Anda di halaman 1dari 6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sifat Koligatif Larutan
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak tergantung pada macamnya
zat terlarut tetapi semata-mata hanya ditentukan oleh banyaknya zat terlarut
(kosntrasi zat terlarut). Banyaknya partikel dalam larutan ditentukan oleh konsentrasi
larutan dan sifat larutan itu sendiri. Jumlah partikel dalam larutan non elektrolit tidak
sama dengan jumlah partikel dalam larutan elektrolit, walaupun konsentrasi
keduanya sama. Hal ini dikarenakan larutan non elektrolit terurai menjadi ionionnya, sedangkan larutan non elektrolit tidak terurai menjadi ion-ion. Dengan
demikian sifat koligatif larutan dibedakan atas sifat koligatif larutan non elektrolit
dan sifat koligatif larutan non elektrolit (Ratna,2009).
Larutan terlarut mengandung zat terlarut non-volatil menunjukkan sifat berikut :
1.
2.
3.
4.

Penurunan tekanan uap


Kenaikan titik didih
Penurunan titik beku
Tekanan osmotik
Fitur penting dari sifat ini adalah hanya tergantung pada jumlah zat terlarut

yang berada pada larutan. Relasi yang dekat antara satu sama lain melalui penjelasan
secara umum, sifat tersebut di klasifikasikan sebagai sifat koligatif (Bahl, dkk.,
2007).

2.2 Penurunan Tekanan Uap


Tekanan uap dari pelarut murni akan turun ketika zat terlarut non-volatil
dilarutkan ke dalamnya. Jika p adalah tekanan uap ps dari larutan, maka penurunan
tekanan uap adalah (p- ps). Penurunan tekanan uap ini relatif dengan tekanan uap
dari pelarut murni disebut sebagai penurunan tekanan uap relatif. Sehingga :
Penurunan tekanan uap relatif = (p-ps) / p
(Bahl, dkk., 2007)
Tekanan uap larutan lebih rendah daripada tekanan uap pelarut murni karena
larutan lebih tidak teratur dibandingkan pelarut murni, maka selisih ketidakteraturan
antara larutan dan uap lebih kecil dibandingkan antara pelarut murni dan uap.
Dengan

demikian,

molekul

pelarut

lebih

kecil

kecenderungannya

untuk

meninggalkan larutan dibandingkan meninggalkan pelarut murni untuk menjadi uap,


dan tekanan uap larutan lebih kecil dibandingkan tekanan uap pelarut (Chang, 2003).
Titik didih dan titik beku dari suatu larutan berbeda dari dari titik didih dan titik
beku dari pelarut murni. Pada gambar 2.1 ditunjukkan bahwa zat terlarut yang
nonvolatil meningkatkan titik didih dan mengurangi titik beku. Suatu zat yang
nonvolatil adalah yang memiliki kecenderungan kecil untuk menjadi gas pada
kondisi tertentu (Holt, dkk., 2009).

Gambar 2.1 Tekanan Uap Versus Temperatur dari Pelarut Murni dan Larutan
dengan Zat Terlarut Nonvolatil

(Holt, dkk., 2009)


Hubungan antara tekanan uap larutan dan tekanan uap pelarut bergantung pada
konsentrasi zat terlarut dalam larutan. Hubungan itu dirumuskan dalam hukum Roult,
yang menyatakan bahwa tekanan parsial pelarut dari larutan, P 1, adalah tekanan uap
pelarut murni, P10, dikalikan fraksi mol pelarut dalam larutan, X1.
P1 = X1. P10
Dalam larutan yang mengandung hanya satu zat terlarut, X1 = 1-X2, dimana X2
adalah fraksi mol zat terlarut. Sehingga :
P1 = (1-X2) P10
P10 -P1 = P = X2P10
Kita lihat bahwa penurunan tekanan uap, P, berbanding lurus terhadap
konsentrasi (diukur dalam fraksi mol) zat terlarut yang ada (Chang, 2003).
2.3 Kenaikan Titik Didih
Titik didih dari suatu cairan adalah temperatur di mana tekanan uap cairan sama
dengan tekanan atmosfer yang berlaku. Oleh karena itu, perubahan pada tekanan uap
cairan akan menyebabkan perubahan yang sesuai pada titik didih. Tekanan uap
larutan yang mengandung zat terlarut nonvolatil lebih rendah dari tekanan uap
pelarut murni. Hal ini berarti lebih banyak panas yang dibutuhkan untuk
meningkatkan tekanan uap larutan untuk sama dengan tekanan atmosfer. Dengan
demikian, titik didih larutan lebih tinggi dari titik didih pelarut murni (Holt, dkk.,
2009).
Konstanta molal titik didih (Kb) adalah kenaikan titik didih pelarut dalam 1
molal larutan yang memiliki zat terlarut yang nonvolatil dan nonelektrolit. Kenaikan
titik didih dari 1 molal larutan yang zat terlarutnya nonelektrolit dalam air telah
ditemukan dengan eksperimen yaitu 0,51oC. Dengan demikian, konstanta molal titik
didih air adalah 0,51oC/m. Untuk pelarut yang berbeda, kenaikan titik didih dari 1
molal larutan memiliki nilai yang berbeda juga (Holt, dkk., 2009).
Kenaikan titik didih (Tb) adalah perbedaan antara titik didih pelarut murni dan
larutan nonelektrolit dari pelarutnya dan hal tersebut secara langsung sebanding
dengan konsentrasi molal dari larutannya. Kenaikan titik didih dapat dirumuskan
sebagai berikut.
Tb = Kb . m
(Holt, dkk., 2009)
Di mana Kbdinyatakan dalam oC/m, m dinyatakan dalam mol zat terlarut/kg
pelarut dan Tb dinyatakan dalam oC (Holt, dkk., 2009)
Perbandingan Kenaikan Titik Didih Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit

