubahan energi pada reaksi kimia dapat dipelajari dengankalorimeter.
Metode kalorimeter dapat dilakukan dengan percobaan yangsederhana saja.
Kalorimeter sederhana dapat digunakan untuk menjalankan reaksi dengan
kondisi tekanan yang tetap. Sesuai denganhukum termodinamika pertama,
dengan sistem tersebut akan dengan mudah memperoleh nilai entalpi dari suatu
reaksi yang setara dengan kalor reaksi. Kalor yang dipertukarkan antara sistem
ke lingkungan pada tekanan tetap adalah sama dengan perubahan entalpi sistem
(Suwandono,et al., 2015).
Kalorimetri didasarkan kenaikan suhu yang teramat dalam beberapa
medium. Kalor spesifik dari zat adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk
menaikkan suhu dari 1 gram zat pada 1 oC. Besaran lainyang berhubungan adalah
diaduk dengan cepat. Diperhatikan perubahan suhu yang terjadi diperhatikan dan
dicatat suhu tertingginya.
5.2 Perhitungan
5.2.1 Menentukan kalor jenis kalorimeter
∆T4 = T3 2 T1
= 45℃ 2 27℃
= 18℃
Kalor yang dilepas, q1 = m x c x ∆T5 = 50 g x 4,20 J/g. ℃ x (-20 ℃)
= - 4.200 J
Kalor yang diterima, q2 = m x c x ∆T4 = 50 g x 4,20 J/g. ℃ x 18 ℃
= 3.780 J
Kalor yang diterima kalorimeter, q3 = q1 – q2 = - 4.200 J - 3.780 J
= -7.980 J
�㕞 27.980 J
Kapasitas kalor kalorimeter, Cp = ∆T3 = 18℃
4
= - 443,3 J/℃
5.2.2 Kalor pelarutan NaOH
m NaOH
n NaOH =
Mr NaOH
2g
=
40 g/mol
= 0,05 mol
∆T = T2 2 T1
= 32 ℃ 2 28℃
= 4℃
m akuades = ρakuades × V
= 1 g/mL × 100 mL
= 100 g
Jumlah kalor yang dihasilkan oleh pelarutan 0,05 mol NaOH, adalah q1
= - 1.864 J/mol
5.2.3 Kalor reaksi antara larutan HCl 0,5M dengan larutan NaOH 0,5M
T2 +T1 28℃+29℃ 57℃
Suhu awal rata-rata, T = = = =28,5℃
2 2 2
∆T = T3 2 T
= 31 ℃ - 28,5℃
= 2,5℃
n NaOH = M NaOH × V NaOH (Liter)
= 0,5 M x 0,05 L
= 0,025 mol
Kalor yang dihasilkan oleh reaksi 0,025 mol NaOH dengan HCl, adalah q2
q2 = (massa larutan × ∆T × kalor jenis air) + (Cp × ∆T)
= (100 g x 2,5 ℃ x 4,20 J/g. ℃) + (- 443,3 J/ ℃ × 2,5 ℃)J
= 1.050 J + (- 1.108,25 J)
= - 58,25 J
Kalor yang dihasilkan oleh setiap mol NaOH yang bereaksi adalah, ∆H2
2 q
∆H2 = n NaOH
2 58,25 J
=
0,025 þ�㕜ý
= - 2.330 J/ mol
5.2.4 Kalor reaksi antara larutan HCl 0,5M dengan NaOH padat
∆T = T3 2 T1
= 36 ℃ 2 28 ℃
= 8℃
m NaOH
n NaOH =
Mr NaOH
2g
=
40 g/mol
= 0,05 mol
Kalor yang dihasilkan oleh reaksi 0,05 mol NaOH, adalah q3
q3 = (massa larutan HCl × ∆T × kalor jenis air) + (Cp × ∆T)
= (100 g x 8 ℃ x 4,20 J/g. ℃) + (- 443,3 J/ ℃ × 8 ℃)J J
= 3.360 J + (- 3. 546,4 J)
= - 186,4 J
Kalor yang dihasilkan oleh setiap mol NaOH yang bereaksi adalah, ∆H3
3 q
∆H3 = n NaOH
2 186,4 J
=
0,05 þ�㕜ý
= - 3.728 J/mol
6.1.3 Tabel Hasil Percobaan Kalor reaksi larutan HCl 0,5M dengan larutan
NaOH 0,5M
Suhu Awal Larutan Suhu Awal Larutan Suhu Campuran Kalor Netralisasi 1 mol
