Anda di halaman 1dari 25

ERMODINAMIKA KIMIA ENTALPI PELARUT

BAB.1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Entalpi adalah istilah dalam termodinamika yang menyatakan jumlah energi
internal dari suatu sistem termodinamika ditambah energi yang digunakan
untuk melakukan kerja pada sebuah materi. Entalpi digolongkan menjadi
beberapa jenis yaitu entalpi pembentukan standar, entalpi penguraian
standar, entalpi pembakaran standar, dan entalpi pelarutan standar. Entalpi
yang berperan disini adalah entalpi pelarutan, yang dimaksud dengan
entalpi pelarutan adalah jumlah kalor yang diperlukan atau dibebaskan
untuk melarutkan 1 mol zat pada keadaan standar.
Pada larutan jenuh terjadi keseimbangan antara zat terlarut dalam larutan
dan zat yang tidak terlarut. Pada keadaan kesetimbangan ini kecepatan
melarut sama dengan kecepatan mengendap dan konsentrasi zat dalam
larutan akan selalu tetap. Secara umum panas kelarutan adalah positif
(endotermis) sehingga menurut Vant Hoff makin tinggi temperatur maka
akan semakin banyak zat yang larut. Sedangkan untuk zat-zat yang panas
pelarutannya negatif (eksotermis), maka semakin tinggi suhu akan makin
berkurang zat yang dapat larut.
1.2
Rumusan Masalah
Bagaimana cara menentukan pengaruh suhu terhadap kelarutan suatu zat
dan panas kelarutan ?
BAB.2

TINJAUAN

PUSTAKA

2.1 Materials Safety Data Sheet (MSDS) Bahan


2.1.1 AsamOksalat (H2C2O4)
Asam oksalat adalah senyawa kimia yang memiliki rumus H2C2O4 dengan
nama sistematis asam etanadioat. Asam dikarboksilat paling sederhana ini
biasa digambarkan dengan rumus HOOC-COOH. Merupakan asam organik
yang relatif kuat, 10.000 kali lebih kuat daripada asam asetat. Di-anionnya,
dikenal sebagai oksalat, juga agen pereduktor.

Banyak ion logam yang membentuk endapan tak larut dengan asam oksalat,
contoh terbaik adalah kalsium oksalat (CaOOC-COOCa), penyusun utama
jenis batu ginjal yang sering ditemukan.
Asam oksalat dalam keadaan murni berupa senyawa kristal, larut dalam air
(8% pada 10o C) dan larut dalam alkohol. Asam oksalat membentuk garam
netral dengan logam alkali (Na,K), yang larut dalam air (5-25 %), sementara
itu dengan logam dari alkali tanah, termasuk Mg atau dengan logam berat,
mempunyai kelarutan yang sangat kecil dalam air. Jadi kalsium oksalat
secara praktis tidak larut dalam air. Berdasarkan sifat tersebut asam oksalat
digunakan untuk menentukan jumlah kalsium. Asam oksalat ini terionisasi
dalam media asam kuat.
Asam oksalat mempunyai massa molar 90.03 g/mol (anhidrat) dan 126.07
g/mol (dihidrat), rupa putih, kepadatan dalam fase 1,90 g/cm (anhidrat) dan
1.653 g/cm (dihidrat), kelarutan dalam air 9,5 g/100 mL (15C), 14,3 g /100
mL (25C?), dan 120 g/100 mL (100C), dan titik didih sebesar 101-102C
(dihidrat) (Anonim, 22 oktober 2010).
2.1.2 Natrium Hidroksida (NaOH)
Natrium hidroksida murni merupakan padatan putih; tersedia di pellet,
serpih, butiran dan sebagai larutan 50% jenuh. Ini adalah higroskopis dan
mudah menyerap air dari udara, sehingga harus disimpan dalam kedap
udara wadah. Sangat larut dalam air dengan pembebasan panas. Ini juga
larut dalam etanol dan metanol, meskipun pameran kelarutan rendah dalam
larutan daripada kalium hidroksida. Natrium hidroksida cair juga merupakan
basa kuat, tapi suhu tinggi batas yang diperlukan aplikasi. Hal ini tidak larut
dalam eter dan pelarut non-polar. Sebuah natrium hidroksida larutan akan
meninggalkan noda kuning pada kain dan kertas (Anonim, 22 oktober 2010).
NaOH mempunyai sifat H pembubaran untuk diencerkan berair -44,45 kJ /
mol. Dari larutan berair pada 12,3-61,8 C, mengkristal di monohidrat,
dengan titik lebur 65,1 C dan densitas 1,829 g / cm 3. H form -734.96
kJ / mol. Monohidrat dari -28 ke -24 C. Heptahidrat dari -24 ke -17,7 C.
-17,7 Ke Pentahydrate dari -5,4 C. Tetrahydrate (-berubah), di -5, 4-12,3

