KELAS : 1 KD
Sifat koligatif larutan adalah suatu sifat larutan yang hanya dipengaruhi oleh jumlah
partikel zat terlarut. Jadi, semakin banyak zat terlarut, maka sifat koligatifnya akan semakin
besar.
Misalnya, kamu akan melarutkan gula dengan air panas dalam jumlah yang berbeda. Jadi,
ada dua gelas larutan gula. Gelas yang pertama, kamu melarutkan 3 sendok teh gula dengan 500
ml air. Sementara itu, untuk gelas kedua, kamu melarutkan 5 sendok teh gula dengan jumlah air
yang sama, yaitu 500 ml juga.
Karena gula merupakan zat terlarut, dan jumlahnya lebih banyak di gelas kedua, maka
sifat koligatif larutan gelas kedua akan lebih besar dibandingkan sifat koligatif larutan di gelas
pertama.
Sifat koligatif larutan itu ada empat macam, yaitu penurunan tekanan uap (ΔP),
penurunan titik beku (ΔTf), kenaikan titik didih (ΔTb), dan tekanan osmosis (π).
Sifat koligatif larutan juga terbagi menjadi dua jenis, yaitu sifat koligatif larutan elektrolit
dan sifat koligatif larutan nonelektrolit. Selain itu, larutan yang memiliki sifat koligatif haruslah
memenuhi dua asumsi, yaitu:
1. Zat terlarut yang dicampurkan dalam larutan memiliki sifat tidak mudah menguap, sehingga
tidak memberikan kontribusi pada uapnya.
Larutan elektrolit merupakan larutan yang bisa menghantarkan arus listrik. Hal tersebut
dapat terjadi karena larutan elektrolit dapat menghasilkan ion-ion yang bergerak bebas dalam
larutannya.
Contoh sifat koligatif larutan elektrolit dapat dilihat dari larutan garam (NaCl) yang dilarutkan ke
dalam air. Dengan begitu, maka ion Na+ dan ion Cl- pun dihasilkan, dan kita akan mendapati
bahwa jumlah ion terlarutnya menjadi dua ion yang bisa menghantarkan arus listrik.
Hal tersebut kemudian menyebabkan tidak terbentuknya beda potensial dalam larutan,
sehingga listrik tidak dapat mengalir pada larutan nonelektorlit. Contoh dari larutan nonelektrolit
adalah larutan pemanis atau gula, seperti glukosa, sukrosa dan maltosa. Selanjutnya pada larutan
urea (CON2H4), serta larutan alkohol, seperti metanol, etanol dan propanol.
Namun, jika pelarut tersebut di masukkan suatu zat terlarut yang sukar menguap,
sehingga menjadi suatu larutan. Maka hanya sebagian pelarut yang akan menguap pada suhu
tertentu, karena sebagian lagi terhalang oleh partikel-partikel zat terlarut untuk menguap. Sebab
uapnya sedikit, maka tekanan uap jenuhnya pun lebih kecil.
Selisih antara tekanan uap pelarut murni dengan tekanan uap pelarut dalam larutan lah
yang disebut sebagai penurunan tekanan uap jenuh larutan (∆P). Besarnya penurunan tekanan
uap jenuh larutan ini pun diselidiki oleh Raoult dengan rumus sebagai berikut:
ΔP = Xt x Pᵒ
Jika tekanan uap pelarut di atas larutan dilambangkan P, maka rumusnya menjadi:
∆P = Po – P
Jika komponen larutan terdiri dari pelarut dan zat terlarut, maka tetapan rumusnya sebagai
berikut:
Xp + Xt = 1, maka Xt = 1 – Xp.
ΔP = Xt x Pᵒ
Pᵒ – P = (1 – Xp) x Pᵒ
Pᵒ – P = Pᵒ – Xp x Pᵒ
Keterangan:
1. Diketahui bahwa tekanan uap air murni sebesar 100 mmHg. Jika fraksi mol NaCl adalah 10%,
maka besar penurunan tekanan uap adalah…
Xt = 10% = 0,1
Ditanya: ∆P = … ?
2. Tekanan uap jenuh air pada suhu 28⁰C adalah 100 mmHg. Apabila 30 gram urea (Mr=60)
dilarutkan dalam 2 mol air tersebut, maka tekanan uap larutan pada suhu yang sama sebesar …
mmHg.
Mr urea = 60 gram/mol
n. air = 2 mol
Ditanya: P = … ?
P = Xp × P⁰
Adapun hubungan antara banyaknya partikel zat terlarut dengan nilai kenaikan titik didih larutan
(ΔTb), dinyatakan sebagai selisih antara titik didih larutan (Tb) dengan titik didih pelarut murni
(Tbo). Demikian, adapun rumus kenaikan titik didih larutan sebagai berikut.
