Anda di halaman 1dari 6

6.

1 Pengertian Koligatif
Sifat koligatif larutan merupakan sifat dari larutan yang tidak ditentukan oleh jenis zat
terlarut tetapi hanya ditentukan oleh jumlah partikel zat terlarut di dalam larutan. Sifat
koligatif juga bergantung pada jumlah volume pelarut dan bukan pada massa partikel. Sifat
koligatif larutan terdiri dari dua jenis, yaitu sifat koligatif larutan elektrolit larutan non
elektrolit. Apabila suatu pelarut ditambah dengan sedikit zat terlarut, maka akan didapat suatu
larutan yang meliputi penurunan tekanan uap jenuh, kenaikan titik didih, penurunan titik
beku, dan tekanan osmotic.
Jumlah partikel di dalam larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan dan sifat larutan itu
sendiri. Jumlah partikel di dalam larutan non elektrolit tidak sama dengan jumlah partikel
dalam larutan eletrolit, walaupun konsentrasi keduanya sama. Hal ini dikarenakan larutan
eletrolit terurai menjadi ion-ionnya, sedangkan larutan non eletrolit tidak terurai menjadi ion-
ion. Dengan demikian sifat koligatif larutan dibedakan atas sifat koligatif larutan non
elektrolit dan sifat koligatif larutan elektrolit.

6.2 Sifat Koligatif Larutan Non Elektrolit


Sifat koligatif larutan non elektrolit sangat berbeda dengan Sifat koligatif larutan
elektrolit, disebabkan larutan non elektolit tidak dapat mengurai menjadi ion – ion nya. Maka
Sifat koligatif larutan non elektrolit dapat di hitung dengan menghitung tekanan uap, titik
didih, titik beku, dan tekanan osmosis. Menurut hukum sifat koligatif, selisih tekanan uap,
titik beku, dan titik didih suatu larutan dengan tekanan uap, titik beku, dan titik didih pelarut
murninya, berbanding langsung dengan konsentrasi molal zat terlarut. Larutan yang bisa
memenuhi hukum sifat koligatif ini disebut larutan ideal. Kebanyakan larutan mendekati
ideal hanya jika sangat encer.
Meskipun sifat koligatif melibatkan larutan, sifat koligatif tidak bergantung pada
interaksi antara molekul pelarut dan zat terlarut, tetapi bergatung pada jumlah zat terlarut
yang larut pada suatu larutan. Sifat koligatif terdiri dari penurunan tekanan uap, kenaikan titik
didih, penurunan titik beku, dan tekanan osmotik.
6.2.1 Penurunan Tekanan Uap Jenuh (Vapor Pressure Lowering)
Apabila suatu zat (cair atau padat) dimasukkan dalam suatu ruangan
tertutup, maka sebagian dari zat tersebut akan menguap sampai ruangan tersebut
jenuh. Pada keadaan jenuh terjadi kesetimbangan antara zat cair dengan gas
yang terbentuk. Tekanan yang diakibatkan oleh uap jenuh suatu zat disebut
dengan tekanan uap jenuh zat tersebut.
Jika ke dalam suatu pelarut ditambahkan zat terlarut yang tidak mudah
menguap, maka tekanan uapnya akan turun. Hal ini disebabkan molekul zat
terlarut menghalangi gerak molekul pelarut menjadi uap, sehingga jumlah
molekul pelarut yang berubah dari bentuk cair ke bentuk uap akan berkurang.
Suatu contoh, bila gula dimasukkan ke dalam air di dalam botol tertutup.
Partikel-partikel gula akan menghalangi lepasnya molekul-molekul air dari
wujud cair menjadi gas. Apabila tekanan uap masing-masing botol diukur maka
akan diketahui bahwa besarnya tekanan uap pelarut akan lebih besar dari
tekanan uap larutan.
Selisih antara tekanan uap jenuh pelarut murni dengan tekanan uap jenuh
larutan disebut dengan penurunan tekanan uap jenuh. Besarnya penurunan
tekanan uap jenuh sebanding dengan fraksi mol zat terlarut, dirumuskan oleh
Raoult sebagai berikut :

Karena Xt + Xp = 1 maka dapat juga dinyatakan :

Dimana : Po = tekanan uap jenuh pelarut


Plarutan = tekanan uap jenuh larutan
DP = penurunan tekanan uap jenuh
Xt = fraksi mol zat terlarut
Xp = fraksi mol pelarut
6.2.2 Kenaikan Titik Didih (Boiling Point Elevation)
Titik didih suatu zat adalah suhu pada saat tekanan uap jenuh cairan sama
dengan tekanan di atas permukaan zat cair. Titik didih suatu zat cair
dipengaruhi oleh tekanan uap, artinya semakin besar tekanan uap semakin besar
pula titik didih zat cair tersebut. Pada tekanan dan temperatur standar (76
cmHg, 25 °C) titik didih air sebesar 100 °C.
Artinya pelarut murni akan mendidih bila tekanan uap jenuh pada
permukaan cairan sama dengan tekanan udara luar. Pada sistem terbuka,
tekanan udara luar adalah 760 mmHg (tekanan udara pada permukaan larutan)
dan suhu pada tekanan udara luar 760 mmHg disebut titik didih normal. Titik
didih suatu cairan adalah suhu pada saat tekanan uap jenuh cairan itu sama
dengan tekanan luar (tekanan yang diberikan pada permukaan cairan). Dari
definisi ini kita ketahui bahwa titik didih cairan bergantung pada tekanan uap
pada permukaan cairan. Itulah sebabnya, titik didih air di gunung berbeda
dengan di pantai. Pada saat tekanan uap zat cair sama dengan tekanan udara luar
maka gelembung-gelembung uap dalam cairan bergerak ke permukaan dan
masuk fase gas.
Hubungan antara tekanan dan temperatur terhadap tingkat wujud suatu zat
dapat ditentukan dari diagram P,T. Dari diagram P,T dapat dilihat bahwa
penurunan tekanan uap jenuh menyebabkan kenaikan titik didih larutan.

