Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR

TERMOKIMIA DAN HUKUM HESS

Oleh :

Nama : Achmad Danil Endrico


NIM : 181910201010
Kelas/Kelompok : C/A
Asisten : Annisa Qurota ‘Ayun

LABORATORIUM KIMIA DASAR


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2021
I. Judul :
Termokimia dan Hukum Hess
II. Tujuan
Tujuan pembuatan laporan pratikum ini adalah :
1. Menentukan kalor jenis kalorimeter sederhana
2. Menentukan perubahan entalpi reaksi ΔH1, ΔH2 dan ΔH3.
3. Mempelajari penjumlahan perubahan entalpi reaksi yang berlansung
bertahap
III. Pendahuluan
3.1 MSDS (Material Safety Data Sheet)
3.1.1 Natrium Hidroksida (NaOH)
Natrium hidroksida merupakan basa yang paling umum digunakan
berwarna putih berbentuk padatan kristal dan tidak berbau. NaOH memiliki
massa jenis sebesar 2130 kg/m3 dan massa molekul sebesar 40 g/mol. Titik
leburnya sebesar 323 oC, sedangkan titik didih sebesar 1388 oC. Natrium
hidroksida memiliki nilai Ph 14 (5%). Tekanan uap NaOH mencapai <0,1
hPa (20 oC) dengan kepadatan relatif sebesar 2,13 (20 oC). NaOH akan larut
secara eksotermis di dalam air, larut dalam etanol, methanol, serta larut
dalam gliserol. Bahan ini sangat berbahaya apabila tertelan. Kontak mata
dengan NaOH tidak diperbolehkan karena akan menimbulkan iritasi. Bahan
ini tidak aman apabila terhirup, ataupun jika terjadi kontak kulit akan terjadi
iritasi (LabChem, 2021).

3.1.2 Asam Klorida (HCl)


Asam klorida memiliki rumus kimia yaitu HCl. Asam klorida
memiliki sifat fisik antara lain berwujud cairan, memiliki warna putih
sampai kuning dan berbau menyengat. Berat molekul asam klorida adalah
36,46 g/mol. Titik didih dari bahan ini adalah sebesar 85 oC dan titik
leburnya adalah sebesar 20 oC. Asam klorida dapat larut di dalam air panas
dan air dingin. Asam klorida cukup berbahaya apabila terkena kontak
langsung pada mata dan kulit, hal ini dikarenakan dapat menyebabkan
iritasi. Tindakan yang harus dilakukan apabila terkontak langsung pada
mata dan kulit adalah segera membasuhnya dengan menggunakan air yang
mengalir selama kurang lebih 15 menit. Kecelakaan yang cukup serius
akibat bahan ini adalah segera dapatkan pertolongan medis (LabChem,
2021).

3.1.3 Aquades
Akuades atau biasa disebut air murni berwujud cair. Bahan ini tidak
klasifikasikan berbahaya menurut undang-undang Uni Eropa. Akuades
tidak berwarna dan tidak berbau. Nilai pH bahan ini netral yaitu 7. Titik
lebur 0℃dan titik didih air sebesar 100℃ pada 1.013 hPa. Air murni
memiliki tekanan uap sebesar 23 hPa dan densitas 1,00 g/cm3. Bahan ini
dapat didistilasi dalam kondisi tidak terurai pada tekanan normal. Produk
ini stabil secara kimiawi di bawah kondisi ruangan standar (suhu kamar).
Akuades larut sepenuhnya dalam air. Bahan ini tidak diklasifikasikan
sebagai bahan m udah meledak. Akuades merupakan bahan yang tidak
reaktif sehingga tidak berbahaya jika tertelan tubuh. Akuades juga bukan
bahan yang bersifat korosif sehingga apabila terkena anggota tubuh seperti
kulit dan mata tidak akan berbahaya (Labchem,2021).

