Anda di halaman 1dari 7

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

A. Pengertian sifat koligatif larutan

Sifat koligatif larutan adalah sifat yang bergantung pada jumlah partikel zat terlarut dan tidak
bergantung pada jenis zat terlarut. Besarnya perubahan bergantung pada jumlah pertikel zat
terlarut dalam larutan. Perhatikan pembahasan berikut.

Kalau kita melarutkan suatu zat terlarut dalam suatu pelarut murni, maka kemungkinan
besar akan terjadi hal-hal sebagai berikut:

1. Pada larutan akan lebih sukar menguap jika dibandingkan dengan pelarut murninya
karena pada larutan akan mengalami penurunan tekanan uap akibat adanya pertikel
larutan.
2. Jika dididihkan, larutan akan mendidih pada suhu yang lebih tinggi jika dibandingkan
pelarut murinya. Akibat adanya partikel larutan akan terjadi penurunan titik beku.
3. Jika dibekukan, larutan akan membeku pada suhu yang lebih kecil atau dibawah suhu
membeku pelarut murninya. Akibat adanya partikel larutan akan terjadi penurunan
titik beku.
4. Jika larutan dihubungkan dengan pelarut murninya melewati membran
semipermiabel, maka larutan akan mengalami kenaikan volume akibat tekanan
osmotik.

B. Jenis Sifat Koligatif Larutan

1) Sifat koligatif larutan nonelektrolit

Sifat pelarut murni berbeda dengan sifat larutannya. Contoh , air murni membeku pada suhu
00C, tetapi larutan glukosa akan membeku pada suhu yang lebih rendah dari 00C.
Penambahan zat nonelektrolit, misalnya etilen glikol pada radiator mobil akan menurunkan
titik beku air dalam radiator, jadi pada suhu 00C air radiator tidak akan membeku.

Penurunan titik beku merupakan salah satu contoh sifat koligatif larutan yang bergantung
pada jumlah pertikel zat terlarut dan tidak bergantung pada jenis pertikelnya. Jadi, pada
larutan yang berbeda jenisnya tetapi memiliki jumlah pertikel sama, akan memiliki sifat
koligatif yang sama pula.
2) Sifat Koligatif Larutan Elektrolit

Perlu diketahui bahwa larutan elektrolit ternyata memiliki harga sifat koligatif larutan yang
lebih tinggi daripada larutan yang nonelektrolit untuk konsentrasi yang sama.

Dalam konsentrasi yang sama, larutan elektrolit akan mengandung jumlah partikel yang
lebih banyak daripada larutan nonelektrolit. Harga koligatif larutan elektrolit dipengaruhi
oleh faktor Van’t Hoff (i) dengan persamaan sebagai berikut :

i = [ 1 + α (n-1)]

Keterangan :

n = jumlah ion

α = derajat ionisasi

Untuk n = 2 (biner)

n = 3 (terner)

n = 4 (kuartener)

n = 5 (pentaner)

Untuk α = 1 (elektrolit kuat)

α = 0 (nonelektrolit)

0 < α < 1 (elektrolit lemah)

Maka persamaan sifat koligatifnya dapat dirumuskan sebagai berikut:

ΔP = Xterlarut . PO . i

ΔTb = m . Kb . i

ΔTf = m . Kf . i

π = M . R .T . i
C. Sifat Koligatif Larutan

Ada 4 (empat) sifat koligatif larutan, yaitu:

1. Penurunan tekanan uap larutan

Bila kita mengamati pada peristiwa penguapan, ketika pertikel-partikel zat cair meninggalkan
kelompoknya. Bila zat cair disimpan dalam ruang tertutup yang hampa udara, maka sebagian
dari pertikel-partikel zat cair akan menguap, sedangkan zat car yang telah menjadi uap akan
kembali menjadi cair (mengembun). Tekanan yang ditimbulkan pada saat tercapai kondisi
kesetimbangan dinamakan tekana uap jenuh.

Dari hasil pengukuran data-data ekseperimen ternyata diketahui bahwa tekanan uap jenuh
larutan lebih rendah dari pada tekanan uap jenuh pelarut murni, mangapa demikian ? karena
dalam suatu larutan, pertikel-partikel zat terlarut akan menghalangi gerak molekul-molekul
pelarut yang berubah menjadi bentuk gas (uap) karena ada interaksi antara zat terlarut
dengan pelarutnya.

Oleh karena itu tekanan uap jenuh lebih rendah dari pada tekanan uap jenuh pelarut murni.
Makin lemah gaya tarik-menarik antara molekul-molekul zat cair, maka makin mudah zat
cair tersebut menguap, artinya makin besar pula tekanan uap jenuhnya. Penurunan tekanan
uap jenuh adalah selisih antara tekanan uap jenuh pelarut murni dengan tekanan uap jenuh
larutan.

