ENTALPI PELARUTAN
Oleh
NIM : 191810301022
Kelas/Kelompok : A/3
JURUSAN KIMIA
UNIVERSITAS JEMBER
2020
BAB 1. PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Tujuan dari percobaan entalpi pelarutan kali ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui pengaruh temperatur terhadap kelarutan suatu zat
2. Menentukan entalpi kelarutannya.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
3.1.2 Bahan
- Akuades
- Asam oksalat
- Larutan NaOH 0,5 M
- Indikator phenolptalein
- Es batu
- Garam
3.2 Diagram Kerja
- dilarutkan dalam 100 ml akuades (bj diketahui) hingga menjadi larutan jenuh ,
suhu 25℃ ( suhu ruang ).
- ditimbang erlenmeyer kosong, dicatat
- dimasukkan 5 ml asam oksalat ke dalam erlenmeyer
- dimasukkan larutan jenuh kedalam bejana berisi es batu dan garam dengan
suhu yang ditentukan dilengkapi pengaduk dan termometer
- ditambahkan dengan indikator pp
- dilakukan titrasi hingga ditemui titik akhir reaksi
- diperoleh data kualitatif maupun kuantitatif
Hasil
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.2 Pembahasan
Percobaan kali ini yaitu mengenai entalpi pelarutan, dimana entalpi merupakan suatu
fungsi keadaan untuk mentransfer energi. Entalpi dapat terjadi karena adanya aktivitas naik atau
turunnya temperatur. Entalpi ada beberapa jenis yaitu pelarutan, pembentukan, pembakaran,
dan penguraian. Praktikum kali ini membahas mengenaui entalpi pelarutan yang merupakan
jumlah kalor yang dibutuhkan untuk melarutkan 1 mol zat pada keadaan STP. Pelarutan suatu
zat berkaitan erat dengan naik turunnya temperatur. Tujuan dari percobaan kali ini yaitu
mengetahui pengaruh temperatur terhadap kelarutan dan menentukan entalpi kelarutannya.
Percobaan pertama dalam praktikum ini diawali dengan melarutkan asam oksalat
kedalam akuades. Sampel asam oksalat digunakan karena kelarutannya sangat sensitif terhadap
perubahan suhu sehingga memberikan kemudahan praktikan dalam mengamati pengaruh suhu
terhadap kelarutannya. Variasi suhu yang digunakan pada percobaan kali ini yaitu 3,7,14,22,25
℃ dan percobaan pada setiap suhu dilakukan duplo untuk mendapatkan nilai yang lebih akurat
dan presisi. Variasi suhu digunakan untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap pelarutan
larutan asam oksalat Perlakuan pertama yaitu melarutkan asam oksalat dengan akuades
sebanyak 100 mL di dalam gelas beaker hingga keadaan jenuh yang ditandai dengan adanya
asam oksalat yang tidak larut pada larutan. Larutan jenuh merupakan larutan yang pada suhu
tertentu, larutan tak dapat melarutkan suatu zat lebih banyak yakni menurut Rosenberg (1996).
Pelarutan di dalam beaker dibarengi dengan pengadukan yaitu untuk mempercepat laju reaksi
dan pelarutan asam oksalat karena tumbukan atau reaksi antar molekul terjadi dengan lebih
cepat.