C juga tahu metastabil -NaOH 4 * H 2 O. Yang di atas 61,8 C adalah


mengkristal (Anonim, 22 oktober 2010).
2.1.3 Indikator Phenolptalein (C20H14O4)
Indikator asam-basa (fenoftalen) menunjukkan bahwa suatu larutan bersifat
asam atau basa. Indikator asam-basa seperti pp (fenoftalen) mempunyai
warna tertentu pada trayek pH / rentang pH tertentu => yang ditunjukkan
dengan perubahan warna indikator. Kalau indikator pp, merupakan indikator
yang menunjukkan pH basa, karena dia berada pada rentang pH antara 8,3
hingga 10,0 (dari tak berwarna merah pink). Kalau pada percobaan Anda
ketika NaOH diberi fenoftalen, lalu warnanya berubah menjadi merah
lembayung, maka trayek pH-nya mungkin sekitar 9-10 (Anonim, 22 oktober
2010).
2.1.4 GaramDapur
Natrium klorida, juga dikenal sebagai garam, garam dapur, garam meja, atau
garam karang, merupakan senyawa ionik dengan rumus NaCl. Natrium
klorida adalah garam yang paling bertanggung jawab atas kadar garam dari
laut dan dari cairan ekstraselular multiseluler dari banyak organisme.
Sebagai bahan utama garam bisa dimakan, itu biasanya digunakan sebagai
bumbu dan makanan pengawet. NaCl mempunyai massa molar 58,443 g /
mol, tidak berwarna, berbau, kepadatannya 58,443 g / mol, titik lebur 801
C, dan titik didih 1413oC (Anonim, 22 oktober 2010).
2.2
Entalpi
Jika sebuah sistem bebas untuk mengubah volumenya terhadap tekanan luar
yang tetap, perubahan energi dalamnya tidak lagi sama dengan energi yang
diberikan kepada kalor. Energi yang diberikan sebagai kalor diubah menjadi
kerja untuk memberikan tekanan balik terhadap lingkungannya, sehingga
dU<dq. Kita akan menunjukkan bahwa pada tekanan tetap, kalor yang
diberikan sama dengan perubahan dalam sifat termodinamika yang lain dari
sistem, yaitu entalpi H (Atkins, 1993 : 44).
Entalpi pelarutan standart merupakan perubahan entalpi standart jika zat itu
melarut di dalam pelarut dengan sejumlah tertentu. Entalpi pembatas
pelarutan adalah perubahan entalpi standart jika zat melarut dalam pelarut
dengan jumlah tak terhingga, sehingga interaksi antara dua ion (atau

molekul terlarut untuk zat bukan elektrolit) dapat diabaikan (Atkins, 1999 :
50).
Untuk menentukan perubahan entalpi yang terjadi pada larutan, maka
konsentrasi larutannya perlu ditetapkan terlebih dahulu. Panas pelarutan
suatu zat adalah perubahan entalpi yang terjadi bila 1 mol zat itu dilarutkan
ke dalam suatu pelarutan untuk mencapai konsentrasi tertentu. Panas
pelarutan tersebut dinamakan panas pelarutan integral atau panas pelarutan
total. Panas pelarutan bukan bergantung pada jenis zat yang dilarutkan, jenis
pelarut, suhu, dan tekanan, tetapi bergantung pada konsentrasi larutan yang
hendak dicapai (Alberty, 1992 : 32).
Ada beberapahal yang harus diperhatikan pada perubahanentalpi :
H, E atau q positif, artinya system memperoleh tenaga.
W>0 kerja dilakukan oleh sistem
W<0 kerja dilakukan terhadap system (Sukardjo, 1997 : 34).
Panas pelarutan adalah panas yang menyertai reaksi kimia pada pelarutan
mol zat solute dalam n mol solvent pada tekanan dan temperature yang
sama. Hal ini disebabkan adanya ikatan kimia dari atom-atom. Panas
pelarutan dibagi menjadi dua yaitu panas pelarutan integral dan panas
pelarutan diferensial. Panas pelarutan didefinisikan sebagai perubahan
entalpi yang terjadi bila dua zat atau lebih zat murni dalam keadaan standar
dicampur pada tekanan dan temperatur tetap untuk membuat larutan
(Alberty, 1992 : 35).
Bila suatu zat terlarut dilarutkan dalam pelarut, kalor dapat diserap atau
dilepaskan, kalor reaksi bergantung pada konsentrasi larutan akhir. Bila zat
terlarut dilarutkan dalam pelarut yang secara kimia sama dan tidak ada
komplikasi mengenai ionisasi atau solvasi, kalor pelarutan hamper sama
dengan peluluhan. Kalor pelarutan, integral antara 2 kemolalan m1 dan m2
adalah kalor yang menyertai pengenceran tertentu dengan konsentrasi M,
yang mengandung 1 mol zat terlarut dengan pelarut murni untuk membuat
larutan dengan konsentrasi m2 (Alberty, 1992: 34).
Pengaruh temperatur tergantung dari panas pelarutan. Bila panas pelarutan
(H) negatif, daya larut turun dengan naiknya temperatur. Bila panas
pelarutan (H) positif, daya larut naik dengan naiknya temperatur. Tekanan

