SHIFT B 2019
Chairani Putri Susanti
260110190050
II. Prinsip
2.1 Hukum Distribusi
Merupakan metode yang digunakan pada peneentuan aktivitas zat terlarut
dalam pelarut. Dalam keadaan setimbang, suatu senyawa kimia akan
didistribusikan diantara dua pelarut yang tercampur sedemikian rupa. (Day
and Unserwood, 2002).
2.2 Reaksi Kesetimbangan
Reaksi Kesetimbangan atau dikenal juga sebagai reaksi bolak balik
merupakan reaksi yang memiliki hasil reaksi yang dapat berubah kembali
menjadi pereaksinya (Muchtaridi, 2007).
2.3 Titrasi
Titrasi ialah metode yang digunakan untuk mengetahui konsentrasi dari
larutan yang tidak diketahui dengan mereaksikan larutan tersebut dengan
larutan lain yang telah diketahui konsentrasinya dan menggunakan
indicator pewarna. (Sunarya dan Setiabudi, 2007).
2.4 Koefisien Distribusi
Adalah suatu perbandingan konsentrasi senyawa di dalam campuran dari
dua fase yang tidak larut pada kondisi kesetimbangan. Koefisien distribusi
juga biasa disebut dengan koefisien partisi. (Day and Underwood, 2002).
III. Reaksi
3.1 Reaksi antara I2 dengan Na2S2O3
I2 + 2S2O32- → 2I- + S4O62-
3.2 Reaksi Kesetimbangan
I2 + I- ⇌ I3–
(Svehla,1985)
IV. Data Pengamatan dan Perhitungan
4.1 Data Pengamatan
4.1.1 Koefisien Distribusi
Corong Fase Volume titrasi
Na2S2O3 I2 (CHCL2)
1 Organic 24,5 ml
Air 1 ml
2 Organic 14,5 ml
Air 0,5 ml
3 Organic 7,9 ml
Air 0,5 ml
Gr = 6,35
3. N1.V1 = N2.V2
0,1.0,5 = N2.10
N2 = 0,005
Nilai KD
KD =
1. KD =
2. KD =
3. KD =
V. Pembahasan
Pada dua pelarut yang tidak saling melarutkan, ditambakan zat yang dapat
larut di dalam kedua pelarut itu, maka zat ini akan tersebar ke dalam dua pelarut
tersebut (Mulyani & Hendrawan, 2004).
VI. Simpulan
6.1 Telah ditentukan Kd dari iodium dalam kloroform dan air sebesar 24,5 pada
corong 1, 29,3 pada corong 2, dan 15,8 pada corong 3.
6.2 Telah ditentukan Kc dari tiap corong dengan reaksi I2 + I- →I3- yaitu sebesar
10,95 pada fase organic corong 1, 19 pada fase organic corong 2, 17,4 pada
fase organic corong 3, dan untuk fasa air,didapat kc sebesar 0,3 pada corong
1, 2,7 pada corong 2, 2,6 pada corong 3
DAFTAR PUSTAKA
Biyantoro, D., & Purwani, M. (2015). pemisahan Zr-Hf dengan cara ekstraksi
memakai solven topo. Jurnal Teknik Bahan Nuklir. Vol 9(1).
Cahyana, C. (2013). Nilai Koefisien Distribusi,Kd Cesium-137 pada Sedimen Laut.
Jurnal Teknologi Pengolahan Limbah.vol 16.
Day, r., & Underwood, a. (2002). analisis kuantitatif kation. jakarta:
erlangga. Mulyani, S., & Hendrawan. (2004). KImia Fisika II
bandung: UPI.
Muchtaridi, Megantara, S., Yanuar, A., dan Purnomo, H. 2018. Kimia
Medisinal Dasar-dasar dalam Perancangan Obat. Jakarta:
Prenamedia Group.
Purwoko, A. (2006). Kimia Dasar Jilid 1. mataram: mataram university press.
Satyawardhani, D., Sperisa, D., Rahmat, B., & Wayan, S. (2013). penggeseran
reaksi kesetimbangan hidrolisis minyak dengan pengambilan gliserol
untuk memperoleh asam lemak jenuh dari minyak biji karet. Jurnal
Ekuilibrum.
Sunarya, Y., dan Setiabudi, A. 2007. Mudah dan Aktif Belajar Kimia.
Bandung: PT. Setia Purna Inves.
Svehla. (1985). VOGEL. jakarta: PT. KAlman Media. Pustaka. Syukri, S. (1999). Kimia
Dasar Jilid 1. Bandung: ITB.