Larutan yang telah jenuh didiamkan dan beralih untuk menimbang erlenmeyer kosong
dan mencatatnya yang akan digunakan untuk perhitungan titrasi. Penimbangan berfungsi agar
dapat mengethui massa dari larutan asam oksalat yang nantinya akan dihitung selisih antara
erlenmeyer kosong dengan erlenmeyer yang berisi sampel. Data massa erlenmeyer yang kosong
diperoleh 25,1 gram dan 35 gram dan ini merupakan massa dari erlenmeyer kosong pada semua
variasi suhu. Larutan asam oksalat jenuh dimasukkan ke dalam erlenmeyer 100 mL sebanyak
5 m dan dimasukkan kedalam bejana berisi es batu dengan campuran garam dapur. Fungsi
penambahan garam dalam es batu yaitu untuk menurunkan titik beku dari es batu sehingga es
batu lebih cepat mencair. Es batu akan mneurunkan suhu dengan menyerap kalor dari dinding
– dinding gelas dan garam digunakan karena mampu mempercepat mencainya permukaan e
batu. Es batu akan menyerap panas dari larutan garam dan larutan garam akan menyerap panas
dari larutan yang ada dalam gelas beaker melalui dinding gelas sehingga alrutan menjadi lebih
dingin. Garam akan membantu penurunan titik leleh es batu, oleh karena itu es batu dengan
garam akan lebih cepat mencair dari pada penggunaan es batu saja.
Percobaan pada suhu ke 25℃ yaitu setelah diukur suhu larutan pada erlenmeyer tepat
25℃, maka larutan ditambahkan dengan indikator PP. Fungsi penambahan indikator PP yaitu
sebagai indikator untuk menunjukkan titik akhir titrasi dengan perubahan warna sesuai dengan
trayek pH dan karena titrasi ini merupakan titrasi antara asam lemah dan basa kuat. Indikator
PP mempunyai trayek pH 8,3-10 dengan perubahan warna dari tidak berwarna hingga merah
muda. Langkah percobaan selanjutnya yaitu titrasi asam basa dengan menggunakan NaOH 0,5
M sebagai larutan standar primer dan asam oksalat sebagai larutan standar sekunder yang belum
diketahui konsentrasinya. Titrasi dilakukan untuk mengetahui konsentrasi dari asam oksalat.
NaOH digunakan karena bereaksi sempurna dengan asam asetat, dimana NaOH yang
merupakan bas akuat berekasi dengan asam asetat yang merupakan basa lemah membentuk
garam yang bersifat basa dan reaksi ini lebih mudah diamati titik akhir titrasinya karena
merupakan reaksi antara basa kuat dan asam lemah. Volume dari NaOH sebagai basa
seharusnya meningkat dalam keadaan larutan asam oksalat yang jenuh karena jumlah partikel
yang larut akan mempengaruhi konsentrasi larutan. Percobaan pada suhu ke 25℃ didapatkan
data volume NaOH kedua percobaan adalah 22 mL. Berikut persamaan reaksinya :
H2C2O4 (aq) + 2NaOH(aq) Na2C2O4 (aq) + 2H2O (4.1)
Percobaan pada suhu selanjutnya yaitu 22℃ diperoleh data volume NaOH 17,1 mL dan
17,3 mL dengan prosedur yang sama seperti suhu 25℃. Volume NaOH untuk suhu 14℃ adalah
12,3 mL dan 12 mL, untuk suhu 7℃ adalah 9,1 mL dan 8,9 mL, dan pada suhu 3℃ adalah 6,4
mL dan 6,2 mL. Data volume NaOH yang diperoleh menunjukkan semakin tinggi suhu maka
volume NaOH semakin banyak, hal ini sesuai dengan teori persamaan gas ideal bahwa semakin
besar suhu maka volume juga semakin besar. Kelarutan asam oksalat sangat sensitif terhadap
temperatur dan kelarutannya kecil apabila dilarutkan dalam air, kelarutan dalam air yaitu 90
g.dm3 pada 20℃ (Chang, 2010).
Berdasarkan volume yang diperoleh maka dapat konsentrasi asam oksalat dapat
dihitung dengan menggunakan rumus pengenceran. Konsentrasi masing – masing suhu adalah
pada 25℃ yaitu 1,1 M secara duplo, untuk 22℃ yaitu 0,855 M dan 0,865 M, untuk 14℃ yaitu
0,615 M dan 0,6 M, untuk 7℃ yaitu 0,455 M secara duplo dan untuk 3℃ yaitu 0,32 M dan
0,31 M. Suhu yang semakin tinggi mengakibatkan energi kinetik atau laju reaksi menjadi
semakin tinggi atau cepat karena pergerakan partikel menjadi lebih cepat. Jumlah dari produk
semakin banyak karena laju reaksi semakin tinggi dan menandakan bahwa semakin tinggi suhu
konsentrasi juga meningkat.