tidak begitu berpengaruh terhadap daya larut zat padat dan cair, tetapi
berpengaruh pada daya larut gas (Sukardjo, 1997 : 142).
Pada larutan jenuh terjadi kesetimbangan antara zat terlarut dalam larutan
dan zat yang tidak terlarut. Pada keadaan kesetimbangan ini kecepatan
melarut sama dengan kecepatan mengendap dan konsentrasi zat dalam
larutan akan selalu tetap. Jika kesetimbangan terganggu dengan adanya
perubahan temperatur maka konsentrasi larutannya akan berubah. Menutur
Vant Hoff pengaruh temperatur terhadap kelarutan dinyatakan sebagai
berikut :
d ln S/dt = (H)/RT2
dengan mengintegralkan dari T1 ke T2 maka akan dihasilkan
ln S2/S1 = (H/R) (T1-1-T2-1).
Ln S = -(H)/RT + konstanta
Dimana :
S1,S2 = kelarutan masing masing zat pada temperature T1 dan T2
(g/1000gram solven).
H = panas pelarutan (panas pelarutan/ g (gram)).
R = konstanta gas umum.
Secara umum panas pelarutan adalah positif (endodermis) sehingga
menurut Vant Hoff makin tinggi temperatur maka akan semakin banyak zat
yang larut. Sedangkan untuk zat zat yang panas pelarutannya negatif
(eksotermis), maka semakin tinggi suhu maka akan semakin berkurang zat
yang dapat larut (Tim Kimia Fisika, 2009 : 2).
4.2

Pembahasan

Pada percobaan kali ini praktikan menentukan kelarutan asam oksalat pada
temperatur 6C,10 C,14 C,18 C, 22 C dan 26 C. Asam oksalat dilarutkan
dalam air sampai keadaan jenuh, dimana suatu zat sudah tidak dapat larut
lagi (mengendap) dalam pelarut dengan kata lain proses kecepatan melarut
serta mengendap larutan tersebut seimbang.
Kelarutan (solubility) suatu zat dalam suatu pelarut menyatakan jumlah
maksimum suatu zat yang dapat larut dalam pelarut. Larutan merupakan
campuran antara zat cair dan zat padat. Sifat larutan itu sendiri tergantung
dari jumlah partikel zat terlarut (baik molekul maupun ion) dan tidak
tergantung pada jenis parikelnya, oleh karena itu sifat larutan disebut

koligatif yaitu penurunan tekanan uap, penurunan titik beku, kenaikan titik
didih, dan tekanan osmosis. Larutan jenuh ialah larutan yang memiliki
kesetimbangan dinamik, maksudnya kesetimbangan dinamis disini adalah
bahwa kecepatan melarutnya seimbang dengan kecepatan mengendapnya
suatu zat.
Larutan zat padat dalam cairan tersebut terbentuk dari dua tahap. Pertama
terjadinya penguapan dari zat padat sehingga terbentuk partikel-partikel
solut gas yang terisolasi. Tahap ini memerlukan kenaikan energi potensial.
Kedua, pertikel solut dibawa ke solven dimana partikel-partikel tersebut
mengelilingi solven, tahap ini akan merendahkan energi potensial.
Pengurangan energi potensial disebut energi solvatasi dari pelarut atau bila
pelarutnya air disebut energi hidrasi (Brady, 1998 : 597-598).
Pada percobaan ini larutan asam oksalat jenuh kemudian dititrasi dengan
menggunakan NaOH dan penambahan indicator PP. Larutan ini dititrasi
dengan NaOH bertujuan untuk mengetahui konsentrasi asam oksalat dengan
tepat sedangkan penambahan indikator pp bertujuan untuk mengetahui
adanya perubahan fisika pada titik akhir titrasi yang ditandai dengan
perubahan warna.
Reaksi antara asam oksalat dengan NaOH merupakan reaksi antara asam
lemah dengan basa kuat. Reaksi antara asam lemah dan basa kuat mencapai
titik ekivalen pada PH > 7, sehingga harus digunakan indikator yang
memiliki trayek kerja pada daerah pH diatas 7. Indikator yang digunakan
pada percobaan adalah indikator PP (fenolptalein) yang memiliki trayek pH
antara 8,2 10,0. Pada percobaan ini, perubahan PP dari tidak berwarna
menjadi berwarna merah muda. Dari titrasi yang kita lakukan terhadap
larutan jenuh asam oksalat dengan perlakuan suhu yang berbeda-beda,
dapat kita ketahui kelarutan asam oksalat pada masing-masing suhu.
4.2.2

Fungsi garam

Dalam percobaan ini dilakukan penambahan garam, hal ini dilakukan


bertujuan untuk menurunkan titik beku air serta meningkatkan titik didih
agar es akan tetap membeku dalam waktu yang agak lama sehingga

memudahkan percobaan ini terutama percobaan yang di lakukan pada suhu


yang rendah.
4.2.3

Pengaruh suhu

Kelarutan zat padat dalam air semakin tinggi bila suhunya dinaikkan. Adanya
kalor (panas) mengakibatkan semakin renggangnya jarak antar molekul zat
padat tersebut. Merenggangnya jarak antar molekul zat padat menjadikan
kekuatan gaya antar molekul tersebut menjadi lemah sehingga mudah
terlepas oleh gaya tarik antar molekul-molekul air dan terjadi kelarutan.
Energi kinetik rata-rata molekul pada suhu tinggi lebih besar daripada energi
kinetik rata-rata molekul pada suhu rendah.
Pengaruh temperatur pada kelarutan gas umumnya berkurang pada
temperatur yang lebih tinggi. Misalnya, jika air dipanaskan, maka timbul
gelembung-gelembung gas yang keluar dari dalam air, sehingga gas yang
terlarut dalam air tersebut menjadi berkurang. Kebanyakan zat padat
kelarutannya lebih besar pada temperatur yang lebih tinggi. Pada larutan
jenuh terdapat kesetimbangan antara proses pelarutan dan proses
pengkristalan kembali. Jika salah satu proses bersifat endoterm, maka proses
sebaliknya bersifat eksoterm. Jadi jika proses pelarutan bersifat endoterm,
maka kelarutannya bertambah pada temperatur yang lebih tinggi.
Sebaliknya jika proses pelarutan bersifat eksoterm, maka kelarutannya
berkurang pada suhu yang lebih tinggi.
4.2.4

