Anda di halaman 1dari 9

Tugas Kimia

Penelitian tentang penurunan tekanan uap pertama kali dilakukan oleh ahli kimia asal
Perancis, Francois Marie Raoult. Untuk memudahkannya dalam melakukan penelitian, Francois
akhirnya membuat rumus penurunan tekanan uap.

Dalam ilmu kimia, penurunan tekanan uap ini dimasukkan ke dalam materi sifat koligatif larutan.

sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang bergantung pada jumlah partikel zat terlarut, bukan
pada jenis zat terlarutnya.

Pada penurunan tekanan uap, prosesnya terjadi ketika partikel-partikel zat cair meninggalkan
kelompoknya.

Pengertian Penurunan Tekanan Uap

Francois Marie Raoult menyimpulkan bahwa penurunan tekanan uap adalah tekanan uap jenuh
larutan sama dengan fraksi mol pelarut dikalikan dengan tekanan uap jenuh pelarut murni.

Penelitian tentang penurunan tekanan uap pertama kali dilakukan oleh ahli kimia asal
Perancis, Francois Marie Raoult. Untuk memudahkannya dalam melakukan penelitian, Francois
akhirnya membuat rumus penurunan tekanan uap.

sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang bergantung pada jumlah partikel zat terlarut, bukan
pada jenis zat terlarutnya.

Pada penurunan tekanan uap, prosesnya terjadi ketika partikel-partikel zat cair meninggalkan
kelompoknya.

Tekanan uap suatu larutan juga akan selalu lebih rendah daripada tekanan uap pelarut murninya.
Selain itu, besarnya tekanan uap jenuh untuk setiap zat juga tidak sama, bergantung pada jenis zat
dan suhu.

Pada beberapa zat yang lebih sukar menguap, seperti glukosa, garam, atau gliserol biasanya memiliki
uap yang lebih kecil dibanding zat yang lebih mudah menguap, misalnya eter. Namun, apabila suhu
dinaikan, energi kinetik molekul-molekul zat dapat bertambah.

Untuk lebih paham mengenai penurunan tekanan uap, coba perhatikan air panas yang diisi ke dalam
sebuah botol. Selain air, di dalam botol tersebut biasanya juga akan terisi dengan uap.

Peristiwa ini merupakan penggambaran dari zat pelarut murni yang dimasukkan ke dalam suatu
tempat tertutup, maka akan terjadi perpindahan partikel dari fase cair ke fase gas, dan juga
sebaliknya.

Jumlah partikel dalam zat pelarut murni pada fase gas memberikan suatu tekanan yang disebut
tekanan uap. Setelah beberapa waktu, jumlah partikel dalam zat pelarut murni yang melepaskan diri
dari fase cair ke fase gas akan sama dengan jumlah partikel pelarut murni.
Rumus Penurunan Tekanan Uap

rumus penurunan tekanan uap bisa juga disebut dengan Hukum Raoult. Ini merupakan perhitungan
dengan menggunakan pendekatan kekentalan larutan.

Hukum Raoult berfungsi untuk mempelajari sifat-sifat tekanan uap larutan yang mengandung zat
pelarut yang bersifat nonvolatil, serta membahas mengenai aktivitas air.

Rumus penurunan tekanan uap terbagi menjadi dua yakni untuk non-elektrolit dan elektrolit.

Rumus penurunan tekanan uap untuk non-elektrolit

Pada non-elektrolit, rumus penurunan tekanan uap terbagi lagi menjadi dua. Berikut rumus non-
elektrolit penurunan tekanan uap yang menyatakan bahwa besarnya tekanan uap larutan sebanding
dengan fraksi mol pelarut dan tekanan uap dari pelarut murninya.

P = Po . Xpelarut

Keterangan:

P = Tekanan uap larutan

Po = Tekanan uap pelarut murni

X = Fraksi mol

Berikut rumus penurunan tekanan uap untuk non-elektrolit yang menyatakan bahwa besarnya
penurunan tekanan uap larutan merupakan selisih dari tekanan uap pelarut murni dengan tekanan
uap larutan.