Berdasarkan data konsentrasi dan volume yang diperoleh kita dapat menghitung mol
dari asam oksalat yaitu suhu 25℃ adalah 7.971 mol dan 7,69 mol, suhu 22℃ adalah 5,982 mol
dan 6.059 mol, suhu 14℃ adalah 4,304 mol dan 4,021 mol, suhu 7℃ adalah 3,192 mol dan
3,191 mol, dan terakhir suhu 3℃ adalah 2,245 ml dan 2,165 mol. Data tersebut menunjukkan
semakin tinggi suhu semakin besar pula jumlah molnya. Jumlah mol yang diketahui digunakan
untuk menghitung massa asam oksalat yaitu didapatkan data pada suhu 25℃ adalah 0,693 gram
secara duplo, suhu 22℃ adalah 0,538 gram dan 0,545 gram, suhu 14℃ adalah 0,387 gram dan
0,370 gram, suhu 7℃ adalah 0,287 gram secara duplo, dan suhu 3℃ adalah 0,201 gram dan
0,195 gram. Data tersebut menunjukkan semakin tinggi suhu maka massa asam oksalat juga
semakin berat.
Kelarutan dapat dicari dari data konsentrasi larutan asam oksalat yang diketahui.
Kelarutan yang diperoleh dari percobaan ini yaitu suhu 25℃ adalah 143478 g/mL dan
138420g/mL, suhu 22℃ adalah 107658 g/mL dan 109062 g/mL, suhu 14℃ adalah 77472
g/mL dan 75618 g/mL, suhu 7℃ adalah 5743 g/mL secara dulpo, dan suhu 3℃ adalah 4041
g/mL dan 3897 g/mL. Data tersebut menunjukkan semakin tinggi suhu maka kelarutan juga
semakin tinggi, temperatur memilki pengaruh positif terhadap nilai kelarutan asam oksalat.
11,2
ln S
11
Linear (ln S)
10,8
10,6
10,4
0,0033 0,00335 0,0034 0,00345 0,0035 0,00355 0,0036 0,00365
1/T
11,2
ln S
11
Linear (ln S)
10,8
10,6
10,4
0,0033 0,00335 0,0034 0,00345 0,0035 0,00355 0,0036 0,00365
1/T
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum kali ini yaitu sebagai berikut :
5.2 Saran
Saran untuk praktikum yang dilakukan yaitu agar mahasiswa lebih teliti dalam
melakukan perhitungan data dan dalam menjelaskan fenomena kimia yang terjadi di dalam
praktikum. Video praktikum yang tampilkan untuk tidak terlalu cepat dan penunjukkan hasil
akhir lebih jelas. Video juga perlu lebih mendetail agar praktikan lebih memahami mengenai
alat dan bahan hingga prosedur prakitikum yang benar.
DAFTAR PUSTAKA
Atkins, P.W. 1999. Physical Chemistry 2th Edition.New York: Freeman Company.
Bird,T. 1987. Kimia Fisik Untuk Universitas. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Chang, R. 2005. Kimia Dasar Jilid 1 . Jakarta : Erlangga
Chang, R. 2010. Chemistry 10th Edition. New York: Mc Grow-hill.
Goldberg, D. E. 2007. Fundamentals of Chemistry 5th Edition. New York : McGraw/Hill
LabChem. 2019. Material Safety Data Sheet of Aquades [Serial Online].
http://www.LabChem.com//tools/msds/msds/LC2650.pdf. Diakses pada
tanggal 13 oktober 2020.
LabChem. 2019. Material Safety Data Sheet of Oxalic acid [Serial Online].
http://www.LabChem.com//tools/msds/msds/LC18040.pdf. Diakses pada
tanggal 13 oktober 2020.