Pengaruh tekanan

Faktor berikutnya adalah pengaruh tekanan pada kelarutan, Perubahan


tekanan pengaruhnya kecil terhadap kelarutan zat cair atau padat. Sebab
suatu tekanan berhubungan dengan volum dan volum cairan itu sendiri tidak
mengalami perubahan yang besar, hal ini berbeda dengan volum gas.
Partikel gas geraknya lebih bebas dibandingkan dengan cairan, sehingga
pengaruh tekanan pada zat cair lebih kecil dibanding pengaruhnya terhadap
gas.
4.2.4

Reaksi endoterm dan eksoterm

Ketika asam oksalat dilarutkan dalam air, campuran tersebut menjadi dingin,
hal itu menunjukkan bahwa proses melarutnya asam oksalat adalah
endoterm. Hal ini dibuktikan dengan makin sedikitnya jumlah asam oksalat
yang larut seiring dengan turunnya suhu, yakni pada suhu yang semakin
rendah maka akan terdapat endapan yang semakin banyak serta pada waktu
dilakukan pengadukan, suhu larutan turun dan diluar beaker gelas terasa
dingin. Begitu juga sebaliknya, jika suatu zat dilarutkan dalam air,
campurannya menjadi panas, hal itu menandakan bahwa proses melarutnya
tersebut adalah eksoterm. Jumlah panas yang diabsorbsi atau dilepaskan bila
suatu zat membentuk larutan disebut panas larutan, yang diberi simbol
Hpelarutan. Panas pelarutan adalah perbedaan energi yang dimiliki larutan
setelah terbentuk dan energi yang dimiliki komponen larutan sebelum
dicampur. Jadi :
Hpelarutan = Hpelarutan Hkomponen
besarnya panas kelarutan dapat memberikan keterangan mengenai gaya
tarik relatif antara bermacam-macam partikel dalam larutan tersebut.
BAB.5 PENUTUP
5.1

Kesimpulan

Semakin tinggi suhu maka semakin besar tingkat kelarutannya.


Tekanan tidak berpengaruh besar terhadap kelarutan.
Digunakan garam sebagai penurun titik beku air serta meningkatkan titik
didih air.
Eksoterm merupakan proses pelepasan kalor dari sistem ke lingkungan.
Endoterm ialah proses penyerapan kalor dari lingkungan ke sistem.
Percobaan entalpi pelarutan ini merupakan proses endoterm.
5.2

Saran

Selalu periksa kondisi alat sebelum melakukan percobaan guna


mendapatkan hasil yang lebih akurat.
Selalu tingkatkan ketelitian dalam pengamatan untuk mendapatkan hasil
yang optimal.
Ikuti petunjuk asisten dan buku penuntun untuk meminimalisasi kesalahan.

DAFTAR PUSTAKA
Alberty, Robert.A. 1991. Kimia Fisik. Jakarta : Erlangga.
Anonim. 2010. Asam Asetat. http://www.id.wikipedia.org/Asam-Asetat
diakses tanggal 22 oktober 2010.
Anonim. 2010. Natrium Hidroksida. http://www.id.wikipedia.org/NatriumHidroksida diakses tanggal 22 oktober 2010.
Anonim. 2010. Natrium Klorida. http://www.id.wikipedia.org/Natrium-Klorida
diakses tanggal 22 oktober 2010.
Anonim. 2010. Pheolptealein. http://www.id.wikipedia.org/Phenolptealein
diakses tanggal 22 oktober 2010.
Atkins, Pw. 1999. Kimia Fisika Jilid 1 edisi ke-4. Jakarta: Erlangga.
Brady, James. 1998. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta : Bina Rupa
Aksara.
Sukardjo. 1997. Kimia Fisika. Rineka Cipta: Jakarta.

Laporan Kimia Fisika I


23 Oktober 2014 by donnaokaputri
1. TUJUAN PERCOBAAN
o

Mempelajari cara kerja kalorimeter

Menentukan kalor lebur es

Menentukan kalor jenis berbagai logam (pada percobaan kali ini


menggunakan tembaga)

2. DASAR TEORI

Istilah kalor sering kita dengar pada kehidupan sehari-hari. Penting bagi kita sebagai mahasiswa
untuk untuk mendefinisikan kalor dengan jelas, dan menjelaskan fenomena-fenomen yang
berhubungan dengan kalor.
Kalorimeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur kalor. Kalorimeter umumnya
digunakan untuk menentukan kalor jenis suatu zat. Kalor jenis zat dapat di hitung dengan
menggunakan masa air dingin, masa bahan cxontoh, masa calorimeter, dan mengukur suhu air
dan bahan contoh sebelum dan sesudah percobaan.
Ada beberapa jenis kalorimeter yaitu :

Kalorimeter alumunium.

