Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sifat-sifat koligatif larutan ialah sifat-sifat larutan yang hanya ditentukan oleh jumlah
partikel dalam larutan dan tidak tergantung jenis partikelnya. Dalam bagian ini dibicarakan
sifat koligatif larutan yang berisi zat terlarut yang sukar menguap atau non-volatif. Termasuk
didalamnya ialah :
a. Penurunan tekanan uap pelarut
b. Penurunan titik beku larutan
c. Kenaikan titik didih larutan
d. Tekanan osmosis larutan

Hukum Roult merupakan dasar dari sifat koligatif larutan Sifat koligatif larutan terbagi
menjadi dua bagian, yaitu sifat larutan elektrolit dan sifat non elektrolit. Hal itu disebabkan
zat terlarut pada larutan elektrolit bertambah jumlahnya karena terurai menjadi ion-ion,
sedangkan zat terlarut pada larutan non elektrolit jumlahnya tetap karena tidak terurai
menjadi ion-ion, sesuai dengan hal tersebut maka sifat koligatif larutan non elektrolit lebih
rendah dari sifat koligatif larutan elektrolit. Pada makalah ini, kami akan menjelaskan
mengenai sifat koligatif larutan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian sifat koligatif larutan elektrolit dan sifat koligatif larutan non elektrolit ?
2. Bagaimana sifat koligatif larutan elektrolit dan sifat koligatif larutan non elektrolit
penting bagi kehidupan?
3. Bagaimana contoh larutan yang termasuk kedalam sifat koligatif larutan elektrolit dan
sifat koligatif larutan non elektrolit ?
1.3 Tujuan
1. Mampu memahami pengertian sifat koligatif larutan elektrolit dan sifat koligatif larutan
non elektrolit
2. Mampu memahami sifat koligatif larutan elektrolit dan sifat koligatif larutan non
elektrolit penting untuk kehidupan kita.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Larutan Elektrolit dan Larutan Non-Elektrolit


Larutan adalah campuran dua homogen dua zat atau lebih yang saling melarutkan
dan masing-masing zat penyusunnya tidak dapat lagi dibedakan secara fisik. Larutan
terdiri atas pelarut dan zat terlarut. Berdasarkan daya hantar listrik (daya ionisasi),
larutan dibedakan menjadi dua, yaitu larutan elektrolit dan non elektrolit.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, sifat larutan elektrolit dan non
elektrolit didasarkan pada keberadaan ion dalam larutan yang akan mengalirkan arus
listrik. Jika terdapat ion dalam larutan, berarti larutan tersebut bersifat elektrolit. Jika
dalam larutan tidak terdapat ion, maka larutan tersebut bersifat non elektrolit.
Larutan elektrolit merupakan larutan yang dapat menghantarkan arus listrik
sedangkan larutan non elektrolit merupakan larutan yang tidak dapat menghantarkan
arus listrik. Dalam kehidupan sehari-hari, banyak sekali contoh larutan elektrolit dan
non elektrolit. Contoh larutan non elektrolit antara lain gula, alcohol, dan larutan urea.
Sedangkan contoh larutan elektrolit adalah larutan cuka makan, air sungai, air laut
dan sebagainya.

2.2 Sifat-Sifat Koligatif Larutan Non Elektrolit


Sifat koligatif larutan non elektrolit tidak dapat mengurai menjadi ion-ionnya. Hal
ini menyebabkan sifat koligatif larutan non elektrolit berbeda dengan larutan
elektrolit. Sifat koligatif larutan dapat dihitung dengan menghitung tekanan uap, titik
didih, titik beku, dan tekanan osmosis.
Menurut hukum sifat koligatif, selsisih tekanan uap, titik beku dan titik didih
suatu larutan dengan tekanan uap, titik beku, dan titik didih pelarut murninya,
berbamding langsung dengan konsentrasi molal zat terlarut. Larutan yang memenuhi
hukum sifat koligatif ini disebut larutan ideal. Sifat koligatif terdiri dari penurunan
tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan titik beku, dan tekanan osmosis.
a. Penurunan Tekanan Uap
Proses penguapan adalah perubahan suatu wujud zat cair menjadi gas. Ada
kecendrungan bahwa suatu zat cair akan mengalami penguapan. Kecepatan
penguapan dari setiap zat cair tidak sama, tetapi pada umumnya cairan akan semakin
mudah menguap jika suhunya tinggi.
Penurunan tekanan uap adalah kecendrungan molekul-molekul cairan untuk
melepaskan diri dari molekul-molekul di sekitarnya dan menjadi uap. Jika kedalam
cairan dimasukkan kedalam zat terlarut yang sukar menguap dan membentuk suatu
larutan, maka hanya sebagian pelarut saja yang menguap, karena sebagian lain
penguapannya dihalangi oleh zat terlarut.
Bila zat non elektrolit yang sukar menguap dilarutkan maka menurut hukum
Roult, besarnya tekanan uap:
P = PO . N1
Dimana :
P = tekanan uap diatas larutan
Po = tekanan uap pelarut murni
N1 = fraksi mole pelarut