NaOH 0,5M HCl 0,5M (T3) NaOH dengan HCl
(T1) (m) (∆H2)
29ºC 28 ºC 31ºC - 2.330 J/mol
6.1.4 Tabel Hasil Percobaan Kalor reaksi antara larutan HCl 0,5M dengan
NaOH padat
Suhu Larutan HCl Massa Padatan NaOH Suhu Campuran Kalor Pelarutan 1mol
(T1) (m) (T3) NaOH dalam HCl
(∆H3)
28ºC 2g 36 ºC - 3.728 J/mol
6.2 Pembahasan
Pada praktikum termokimia dan hukum hess tujuan dari percobaan yang
dilakukan adalah untuk menentukan kalor jenis calorimeter sederhana, menentukan
perubahan entalpi reaksi ∆H1, ∆H2, ∆H3 dan mempelajari penjumlahan perubahan
entalpi reaksi yang berlangsung bertahap. Dalam praktikum ini akan ada empat
percobaan yang akan dilakukan. Keempat percobaan yang akan dilakukan antara lain
menentukan kalor jenis calorimeter, kalor pelarutan NaOH, kalor reaksi antara larutan
HCl dengan larutan NaOH, kalor reaksi antara larutan HCl dengan NaOH padat.
Masing-masing percobaan dilakukan secara terpisah sesuai prosedur yang sudah
ditentukan di modul praktikum.
Percobaan pertama adalah menentukan kalor jenis calorimeter. Hal pertama
yang dilakukan adalah kalorimeter diisi dengan 50 ml aquades. Kalorimeter ditutup
dan didiamkan selama 5 detik yang bertujuan untuk memastikan tidak adanya kalor
yang hilang dari kalorimeter.Termometer dimasukkan pada calorimeter yang telah
didiamkan tersebut untuk diukur suhunya sebanyak 3 kali. Pengukuran suhu dilakukan
sebanyak 3 kali untuk mendapatkan hasil pengukuran yang akurat. Hasil yang
diperoleh dicatat suhunya t1 dengan tepat, setelah diamati didapatkan suhu t1 dengan
sebesar 27 oC.
Aquades sebanyak 50 ml dipanaskan dalam gelas kimia 200 ml sampai suhu sekitar
65oC sebagai t2 kemudian segera dituangkan ke dalam Kalorimeter, diaduk dengan
baik dan dicatat suhu tertingginya, sebagai t3 dan didapat suhu t3 dengan senilai 45oC.
Tujuan penggunaan air panas dan air dingin adalah adalah untuk menentukan harga
penurunan air panas dan kenaikan temperatur air dingin.Untuk dua cairan yang
mempunyai ∆ To yang cukup besar pencatatan temperatur pada air panas dan air
dingin bertujuan untuk menentukan tetapan kalorimetri. Aquades yang telah
dipanaskan dituangkan ke dalam calorimeter kemudian segera ditutup agar kalor tidak
keluar dari calorimeter. Setelah itu, dihitung kalor jenis Kalorimeter dengan rumus Cp
�㕞3
= �㕡4 . Hasil dari percobaan pertama ini yaitu diketahui bahwa besar kalor yang dilepas
air (q1) adalah sebesar 4.200 J didapatkan dari kalor jenis air (4,20 J ) dikalikan dengan
�㕇5 dan massa air. Diketahui pula bahwa besar kalor yang diterima air (q2) adalah
sebesar 3.780 J dan Kalor yang diterima calorimeter (q3) sebesar 7.980 J didapat dari
q1-q2. Hasil akhir dari percobaan pertama adalah besar kapasitas kalor calorimeter
dengan hasil sebesar - 443,3 J/oC.