Elektrolit ialah zat yang larutannya dalam air atau leburannya dapat
menghantarkan aliran listrik. Larutan elektrolit juga menunjukkan sifat-sifat
koligatif, tetapi lebih besar dari zat nonelektrolit dengan konsentrasi yang sama.
Untuk larutan encer, ternyata sifat-sifat koligatif larutan elektrolit dari HCl, NH 4Cl 2
kali lebih besar; CaCl2, K2SO4 3 kali lebih besar dan K3[Fe(CN)6], AlCl3 4 kali lebih
besar daripada yang diperhitungkan menurut rumus untuk larutan nonelektrolit
(Sukardjo, 1989).
Hukum Raoult hanya berlaku untuk larutan nonelektrolit. Untuk larutan
elektrolit berlaku:
Tb = m Kb i

(Chang, 2003)

Dimana :
i = 1 + (n - 1)
n = banyaknya ion
= derajat ionisasi
untuk elektrolit kuat ( = 1), harga i = n
(Chang, 2003)
2.4 Aplikasi Kenaikan Titik Didih Pemisahan Otomatis Cairan Organik
Berdasarkan Titik Didihnya
Proses evaporasi dan kondensasi caria telah lama diamati dan dipelajari selama
waktu yang lama dengan investigasi sistematik pertama pada proses evaporasi air
oleh Dalton pada tahun 1803. Jumlah kecil dari satu atau lebih cairan yang memiliki
titik didih tinggi tersebar pada jumlah besar dari satu atau lebih campuran cairan
yang mempunyai titik didih yang lebih rendah dapat dipisahkan.
Sistem yang telah dirangkai memiliki kegunaan yang luas. Sistem tersebut dapat
digunakan pada industri minyak untuk pemisahan cairan-cairan yang berbeda ke
dalam ruang masing-masing. Sistem tersebut dapat juga digunakan dalam industri
cat, industri kimia dan secara luas pada industri gula. Terutama pada industri gula,
proses dapat digunakan untuk mengekstrak molases. Molases adalah sisa dari tebu
dari mana gula sudah diekstrak. Molases dianggap sebagai bahan bakar bio. Hal ini
dapat memberikan produk yang menguntungkan dari industri yang biasanya dibuang.
Sistem ini terbagi dalam empat tahap yaitu mendidihkan cairan, kondensasi,

pemisahan dan penyimpanan. PIC micro-controller telah digunakan untuk


mengontrol proses penyimpanan dengan mengaktifkan dan menonaktifkan conveyer.
Cairan dipanaskan yang akan mencapai titik didihnya masing-masing dan
kemudian menguap dan memasuki ruang kondensasi. Cairan yang berbeda mencapai
ruang kondensasi, kondensor mendinginkan uap dan mengubahnya menjadi cairan.
Kondensor yang digunakan adalah kondensor Liebig. Tabung kondensor dibelitkan
di sekitar tabung masuk. Uap masuk dari satu sisi dan setelah melewati tabung akan
terkondensasi menjadi cairan. Seiring cairan meninggalkan ruang kondensasi, cairan
tersebut harus dikirim ke tangki penyimpanan. Pengerak stepper ditempatkan untuk
mengarahkan cairan ke tempat yang diinginkan. Pengerak stepper memiliki tiga
pergerakan. Setiap gerakan mengarahkan cairan ke tangki yang berbeda; tiga cairan
dengan titik didih yang berbeda dipisahkan dan dikirim ke tangki yang berbeda.
Ketika cairan pertama terisi pada tangki penyimpanan, seiring mencapai tingkat
yang diinginkan, sensor IR mengirim sinyal ke PIC micro-contoller. PIC
mengarahkan katup solenoida untuk terbuka. Tangki dikosongkan pada beker yang
terletak di bawah. Katup solenoida tertutup dan kemudian conveyer mulai sehingga
dapat membawa beker kosong pada tempat yang terisi. Sensor IR ditempatkan pada
conveyer agar dengan tepat memposisikan beker di bawah nozzle. Conveyer mulai
selama 10 detik sehingga beker yang terisi dapat digantikan (Qadri, dkk., 2009).

Mulai
Dimasukan sampel ke dalam labu alas bulat

Cairan dipanaskan hingga mencapai titik didih masing-masing


Uap cairan masuk dalam tahap kondensasi
Cairan yang terkondensasi masuk ke tahap pemisahan

Cairan masuk ke dalam tangki penyimpanan

Selesai

Gambar 2.2 Flowchart Pemisahan Otomatis Cairan Organik


Berdasarkan Titik Didihnya
(Qadri, dkk., 2009)

Anda mungkin juga menyukai