Kalorimeter elektrik.

Hubungan antara kalor dengan energi listrik:


Kalor merupakan bentuk energi maka dapat berubah dari satu bentuk kebentuk yang lain.
Berdasarkan Hukum Kekekalan Energi maka energi listrik dapat berubah menjadi energi kalor
dan juga sebaliknya energi kalor dapat berubah menjadi energi listrik.
Energi mekanik akibat gerakan partikel materi dan dapat dipindah dari satu tempat ke tempat lain
disebut kalor.Pengukuran jumlah kalor reaksi yang diserap atau dilepaskan pada suatu reaksi
kimia dengan eksperimen disebut kalorimetri. Dengan menggunakan hukum Hess, kalor reaksi
suatu reaksi kimia dapat ditentukan berdasarkan data perubahan entalpi pembentukan standar,
energi ikatan dan secara eksperimen. Proses dalam kalorimetri berlangsung secara adiabatik,
yaitu tidak ada energi yang lepas atau masuk dari luar ke dalam kalorimeter.
Kalor yag dibutuhkan untuk menaikan suhu kalorimeter sebesar 10oC pada air dengan massa 1
gram disebut tetapan kalorimetri.
Dalam proses ini berlaku azas Black, yaitu:
Qlepas = Qterima
Qair panas = Qair dingin+ Qkalorimetri

m1 c (Tp-Tc)= m2 c (Tc-Td)+ C (Tc-Td)


Keterangan:
m1= massa air panas
m2= massa air dingin
c = kalor jenis air
C = kapasitas kalorimeter
Tp = suhu air panas
Tc = suhu air campuran
Td = suhu air dingin
Sedang hubungan kuantitatif antara kalor dan bentuk lain energi disebut termodinamika.
Termodinamika dapat didefinisikan sebagai cabang kimia yang menangani hubungan kalor,
kerja, dan bentuk lain energi dengan kesetimbangan dalam reaksi kimia dan dalam perubahan
keadaan.

Hukum pertama termodinamika menghubungkan perubahan energi dalam


suatu proses termodinamika dengan jumlah kerja yang dilakukan pada sistem
dan jumlah kalor yang dipindahkan ke sistem (Keenan, 1980).

Hukum kedua termodinamika yaitu membahas tentang reaksi spontan dan


tidak spontan. Proses spontan yaitu reaksi yang berlangsung tanpa pengaruh
luar. Sedangkan reaksi tidak spontan tidak terjadi tanpa bantuan luar.

Hukum ketiga termodinamika menyatakan bahwa entropi dari Kristal


sempurna murni pada suhu nol mutlak ialah nol. Kristal sempurna murni pada
suhu nol mutlak menunjukan keteraturan tertinggi yang dimungkinkan dalam
sistem termodinamika. Jika suhu ditingkatkan sedikit di atas 0 K, entropi
meningkat. Entropi mutlak selalu mempunyai nilai positif.

Kalor reaksi dapat diperoleh dari hubungan maka zat (m), kalor jenis zat (c) dan perubahan suhu
(T), yang dinyatakan dengan persamaan berikut
Q = m.c.T
Keterangan:

Q= jumlah kalor (Joule)


m= massa zat (gram)
T= perubahan suhu (takhir-tawal)
C= kalor jenis
Kalorimeter adalah jenis zat dalam pengukuran panas dari reaksi kimia atauperubahan fisik.
Kalorimetri termasuk penggunaan kalorimeter. Kata kalormetri berasal dari bahasa latin yaitu
calor, yang berarti panas. Kalorimetri tidak langsung (indirect calorimetry) menghitung panas
pada makhluk hidup yang memproduksi karbon dioksida dan buangan nitrogen (ammonia, untuk
organisme perairan, urea, untuk organisme darat) atau konsumsi oksigen. Lavoisier (1780)
menyatakan bahwa produksi panas dapat diperkirakan dari konsumsi oksigen dengan
menggunakan regresi acak. Hal ini membenarkan teori energi dinamik. Pengeluaran panas oleh
makhluk hidup ditempatkan di dalam kalorimeter untuk dilakukan langsung, di mana makhluk
hidup ditempatkan di dalam kalorimeter untuk dilakukan pengukuran. Jika benda atau sistem
diisolasi dari alam, maka temperatur harus tetap konstan. Jika energi masuk atau keluar,
temperatur akan berubah. Energi akan berpindah dari satu tempat ke tempat yang disebut dengan
panas dan kalorimetri mengukur perubahan suatu tersebut. Bersamaan dengan kapasitas dengan
kapasitas panasnya, untuk menghitung perpindahan panas.
Kalor adalah berbentuk energi yang menyebabkan suatu zat memiliki suhu. Jika zat menerima
kalor, maka zat itu akan mengalami suhu hingga tingkat tertentu sehingga zat tersebut akan
mengalami perubahan wujud, seperti perubahan wujud dari padat menjadi cair. Sebaliknya jika
suatu zat mengalami perubahan wujud dari cair menjadi padat maka zat tersebut akan
melepaskan sejumlah kalor. Dalam Sistem Internasional (SI) satuan untuk kalor dinyatakan
dalam satuan kalori (kal), kilokalori (kkal), atau joule (J) dan kilojoule (kj).