Karena zat terlarut non volatile, maka:


P total = P = PO . N1
N1 < 1
P total < Po

Jadi disini terjadi penurunan tekanan uap dari pelarut. Besarnya penurunan tekanan
uap ΔP.
ΔP = Po – P total = Po – P
= Po – Po . N1
= Po – ( 1 – N1)
N2 + N1 = 1
N2 = fraksi mole zat terlarut
Jadi penurunan tekanan uap pelarut hanya tergantung jenis pelarut dan banyaknya zat
terlarut tidak tergantung banyaknya pelarut.
Penurunan tekanan uap relatif:
ΔP = Po – P N2
Po Po
Hanya tergantung kepada banyaknya zat terlarut tidak tergantung jenis pelarut dan zat
terlarut.

b. Kenaikan Titik Didih Larutan

Sifat selanjutnya adalah kenaikan titik didih larutan. Titik didih larutan selalu
lebih tinggi dibandingkan titik didih pelarut. Bila suatu zat cair dinaikkan suhunya,
maka semakin banyak zat cair yang menguap. Pada suhu tertentu jumlah uap diatas
permukaan zat cair akan menimbulkan tekanan uap yang sama dengan tekanan udara
luar. Keadaan saat tekanan uap zat cair diatas permukaan zar cair tersebut sama
dengan tekanan udara sekitarnya disebut mendidih dan suhu ketika tekanan uap
diatas permukaan cairan sama dengan tekanan uap luar disebut titik didih.

Suatu larutan mendidih pada temperature lebih tinggi dari pelarutnya, selisihnya
disebut kenaikan titik didih larutan.Hal ini dapat dilihat jelas dalam diagram P - T
Dimana :

Po = tekanan uap pelarut

P = tekanan uap larutan

Pada tiap P < Po, hingga grafik tekanan uap larutan selalu ada dibawah pelarut.

To = tekanan didih pelarut. Pada tekanan Po, larutan baru mendidih pada T.

ΔTb = T - To

ΔTb hanya tergantung jenis pelarut dan konsentrasi larutan, tidak tergantung jenis zat
terlarut. Hubungan ΔTb dengan konsentrasi larutan dapat dicari dengan persamaan
Clausius-Clapeyron dan Hukum Roult. Menurut hukum Roult, besarnya kenaikan
titik didih larutan sebanding dengan hasil kali dari Molalitas larutan (m) dengan
kenaikan titik didih molal (Kb)

Oleh karena itu, kenaikan titik didih dapat dirumuskan sebagai berikut :

g 1000
∆Tb = Kb.m dan m = x
Mr P

Maka :

g 1000
ΔTb = Kb . .
Mr P

ΔTb : Kenaikan titik didih

Kb : tetapan titik didih molal

m : molalitas larutan

g : massa zat terlarut

Mr : massa molekul relatif zat terlarut

P : massa pelarut
Pelarut Titik didih Kb (percobaan) Kb (hitungan)
Aseton 56,5 1,72 1,73
CCl4 76,8 5,0 5,02
Benzena 80,1 2,57 2,61
CHCl3 61,2 3,88 3,85
C2H5OH 78,4 1,20 1,19
Etil Eter 34,6 2,11 2,16
Metil Alkohol 64,7 0,80 0,83
Air 100 0,52 0,51
Tabel 1. Kb untuk beberapa pelarut

c. Penurunan Titik Beku


Titik beku larutan ialah temperature pada saat larutan setimbang dengan
pelarut padatnya. Larutan akan membeku pada temperatur lebih rendah dari
pelarutnya. Hal ini dapat dilihat dalam diagram P-T