LabChem. 2019. Material Safety Data Sheet of phelophtalein [Serial Online].
http://www.LabChem.com//tools/msds/msds/LC18198.pdf. Diakses pada
tanggal 13 oktober 2020.
LabChem. 2019. Material Safety Data Sheet of Sodium Chloride [Serial Online].
http://www.LabChem.com//tools/msds/msds/LC23510.pdf. Diakses pada
tanggal 13 oktober 2020.
LabChem. 2019. Material Safety Data Sheet of Sodium Hydroxide [Serial Online].
http://www.LabChem.com//tools/msds/msds/LC23900.pdf. Diakses pada
tanggal 13 oktober 2020.
Rosenberg,J. 1996. Kimia Dasar Edisi Keenam.Jakarta: Erlangga.
Syukri. 1999. Termodinamika Kimia. Jakarta: Erlangga.
Tim Penyusun. 2020. Petunjuk Praktikum Termodinamika Kimia. Universitas Jember :Jember
Lampiran 1. Perhitungan
Lembar Perhitungan
Suhu 3℃
Massa Erlenmeyer Kosong: 1) 25,1 gram
2) 35 gram
Massa Erlenmeyer + Larutan: 1) 30 gram
2) 41,9 gram
Volume NaOH untuk titrasi: 1) 6,4 × 10−3 L
2) 6,2 × 10−3 L
1. Molaritas 𝐶2 𝐻2 𝑂4
Pengulangan 1 Pengulangan 2
Molaritas 𝐶2 𝐻2 𝑂4 Molaritas 𝐶2 𝐻2 𝑂4
NaOH = 𝐶2 𝐻2 𝑂4 NaOH = 𝐶2 𝐻2 𝑂4
𝑀1 . 𝑛1. 𝑉1 = 𝑀2 𝑛2 𝑉2 𝑀1 . 𝑛1. 𝑉1 = 𝑀2 𝑛2 𝑉2
𝑀1 . 𝑛1. 𝑉1 𝑀1 . 𝑛1. 𝑉1
𝑀2 = 𝑀2 =
𝑛2 𝑉2 𝑛2 𝑉2
Pengulangan 1 Pengulangan 2
n=M×V n=M×V
= 0,32 M × 5 × 10−3 𝐿 = 0,31 M × 5 × 10−3 𝐿
= 1,6 × 10−3 𝑚𝑜𝑙 = 1,55 × 10−3 𝑚𝑜𝑙
5. Massa larutan 𝐻2 𝑂
Pengulangan 1
Massa 𝐻2 𝑂 = massa larutan – massa 𝐶2 𝐻2 𝑂4 . 2𝐻2 𝑂
= 4,9 gram – 0,201 gram
= 4,698 gram
Pengulangan 2
Massa 𝐻2 𝑂 = massa larutan – massa 𝐶2 𝐻2 𝑂4 . 2𝐻2 𝑂
= 6,9 gram – 0,1953 gram
= 6,704 gram
6. Molaritas Solut
Pengulangan 1 Pengulangan 2
1000 1000
M=n× M=n×
𝑃 𝑃
0,202 1000 0,195 1000
= × 4,698 𝑔𝑟𝑎𝑚 = × 6,704 𝑔𝑟𝑎𝑚
90 90
= 0,478 𝑚𝑜𝑙⁄𝑔 = 0,323 𝑚𝑜𝑙⁄𝑔
7. Mol solute
Pengulangan 1 Pengulangan 2
Mol solute = Molaritas × m 𝐻2 𝑂 Mol solute = Molaritas × m 𝐻2 𝑂
= 0,340 𝑚𝑜𝑙⁄𝑔 × 4,698 g = 0,313 𝑚𝑜𝑙⁄𝑔 × 6,705 g
= 2,245 mol = 2,165 mol
8. Kelarutan (s)
Pengulangan 1 Pengulangan 2
n solut × Mr Oksalat n solut × Mr Oksalat
