BAB.1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Entalpi adalah istilah dalam termodinamika yang menyatakan jumlah energi
internal dari suatu sistem termodinamika ditambah energi yang digunakan
untuk melakukan kerja pada sebuah materi. Entalpi digolongkan menjadi
beberapa jenis yaitu entalpi pembentukan standar, entalpi penguraian
standar, entalpi pembakaran standar, dan entalpi pelarutan standar. Entalpi
yang berperan disini adalah entalpi pelarutan, yang dimaksud dengan
entalpi pelarutan adalah jumlah kalor yang diperlukan atau dibebaskan
untuk melarutkan 1 mol zat pada keadaan standar.
Pada larutan jenuh terjadi keseimbangan antara zat terlarut dalam larutan
dan zat yang tidak terlarut. Pada keadaan kesetimbangan ini kecepatan
melarut sama dengan kecepatan mengendap dan konsentrasi zat dalam
larutan akan selalu tetap. Secara umum panas kelarutan adalah positif
(endotermis) sehingga menurut Vant Hoff makin tinggi temperatur maka
akan semakin banyak zat yang larut. Sedangkan untuk zat-zat yang panas
pelarutannya negatif (eksotermis), maka semakin tinggi suhu akan makin
berkurang zat yang dapat larut.
1.2
Rumusan Masalah
Bagaimana cara menentukan pengaruh suhu terhadap kelarutan suatu zat
dan panas kelarutan ?
BAB.2
TINJAUAN
PUSTAKA
Banyak ion logam yang membentuk endapan tak larut dengan asam oksalat,
contoh terbaik adalah kalsium oksalat (CaOOC-COOCa), penyusun utama
jenis batu ginjal yang sering ditemukan.
Asam oksalat dalam keadaan murni berupa senyawa kristal, larut dalam air
(8% pada 10o C) dan larut dalam alkohol. Asam oksalat membentuk garam
netral dengan logam alkali (Na,K), yang larut dalam air (5-25 %), sementara
itu dengan logam dari alkali tanah, termasuk Mg atau dengan logam berat,
mempunyai kelarutan yang sangat kecil dalam air. Jadi kalsium oksalat
secara praktis tidak larut dalam air. Berdasarkan sifat tersebut asam oksalat
digunakan untuk menentukan jumlah kalsium. Asam oksalat ini terionisasi
dalam media asam kuat.
Asam oksalat mempunyai massa molar 90.03 g/mol (anhidrat) dan 126.07
g/mol (dihidrat), rupa putih, kepadatan dalam fase 1,90 g/cm (anhidrat) dan
1.653 g/cm (dihidrat), kelarutan dalam air 9,5 g/100 mL (15C), 14,3 g /100
mL (25C?), dan 120 g/100 mL (100C), dan titik didih sebesar 101-102C
(dihidrat) (Anonim, 22 oktober 2010).
2.1.2 Natrium Hidroksida (NaOH)
Natrium hidroksida murni merupakan padatan putih; tersedia di pellet,
serpih, butiran dan sebagai larutan 50% jenuh. Ini adalah higroskopis dan
mudah menyerap air dari udara, sehingga harus disimpan dalam kedap
udara wadah. Sangat larut dalam air dengan pembebasan panas. Ini juga
larut dalam etanol dan metanol, meskipun pameran kelarutan rendah dalam
larutan daripada kalium hidroksida. Natrium hidroksida cair juga merupakan
basa kuat, tapi suhu tinggi batas yang diperlukan aplikasi. Hal ini tidak larut
dalam eter dan pelarut non-polar. Sebuah natrium hidroksida larutan akan
meninggalkan noda kuning pada kain dan kertas (Anonim, 22 oktober 2010).
NaOH mempunyai sifat H pembubaran untuk diencerkan berair -44,45 kJ /
mol. Dari larutan berair pada 12,3-61,8 C, mengkristal di monohidrat,
dengan titik lebur 65,1 C dan densitas 1,829 g / cm 3. H form -734.96
kJ / mol. Monohidrat dari -28 ke -24 C. Heptahidrat dari -24 ke -17,7 C.