3.2 Tinjauan Pustaka


3.2.1 Termodinamika
Termodinamika menjelaskan hubungan antara kalor dengan bentuk-
bentuk energi lain. Hukum termodinamika merupakan alat penting untuk
mempelajari reaksi kimia. Termokimia yakni pengaruh kalor yang
menyertai reaksi kimia. Hukum termodinamika kedua terutama menjadi
dasar untuk menurunkan tetapan tetapan kesetimbangan dari sifat sifat
termodinamika, dalam hukum termodinamika ketiga akan disingkap titik
awal untuk melihat sifat sifat termodinamika secara percobaan
(Petrucci,1987).
Setiap sistem mempunyai energi karena partikel-partikel materi
(padat, cair, atau gas) selalu bergerak acak dan beraneka ragam. Ada gerak
translasi, rotasi, dan ubrasi(bergetar). Perpindahan tingkat energy elektron
dalam atom atau molekul dapat terjadi. Setiap gerakan, dipengaruhi oleh
banyak faktor dan dapat berubah bentuk bila saling bertumbukan.
Tumbukan tersebut mengakibatkan besar energi garakan suatu partikel akan
berbeda dengan yang lain. Jumlah total energi semua partikel akan berbeda
dengan yang lain. Jumlah total energi semua partikel dalam sistem disebut
energi dalam(U) (Syukri, 1999).
Termodinamika adalah salah satu cabang ilmu yang mempelajari
perubahan energi secara kimia atau fisis. Percobaan ini akan menyelidiki
perubahan energi dalam bentuk kalor, yang mengiring reaksi kimia
(termokimia). Menurut hukum termodinamika, perubahan energi yang
menyertai perubahan wujud dinyatakan dalam rumus :
Δ E=Q−W …………………………………(3.1)
Q adalah kalor yang diserap oleh system, W = kerja yang dilakukan oleh
sistem. Kebanyakan reaksi kimia berlangsung pada tekanan tetap, kerja
dirumuskan dengan persamaan :
W=P.ΔV ……………………………………(3.2)
P adalah tekanan pegas, ΔV adalah perubahan volume untuk sistem gas oleh
karena pada tekanan tetap
Δ E=Q−P.ΔV ……………………….(3.3)
ΔV = 0, maka Δ E = Q. Kuantitas kalor yang diserap pada tekanan tetap
disebut entalpi ( Δ H ) (Epinur, 2011).

3.2.2 Termokimia
Termokimia adalah bagian dari termodinamika yang mempelari
perubahan panas yang mengikuti reaksi-reaksi kimia. Banyaknya panas
yang timbul atau diperlukan pada reaksi kimia disebut panas reaksi. Panas
reaksi pada P tetap sama dengan perubahan entalpinya, dan panas reaksi
pada U tetap sama dengan perubahan tenaga dalamnya (Sukardjo, 1990).
Besarnya panas reaksi tergantung pada jenis reaksi, keadaan fase zat-
zat dalam reaksi, jumlah zat yang bereaksi, dan temperatur reaksi.
Persamaan termodinamika, jumlah zat-zat dalam reaksi dinyatakan dalam
mol sedangkan panasnya dinyatakan dalam Kilokalori (Sukardjo, 1990).

3.2.3 Hukum Hess


Menurut G.H Hess panas reaksi (panas yang timbul atau yang
diserap) dari suatu reaksi kimia hanya tergantung pada keadaan awal dan
akhir dari reaksi. Tidak bergantung pada bagaimana reaksi tersebut
berlangsung. Hal ini berarti bila suatu reaksi dapat berjalan bertingkat, maka
panas reaksinya sama besar. Reaksi berjalan bertingkat atau langsung, maka
panas reaksinya sama. Hukum Hess ini sangat berguna, karena dengan
menerapkan hukum Hess dapat ditentukan besarnya perubahan entalpi
reaksi-reaksi yang secara langsung sukar untuk ditentukan. Jadi dengan
menggunakan hukum Hess dapat ditentukan besarnya perubahan entalpi
yang sukar dilakukan dengan eksperimen (Aminah, 1988).
Hukum Hess adalah sebuah hukum dalam kimia fisik untuk ekspansi
Hess dalam siklus Hess. Hukum ini digunakan untuk memprediksi
perubahan entalpi dari hukum kekekalan energi (dinyatakan sebagai fungsi
dari keadaan ΔH). Hukum Hess menyatakan bahwa besarnya entalpi dari
suatu reaksi tidak ditentukan oleh jalan atau tahap reaksi, tetapi hanya
ditentukan oleh keadaan awal dan keadaan akhir suatu reaksi. Dasar dari
hukum Hess ini adalah entalpi atau energi internal artinya bersaran yang
tidak tergantung pada jalannya reaksi. Suatu reaksi kadang-kadang tidak
hanya berlangsung melalui satu jalur akan tetapi bisa juga melalui jalur lain
dengan hasil yang diperoleh adalah sama. Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam penerapan hukum Hess adalah :
1) Beberapa reaksi dapat dikombinasikan yang telah diketahui entalpinya
untuk memperoleh entalpi reaksi yang kita cari.
2) Kebalikan dari suatu reaksi mengakibatkan perubahan tanda entalpi,
artinya jika suatu reaksi berjalan secara eksoterm maka kebalikan reaksi
tersebut adalah endoterm dengan tanda entalpi yang saling berlawanan
(Attikins, 1999).