Pada setiap saat tekanan uap larutan selalu lebih rendah daripada pelarut
murni.
To titik beku pelarut murni
T titik beku larutan
P2 tekanan uap pelarut padat dan cair pada To, Po tekanan uap pelarut murni
yang membeku terlambat; P = tekanan uap larutan pada temperature T.
Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa tekanan uap larutan lebih
rendah dibandingkan dengan tekanan uap pelarut murni. Hal ini menyebabkan
titik beku larutan lebih rendah dibandingkan dengan titik beku pelarut murni.
Selisih temperature titik beku pelarut murni dengan titik beku larutan disebut
penurunan titik beku (ΔTf)

∆Tf = titik beku pelarut – titik beku larutan

∆Tf = Kf.m

g 1000
m= x
Mr p

Maka :

g 1000
∆Tf = Kf. x
Mr p

Dimana :

∆Tf : penurunan titik beku

Kf = tetapan titik beku molal

m = molalitas larutan

g = massa zat terlarut

Mr = massa molekul relatif zat terlarut

P = massa pelarut
Pelarut Titik Beku (oC ) Kf
Asam Asetat 16,7 3,9
Benzena 5,5 5,12
Bromoform 7,8 14,4
Kamper 178,4 37,7
Sikloheksana 6,5 20,0
1,4 dioksana 10,5 4,9
Nafthalena 80,2 6,9
Fenol 42 7,27
Tibromofenol 96 20,4
Trifenilfosfat 49,9 11,76
Air 0,00 1,86
Tabel 2. Kf beberapa larutan
d. Tekanan Osmosis
Sifat koligatif keempat terutama penting dalam biologi sel, sebab
peranannya penting dalam transfor molekul melalui membran sel. Membran
ini disebut semipermiabel, yang membiarkan molekul kecil lewat tetapi
menahan molekul besar seperti protein dan karbohidrat. Membran semi
permiabel dapat memisahkan molekul pelarut kecil dari molekul zat terlarut
yang besar. Peristiwa bergeraknya partikel (molekul atau ion) melalui dinding
semipermeabel disebut osmotik. Tekanan yang ditimbulkan akibat dari
tekanan osmotik disebut tekanan osmotik.
Osmosis atau tekanan osmotik adalah proses berpindahnya zat cair dari
larutan hipotonis ke larutan hipertonis melalui membran semipermiabel.
Osmosis dapat dihentikan jika diberi tekanan, tekanan yang diberikan inilah
yang disebut tekanan osmotik. Tekanan osmotik dapat dirumuskan sebagai
berikut :

π = nRT

Untuk larutan elektrolit ditemukan penyimpangan oleh Vanit Hoff.


Penyimpangan ini terjadi karena larutan elektrolit terdisosiasi di dalam air
menjadi ion, sehingga zat terlarut jumlahnya menjadi berlipat. Dari sini
dibutuhkan faktor pengali atau lumrah disebut faktor Vanit Hoff. Dirumuskan
sebagai berikut :

π = M R T      
π   = tekanan osmotik

M = konsentrasi molar

R   = tetapan gas ideal (0,082 L atm K   mol  )

T    = suhu mutlak (K)     

2.3 )Sifat-Sifat Kologatif Larutan Elektrolit


Elektrolit ialah zat yang larutannya dalam air atau leburannya dapat
menghantarkan aliran listrik. Larutan elektrolit juga menujukkan sifat-sifat koligatif ,
tetapi lebih besar dari zat non elektrolit dengan konsentrasi yang sama. Dikatakan
larutan elektrolit memiliki sifat-sifat koligatif yang abnormal
Untuk larutan encer, ternyata sifat-sifat koligatif larutan elektrolit dari :
HCl, NH4Cl - 2 x lebih besar
CaCl2, K2SO4 – 3 x lebih besar
Daripada yang diperhitungkan menurut rumus untuk larutan non elektrolit. Van’t
Hoff menggunakan faktor i, untuk menyatakan hubungan sifat koligatif larutan
elektrolit dan non elektrolit
sifat koligatif larutan elektrolit dengan konsentrasi m
i=
sifat koligatif larutan non elektrolit dengan konsentrasi m

i = 1 + (n-1)α

jumlah partikel yang mengion


α=
jumlah partikel mula−mula

n = jumlah seluruh ion zat elektrolit (baik yang + maupun -)

α = derajat ionisasi larutan elektrolit (untuk elektrolit kuat α = 1)

untuk penurunan titik beku :