-17,7 Ke Pentahydrate dari -5,4 C. Tetrahydrate (-berubah), di -5, 4-12,3
molekul terlarut untuk zat bukan elektrolit) dapat diabaikan (Atkins, 1999 :
50).
Untuk menentukan perubahan entalpi yang terjadi pada larutan, maka
konsentrasi larutannya perlu ditetapkan terlebih dahulu. Panas pelarutan
suatu zat adalah perubahan entalpi yang terjadi bila 1 mol zat itu dilarutkan
ke dalam suatu pelarutan untuk mencapai konsentrasi tertentu. Panas
pelarutan tersebut dinamakan panas pelarutan integral atau panas pelarutan
total. Panas pelarutan bukan bergantung pada jenis zat yang dilarutkan, jenis
pelarut, suhu, dan tekanan, tetapi bergantung pada konsentrasi larutan yang
hendak dicapai (Alberty, 1992 : 32).
Ada beberapahal yang harus diperhatikan pada perubahanentalpi :
H, E atau q positif, artinya system memperoleh tenaga.
W>0 kerja dilakukan oleh sistem
W<0 kerja dilakukan terhadap system (Sukardjo, 1997 : 34).
Panas pelarutan adalah panas yang menyertai reaksi kimia pada pelarutan
mol zat solute dalam n mol solvent pada tekanan dan temperature yang
sama. Hal ini disebabkan adanya ikatan kimia dari atom-atom. Panas
pelarutan dibagi menjadi dua yaitu panas pelarutan integral dan panas
pelarutan diferensial. Panas pelarutan didefinisikan sebagai perubahan
entalpi yang terjadi bila dua zat atau lebih zat murni dalam keadaan standar
dicampur pada tekanan dan temperatur tetap untuk membuat larutan
(Alberty, 1992 : 35).
Bila suatu zat terlarut dilarutkan dalam pelarut, kalor dapat diserap atau
dilepaskan, kalor reaksi bergantung pada konsentrasi larutan akhir. Bila zat
terlarut dilarutkan dalam pelarut yang secara kimia sama dan tidak ada
komplikasi mengenai ionisasi atau solvasi, kalor pelarutan hamper sama
dengan peluluhan. Kalor pelarutan, integral antara 2 kemolalan m1 dan m2
adalah kalor yang menyertai pengenceran tertentu dengan konsentrasi M,
yang mengandung 1 mol zat terlarut dengan pelarut murni untuk membuat
larutan dengan konsentrasi m2 (Alberty, 1992: 34).
Pengaruh temperatur tergantung dari panas pelarutan. Bila panas pelarutan
(H) negatif, daya larut turun dengan naiknya temperatur. Bila panas
pelarutan (H) positif, daya larut naik dengan naiknya temperatur. Tekanan
tidak begitu berpengaruh terhadap daya larut zat padat dan cair, tetapi
berpengaruh pada daya larut gas (Sukardjo, 1997 : 142).
Pada larutan jenuh terjadi kesetimbangan antara zat terlarut dalam larutan
dan zat yang tidak terlarut. Pada keadaan kesetimbangan ini kecepatan
melarut sama dengan kecepatan mengendap dan konsentrasi zat dalam
larutan akan selalu tetap. Jika kesetimbangan terganggu dengan adanya
perubahan temperatur maka konsentrasi larutannya akan berubah. Menutur
Vant Hoff pengaruh temperatur terhadap kelarutan dinyatakan sebagai
berikut :
d ln S/dt = (H)/RT2
dengan mengintegralkan dari T1 ke T2 maka akan dihasilkan
ln S2/S1 = (H/R) (T1-1-T2-1).
Ln S = -(H)/RT + konstanta
Dimana :
S1,S2 = kelarutan masing masing zat pada temperature T1 dan T2
(g/1000gram solven).
H = panas pelarutan (panas pelarutan/ g (gram)).
R = konstanta gas umum.