s= s=
𝑉 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 𝑉 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑔𝑟𝑎𝑚
2,245 mol × 90 ⁄𝑚𝑜𝑙 2,165 mol × 90 ⁄𝑚𝑜𝑙
= =
0,005 𝑙 0,005 𝑙
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 4041 ⁄𝑙 = 3897 ⁄𝑙
In s = 10,6 In s = 10,5
Suhu 7℃
Massa Erlenmeyer Kosong: 1) 25,1 gram
2) 35 gram
Massa Erlenmeyer + Larutan: 1) 31,5 gram
2) 42,3 gram
Volume NaOH untuk titrasi: 1) 9,1 × 10−3L
2) 8,9 × 10−3L
1. Molaritas 𝐶2 𝐻2 𝑂4
Pengulangan 1 Pengulangan 2
Molaritas 𝐶2 𝐻2 𝑂4 Molaritas 𝐶2 𝐻2 𝑂4
NaOH = 𝐶2 𝐻2 𝑂4 NaOH = 𝐶2 𝐻2 𝑂4
𝑀1 . 𝑛1. 𝑉1 = 𝑀2 𝑛2 𝑉2 𝑀1 . 𝑛1. 𝑉1 = 𝑀2 𝑛2 𝑉2
𝑀1 . 𝑛1. 𝑉1 𝑀1 . 𝑛1. 𝑉1
𝑀2 = 𝑀2 =
𝑛2 𝑉2 𝑛2 𝑉2
Pengulangan 1 Pengulangan 2
n=M×V n=M×V
= 0,455 M × 5 × 10−3 𝐿 = 0,455 M × 5 × 10−3 𝐿
= 2,275 × 10−3 𝑚𝑜𝑙 = 2,275 × 10−3 𝑚𝑜𝑙
4. Massa larutan 𝐶2 𝐻2 𝑂4
Pengulangan 1
Massa larutan = (massa larutan + erlemenyer) – (massa erlenmeyer kosong)
= 31,5 gram – 25,1 gram
= 6,4 gram
Pengulangan 2
Massa larutan = (massa larutan + erlemenyer) – (massa erlenmeyer kosong)
= 42,3 gram – 35 gram
= 7,3 gram
5. Massa larutan 𝐻2 𝑂
Pengulangan 1
Massa 𝐻2 𝑂 = massa larutan – massa 𝐶2 𝐻2 𝑂4 . 2𝐻2 𝑂
= 6,4 gram – 0,287 gram
= 6,11 gram
Pengulangan 2
Massa 𝐻2 𝑂 = massa larutan – massa 𝐶2 𝐻2 𝑂4 . 2𝐻2 𝑂
= 7,3 gram – 0,287 gram
= 7,013 gram
6. Molaritas Solut
Pengulangan 1 Pengulangan 2
1000 1000
M=n× M=n×
𝑃 𝑃
0,287 1000 0,287 1000
= × 6,113 𝑔𝑟𝑎𝑚 = × 7,013 𝑔𝑟𝑎𝑚
90 90
= 0,522 𝑚𝑜𝑙⁄𝑘𝑔 = 0,455 𝑚𝑜𝑙⁄𝑘𝑔
7. Mol solute
Pengulangan 1 Pengulangan 2
Mol solute = Molaritas × m 𝐻2 𝑂 Mol solute = Molaritas × m 𝐻2 𝑂
= 0,522 𝑚𝑜𝑙⁄𝑔 × 6,113 g = 0,455 𝑚𝑜𝑙⁄𝑔 × 7,013 g
= 3,192 mol = 3,191 mol
8. Kelarutan (s)
Pengulangan 1 Pengulangan 2
n solut × Mr Oksalat n solut × Mr Oksalat
s= s=
𝑉 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 𝑉 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑔𝑟𝑎𝑚
3,191 mol × 90 ⁄𝑚𝑜𝑙 3,191 mol × 90 ⁄𝑚𝑜𝑙
= =