ΔTf
i=
( ΔTf ) o
ΔTf : penurunan titik beku larutan elektrolit dengan konsentrasi m
(ΔTf)o : penurunan titik beku larutan non elektrolit dengan konsentrasi m
(ΔTf)o = Kf . m
ΔTf = i . (ΔTf)o = Kf . m . i
Harga i harus ditetapkan secara eksperimen untuk tiap jenis elektrolit pada
berbagai jenis elektrolit pada berbagai konsentrasi. Sekali i telah ditentukan maka i
berlaku pula untuk sifat koligatif yang lain.
ΔTf ∆ Tb ∆P π
i=
( ΔTf ) o
= = =
( ∆ Tb ) o ( ∆ P ) o ( π ) o
jadi untuk larutan elektrolit encer berlaku :
ΔTf = i . (ΔTf)o = Kf . m . i
ΔTb = i. (ΔTb)o = Kb . m . i
ΔP = i . (ΔP)o = i . Po . N2
nRT
π = i. (π)o = i.
V
 Elektrolit kuat, karakteristiknya adalah sebagai berikut:
1. Menghasilkan banyak ion Molekul netral dalam larutan hanya sedikit/tidak
ada sama sekali
2.  Terionisasi sempurna, atau sebagian besar terionisasi sempurna
3. Jika dilakukan uji daya hantar listrik: gelembung gas yang dihasilkan banyak,
lampu menyala
4. Penghantar listrik yang baik
5. Derajat ionisasi = 1, atau mendekati 1
6. Contohnya adalah: asam kuat (HCl, H 2SO4, H3PO4, HNO3, HF); basa kuat
(NaOH, Ca(OH)2, Mg(OH)2, LiOH), garam NaCl
 Elektrolit lemah, karakteristiknya adalah sebagai berikut
1. Menghasilkan sedikit ion
2. Molekul netral dalam larutan banyak
3. Terionisasi hanya sebagian kecil
4. Jika dilakukan uji daya hantar listrik: gelembung gas yang dihasilkan sedikit,
lampu tidak menyala
5. Penghantar listrik yang buruk
6. Derajat ionisasi mendekati 0
7. Contohnya adalah: asam lemah (cuka, asam askorbat, asam semut), basa
lemah (Al(OH)3, NH4OH), garam NH4CN

 Sebagai tambahan, larutan non elektrolit memiliki karakteristik sebagai berikut:


1. Tidak menghasilkan ion
2.  Semua dalam bentuk molekul netral dalam larutannya
3. Tidak terionisasi Jika dilakukan uji daya hantar listrik: tidak menghasilkan
gelembung, dan lampu tidak menyala
4. Derajat ionisasi = 0 Contohnya adalah larutan gula, larutan alcohol, bensin,
larutan urea.
2.4 Penerapan Sifat Koligatif Larutan dalam Kehidupan Sehari-hari
Contoh penurunan titik beku dalam kehidupan sehari-hari, yaitu:
1. Membuat Campuran Pendingin
Cairan pendingin adalah larutan berair yang memiliki titik beku jauh di bawah
0oC. Cairan pendingin digunakan pada pabrik es, juga digunakan untuk membuat
es putar. Cairan pendingin dibuat dengan melarutkan berbagai jenis garam ke
dalam air.
Pada pembuatan es putar cairan pendingin dibuat dengan mencampurkan garam
dapur dengan kepingan es batu dalam sebuah bejana berlapis kayu. Pada
pencampuran itu, es batu akan mencair sedangkan suhu campuran turun.
Sementara itu, campuran bahan pembuat es putar dimasukkan dalam bejana lain
yang terbuat dari bahan stainless steel. Bejana ini kemudian dimasukkan ke dalam
cairan pendingin, sambil terus-menerus diaduk sehingga campuran membeku.
2. Antibeku pada Radiator Mobil
Di daerah beriklim dingin, ke dalam air radiator biasanya ditambahkan etilen
glikol. Di daerah beriklim dingin, air radiator mudah membeku. Jika keadaan ini
dibiarkan, maka radiator kendaraan akan cepat rusak. Dengan penambahan etilen
glikol ke dalam air radiator diharapkan titik beku air dalam radiator menurun,
dengan kata lain air tidak mudah membeku.
3. Antibeku untuk Mencairkan Salju
Di daerah yang mempunyai musim salju, setiap hujan salju terjadi, jalanan
dipenuhi es salju. Hal ini tentu saja membuat kendaraan sulit untuk melaju. Untuk
mengatasinya, jalanan bersalju tersebut ditaburi campuran garam NaCL dan
CaCl2.
Penaburan garam tersebut dapat mencairkan salju. Semakin banyak garam yang
ditaburkan, akan semakin banyak pula salju yang mencair.
4. Menentukan Massa Molekul Relatif (Mr)
Pengukuran sifat koligatif larutan dapat digunakan untuk menentukan massa
molekul relatif zat terlarut. Hal itu dapat dilakukan karena sifat koligatif
bergantung pada konsentrasi zat terlarut. Dengan mengetahui massa zat terlarut
(G) serta nilai penurunan titik bekunya, maka massa molekul relatif zat terlarut itu
dapat ditentukan