3.2.4 Perubahan Entalpi (ΔH)


Perubahan suhu yang menyertai reaksi kimia menunjukkan adanya
perubahan energi dalam bentuk kalor pada pereaksi dan hasil reaksi. Kalor
yang diserap akan dibebaskan oleh sistem menyebabkan suhu sistem
berubah. Secara sederhana kalor tersebut dapat dihitung dengan rumus :
q = m. c. Δ t………………………………….(3.4)
q = kalor reaksi (Q)
m = massa sistem (gram)
Δ t = perubahan suhu (oC, K)
c = kalor jenis sistem (j/g.K)
Perubahan entalpi (ΔH) reaksi adalah q untuk jumlah mol pereaksi/hasil
reaksi sesuai persamaan reaksi, disertai tanda positif (reaksi endoterm)
negatif (reaksi eksoterm) (Kartimi, 2013).

Perubahan entalpi standar (ΔHo)

Beberapa jenis perubahan entalpi standar, yaitu:

a. Perubahan entalpi pembentukan standar (ΔHfo)


Merupakan perubahan entalpi yang terjadi pada pembentukan 1 mol
suatu senyawa dari unsur-unsur yang paling stabil pada keadaan
satandar.
b. Perubahan entalpi penguraian standar (ΔHdo)
Merupakan perubahan entalpi yang terjadi pada penguraian 1 mol suatu
senyawa menjadi unsur-unsurnya yang paling stabil pada keadaan
standar.
c. Perubahan entalpi pembakaran standar (ΔHoc)
Adalah perubahan entalpi yang terjadi pada pembakaran 1 mol suatu
zat secara sempurna. Pembakaran merupakan reaksi suatu zat dengan
oksigen, dengan demikian bila suatu zat dibakar sempurna dan zat itu
mengandung:
- C → CO2
- H → H2O
- S → SO2 (Susanto, 2003).
Nilai perubahan entalpi (ΔH) senyawa-senyawa yang terlibat dalam
reaksi dapat ditentukan dengan menerapkan metode langsung ataupun
metode tidak langsung. Metode langsung adalah metode pengukuran ΔH
yang berguna untuk senyawa-senyawa yang dapat segera disintesis dari
unsur-unsurnya sedangkan kebanyakan senyawa tidak dapat disintesis
secara langsung dari unsur-unsurnya disebut metode tidak langsung. Kasus
reaksi berlangsung terlalu lambat atau terjadi reaksi samping yang
menghasilkan zat-zat selain senyawa yang diharapkan. Kasus tersebut ΔH
dapat ditentukan dengan cara pendekatan tidak langsung, yang didasarkan
pada hukum penjumlahan kalor (hukum Hess). Hukum Hess didasarkan
pada fakta bahwaa H adalah fungsi keadaan, ΔH hanya bergantung pada
keadaan awal dan akhir (yaitu hanya pada sifat reaktan dan produk)
(Oxtoby, 2001).
Dengan menggunakan lambang Σ yang berarti “jumlah semua” atau
“penjumlahan dari”, para ahli kimia secara sembarang telah mendefinisikan
perubahan entalpi (ΔH), suatu reaksi sebagi berikut :
Δ H=ΣProduk−ΣPereaksi ……………(3.5)
Entalpi pereaksi lebih besar daripada entalpi produk, maka reaksi itu
adalah endotermik. Sebaliknya, jika entalpi produk lebih besar daripada
entalpi pereaksi, maka reaksi itu eksotermik (Keenan, 1980).