Secara umum panas pelarutan adalah positif (endodermis) sehingga
menurut Vant Hoff makin tinggi temperatur maka akan semakin banyak zat
yang larut. Sedangkan untuk zat zat yang panas pelarutannya negatif
(eksotermis), maka semakin tinggi suhu maka akan semakin berkurang zat
yang dapat larut (Tim Kimia Fisika, 2009 : 2).
4.2
Pembahasan
Pada percobaan kali ini praktikan menentukan kelarutan asam oksalat pada
temperatur 6C,10 C,14 C,18 C, 22 C dan 26 C. Asam oksalat dilarutkan
dalam air sampai keadaan jenuh, dimana suatu zat sudah tidak dapat larut
lagi (mengendap) dalam pelarut dengan kata lain proses kecepatan melarut
serta mengendap larutan tersebut seimbang.
Kelarutan (solubility) suatu zat dalam suatu pelarut menyatakan jumlah
maksimum suatu zat yang dapat larut dalam pelarut. Larutan merupakan
campuran antara zat cair dan zat padat. Sifat larutan itu sendiri tergantung
dari jumlah partikel zat terlarut (baik molekul maupun ion) dan tidak
tergantung pada jenis parikelnya, oleh karena itu sifat larutan disebut
koligatif yaitu penurunan tekanan uap, penurunan titik beku, kenaikan titik
didih, dan tekanan osmosis. Larutan jenuh ialah larutan yang memiliki
kesetimbangan dinamik, maksudnya kesetimbangan dinamis disini adalah
bahwa kecepatan melarutnya seimbang dengan kecepatan mengendapnya
suatu zat.
Larutan zat padat dalam cairan tersebut terbentuk dari dua tahap. Pertama
terjadinya penguapan dari zat padat sehingga terbentuk partikel-partikel
solut gas yang terisolasi. Tahap ini memerlukan kenaikan energi potensial.
Kedua, pertikel solut dibawa ke solven dimana partikel-partikel tersebut
mengelilingi solven, tahap ini akan merendahkan energi potensial.
Pengurangan energi potensial disebut energi solvatasi dari pelarut atau bila
pelarutnya air disebut energi hidrasi (Brady, 1998 : 597-598).
Pada percobaan ini larutan asam oksalat jenuh kemudian dititrasi dengan
menggunakan NaOH dan penambahan indicator PP. Larutan ini dititrasi
dengan NaOH bertujuan untuk mengetahui konsentrasi asam oksalat dengan
tepat sedangkan penambahan indikator pp bertujuan untuk mengetahui
adanya perubahan fisika pada titik akhir titrasi yang ditandai dengan
perubahan warna.
Reaksi antara asam oksalat dengan NaOH merupakan reaksi antara asam
lemah dengan basa kuat. Reaksi antara asam lemah dan basa kuat mencapai
titik ekivalen pada PH > 7, sehingga harus digunakan indikator yang
memiliki trayek kerja pada daerah pH diatas 7. Indikator yang digunakan
pada percobaan adalah indikator PP (fenolptalein) yang memiliki trayek pH
antara 8,2 10,0. Pada percobaan ini, perubahan PP dari tidak berwarna
menjadi berwarna merah muda. Dari titrasi yang kita lakukan terhadap
larutan jenuh asam oksalat dengan perlakuan suhu yang berbeda-beda,
dapat kita ketahui kelarutan asam oksalat pada masing-masing suhu.
4.2.2
Fungsi garam
Pengaruh suhu
Kelarutan zat padat dalam air semakin tinggi bila suhunya dinaikkan. Adanya
kalor (panas) mengakibatkan semakin renggangnya jarak antar molekul zat
padat tersebut. Merenggangnya jarak antar molekul zat padat menjadikan
kekuatan gaya antar molekul tersebut menjadi lemah sehingga mudah
terlepas oleh gaya tarik antar molekul-molekul air dan terjadi kelarutan.
Energi kinetik rata-rata molekul pada suhu tinggi lebih besar daripada energi
kinetik rata-rata molekul pada suhu rendah.