Contoh tekanan osmosis dalam kehidupan sehari-hari ,yaitu:

1. Mengontrol Bentuk Sel


Larutan-larutan yang mempunyai tekanan osmosis yang sama disebut isotonik.
Larutan-larutan yang mempunyai tekanan osmosis lebih rendah daripada larutan
lain disebut hipotonik. Sementara itu, larutan-larutan yang mempunyai tekanan
osmosis lebih tinggi daripada larutan lain disebut hipertonik.
Contoh larutan isotonik adalah cairan infus yang dimasukkan ke dalam darah.
Cairan infus harus isotonik dengan cairan intrasel agar tidak terjadi osmosis, baik
ke dalam ataupun ke luar sel darah. Dengan demikian, sel-sel darah tidak
mengalami kerusakan.
2. Mesin Cuci Darah
Pasien penderita gagal ginjal harus menjalani terapi cuci darah. Terapi
menggunakan metode dialisis, yaitu proses perpindahan molekul kecil-kecil
seperti urea melalui membran semipermeabel dan masuk ke cairan lain,
kemudian dibuang. Membran tak dapat ditembus oleh molekul besar seperti
protein sehingga akan tetap berada di dalam darah.
3. Pengawetan Makanan
Sebelum teknik pendinginan untuk mengawetkan makanan ditemukan, garam
dapur digunakan untuk mengawetkan makanan. Garam dapat membunuh
mikroba penyebab makanan busuk yang berada di permukaan makanan.
4. Membasmi Lintah
Garam dapur dapat membasmi hewan lunak, seperti lintah. Hal ini karena garam
yang ditaburkan pada permukaan tubuh lintah mampu menyerap air yang ada
dalam tubuh sehingga lintah akan kekurangan air dalam tubuhnya.
5. Penyerapan Air oleh Akar Tanaman
Tanaman membutuhkan air dari dalam tanah. Air tersebut diserap oleh tanaman
melalui akar. Tanaman mengandung zat-zat terlarut sehingga konsentrasinya
lebih tinggi daripada air di sekitar tanaman sehingga air dalam tanah dapat
diserap oleh tanaman.
6. Desalinasi Air Laut Melalui Osmosis Balik
Osmosis balik adalah perembesan pelarut dari larutan ke pelarut, atau dari larutan
yang lebih pekat ke larutan yang lebih encer. Osmosis balik terjadi jika kepada
larutan diberikan tekanan yang lebih besar dari tekanan osmotiknya.
Osmosis balik digunakan untuk membuat air murni dari air laut. Dengan
memberi tekanan pada permukaan air laut yang lebih besar daripada tekanan
osmotiknya, air dipaksa untuk merembes dari air asin ke dalam air murni melalui
selaput yang permeabel untuk air tetapi tidak untuk ion-ion dalam air laut. Tanpa
tekanan yang cukup besar, air secara spontan akan merembes dari air murni ke
dalam air asin.

BAB III
CONTOH SOAL
1. Sifat Koligatif Larutan Non Elektrolit
a. Penurunan tekanan uap
Fraksi mol urea dalam air adalah 0,5. Tekanan uap air pada 20°C adalah 17,5 mmHg.
Berapakah tekanan uap jenuh larutantersebut pada suhu tersebut
Penyelesaian:

Diketahui : Xt= 0,5

Po = 17,5 mmHg

Ditanya : P ...?

Jawab :

ΔP = Xt.Po

= 0,5 .17,5 mmHg

= 8,75 mmHg

P = Po – ΔP

= 17,5 mmHg – 8,75 mmHg

= 8,75 mmHg

2. Tekanan uap air pada 100oC adalah 760 mmHg. Berapakah tekanan uap larutan glukosa
18% pada 100oC? (Ar H= 1 ; C=12 ; O=16)
Jawab :

• Glukosa 18% = 18/100 x 100 gram = 18 gram.