ΔTb = Tb – Tb°
Secara umum, semakin banyak partikel zat terlarut yang terlarut dalam pelarut, maka
kenaikan titik didih larutan (ΔTb) akan semakin besar, yang berakibat titik didih larutan (Tb)
akan semakin tinggi, sehingga persamaan untuk menentukan perubahan titik didih sebanding
dengan hasil kali molalitas (m) dengan nilai kenaikan titik didih molal (Kb).
ΔTb = m x Kb
Keterangan:
Tb = Titik didih pada larutan (°C)
Tb° = Titik didih pada pelarut (°C)
ΔTb = Kenaikan titik didih (°C)
m = Molalitas larutan (molal)
Kb = Tetapan kenaikan titik didih molal (°C/molal)
Contoh soal :
1. Tentukan titik didih dan titik beku larutan urea CO(NH2)2 30 gram dalam 500 gram air. (Kb
air = 0,52 dan Kf air = 1,86 °C/m)
Jawab:
Titik beku adalah titik dimana air mulai membeku. Titik beku normal suatu zat
merupakan suhu ketika zat tersebut meleleh atau membeku pada tekanan 1 atm (keadaan
normal).
Jika suatu zat terlarut ditambahkan dalam suatu pelarut murni hingga menjadi
larutan, maka titik beku pelarut murni akan mengalami penurunan. Misalnya, titik beku
normal air adalah 0oC. Akan tetapi, dengan adanya zat terlarut pada suhu 0oC, air bisa
mejadi belum membeku.
Selisih titik beku pelarut (Tfo) dengan titik beku larutan (Tf) yang kemudian
disebut penurunan titik beku (ΔTf). Berikut rumus penurunan titik beku:
ΔTf = Tf° – Tf
Menurut Hukum Backman dan Raoult, penurunan titik beku dan kenaikan titik
didih berbanding langsung dengan molalitas yang ikut terlarut di dalamnya. Berikut
rumus persamaan untuk menentukan penurunan titik beku yang sebanding dengan hasil
kali molalitas (m) dengan nilai penurunan titik beku molal (Kf).
ΔTf = m x Kf
Keterangan:
Contoh soal :
1.
2. Sebanyak 18 gr glukosa (Mr = 180) dilarutkan dalam 500 gram udara. Jika Kf air = 1,8, maka
titik beku larutan tersebut adalah?
Jawaban:
ΔTf = (gr zat terlarut / Mr) x (1000 / g pelarut) x Kf
ΔTf = (18/180) x (1000/500) x 1,8
ΔTf = 0,1 x 2 x 1,8 = 0,36
Tf = 0°C – ΔTf
Tf = 0°C – 0,36°C
Tf = -0,36°C
Peristiwa osmosis adalah sebuah proses perpindahan molekul pelarut dari larutan encer
ke larutan yang lebih pekat, atau dari pelarut murni ke suatu larutan melalui selaput
semipermeabel. Apa itu selaput semipermeabel? Selaput semipermeabel merupakan
selaput/membran yang hanya dapat dilalui oleh molekul pelarut, tapi tidak dapat dilalui oleh
molekul zat terlarut.
Peristiwa osmosis akan berlangsung hingga mencapai suatu kesetimbangan. Hal tersebut
ditandai dengan berhentinya perubahan yang terjadi pada volume larutan. Perbedaan volume dua
larutan pada kesetimbangan itulah yang kemudian menghasilkan suatu tekanan yang disebut
dengan tekanan osmosis.
Tekanan osmosis juga dapat diartikan sebagai tekanan yang diberikan untuk mencegah
terjadinya peristiwa osmosis. Menurut Van’t Hoff, tekanan osmosis pada larutan-larutan encer
dapat dihitung menggunakan rumus yang serupa dengan persamaan gas ideal, yaitu:
dengan mol atau Volume menyatakan kemolaran larutan (M), maka persamaannya dapat ditulis
sebagai berikut.
π = MRT
Keterangan:
T = suhu (K)
M = molaritas (mol/L)
Contoh soal :
1.
2. Dr. Vegapunk mempunyai 46,8 gram NaCl di dalam 2 liter pelarut. Apabila Dr. Vegapunk
mengukurnya di suhu 77 °C, berapa atm tekanan osmotiknya? (Mr NaCl = 58,5)
Pembahasan:
Diketahui:
M = 46,8 gram
Mr = 58,5
V = 2 liter = 2000 mL
T = 77 °C = 350 °K
I=2
Jawaban:
Π=MxRxTxi
. = [(m/Mr) x (1000/V)] x R x T x i
= 22,96 atm