ΔP = Po – P

ΔP = Po . Xpelarut

P = Po . Xpelarut

Keterangan:

Delta P (ΔP) = Penurunan Tekanan Uap

P = Tekanan uap larutan

Po= Tekanan Uap Pelarut Murni

Xpelarut= Fraksi Mol Zat Terlarut

Rumus penurunan tekanan uap untuk elektrolit

Rumus penurunan tekanan uap jenuh untuk elektrolit atau menggunakan faktor Van't Hoff hanya
berlaku untuk fraksi mol zat terlarutnya saja (zat elektrolit yang mengalami ionisasi), sedangkan
pelarut air tidak terionisasi.
Oleh karena itu, rumus penurunan tekanan uap jenuh untuk zat elektrolit adalah sebagai berikut.

ΔP = Xpelarut . Po (1 + (n-1) a)

Keterangan:

Delta P (ΔP) = Penurunan Tekanan Uap

P = Tekanan uap larutan

Po = Tekanan Uap Pelarut Murni

Xpelarut = Fraksi Mol Zat Terlarut

n = jumlah ion dalam larutan

a = derajat ionisasi

Kenaikan Titik Didih Larutan Nonelektrolit

zat cair akan mendidih jika tekanan uap jenuh zat cair tersebut sama dengan tekanan udara di
sekitarnya. Jika air murni dipanaskan pada tekanan 1 atm (760 mmHg), maka air akan mendidih
pada suhu 100 °C. Jika pada suhu yang sama dilarutkan gula, maka tekanan uap air akan turun. Jika
semakin banyak gula yang dilarutkan, maka makin banyak penurunan tekanan uapnya. Hal ini
mengakibatkan larutan gula belum mendidih pada suhu 100 °C. Agar larutan gula cepat mendidih,
diperlukan suhu yang cukup tinggi, sehingga tekanan uap jenuhnya sama dengan tekanan uap di
sekitarnya. Selisih antara titik didih larutan dengan titik didih pelarut murni disebut kenaikan titik
didih (ΔTb).

dengan
Tb larutan (Tb) = titik didih larutan (°C)

Tb pelarut (Tb°) = titik didih pelarut (°C)

ΔTb = kenaikan titik didih (°C)

Perhatikan gambar di bawah ini, pada setiap saat P selalu lebih kecil dari P°, sehingga grafik tekanan
uap larutan selalu ada di bawah pelarut dan titik didih larutan akan lebih tinggi dari pelarut
murninya.
Kenaikan titik didih hanya tergantung pada jenis pelarut dan molaritas larutan, tidak tergantung
pada jenis zat terlarut. Untuk larutan encer, hubungan antara kenaikan titik didih dengan molaritas
larutan dinyatakan sebagai berikut.

dengan

ΔTb = kenaikan titik didih (°C)

m = molalitas larutan (molal)

Kb = tetapan kenaikan titik didih molal (°C/molal)

Tetapan kenaikan titik didih molal adalah nilai kenaikan titik didih jika molaritas larutan sebesar
1 molal. Harga Kb ini tergantung pada jenis pelarut. Harga Kb dari beberapa pelarut diberikan
pada tabel berikut ini.

Contoh Soal 1
Tentukan kenaikan titik didih larutan gula 0,2 molal jika Kb air = 0,52 °C /molal!

Jawab:

Diketahui:

m = 0,2 molal

Kb air = 0,52 °C /molal

Ditanyakan: ΔTb =?
Penyelesaian:

ΔTb = m.Kb

ΔTb = 0,2 molal. 0,52 °C /molal

ΔTb = = 0,104 °C

Jadi, kenaikan titik didih larutan gula tersebut adalah 0,104 °C.

Titik Beku

Titik beku larutan adalah suhu pada saat tekanan uap cairan sama dengan tekanan uap padatannya.
Tekanan luar tidak terlalu berpengaruh pada titik beku. Pada postingan sebelumnya sudah dibahas
bahwa pada tekanan 760 mmHg (1 atm), air membeku pada suhu 0 °C, sedangkan pada tekanan 4,58
mmHg air akan membeku pada suhu 0,0099 °C.