• Air (pelarut) = (100 – 18) = 82 gram.

18
Jumlah mol glukosa = =0,1 mol
180
82
n pelarut
Jumlah
Xp = mol air = =4 , 55 mol
n pelarut + n18
terlarut

4,55
X pel= =0 , 978
( 4,55+0,1)
Jadi tekanan uap glukosa :
P = Xp. Po
P = 0,978 x 76
= 743,28 mmHg

b. Kenaikan titik didih dan Penurunan titik beku

1. Natrium hidroksida 1,6 gram dilarutkan dalam 500 gram air. Hitung titik didih larutan
tersebut! (Kb air = 0,52 °Cm-1, Ar Na = 23, Ar O = 16, Ar H = 1)
Penyelesaian:

Diketahui : m = 1,6 gram

p = 500 gram

Kb = 0,52 °Cm-1

Ditanya : Tb ...?

Jawab : ΔTb = m ⋅Kb

m 1000
= x xKb
MrNaOH p

1,6 gr 1000
= x x 0,52° C m-1
40 500 gr

= 0,04 x 2 x 0,52 °C m-1

= 0,0416 °C

Tb = 100 °C + ΔTb

= 100 °C + 0,0416 °C

= 100,0416 °C

Jadi, titik didih larutan NaOH adalah 100,0416 °C.

c. Tekanan Osmotik
1. Seorang pasien memerlukan larutan infus glukosa. Bila kemolaran cairan tersebut 0,3 molar
pada suhu tubuh 37 °C, tentukan tekanan osmotiknya! (R = 0,082 L atm mol-1K-1)

Penyelesaian:
Diketahui : M = 0,3 mol L–1
T = 37 °C + 273 = 310 K
R = 0,082 L atm mol-1K-1
Ditanya : π ...?
Jawab :
π = 0,3 mol L-1 × 0,082 L atm mol-1K-1 × 310 K
= 7,626 atm
2. Sifat Koligatif Larutan Elektrolit

1. Pada suhu 37 °C ke dalam air dilarutkan 1,71 gram Ba(OH) 2 hingga volume 100 mL (Mr
Ba(OH)2 = 171). Hitung besar tekanan osmotiknya! (R = 0,082 L atm mol-1K-1)

Penyelesaian:
Diketahui : m = 1,71 gram
V = 100 mL = 0,1 L
Mr Ba(OH)2 = 171
R = 0,082 L atm mol-1K-1
T = 37 °C = 310 K
Ditanya : π ...?
Jawab : Ba(OH)2 merupakan elektrolit.
Ba(OH)2→ Ba2+ + 2 OH¯, n = 3
1,71 gr
mol Ba(OH)2 = = 0,01 mol
171 gr /mol
n
M=
V
0,01 mol
= = 0,1 mol L-1
0,1 L
π=M×R×T×I
= 0,1 mol L-1 × 0,082 L atm mol-1K-1 × 310 K × (1 + (3 –1)1)
= 7,626 atm

BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
 Satuan konsentrasi yang digunakan dalam penentuan sifat koligatif larutan antara lain
molalitas, molaritas, dan fraksi mol. Sifat koligatif adalah sifat-sifat larutan yang
tidak bergantung pada jenis zat terlarut, tetapi hanya bergantung pada jumlah zat
terlarut dalam larutan.
 Sifat koligatif larutan meliputi penurunan tekanan uap ( ΔP ), kenaikan titik didih
(ΔTb ), penurunan titik beku ( ΔT f ), dan tekanan osmotik (π ).
 Sifat koligatif larutan nonelektrolit dapat dirumuskan sebagai berikut.
1. ΔP = xAX P0
2. ΔTb = m X Kb
3. ΔTf = m X Kf
4. π =M x R xT
 Besarnya sifat koligatif larutan elektrolit sama dengan larutan nonelektrolit dikalikan
dengan faktor Van't Hoff (i).
 Harga faktor Van't Hoff adalah 1 + (n – 1)α .

DAFTAR PUSTAKA
Sukardjo. 2004. Kimia Fisika. Jakarta : Rineka Cipta

http://www.academia.edu/32260625/MAKALAH_KIMIA_FISIKA_SIFAT_KOLIGATIF_DAN
_LARUTAN

Anda mungkin juga menyukai