0,005 𝑙 0,005 𝑙
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 5743 ⁄𝑙 = 5743 ⁄𝑙
In s = 10,95 In s = 10,95
Suhu 14℃
Massa Erlenmeyer Kosong: 1) 25,1 gram
2) 35 gram
Massa Erlenmeyer + Larutan: 1) 32,1 gram
2) 42,2 gram
Volume NaOH untuk titrasi: 1) 12,3 × 10−3L
2) 12 × 10−3 L
1. Molaritas 𝐶2 𝐻2 𝑂4
Pengulangan 1 Pengulangan 2
Molaritas 𝐶2 𝐻2 𝑂4 Molaritas 𝐶2 𝐻2 𝑂4
NaOH = 𝐶2 𝐻2 𝑂4 NaOH = 𝐶2 𝐻2 𝑂4
𝑀1 . 𝑛1. 𝑉1 = 𝑀2 𝑛2 𝑉2 𝑀1 . 𝑛1. 𝑉1 = 𝑀2 𝑛2 𝑉2
𝑀1 . 𝑛1. 𝑉1 𝑀1 . 𝑛1. 𝑉1
𝑀2 = 𝑀2 =
𝑛2 𝑉2 𝑛2 𝑉2
5. Massa larutan 𝐻2 𝑂
Pengulangan 1
Massa 𝐻2 𝑂 = massa larutan – massa 𝐶2 𝐻2 𝑂4 . 2𝐻2 𝑂
= 7 gram – 387,66× 10−3 gram
= 6,612 gram
Pengulangan 2
Massa 𝐻2 𝑂 = massa larutan – massa 𝐶2 𝐻2 𝑂4 . 2𝐻2 𝑂
= 7 gram – 370,21× 10−3 gram
= 6,821 gram
6. Molaritas Solut
Pengulangan 1 Pengulangan 1
1000 1000
M=n× M=n×
𝑃 𝑃
387,6 1000 378,21 1000
= × 6,612 𝑔𝑟𝑎𝑚 = × 6,821 𝑔𝑟𝑎𝑚
90 90
= 0,651 𝑚𝑜𝑙⁄𝑔 = 0,616 𝑚𝑜𝑙⁄𝑔
7. Mol solute
Pengulangan 1 Pengulangan 2
Mol solute = Molaritas × m 𝐻2 𝑂 Mol solute = Molaritas × m 𝐻2 𝑂
= 0,651 𝑚𝑜𝑙⁄𝑔𝑟𝑎𝑚 ×6,612 gram = 0,616 𝑚𝑜𝑙⁄𝑔 × 6,821 gram
= 4,304 mol = 4,201 mol
8. Kelarutan (s)
Pengulangan 1 Pengulangan 2
n solut × Mr Oksalat n solut × Mr Oksalat
s= s=
𝑉 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 𝑉 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑔𝑟𝑎𝑚
4,304 mol × 90 ⁄𝑚𝑜𝑙 4,201 mol × 90 ⁄𝑚𝑜𝑙
= =
0,005 𝑙 0,005 𝑙
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 77472 ⁄𝑙 = 75618 ⁄𝑙
In s = 11,25 In s = 11,23
Suhu 22℃
Massa Erlenmeyer Kosong: 1) 25,1 gram
2) 35 gram
Massa Erlenmeyer + Larutan: 1) 31 gram
2) 42 gram
Volume NaOH untuk titrasi: 1) 17,1× 10−3 𝐿
2) 17,3 × 10−3 L
1. Molaritas 𝐶2 𝐻2 𝑂4
Pengulangan 1 Pengulangan 2
Molaritas 𝐶2 𝐻2 𝑂4 Molaritas 𝐶2 𝐻2 𝑂4
NaOH = 𝐶2 𝐻2 𝑂4 NaOH = 𝐶2 𝐻2 𝑂4
𝑀1 . 𝑛1. 𝑉1 = 𝑀2 𝑛2 𝑉2 𝑀1 . 𝑛1. 𝑉1 = 𝑀2 𝑛2 𝑉2
𝑀1 . 𝑛1. 𝑉1 𝑀1 . 𝑛1. 𝑉1
𝑀2 = 𝑀2 =
𝑛2 𝑉2 𝑛2 𝑉2
0,5 𝑀 × 1 𝑚𝑜𝑙 × 17,1 × 10−3 gram 0,5 𝑀 × 1 𝑚𝑜𝑙 × 17,3 × 10−3 gram