3.2.5 Kalorimeter
Pengukuran termokimia dilakukan dengan menggunakan suatu alat
yang disebut sebagai kalorimeter. Alat yang terdiri dari suatu termostat
bertemperatur yang memiliki suatu kapasitas panas tertentu. Jika suatu
reaksi atau suatu perubahan fisika berlangsung di dalam termostat, maka
panas yang dilepaskan atau yang diserap oleh perubahan suhu akan diserap
pula oleh seluruh zat di dalam kalorimeter dan oleh kalorimeter itu sendiri.
Bahan bakar yang bereaksi dengan oksigen akan menghasilkan kalor, hal
ini menyebabkan suhu kalorimeter naik. Kalorimeter dilapisi oleh bahan
yang bersifat isolator untuk menjaga agar panas yang dihasilkan dari reaksi
bahan bakar dengan oksigen tidak menyebar ke lingkungan luar maka
(Ridhuan, 2016).
Perubahan energi pada reaksi kimia dapat dipelajari dengan
kalorimeter. Metode kalorimeter dapat dilakukan dengan percobaan yang
sederhana saja. Kalorimeter sederhana dapat digunakan untuk menjalankan
reaksi dengan kondisi tekanan yang tetap. Sesuai dengan hukum
termodinamika pertama, dengan sistem tersebut akan dengan mudah
memperoleh nilai entalpi dari suatu reaksi yang setara dengan kalor reaksi.
Kalor yang dipertukarkan antara sistem ke lingkungan pada tekanan tetap
adalah sama dengan perubahan entalpi sistem (Suwandono, et al., 2015).
Kalorimetri didasarkan kenaikan suhu yang teramat dalam beberapa
medium. Kalor spesifik dari zat adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan
untuk menaikkan suhu dari 1 gram zat pada 1 oC. Besaran lain yang
berhubungan adalah kapasitas kalor yang merupakan banyaknya kalor yang
o
dibutuhkan untuk menaikkan suhu suatu zat bermassa pada 1 C.
Banyaknya kalor yang keluar maupun masuk dari zat adalah :
q=c .ΔT ………………………………(3.6)
ΔT adalah perubahan suhu yang diperoleh dari tf – ti dimana tf
merupakan temperature final dan ti adalah temperature initial
Q = C (Tf – Ti)…………………………………(3.7)
Sehingga persamaan kalor spesifik :
q=m. c .ΔT ………………………………….(3.8)
dimana m merupakan massa gram dari zat yang menyerap kalor dan C =
m.c (Chang, 2004).
Kalorimeter adalah suatu alat yang digunakan utuk mengukur
perubahan kalor salah satu jenis calorimeter adalah calorimeter bom. Sistem
termodinamika adalah isi dari calorimeter tersebut, antara lain : reaktan dan
prosuk bom itu sendiri, air tempat bom thermometer, dan pengaduk
merupakan lingkungannya (Petrucci, 1987).

IV. Metodologi Percobaan


4.1 Alat dan Bahan
4.1.1 Alat
- Kalorimeter sederhana
- Termometer (0-100 oC)
- Gelas Kimia 200 ml
4.1.2 Bahan
- Aquades
- NaOH (Pallet)
- Larutan HCl 0,5M
- Larutan NaOH 0,5M
4.2 Diagram Alir
4.2.1 Menetukan kalor jenis kalorimeter
Aquades

- Diisi kalorimeter dengan 50 ml


aquades.
- Didiamkan selama 5 detik dan dicatat
suhunya, t1 dengan tepat.
- Dipanaskan 50 ml aquades dalam gelas
kimia 200 ml sampai suhu sekitar 65 °C
dan dicatat suhu tepatnya (t2).
- Dituangkan ke calorimeter.
- Diaduk dengan baik dan dicatat suhu
tertingginya (t3).
- Dihitung kalor jenis calorimeter.