Pengaruh temperatur pada kelarutan gas umumnya berkurang pada
temperatur yang lebih tinggi. Misalnya, jika air dipanaskan, maka timbul
gelembung-gelembung gas yang keluar dari dalam air, sehingga gas yang
terlarut dalam air tersebut menjadi berkurang. Kebanyakan zat padat
kelarutannya lebih besar pada temperatur yang lebih tinggi. Pada larutan
jenuh terdapat kesetimbangan antara proses pelarutan dan proses
pengkristalan kembali. Jika salah satu proses bersifat endoterm, maka proses
sebaliknya bersifat eksoterm. Jadi jika proses pelarutan bersifat endoterm,
maka kelarutannya bertambah pada temperatur yang lebih tinggi.
Sebaliknya jika proses pelarutan bersifat eksoterm, maka kelarutannya
berkurang pada suhu yang lebih tinggi.
4.2.4
Pengaruh tekanan
Ketika asam oksalat dilarutkan dalam air, campuran tersebut menjadi dingin,
hal itu menunjukkan bahwa proses melarutnya asam oksalat adalah
endoterm. Hal ini dibuktikan dengan makin sedikitnya jumlah asam oksalat
yang larut seiring dengan turunnya suhu, yakni pada suhu yang semakin
rendah maka akan terdapat endapan yang semakin banyak serta pada waktu
dilakukan pengadukan, suhu larutan turun dan diluar beaker gelas terasa
dingin. Begitu juga sebaliknya, jika suatu zat dilarutkan dalam air,
campurannya menjadi panas, hal itu menandakan bahwa proses melarutnya
tersebut adalah eksoterm. Jumlah panas yang diabsorbsi atau dilepaskan bila
suatu zat membentuk larutan disebut panas larutan, yang diberi simbol
Hpelarutan. Panas pelarutan adalah perbedaan energi yang dimiliki larutan
setelah terbentuk dan energi yang dimiliki komponen larutan sebelum
dicampur. Jadi :
Hpelarutan = Hpelarutan Hkomponen
besarnya panas kelarutan dapat memberikan keterangan mengenai gaya
tarik relatif antara bermacam-macam partikel dalam larutan tersebut.
BAB.5 PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Alberty, Robert.A. 1991. Kimia Fisik. Jakarta : Erlangga.
Anonim. 2010. Asam Asetat. http://www.id.wikipedia.org/Asam-Asetat
diakses tanggal 22 oktober 2010.
Anonim. 2010. Natrium Hidroksida. http://www.id.wikipedia.org/NatriumHidroksida diakses tanggal 22 oktober 2010.
Anonim. 2010. Natrium Klorida. http://www.id.wikipedia.org/Natrium-Klorida
diakses tanggal 22 oktober 2010.
Anonim. 2010. Pheolptealein. http://www.id.wikipedia.org/Phenolptealein
diakses tanggal 22 oktober 2010.
Atkins, Pw. 1999. Kimia Fisika Jilid 1 edisi ke-4. Jakarta: Erlangga.
Brady, James. 1998. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta : Bina Rupa
Aksara.
Sukardjo. 1997. Kimia Fisika. Rineka Cipta: Jakarta.
2. DASAR TEORI
Istilah kalor sering kita dengar pada kehidupan sehari-hari. Penting bagi kita sebagai mahasiswa
untuk untuk mendefinisikan kalor dengan jelas, dan menjelaskan fenomena-fenomen yang
berhubungan dengan kalor.
Kalorimeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur kalor. Kalorimeter umumnya
digunakan untuk menentukan kalor jenis suatu zat. Kalor jenis zat dapat di hitung dengan
menggunakan masa air dingin, masa bahan cxontoh, masa calorimeter, dan mengukur suhu air
dan bahan contoh sebelum dan sesudah percobaan.
Ada beberapa jenis kalorimeter yaitu :
Kalorimeter alumunium.
Kalorimeter elektrik.
Kalor reaksi dapat diperoleh dari hubungan maka zat (m), kalor jenis zat (c) dan perubahan suhu
(T), yang dinyatakan dengan persamaan berikut
Q = m.c.T
Keterangan:
yang lebih sederhana dapat dibuat dari sebuah bejana plastik yang ditutup
rapat sehingga bejana ini merupakan sistim yang terisolasi.