5 × 10−3 gram × 2 𝑚𝑜𝑙 5 × 10−3 gram × 2 𝑚𝑜𝑙
4. Massa larutan 𝐶2 𝐻2 𝑂4
Pengulangan 1
Massa larutan = (massa larutan + erlemenyer) – (massa erlenmeyer kosong)
= 31 gram – 25,1 gram
= 5,9 gram
Pengulangan 2
Massa larutan = (massa larutan + erlemenyer) – (massa erlenmeyer kosong)
= 42 gram – 35 gram
= 7 gram
5. Massa pelarut 𝐻2 𝑂
Pengulangan 1
Massa 𝐻2 𝑂 = massa larutan – massa 𝐶2 𝐻2 𝑂4 . 2𝐻2 𝑂
= 5,9 gram – 0,538 gram
= 5,361 gram
Pengulangan 2
Massa 𝐻2 𝑂 = massa larutan – massa 𝐶2 𝐻2 𝑂4 . 2𝐻2 𝑂
= 7 gram – 0,545 gram
= 6,455 gram
6. Molaritas Solut
Pengulangan 1 Pengulangan 2
1000 1000
M=n× M=n×
𝑃 𝑃
0,538 1000 0,544 1000
= × 5,361 = × 6,455
90 𝑔𝑟𝑎𝑚 90 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 1,116 𝑚𝑜𝑙⁄𝑔 = 0,938 𝑚𝑜𝑙⁄𝑔
7. Mol solute
Pengulangan 1 Pengulangan 2
Mol solute = Molaritas × m 𝐻2 𝑂 Mol solute = Molaritas × m 𝐻2 𝑂
= 1,116 𝑚𝑜𝑙⁄𝑔 × 5,36 g = 0,938 𝑚𝑜𝑙⁄𝑔 ×6,46 g
= 5,982 mol = 6,059 mol
8. Kelarutan (s)
Pengulangan 1 Pengulangan 2
n solut × Mr Oksalat n solut × Mr Oksalat
s= s=
𝑉 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 𝑉 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑔𝑟𝑎𝑚
5,981 mol × 90 ⁄𝑚𝑜𝑙 6,059 mol × 90 ⁄𝑚𝑜𝑙
= =
0,005 𝑙 0,005 𝑙
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 107658 ⁄𝑙 = 109062 ⁄𝑙
In s = 11,58 In s = 11,6
Suhu 25℃
Massa Erlenmeyer Kosong: 1) 25,1 gram
2) 35 gram
Massa Erlenmeyer + Larutan: 1) 31 gram
2) 42 gram
Volume NaOH untuk titrasi: 1) 22 × 10−3 𝐿
2) 22 × 10−3 L
1. Molaritas 𝐶2 𝐻2 𝑂4
Pengulangan 1 Pengulangan 2
Molaritas 𝐶2 𝐻2 𝑂4 Molaritas 𝐶2 𝐻2 𝑂4
NaOH = 𝐶2 𝐻2 𝑂4 NaOH = 𝐶2 𝐻2 𝑂4
𝑀1 . 𝑛1. 𝑉1 = 𝑀2 𝑛2 𝑉2 𝑀1 . 𝑛1. 𝑉1 = 𝑀2 𝑛2 𝑉2
𝑀1 . 𝑛1. 𝑉1 𝑀1 . 𝑛1. 𝑉1
𝑀2 = 𝑀2 =
𝑛2 𝑉2 𝑛2 𝑉2
4. Massa larutan 𝐶2 𝐻2 𝑂4
Pengulangan 1
Massa larutan = (massa larutan + erlemenyer) – (massa erlenmeyer kosong)
= 31 gram – 25,1 gram
= 5,9 gram
Pengulangan 2
Massa larutan = (massa larutan + erlemenyer) – (massa erlenmeyer kosong)