Hasil

4.2.2 Kalor pelarutan NaOH

NaOH

- Diisi kalorimeter dengan 100 ml


aquades.
- Didiamkan beberapa saat dan dicatat
suhunya, t1 dengan tepat.
- Ditimbang dengan cepat sekitar 2 g
NaOH padat dan dicatat berat tepatnya.
- Dimasukkan NaOH ke dalam
calorimeter
- Diaduk dengan cepat sehingga semua
NaOH larut
- Diperhatikan perubahan suhunya dan
dicatat suhu tertingginya.

Hasil

4.2.3 Kalor reaksi antara larutan HCl dengan larutan NaOH

HCl

- Dimasukkan 50 ml larutan HCl 0,5 M


kedalam calorimeter.
- Didiamkan beberapa saat dan dicatat
suhunya dengan tepat.
- Diukur 50 ml larutan NaOH 0,5 M.
- Dipindahkan kedalam gelas kimia.
- Didiamkan beberapa saat, diukur dan
dicatat suhunya dengan tepat.
- Dituangkan 50 ml NaOH tersebut
kedalam calorimeter.
- Diaduk dengan cepat.
- Diperhatikan perubahan suhunya dan
dicatat suhu tertingginya.

Hasil

4.2.4 Kalor reaksi antara larutan HCl dengan NaOH padat

HCl

- Dimasukkan 100 ml larutan HCl 0,5 M


kedalam calorimeter.
- Didiamkan beberapa saat dan dicatat
suhunya dengan tepat.
- Ditimbang dengan cepat sekitar 2 g
NaOH padat dan dicatat berat tepatnya.
- Ditutup botol tempat NaOH sesegera
mungkin.
- Dimasukkan NaOH kedalam
calorimeter.
- Diaduk dengan cepat.
- Diperhatikan perubahan suhunya dan
dicatat suhu tertingginya.

Hasil

4.3 Prosedur Kerja


4.3.1 Menetukan kalor jenis kalorimeter
Kalorimeter dengan 50 ml aquades, didiamkan selama 5 detik dan
dicatat suhunya, t1 dengan tepat. Dipanaskan 50 ml aquades dalam gelas
kimia 200 ml sampai suhu sekitar 65 °C dan dicatat suhu tepatnya, t2 dan
segera dituangkan ke dalam kalorimeter, diaduk dengan baik dan dicatat
suhu tertingginya, t3. Dihitunglah kalor jenis kalorimeter.
4.3.2 Kalor pelarutan NaOH
Kalorimeter dengan 100 ml aquades, didiamkan beberapa saat dan
dicatat suhu dengan tepat t1. Ditimbang dengan cepat sekitar 2 g NaOH
padat dan dicatat berat tepatnya (tutuplah botol tempat NaOH sesegera
mungkin). Dimasukkan NaOH ke dalam kalorimeter, diaduk dengan cepat
sehingga semua NaOH larut, diperhatikan perubahan suhunya dan dicatat
suhu tertingginya.

4.3.3 Kalor reaksi antara larutan HCl dengan larutan NaOH


Dimasukkan 50 ml larutan HCl 0,5 M ke dalam kalorimeter,
didiamkan beberapa saat dan catat suhunya dengan tepat Ukurlah 50 ml
larutan NaOH 0,5 M, dipindahkan ke dalam gelas kimia, didiamkan
beberapa saat, ukur dan dicatat suhunya dengan tepat. Dituangkan 50 ml
NaOH tersebut ke dalam kalorimeter, diaduk dengan cepat, diperhatikan
perubahan suhunya dan dicatat suhu tertingginya.

4.3.4 Kalor reaksi antara larutan HCl dengan NaOH padat


Dimasukkan 100 ml larutan HCl 0,5M ke dalam kalorimeter,
didiamkan beberapa saat dan dicatat suhunya dengan tepat. Ditimbang
dengan cepat sekitar 2 g NaOH padat dan dicatat berat tepatnya (ditutup
botol tempat NaOH sesegera mungkin). Dimasukkan NaOH ke dalam
kalorimeter, diaduk dengan cepat, diperhatikan perubahan suhunya dan
dicatat suhu tertingginya.

Anda mungkin juga menyukai