NaOH padat sekitar 2 g ditimbang dengan cepat dan catat berat tepatnya sebagai data
praktikum. NaOH kemudian dimasukkan ke dalam kalorimeter,kemuadian ditutup dan
diaduk dengan cepat. Kalorimeter segera ditutup agar tidak ada kalor yang keluar dari
calorimeter kemudian diaduk dengan cepat bertujuan agar semua NaOH dapat terlarut
dengan sempurna pada calorimeter yang berisi 100 ml aquades tersebut.
kedua ini yaitu diketahui besar mol NaOH adalah 0,05 didapat dari massa NaOH yaitu
2 gram dibagi dengan Mr NaOH (40). Besar jumlah kalor yang dihasilkan (q1) adalah
- 93,2 J didapat dari massa air dikalikan �㕇 dan kalor jenis air kemudian ditambahkan
dengan pengkalian kapasitas kalor calorimeter dan �㕇. Hasil akhir dari percobaan ini
yaitu �㔻1 yang diperoleh dari q1/n NaOH dan didapatkan hasil sebesar – 1.864 J/mol.
Ketika proses penampuran atau pembentukan larutan NaOH berlangsung,terjadi
kenaikan suhu dari 28oC menjadi 32oC. Oleh karena pada saat reaksi suhu sistem naik
berarti reaksi berlangsung eksoterm (melepaskan kalor dari sistem ke lingkungan) dan
perubahan entalpi akan selalu berharga negatif. Reaksi yang terjadi pada pelarutan
NaOH adalah sebagai berikut :
NaOH(s) → NaOH(aq) ΔH1 = – 1.864 J/mol……………..(6.1)
Percobaan ketiga adalah menentukan kalor reaksi antara larutan HCl dengan
larutan NaOH. Tujuan penggunaan HCl dan NaOH adalah untuk menentukan kalor
penetralan dari reaksi penetralan antara asam kuat dan basa kuat. Reaksi penetralan
adalah reaksi antara asam dan basa yang memilki elektrolit yang kuat dalam larutan
karena senyawa ini terionisasi sempurna dalam larutan sehingga kita dapat
menentukan kalor penetralan dari reaksi tersebut. Diawali dengan menyiapkan HCl
0,5 M sebanyak 50 ml menggunakan gelas ukur.
Hal pertama yang dilakukan adalah Larutan HCl 0,5 M sebanyak 50 ml dimasukkan
ke dalam kalorimeter, didiamkan beberapa saat dan catat suhunya dengan tepat.
Thermometer dimasukkan ke dalam calorimeter dan didiamkan beberapa saat. Suhu
yang diperoleh yaitu t1 dengan senilai 29oC. Termometer dikeluarkan dan ditutup lagi
dengan sumbu, dilakukan kalibrasi pada thermometer. Kalibrasi dilakukan dengan
tujuan agar skala termometer saat menunjukan nilai suhu tidak menyimpang dari yang
sebenarnya.
Larutan NaOH 0,5 M 50 ml kemudian diukur, penggunaan NaOH pada percobaan ini
berbentuk cairan bertujuan untuk mempercepat reaksi sehingga dapat menentukan
kalor penetralan. NaOH sebanyak 50 ml tersebut dipindahkan ke dalam gelas kimia,
didiamkan beberapa saat, diukur dan dicatat suhunya dengan tepat. Suhu yang
didapatkan adalah t2 sebesar 28oC. Perubahan suhu yang diperoleh yaitu 1 oC. NaOH
sebanyak 50 ml tersebut dituangkan ke dalam kalorimeter, diaduk dengan cepat,
diperhatikan perubahan suhunya dan dicatat suhu tertingginya (t3).
NaOH padat ditimbang sebanyak 2 g dengan cepat dan dicatat berat tepatnya (ditutup
botol tempat NaOH sesegera mungkin). NaOH dimasukkan ke dalam calorimeter, lalu
diaduk dengan cepat kemudian diperhatikan perubahan suhunya dan dicatat suhu
tertingginya. Thermometer dimasukkan untuk mengukur suhu campuran.
Suhu t3 didapatkan sebesar 36 oC. Perubahan suhu diperhatikan yaitu diperoleh 8 oC.