Banyaknya kalor yang dlepaskan oleh suatu benda dengan massa m1 dan kapasitas kalor jenis zat
c1 adalah :
sebanding dengan banyaknya kalor yang diserap oleh air dengan dengan massa m2 :
ts adalah suhu setimbang setelah terjadinya pencampuran.
Bila kapasitas kalor jenis air c2 diketahui, suhu t1 sama dengan suhu uap, kapasitas kalor jenis c1
dapat dihitung dengan mengukur besaran t2, ts, dan m2 :
Tabung kalorimeter juga menyerap panas yang dilepaskan oleh zat yang bersuhu tinggi. Untuk
itu, kapasitas kalor kalorimeter :
ck = c2 . NA
NA adalah nilai air kalorimeter sehingga kuantitas kalor yang diserap dari persamaan (2) dapat
ditulis sebagai :
dan persamaan (3) menjadi :
Gambar 1: Pelepasan Kalor oleh Butiran Logam dan Penerimaan Panas oleh Air
1 Kalorimeter
Butiran tembaga
1 Steam generator
2 Beaker glass
1 Statif
1 Timbangan
Gambar 2
Susunan peralatan untuk menentukan :
1. Kalor lebur es dan b. Kapasitas jenis Panas Logam
1. LANGKAH PERCOBAAN
1. Pengukuran harga air kalorimeter
1. Kalorimeter kosong, selubung dan pengaduknya ditimbang
sebanyak 5 kali.
2. Setelah kalorimeter diisi air bagian, kalorimeter kembali
ditimbang dan dicatat massanya sebanyak 5 kali. Kemudian
suhunya dicatat.
3. Air di wadah yang lain dipanaskan hingga mendidih. Kemudian
suhunya dicatat.
4. Lalu air mendidih tersebut ditambahkan sampai kira-kira
bagian kedalam kalorimeter.
5. Kemudian suhu kesetimbangan dicatat.
6. Setelah itu kalorimeter ditimbang kembali sampai 5 kali.
2. Pengukuran kalor lebur es
1. Kalorimeter kosong, selubung dan pengaduknya ditimbang
sebanyak 5 kali.
2. Setelah kalorimeter diisi air bagian, kalorimeter kembali
ditimbang dan dicatat massanya sebanyak 5 kali. Kemudian
suhunya dicatat.
3. Potongan es dimasukkan kedalam calorimeter sambil ditutup
dan diaduk.
4. Kemudian suhu kesetimbangan dicatat.
Massa (gr)
289
289,3
289
289,2
289,3
1. Kalorimeter + air bagian
Penimbangan ke
Massa (gr)
361,6
361,8
361,8
362,2
362,2
1. Kalorimeter + air bagian + es
Penimbangan ke
Massa (gr)
482,7
482,8
482,6
482,6
482,7
Suhu (0C)
25
26
26
25
25
1. Suhu Es Batu
Pengukuran ke
Suhu (0C)
-9
-8
-9
-9
-8
1. Suhu Kesetimbangan
Pengukuran ke
Suhu (0C)
3
1. ANALISIS/ PENGOLAHAN DATA
6.1. RALAT
m (gram) (gram)
361,6
(m ) (gram)
(gram)
361,92
-0,32
0,1024
361,8
361,92
-0,12
0,0144
361,8
361,92
-0,12
0,0144
362,2
361,92
0,28
0,0784
362,2
361,92
0,28
0,0784
(m ) 2 =0,288
= = = = 0,12
= (361,92 0,12)gram
Nisbi = 100%
= 100% = 0,0331 %
Kebenaran : 100% nisbi = 100% 0,0331% = 99,96%
2. Ralat massa kalorimeter + pengaduk + selubung
(m )
No
m (gram) (gram)
289
(m ) (gram)