Penurunan Titik Beku Larutan Nonelektrolit

Larutan akan membeku pada suhu yang lebih rendah dari pelarutnya. Perhatikan gambar di bawah
ini!

Diagram penurunan titik beku larutan

Pada setiap saat tekanan uap larutan selalu lebih rendah daripada pelarut murni. Ini berarti
penurunan tekanan uap jenuh menyebabkan penurunan titik beku larutan.

dengan
Tf pelarut (Tf°) = titik beku pelarut (°C)

Tf larutan (Tf ) = titik beku larutan (°C)


Hubungan antara penurunan titik beku dengan molalitas larutan dirumuskan sebagai berikut.

dengan

m = molalitas larutan (molal)

Kf = tetapan penurunan titik beku molal(°C/molal)

Beberapa harga tetapan penurunan titik beku molal pelarut diberikan pada tabel berikut ini.

harga tetapan penurunan titik beku molal

pelarut Contoh Soal 1

Tentukan titik beku larutan glukosa 9 gram glukosa dalam 300 gram air, Kf air = 1,86 °C/molal.

Jawab:

Diketahui:

massa glukosa = 9 gr

massa air = 300 gr = 0,3 kg

Kf air = 1,86 °C/molal.

Ditanyakan: Tf = ?

Penyelesaian:

n glukosa = massa/Mr

n glukosa = 9 gr/(180 gr/mol)

n glukosa = 0,05 mol

m = n/p

m = 0,05 mol/0,3 kg

m = 0,17 molal

ΔTf = m.Kf

ΔTf = 0,17 molal.1,86 °C/molal

ΔTf = 0,3162 °C

Titik beku larutan = titik didih pelarut - Tf


Titik beku larutan = 0 - 0,3162 °C

Titik beku larutan = - 0,3162 °C

Jadi, titik beku larutan tersebut adalah -0,3162 °C

Tekanan Osmotik Larutan Nonelektrolit Pengertian osmosis itu sendiri adalah merembesnya
partikel-partikel pelarut dari larutan yang lebih encer ke larutan yang lebih pekat melalui
suatu membran semipermeabel. Membran semipermiabel hanya melewatkan molekul zat
tertentu sementara zat yang lainnya tertahan

Tekanan Osmotik Larutan Nonelektrolit

Contoh Tekanan Osmotik

Jika ada dua larutan yang memiliki tekanan osmotik sama disebut larutan isotonik. Jika salah satu
larutan memiliki tekanan osmotik lebih tinggi dari larutan yang lainnya, larutan tersebut dinamakan
hipertonik. Adapun jika larutan memiliki tekanan osmotik lebih rendah dari larutan yang lainnya,
larutan tersebut dinamakan hipotonik.

Tekanan osmotik termasuk dalam sifat-sifat koligatif karena besarnya hanya bergantung pada
jumlah partikel zat terlarut persatuan volume larutan. Tekanan osmotik tidak tergantung pada jenis
zat terlarut. Persamaan berikut (dikenal sebagai Persamaan Van’t Hoff) digunakan untuk
menghitung tekanan osmotik dari larutan encer.

Persamaan Tekanan Osmotik

Berikut persamaannya:

π = MRT

Keterangan:

π = tekanan osmotik (atm)

R = tetapan gas (0,082 L atm/mol K)


M = molaritas larutan

T = suhu (Kelvin)

Contoh Soal Tekanan Osmotik Larutan Nonelektrolit

Berapakah tekanan osmotik pada 25 °C dari larutan sukrosa (C12H22O11) 0,001 M?

Jawab:

Diketahui: T = 25 °C = (25 + 273) K = 298 K

M = 0,001 mol/L

R = 0,082 L atm/mol K

Ditanyakan: π =....?