Hasil dari percobaan terakhir ini adalah diketahui besar mol NaOH yaitu 0,05 didapat
dari massa NaOH yaitu 2 gram dibagi dengan Mr NaOH (40). Besar jumlah kalor yang
dihasilkan (q1) adalah - 186,4 J didapat dari massa air dikalikan �㕇 dan kalor jenis air
kemudian ditambahkan dengan pengkalian kapasitas kalor calorimeter dan �㕇. Hasil
akhir dari percobaan ini yaitu �㔻3 yang diperoleh dari q3/mol NaOH dan didapatkan
hasil sebesar – 3.728 J/mol. Pada saat reaksi suhu sistem naik berarti reaksi
berlangsung eksoterm (melepaskan kalor dari sistem kelingkungan) dan perubahan
entalpi akan selalu berharga negatif. Pencampuran NaOH yang merupakan basa kuat
dengan HCl yang merupakan asam kuat akan menghasilkan garam (NaCl) dan air
(H2O) sebagai produk reaksi. Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut:
NaOH(s) + HCl(aq) → NaCl(aq) + H2O(l) ΔH3 = – 3.728 J/mol….(6.3)
Tetapan kalorimeter dapat ditentukan dengan percobaan pengukuran suhu pada air
dingin, air panas, dan campuran air dingin dan panas. Kemudian air tersebut di
masukkan kedalam kalorimeter secara bergantian untuk mengukur suhunya. Setelah
mendapat suhu masing-masing, barulah kita bisa menentukan tetapan kalorimeter
yang telah dibahas sebelumnya. Dari pembahasan diatas didapatkan tetapan
kalorimeter sebesar - 443,3 J/°C. Tetapan kalorimeter ini digunakan untuk menentukan
∆H netralisasi. Menurut teori ketetapan kalorimeter adalah 0 atau lebih kecil nilainya
semakin bagus kalorimeter yang dipakai. Jadi, percobaan yang sudah dilakukan
mendapat hasil yang lebih besar dari nol. Percobaan ini telah dilakukan sesuai prosedur
kerja. Kemungkin jika terjadi kesalahan adalah pada alat pada saat praktikum, atau
juga hal lain yang bisa terjadi pada praktikan sendiri seperti kesalahan dalam
pengambilan data, kesalahan dalam penghitungan dan kurangnya ketelitian.
VII. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai
berikut :
- Perubahan energi kimia yang menyertai reaksi kimia adalah perubahan kalor pada
suatu unsur dengan suatu senyawa atau pelarut dan penentuan tetapan kalorimetri
menggunakan alat yang disebut kalorimeter. Kapasitas calorimeter yang diperoleh
yaitu - 443,3 J/°C.
- Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa hasil dari percobaan belum bisa
membuktikan berlakunya Hukum Hess. Akan Tetapi nilai perubahan entalpi dari
percobaan pertama hanya selisih sedikit dari nilai perubahan entalpi.
NaOH(s)→ NaOH(aq) ΔH1 = - 1.864 J/mol
NaOH(aq) + HCl(aq) → NaCl(aq) + H2O(l) ΔH2 = - 2.330 J/mol
NaOH(s) + HCl(aq) → NaCl(aq) + H2O(l) ΔH3 = - 3.728 J/mol
Jadi sebenarnya Hukum Hess tetap berlaku, namun terjadinya perbedaan nilai
perubahan entalpi pada keadaan akhir sistem berbeda dikarenakan beberapa faktor
kesalahan.
- Dari percobaan-percobaan diatas, hasil dari praktikum belum bisa membuktikan
berlakunya Hukum Hess yang menyatakan bahwa perubahan entalpi hanya
bergantung pada keadaan awal dan akhir sistem dan tidak bergantung pada jalannya
reaksi. Harga ΔH3 merupakan hasil penjumlahan dari harga ΔH1 dengan ΔH2
DAFTAR PUSTAKA
Petrucci, R.H., W.S. Hardwood., F.G. Herring dan J.D. Madura. 2007.
Kimia Dasar: Prinsip dan Aplikasi Modern Edisi Kesembilan Jilid 1.
Jakarta: Erlangga.
Tazi, Imam dan Sulistiana. 2011. Uji Kalor Bakar Bahan Bakar Campuran
Bioetanol dan Minyak Goreng Bekas. Neutrino 3(2):1-2
LAMPIRAN