ΔP = Po˗ P

Pengaruh konsentrasi zat terlarut terhadap penurunan tekanan uap jenuh dapat dijelaskan
dengan hukum Rault sabagai berikut :

P = Xpelarut . Po

Dari kedua persamaan diatas dapat kita turunkan suatu rumus untuk menghitung penurunan
tekanan uap jenuh, yaitu:

∆P = Po ˗ P
∆P = Po – (Xpelarut . Po )
∆P = Po (1- Xpelarut)
∆P = Po . Xterlarut
Keterangan:
∆P = penurunan tekanan uap jenuh

Po = tekanan uap pelarut air murni

Xterlarut = fraksi mol terlarut

Xpelarut = fraksi mol pelarut

2. Kenaikan Titik Didih dan Penurunan Titik Beku

Titik didih suatu zat cair adalah suhu dimana tekanan uap jenuh zat cair tersebut sama
dengan tekanan luar. Bila tekanan uap sama dengan tekanan luar, maka gelombang uap yang
terbentuk dalam cairan dapat mendorong diri ke permukaan menuju fasa gas.

Oleh karena itu, titik didih suatu zat cair akan bergantung pada tekanan luar. Adapun yang
dimaksud dengan titik didih adalah titik didih normal pada tekanan 76 cmHg. Adapun titik
didih normal air adalah 1000C.

Kenaikan titik didih (ΔTb) adalah selisih titik didih larutan dengan titik didih pelarut. Biasa
ditulis dengan persamaan (ΔTb )= titik didih larutan – titik didih pelarut.

Sedangkan selisih antara larutan titik beku pelarut dengan titik beku larutan
disebut penurunan titik beku (ΔTf) [( ΔTf ) = titik beku pelarut – titik beku larutan]

Adapaun kenaikan titik didih dan penurunan titik beku yang disebabkan oleh penambahan zat
terlarut dapat dirumuskan sebagai berikut:

Dengan:

ΔTb = kenaikan titik didih

ΔTf = kenaikan titik beku

Kb = tetapan kenaikan titik didih molal (oC/m)


Kf = tetapan penurunan titik beku molal (oC/m)

m = molalitas

g = massa zat terlarut (gram)

Mr = massa rumus relatif zat terlarut

p = massa pelarut (gram)

3. Tekanan osmotik

Tekanan osmosis adalah peristiwa perpindahan pelarut dari larutan yang konsentrasinya lebih
kecil ke larutan yang konsentrasinya lebih besar melalui membran semipermeabel.

Aliran zat cair dari larutan yang konsentrasinya lebih kecil menuju larutan yang
konsentrasinya lebih besar melalui membran semipermeable akan terhenti, bila telah terjadi
kesetimbangan konsentrasi antara kedua larutan tersebut.

Adapun yang dimaksud dengan ‘Tekanan osmotik (ð) adalah besarnya suatu tekanan yang
akan diberikan pada suatu larutan untuk mencegah mengalirnya molekul dari pelarut ke
dalam larutan melalui membran semipermeabel’.

Besarnya tekanan osmotik sesuai dengan persamaan gas ideal , yaitu:

keterangan :

ð = tekanan osmotik

M = konsentrasi (mol/L)

R = tetapan gas (0,082)

T = suhu (K)
Dalam suatu sistem osmosis, larutan yang memiliki tekanan osmosis sama
disebut isotonik, bila tekanan osmotiknya lebih kecil dari larutan yang lain disebut hipotonik,
dan bila tekanan osmotiknya lebih besar dibandingkan larutan yang lain disebut hipertonik.

Untuk lebih memahami semua materi di atas, mari simak contoh soal di bawah ini

D. Contoh Soal dan Jawaban Sifat Kolegatif Larutan

Contoh soal

1. Sebanyak 40 gram glukosa C6H12O6 dilarutkan dalam 200 mL air. Bila Kb = 0,52 0C/m,
tentukan titik didih larutan tersebut!

2. Sebanyak 2,8 gram urea, CO (NH2)2 dilarutkan dalam 100 mL air. Tentukan titik beku
larutan tersebut! Jika diketahui Kf air = 1,86 0C/m; Ar C = 12, N = 14, O = 16.

Jawaban :

1. Diketahui :

g = 40

P = 200 mL

Kb = 0,52 0C/m

Mr C6H12O6 = 180

Ditanya ΔTb?

Titik didih larutan glukosa = 100 + 0,572 = 100,572 oC

2. Diketahui :

g = 2,8 gram

Mr CO (NH2)2 = 60
P = 100

Kf = 1,86

Ditanya ΔTf ?

Jadi titik beku larutan urea CO (NH2)2 = 0 – 0,744 oC = – 0,744 oC

Anda mungkin juga menyukai