Penyelesaian:

π = MRT

= 0,001 mol/L × 0,082 L atm/mol K × 298 K = 0,024 atm

Jadi, tekanan osmotik larutan tersebut adalah 0,024

Salah satu sifat kolegatif larutan elektrolit adalah penurunan tekanan uap. Ketika suatu zat
terlarut elektrolit larut dalam air, zat tersebut terdisosiasi menjadi ion-ion yang bermuatan.
Karena adanya ion-ion ini, larutan elektrolit memiliki jumlah partikel yang lebih banyak daripada
larutan non- elektrolit dengan konsentrasi yang sama.

Tekan uap adalah tekanan yang dihasilkan oleh molekul-molekul zat dalam fase uap di atas
permukaan larutan. Ketika zat terlarut elektrolit ditambahkan ke dalam air, jumlah partikel yang ada
di atas permukaan larutan juga bertambah, termasuk partikel-partikel ion. Oleh karena itu, tekan
uap larutan elektrolit akan lebih rendah dibandingkan dengan tekan uap larutan non-elektrolit
dengan konsentrasi yang sama.

Penurunan tekanan uap larutan elektrolit dapat dijelaskan dengan hukum Raoult, yang menyatakan
bahwa tekanan uap sebuah zat terlarut dalam larutan adalah sebanding dengan fraksi mol zat
terlarut secara independen. Namun, karena larutan elektrolit memiliki jumlah partikel yang lebih
banyak, fraksi mol zat terlarut dalam larutan elektrolit akan lebih rendah daripada fraksi mol zat
terlarut dalam larutan non-elektrolit dengan konsentrasi yang sama. Akibatnya, tekanan uap larutan
elektrolit akan lebih rendah.

Penurunan tekanan uap ini memiliki berbagai aplikasi praktis. Misalnya, pada proses perebusan air,
tekanan uap air diturunkan oleh adanya zat terlarut elektrolit sehingga air akan mendidih pada suhu
yang lebih rendah dibandingkan dengan air murni. Hal ini memudahkan dalam proses memasak,
pemurnian air, atau dalam sistem pendingin seperti air conditioning.
Kenaikan titik titik didih larutan elektrolit adalah salah satu sifat kolektif larutan elektrolit. Ketika ada
elektrolit, seperti garam atau asam, ditambahkan ke dalam pelarut, ia akan terionisasi menjadi ion-
ion positif dan negatif. Partikel-partikel ion ini memberikan pengaruh pada sifat-sifat fisik larutan,
termasuk titik didih.

Ketika elektrolit ditambahkan ke dalam pelarut, partikel-partikel ion akan menciptakan tekanan
osmotik yang lebih tinggi di dalam larutan. Hal ini mengakibatkan peningkatan titik didih larutan.
Kenaikan titik didih ini terjadi karena partikel-partikel ion memperlambat penguapan pelarut,
sehingga membutuhkan suhu yang lebih tinggi untuk mendapatkan tekanan uap yang sama dengan
pelarut murni.

Besarnya kenaikan titik didih larutan elektrolit tergantung pada jumlah partikel-ion yang terbentuk
dari elektrolit yang larut. Semakin banyak partikel-ion yang terbentuk, semakin besar kenaikan titik
didihnya. Misalnya, larutan yang mengandung NaCl akan memiliki kenaikan titik didih yang lebih
tinggi daripada larutan yang mengandung gula, karena NaCl terionisasi menjadi dua partikel-ion (Na+
dan Cl-) sedangkan gula tidak.

Kenaikan titik didih larutan elektrolit dapat dihitung menggunakan hukum Raoult. Hukum ini
menyatakan bahwa peningkatan suhu titik didih larutan tergantung pada fraksi mol partikel pelarut
murni dan fraksi mol partikel-ion larutan elektrolit.

Dalam prakteknya, kenaikan titik didih larutan elektrolit digunakan dalam banyak aplikasi, seperti
dalam percobaan pemisahan bahan kimia dalam industri farmasi dan industri kimia lainnya.

Anda mungkin juga menyukai