1 kilokalori= 1000 kalori

1 kilojoule= 1000 joule

1 kalori = 4,18 joule

1 kalori adalah banyaknya kalor yang diperlukan untuk memanaskan 1 gram


air sehingga suhunya naik sebesar 1oC atau 1K. jumlah kalor yang diperlukan
untuk menaikkan suhu 1oC atau 1K dari 1 gram zat disebut kalor jenis Q=m.c.
T, satuan untuk kalor jenis adalah joule pergram perderajat Celcius (Jg -1oC-1)
atau joule pergram per Kelvin (Jg -1oK-1) (Petrucci, 1987).

Pengukuran kalorimetri suatu reaksi dilakukan dengan menggunakan alat


yang disebut kalorimeter. Ada beberapa jenis kalorimeter seperti: kalorimeter
termos, kalorimeter bom, kalorimeter thienman, dan lain-lain. Kalorimeter

yang lebih sederhana dapat dibuat dari sebuah bejana plastik yang ditutup
rapat sehingga bejana ini merupakan sistim yang terisolasi.

Banyaknya kalor yang dlepaskan oleh suatu benda dengan massa m1 dan kapasitas kalor jenis zat
c1 adalah :

sebanding dengan banyaknya kalor yang diserap oleh air dengan dengan massa m2 :
ts adalah suhu setimbang setelah terjadinya pencampuran.
Bila kapasitas kalor jenis air c2 diketahui, suhu t1 sama dengan suhu uap, kapasitas kalor jenis c1
dapat dihitung dengan mengukur besaran t2, ts, dan m2 :
Tabung kalorimeter juga menyerap panas yang dilepaskan oleh zat yang bersuhu tinggi. Untuk
itu, kapasitas kalor kalorimeter :

ck = c2 . NA

NA adalah nilai air kalorimeter sehingga kuantitas kalor yang diserap dari persamaan (2) dapat
ditulis sebagai :
dan persamaan (3) menjadi :

Gambar 1: Pelepasan Kalor oleh Butiran Logam dan Penerimaan Panas oleh Air

ALAT DAN BAHAN


o

1 Kalorimeter

Butiran tembaga

1 Termometer -10 ~ 100oC

1 Steam generator

2 Beaker glass

1 Statif

1 Timbangan

Gambar 2
Susunan peralatan untuk menentukan :
1. Kalor lebur es dan b. Kapasitas jenis Panas Logam
1. LANGKAH PERCOBAAN
1. Pengukuran harga air kalorimeter
1. Kalorimeter kosong, selubung dan pengaduknya ditimbang
sebanyak 5 kali.
2. Setelah kalorimeter diisi air bagian, kalorimeter kembali
ditimbang dan dicatat massanya sebanyak 5 kali. Kemudian
suhunya dicatat.
3. Air di wadah yang lain dipanaskan hingga mendidih. Kemudian
suhunya dicatat.
4. Lalu air mendidih tersebut ditambahkan sampai kira-kira
bagian kedalam kalorimeter.
5. Kemudian suhu kesetimbangan dicatat.
6. Setelah itu kalorimeter ditimbang kembali sampai 5 kali.
2. Pengukuran kalor lebur es
1. Kalorimeter kosong, selubung dan pengaduknya ditimbang
sebanyak 5 kali.
2. Setelah kalorimeter diisi air bagian, kalorimeter kembali
ditimbang dan dicatat massanya sebanyak 5 kali. Kemudian
suhunya dicatat.
3. Potongan es dimasukkan kedalam calorimeter sambil ditutup
dan diaduk.
4. Kemudian suhu kesetimbangan dicatat.

5. Setelah itu kalorimeter ditimbang kembali sampai 5 kali.


1. HASIL PENGAMATAN
2. Pengukuran Kalor Lebur Es

1. Kalorimeter kosong + pengaduk + selubung


Penimbangan ke

Massa (gr)

289

289,3

289

289,2

289,3
1. Kalorimeter + air bagian

Penimbangan ke

Massa (gr)

361,6

361,8

361,8

362,2

362,2
1. Kalorimeter + air bagian + es

Penimbangan ke

Massa (gr)

482,7

482,8

482,6

482,6

482,7

1. Suhu Air dalam Kalorimeter


Pengukuran ke

Suhu (0C)

25

26

26

25

25
1. Suhu Es Batu

Pengukuran ke

Suhu (0C)

-9

-8

-9

-9

-8
1. Suhu Kesetimbangan

Pengukuran ke

Suhu (0C)

3
1. ANALISIS/ PENGOLAHAN DATA

6.1. RALAT

1. Pengukuran Harga Air Kalorimeter


2. Ralat massa kalorimeter + bagian air
(m )
No

m (gram) (gram)

361,6

(m ) (gram)

(gram)

361,92

-0,32

0,1024

361,8

361,92

-0,12

0,0144

361,8

361,92

-0,12

0,0144

362,2

361,92

0,28

0,0784

362,2

361,92

0,28

0,0784
(m ) 2 =0,288

= = = = 0,12
= (361,92 0,12)gram
Nisbi = 100%
= 100% = 0,0331 %
Kebenaran : 100% nisbi = 100% 0,0331% = 99,96%
2. Ralat massa kalorimeter + pengaduk + selubung
(m )
No

m (gram) (gram)

289

(m ) (gram)