(gram)
289,16
-0,16
0,0256
289,3
289,16
0,14
0,0196
289
289,16
-0,16
0,0256
289,2
289,16
0,04
0,0016
289,3
289,16
0,14
0,0196
= 0,092
= = = = 0,0046
= (289,16 0,0046)gram
Nisbi = 100%
= 100% = 0,00159 %
Kebenaran : 100% nisbi = 100% 0,00159 % = 99,998%
1. Pengukuran Kalor Lebur Es
2. Ralat massa kalorimeter + bagian air es batu
(m )
No
m (gram) (gram)
482,7
(m ) (gram)
(gram)
482,6
0,1
0,01
482,8
482,6
0,2
0,04
482,6
482,6
482,6
482,6
482,7
482,6
0,1
0,01
= 0,06
= = = = 0,012
= (482,6 0,012)gram
Nisbi = 100%
= 100% = 0,0024%
Kebenaran : 100% nisbi = 100% 0,0024% = 99,997%
2. Ralat suhu air dalam kalorimeter
(suhu- )
No
Suhu( )
25
26
()
( suhu- ) (
25,4
-0,4
0,16
25,4
0,6
0,36
26
25,4
0,6
0,36
25
25,4
-0,4
0,16
25
25,4
-0,4
0,16
= 1,2
= = = = 0,82
= (25,4 1,2)gram
Nisbi = 100%
= 100% = 4,7 %
Kebenaran : 100% nisbi = 100% 4,7% = 95,27%
3. Ralat suhu setimbang
(suhu- )
No
Suhu( )
()
( suhu- ) (
3,4
0,6
0,36
3,4
-0,4
0,16
3,4
0,6
0,36
3,4
-0,4
0,16
3,4
-0.4
0,16
= 1,2
= = = = 0,006
= (3,4 0,006)gram
Nisbi = 100%
= 100% = 0,00176 %
Kebenaran : 100% nisbi = 100% 0,00176 % = 99,823 %
(suhu- )
No
Suhu( )
-9
()
( suhu- ) (
-8,6
-0,4
0,36
-8
-8,6
0,6
0,36
-9
-8,6
-0.4
0,16
-9
-8,6
-0,4
0,16
-8
-8,6
0.6
0,36
= 1,4
= = = = 0,007
= (-8,6 0,007)gram
Nisbi = 100%
= 100% = 0,81 %
Kebenaran : 100% nisbi = 100% 0,81 % = 99,29 %
6.2. PEHITUNGAN
1. Pengukuran Harga Air Kalorimeter
=
= 289,16 gr = 0,28916 kg
=
= 361,92gr = 0,36192 kg
= 482,68gr = 0,48268kg
Massa es
Temperatur
= tes 25,4
Tes
Ts Tes
(28,8 0)
= 28,8 = 301,8
t = tair ts
= (25,4 28,8 )
= 54,2 = 327.2
Sehingga :
0,28916 .4200.327,2 + . 2944. 286 = 0,00896.Les
Les = = 7106505 J/K
Tugas
Pertanyaan
4. Apa perbedaan dan persamaan dari kapasitas kalor jenis, kapasitas kalor, dan
kalor lebur?
5. Apa yang dimaksud dengan keadaan kesentimbangan termal?
6. Buat bagan data pengamatan!
Jawab
Kuantitas kalor yang dilepaskan oleh butiran logam dengan massa ml dan kapasitas kalor jenis
butiran cl adalah:
DQ1 = ml. c1. (t1 ts)
Akan sebanding dengan kuantitas kalor yang diserap oleh air dengan massa m2:
DQ2= m2. c2. (ts t2)
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Kalor yang diterima = kalor yang dilepaskan
Qterima = Qlepas
Kalor jenis (c) adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan 1 gram atau 1 kg zat
sebesar 1C (satuan kalori/gram.C atau kkal/kg C).
Kapasitas kalor (H) adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan oleh zat untuk menaikkan
suhunya 1C (satuan kalori/C).
Kalor Lebur adalah kalor yang dibutuhkan untuk merubah zat padat menjadi cair dinyatakan
dengan Lf.