= 42 gram – 35 gram
= 7 gram
5. Massa 𝐻2 𝑂
Pengulangan 1
Massa 𝐻2 𝑂 = massa larutan – massa 𝐶2 𝐻2 𝑂4 . 2𝐻2 𝑂
= 5,9 gram – 0,693 gram
= 5,207 gram
Pengulangan 2
Massa 𝐻2 𝑂 = massa larutan – massa 𝐶2 𝐻2 𝑂4 . 2𝐻2 𝑂
= 7 gram – 0,693 gram
= 6,307 gram
6. Molaritas Solut
Pengulangan 1 Pengulangan 2
1000 1000
M=n× M=n×
𝑃 𝑃
0,693 1000 0,693 1000
= × 5,207 𝑔𝑟𝑎𝑚 = × 6,307 𝑔𝑟𝑎𝑚
90 90
= 1,531 𝑚𝑜𝑙⁄𝑔 = 1,220 𝑚𝑜𝑙⁄𝑔
7. Mol solute
Pengulangan 1 Pengulangan 2
Mol solute = Molaritas × m 𝐻2 𝑂 Mol solute = Molaritas × m 𝐻2 𝑂
= 1,531 𝑚𝑜𝑙⁄𝑔 × 5,207 g = 1,220 𝑚𝑜𝑙⁄𝑔 × 6,307 g
= 7,971 mol = 7,69 mol
8. Kelarutan (s)
Pengulangan 1 Pengulangan 2
n solut × Mr Oksalat n solut × Mr Oksalat
s= s=
𝑉 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 𝑉 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑔𝑟𝑎𝑚
7,971 mol × 90 ⁄𝑚𝑜𝑙 4,995 mol × 126,07 ⁄𝑚𝑜𝑙
= =
0,005 𝑙 0,005 𝑙
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 143478 ⁄𝑙 = 138420 ⁄𝑙
In s = 11,87 In s = 11,83
Grafik Hubungan ln S dengan 1/T (1)
12
y = -4607,3x + 27,286
11,8
R² = 0,9714
11,6
11,4
ln S
11,2
ln S
11
Linear (ln S)
10,8
10,6
10,4
0,0033 0,00335 0,0034 0,00345 0,0035 0,00355 0,0036 0,00365
1/T
y = mx + c
∆𝐻
− =𝑚
𝑅
−∆𝐻 = 𝑚 𝑅
∆𝐻 = −(𝑚𝑅)
∆𝐻 = −(−4607,3 × 8,314 J/mol.K)
= + 38305,0922 J/mol.K
= + 38,3050922 kJ/mol.K
Grafik Hubungan ln S dengan 1/T (2)
12
11,8 y = -4544,7x + 27,06
R² = 0,9758
11,6
11,4
ln S
11,2
ln S
11
Linear (ln S)
10,8
10,6
10,4
0,0033 0,00335 0,0034 0,00345 0,0035 0,00355 0,0036 0,00365
1/T
y = mx + c
∆𝐻
− =𝑚
𝑅
−∆𝐻 = 𝑚 𝑅
∆𝐻 = −(𝑚𝑅)
∆𝐻 = −(−4544,7 × 8,314 J/mol.K)
= + 37784,6358 J/mol.K
= + 37,7846358 kJ/mol.K
LEMBAR PENGAMATAN
2. Suhu 22℃
a. Perlakuan 1 5 mL 17,1 mL
b. Perlakuan 2 5 mL 17,3 mL
3. Suhu 14℃
a. Perlakuan 1 5 mL 12,3 mL
b. Perlakuan 2 5 mL 12 mL
4. Suhu 7℃
a. Perlakuan 1 5 mL 9,1 mL
b. Perlakuan 2 5 mL 8,9 mL
5. Suhu 3℃
a. Perlakuan 1 5 mL 6,4 mL
b. Perlakuan 2 5 mL 6,2 mL