(gram)

289,16

-0,16

0,0256

289,3

289,16

0,14

0,0196

289

289,16

-0,16

0,0256

289,2

289,16

0,04

0,0016

289,3

289,16

0,14

0,0196
= 0,092

= = = = 0,0046

= (289,16 0,0046)gram
Nisbi = 100%
= 100% = 0,00159 %
Kebenaran : 100% nisbi = 100% 0,00159 % = 99,998%
1. Pengukuran Kalor Lebur Es
2. Ralat massa kalorimeter + bagian air es batu
(m )
No

m (gram) (gram)

482,7

(m ) (gram)

(gram)

482,6

0,1

0,01

482,8

482,6

0,2

0,04

482,6

482,6

482,6

482,6

482,7

482,6

0,1

0,01

= 0,06

= = = = 0,012
= (482,6 0,012)gram
Nisbi = 100%
= 100% = 0,0024%
Kebenaran : 100% nisbi = 100% 0,0024% = 99,997%
2. Ralat suhu air dalam kalorimeter
(suhu- )
No

Suhu( )

25

26

()

( suhu- ) (

25,4

-0,4

0,16

25,4

0,6

0,36

26

25,4

0,6

0,36

25

25,4

-0,4

0,16

25

25,4

-0,4

0,16
= 1,2

= = = = 0,82
= (25,4 1,2)gram
Nisbi = 100%
= 100% = 4,7 %
Kebenaran : 100% nisbi = 100% 4,7% = 95,27%
3. Ralat suhu setimbang
(suhu- )
No

Suhu( )

()

( suhu- ) (

3,4

0,6

0,36

3,4

-0,4

0,16

3,4

0,6

0,36

3,4

-0,4

0,16

3,4

-0.4

0,16

= 1,2

= = = = 0,006
= (3,4 0,006)gram
Nisbi = 100%
= 100% = 0,00176 %
Kebenaran : 100% nisbi = 100% 0,00176 % = 99,823 %

(suhu- )
No

Suhu( )

-9

()

( suhu- ) (

-8,6

-0,4

0,36

-8

-8,6

0,6

0,36

-9

-8,6

-0.4

0,16

-9

-8,6

-0,4

0,16

-8

-8,6

0.6

0,36

= 1,4

= = = = 0,007
= (-8,6 0,007)gram
Nisbi = 100%
= 100% = 0,81 %
Kebenaran : 100% nisbi = 100% 0,81 % = 99,29 %
6.2. PEHITUNGAN
1. Pengukuran Harga Air Kalorimeter

Berat kalorimeter + pengaduk + selubung

=
= 289,16 gr = 0,28916 kg

Berat kalorimeter + massa air bagian

=
= 361,92gr = 0,36192 kg

Berat kalorimeter + massa air bagian + potongan es

= 482,68gr = 0,48268kg

Massa es

482,68gr 361,92gr = 120,76 gr = 0,12076 kg

Temperatur

Suhu mula-mula 25,4


Suhu kesetimbangan3,4
T setimbang = tes tmula-mula
3,4

= tes 25,4

Tes

= (3,4 (-25,4) ) = 28,8

Ts Tes

(28,8 0)

= 28,8 = 301,8
t = tair ts
= (25,4 28,8 )
= 54,2 = 327.2
Sehingga :
0,28916 .4200.327,2 + . 2944. 286 = 0,00896.Les
Les = = 7106505 J/K
Tugas

Pertanyaan

1. Berikan pembahasan tentang asas Black sehingga mendapatkan rumus yang


dipergunakan pada percobaan ini!
2. Apa syarat bagi kalorimeter ideal?
3. Bedakan antar asas Black dan hukum ke-nol termodinamika!

4. Apa perbedaan dan persamaan dari kapasitas kalor jenis, kapasitas kalor, dan
kalor lebur?
5. Apa yang dimaksud dengan keadaan kesentimbangan termal?
6. Buat bagan data pengamatan!

Jawab

1. Kalorimeter bekerja berdasarkan Azas Black.

Kuantitas kalor yang dilepaskan oleh butiran logam dengan massa ml dan kapasitas kalor jenis
butiran cl adalah:
DQ1 = ml. c1. (t1 ts)
Akan sebanding dengan kuantitas kalor yang diserap oleh air dengan massa m2:
DQ2= m2. c2. (ts t2)
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Kalor yang diterima = kalor yang dilepaskan
Qterima = Qlepas

2. Kalorimeter ideal memiliki ciri-ciri sebagai berikut :


3. Dapat menerima dan melepaskan kalor dengan baik.
4. Permukaan luarnya diberi lapisan nikel untuk mengurangi kehilangan panas
akibat radiasi.
5. Menurut asas Black: Kalor yang dilepas = kalor yang diterima

Menurut hukum ke-nol Termodinamika:


4. Perbedaan:

Kalor jenis (c) adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan 1 gram atau 1 kg zat
sebesar 1C (satuan kalori/gram.C atau kkal/kg C).
Kapasitas kalor (H) adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan oleh zat untuk menaikkan
suhunya 1C (satuan kalori/C).

Kalor Lebur adalah kalor yang dibutuhkan untuk merubah zat padat menjadi cair dinyatakan
dengan Lf.
Persamaan:

Merupakan kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu suatu zat.