Gambar 6.1 Diagram P dan T.


Diagram P,T memperlihatkan bahwa titik didih larutan lebih tinggi
dibanding titik didih pelarut. Selisih antara titik didih larutan dengan titik didih
pelarut disebut kenaikan titik didih (DTb).
Dimana :

Tb larutan : titik didih larutan


Tb pelarut : titik didih pelarut
DTb : kenaikan titik didih
m : molalitas larutan
Kb : tetapan kenaikan titik didih molal pelarut (dipengaruhi oleh
suhu).
Tabel 6.1 Harga Kf dan Kb Beberapa Pelarut

Besarnya tetapan kenaikan titik didih molal (Kb) dan


Titik Kf Titik didih Kb
tetapan penurunan titik beku molal (Kf) beberapa
beku (°C) (°C/m) (°C) (°C /m)
pelarut.
Air 0,0 1,86 100,0 0,512
Asam asetat 16,6 3,9 117,9 3,07
Benzena 5,50 4,9 80,1 2,53
Kamfor 179,8 39,7 207,42 5,61
Nitrobenzena 5,7 7,0 210,8 5,24
Fenol 40,90 7,4 181,75 3,56

6.2.3 Penurunan Titik Beku (Freezing Point Depression)


Titik beku adalah suhu dimana tercapai keseimbangan antara cair dan padat.
Titik beku ini tercapai jika tekanan uap cairan sama dengan tekanan uap pelarut
padatan murni. Titik beku larutan adalah suhu pada saat mulai terbentuk padatan
(membeku).
Diagram P,T memperlihatkan bahwa penurunan tekanan uap jenuh
menyebabkan penurunan titik beku larutan.Atau ini berarti bahwa titik beku
larutan lebih rendah dibanding titik beku pelarut. Selisih antara titik beku
pelarut dengan titik beku larutan disebut penurunan titik beku (DTf).

Dimana :
Tf larutan : titik beku larutan
Tf pelarut : titik beku pelarut
DTf : penurunan titik beku
m : molalitas larutan
Kf : tetapan penurunan titik beku molal pelarut (dipengaruhi oleh
suhu).

6.2.4 Tekanan Osmotik (Osmotic Pressure)


Peristiwa osmosis adalah perpindahan perpindahan molekul pelarut dari
larutan yang lebih encer ke larutan yang lebih pekat, sehingga larutan yang lebih
pekat bertambah tinggi.
Osmosis dapat dicegah dengan memberi suatu tekanan pada permukaan
larutan. Tekanan yang diperlukan untuk menghentikan aliran pelarut dari pelarut
murni menuju larutan disebut tekanan osmotik dan dapat dirumuskan :

Keterangan :
p : tekanan osmotik larutan (atm)
M : molaritas larutan
T : suhu dalam Kelvin
R : tetapan gas = 0,082 L.atm/mol.K
Larutan yang mempunyai tekanan osmotik lebih rendah dari yang lain
disebut larutan Hipotonis / hypotonic solution. Larutan yang mempunyai
tekanan osmotik lebih tinggi dari yang lain
disebut larutan Hipertonis / hypertonic solution. Larutan yang memiliki tekanan
osmotik yang sama disebut larutan Isotonis.

6.3 Sifat Koligatif Larutan Elektrolit


Sifat koligatif larutan elektrolit berbeda dengan sifat koligatif larutan elektrolit karena
zat elektrolit dapat mengalami ionisasi (lihat penjelasan di awal bab). Hal ini menyebabkan
untuk konsentrasi yang sama larutan elektrolit mengandung jumlah partikel yang lebih
banyak daripada larutan non elektrolit. Oleh karena itu, sifat koligatif larutan elektrolit lebih
besar daripada sifat koligatif larutan non elektrolit. Perbandingan antara sifat koligatif larutan
elektrolit dengan larutan non elektrolit disebut dengan faktor Van’t Hoff :

Jacobus Henricus Van’t Hoff (1852 – 1911) menerima hadiah Nobel pertama dalam
bidang Kimia pada tahun 1901. Penelitiannya adalah tentang sifat – sifat fisika dalam larutan.
Untuk larutan elektrolit berlaku :

Dimana :
i : faktor Van’t Hoff i = n jika elektrolit kuat (a = 1)
n : jumlah ion hasil ionisasi
a : derajat ionisasi elektrolit
6.4 Skldfsf

Anda mungkin juga menyukai