Persamaan:
5. Benda jadi dingin jika melepaskan kalor dan menjadi panas jika menyerap
kalor. Jika benda bersentuhan maka energi panas akan berpindah dari benda
yang suhunya lebih tinggi ke benda yang suhunya lebih rendah sehingga
tercipta KEADAAN KESETIMBANGAN TERMAL. Kalor yang diterima / yang
dilepaskan benda selama pemanasan sebanding dengan massa benda,
kenaikan suhu dan kalor jenis benda.
6. Bagan data pengamatan:
PEMBAHASAN
Percobaan dengan judul kalorimeter dan kapasitas kalor jenis ini bertujuan untuk mempelajari
cara kerja kalorimeter. Menentukan kalor lebur es dan menentukan kalor jenis berbagai logam.
Dalam percobaan ini dilakukan tiga pengukuran yaitu pengukuran harga air kalorimeter,
pengukuran kalor lebur es dan pengukuran kapasitas kalor jenis logam. Pada percobaan pertama
digunakan kalorimeter, pengaduk dan selubung yang diukur massanya untuk lima kali
pengulangan. Sehingga pada percobaan yang berturut-turut yaitu: 289 g;289,3 grm;289
grm;289,2grm,289,3grm. Kemudian dihitung massa rata-rata dengan berat yang diperoleh289,16
gram . Lalu, pengukuran massa kalorimeter dan bagian air dilakukan dengan lima kali
pengulangan yaitu dapat dihasilkan berturt-turut361,6 gram,361,8 gram,361,8 gram,362,2 gram
dan 362,2 gram sehingga diperoleh rata-rata massanya 361,72 g. Dengan suhu awal yang
diperoleh 250C, suhu akhir 270C, dan suhu setimbang 3,20C. Melalui perhitungan tersebut, maka
diperoleh massa jenis kalorimeter 0,36192 J/kg0C. Data- data dari perhitungan tersebut kemudian
digunakan untuk menghitung harga air kalorimeter sehingga diperoleh 5,5106 J/0C.
Perhitungan ralat kemudian dilakukan, untuk massa kalorimeter dan pengaduk sebesar
didapatkan ralat nisbi 0,515% dengan kebenaran 99,85%. Percobaan pertama dengan
pengukuran harga air kalorimeter melalui pengukuran massa kalorimeter dan pengaduk dan
setengah air didapatkan ralat nisbi 0,059% dengan kebenaran 99,94%. Percobaan yang kedua,
pengukuran kalor lebur es diperoleh ralat nisbi untuk massa kalorimeter dan pengaduk ditambah
es batu sebesar 0,0702% dengan kebenaran 99,93%. Kemudian untuk yang ditambah air
diperoleh ralat nisbi sebesar 0,088% dengan kebenaran 99,92%. Percobaan dengan pengukuran
kapasitas kalor jenis logam.Adapun hal-hal yang dapat menyebabkan adanya kesalahan tak
terlepas dari praktikan dan alat yang digunakan saat percobaan. Faktor yang mempengaruhi
dapat dari pembacaan angka saat menggunakan neraca yang kurang teliti, karena selain
disebabkan oleh kecerobohan praktikan, tetapi memang neracanya susah disetimbangkan.
Kemudian juga dapat disebabkan kurang telitinya saat memperkirakan setengah maupun
seperempat air yang dibutuhkan dalam percobaan ini. Pembacaan suhu yang terdapat dalam
termometer yang kurang sejajar dengan mata, sehingga dapat terjadi kekeliruan.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Alit Paramarta, S.Si., M.Si., Ida Bagus dan Desy Suryaningsih, N.L.G. 2011. Penuntun
Praktikum Fisika Dasar I. Jurusan Fisika FMIPA Universitas Udayana.
Fadli.Muhtadin. 2011. Asas Black. http://www.scribd.com/doc/38880537/Asas-Black diakses 19
Desember 2011.
Kanginan, Marthen. 1999. Seribu Pena Fisika SMU Kelas 1. Jakarta : Erlangga
Sears & Zemansky. 1998. Fisika Universitas 1 Edisi Kedua. Penerbit : Bina Cipta.
Sutrisno. 1983. Fisika Dasar. Bandung : ITB.