Memiliki kalor lepas/kalor diterima.

5. Benda jadi dingin jika melepaskan kalor dan menjadi panas jika menyerap
kalor. Jika benda bersentuhan maka energi panas akan berpindah dari benda
yang suhunya lebih tinggi ke benda yang suhunya lebih rendah sehingga
tercipta KEADAAN KESETIMBANGAN TERMAL. Kalor yang diterima / yang
dilepaskan benda selama pemanasan sebanding dengan massa benda,
kenaikan suhu dan kalor jenis benda.
6. Bagan data pengamatan:

PEMBAHASAN

Percobaan dengan judul kalorimeter dan kapasitas kalor jenis ini bertujuan untuk mempelajari
cara kerja kalorimeter. Menentukan kalor lebur es dan menentukan kalor jenis berbagai logam.
Dalam percobaan ini dilakukan tiga pengukuran yaitu pengukuran harga air kalorimeter,
pengukuran kalor lebur es dan pengukuran kapasitas kalor jenis logam. Pada percobaan pertama
digunakan kalorimeter, pengaduk dan selubung yang diukur massanya untuk lima kali
pengulangan. Sehingga pada percobaan yang berturut-turut yaitu: 289 g;289,3 grm;289
grm;289,2grm,289,3grm. Kemudian dihitung massa rata-rata dengan berat yang diperoleh289,16
gram . Lalu, pengukuran massa kalorimeter dan bagian air dilakukan dengan lima kali
pengulangan yaitu dapat dihasilkan berturt-turut361,6 gram,361,8 gram,361,8 gram,362,2 gram
dan 362,2 gram sehingga diperoleh rata-rata massanya 361,72 g. Dengan suhu awal yang
diperoleh 250C, suhu akhir 270C, dan suhu setimbang 3,20C. Melalui perhitungan tersebut, maka
diperoleh massa jenis kalorimeter 0,36192 J/kg0C. Data- data dari perhitungan tersebut kemudian
digunakan untuk menghitung harga air kalorimeter sehingga diperoleh 5,5106 J/0C.
Perhitungan ralat kemudian dilakukan, untuk massa kalorimeter dan pengaduk sebesar
didapatkan ralat nisbi 0,515% dengan kebenaran 99,85%. Percobaan pertama dengan
pengukuran harga air kalorimeter melalui pengukuran massa kalorimeter dan pengaduk dan
setengah air didapatkan ralat nisbi 0,059% dengan kebenaran 99,94%. Percobaan yang kedua,
pengukuran kalor lebur es diperoleh ralat nisbi untuk massa kalorimeter dan pengaduk ditambah
es batu sebesar 0,0702% dengan kebenaran 99,93%. Kemudian untuk yang ditambah air
diperoleh ralat nisbi sebesar 0,088% dengan kebenaran 99,92%. Percobaan dengan pengukuran

kapasitas kalor jenis logam.Adapun hal-hal yang dapat menyebabkan adanya kesalahan tak
terlepas dari praktikan dan alat yang digunakan saat percobaan. Faktor yang mempengaruhi
dapat dari pembacaan angka saat menggunakan neraca yang kurang teliti, karena selain
disebabkan oleh kecerobohan praktikan, tetapi memang neracanya susah disetimbangkan.
Kemudian juga dapat disebabkan kurang telitinya saat memperkirakan setengah maupun
seperempat air yang dibutuhkan dalam percobaan ini. Pembacaan suhu yang terdapat dalam
termometer yang kurang sejajar dengan mata, sehingga dapat terjadi kekeliruan.

KESIMPULAN

1. Faktor yang mempengaruhi dapat dari pembacaan angka saat menggunakan


neraca yang kurang teliti.
2. untuk massa kalorimeter dan pengaduk sebesar didapatkan ralat nisbi
0,515% dengan kebenaran 99,85%.
3. Percobaan pertama dengan pengukuran harga air kalorimeter melalui
pengukuran massa kalorimeter dan pengaduk dan setengah air didapatkan
ralat nisbi 0,059% dengan kebenaran 99,94%.
4. Percobaan yang kedua, pengukuran kalor lebur es diperoleh ralat nisbi untuk
massa kalorimeter dan pengaduk ditambah es batu sebesar 0,0702% dengan
kebenaran 99,93%. Kemudian untuk yang ditambah air diperoleh ralat
nisbi sebesar 0,088% dengan kebenaran 99,92%.
5. Pembacaan suhu yang terdapat dalam termometer yang kurang sejajar
dengan mata, sehingga dapat terjadi kekeliruan.

DAFTAR PUSTAKA

Alit Paramarta, S.Si., M.Si., Ida Bagus dan Desy Suryaningsih, N.L.G. 2011. Penuntun
Praktikum Fisika Dasar I. Jurusan Fisika FMIPA Universitas Udayana.
Fadli.Muhtadin. 2011. Asas Black. http://www.scribd.com/doc/38880537/Asas-Black diakses 19
Desember 2011.
Kanginan, Marthen. 1999. Seribu Pena Fisika SMU Kelas 1. Jakarta : Erlangga
Sears & Zemansky. 1998. Fisika Universitas 1 Edisi Kedua. Penerbit : Bina Cipta.
Sutrisno. 1983. Fisika Dasar. Bandung : ITB.

Anda mungkin juga menyukai