Anda di halaman 1dari 13

ELEKTROLIT

LARUTAN adalah campuran homogen dua zat atau lebih yang saling melarutkan dan masing-masing zat
penyusunnya tidak dapat dibedakan lagi secara fisik.

Larutan terdiri atas zat terlarut dan pelarut.

Berdasarkan daya hantar listriknya (daya ionisasinya), larutan dibedakan dalam dua macam, yaitu larutan
elektrolit dan larutan non elektrolit.

Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik.

Larutan ini dibedakan atas :

1. ELEKTROLIT KUAT

Larutan elektrolit kuat adalah larutan yang mempunyai daya hantar listrik yang kuat, karena zat terlarutnya
didalam pelarut (umumnya air), seluruhnya berubah menjadi ion-ion (alpha = 1).

Yang tergolong elektrolit kuat adalah:

a. Asam-asam kuat, seperti : HCl, HCl03, H2SO4, HNO3 dan lain-lain.


b. Basa-basa kuat, yaitu basa-basa golongan alkali dan alkali tanah, seperti: NaOH, KOH, Ca(OH)2, Ba(OH)2 dan
lain-lain.
c. Garam-garam yang mudah larut, seperti: NaCl, KI, Al2(SO4)3 dan lain-lain
2. ELEKTROLIT LEMAH

Larutan elektrolit lemah adalah larutan yang daya hantar listriknya lemah dengan harga derajat ionisasi sebesar:
O < alpha < 1.

Yang tergolong elektrolit lemah:

a. Asam-asam lemah, seperti : CH3COOH, HCN, H2CO3, H2S dan lain-lain


b. Basa-basa lemah seperti : NH4OH, Ni(OH)2 dan lain-lain
c. Garam-garam yang sukar larut, seperti : AgCl, CaCrO4, PbI2 dan lain-lain

Larutan non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik, karena zat terlarutnya di
dalam pelarut tidak dapat menghasilkan ion-ion (tidak mengion).

Tergolong ke dalam jenis ini misalnya:

Larutan urea

Larutan sukrosa

Larutan glukosa

Larutan alkohol dan lain-lain

Konsentrasi merupakan cara untuk menyatakan hubungan kuantitatif antara zat terlarut dan pelarut.
Menyatakan konsentrasi larutan ada beberapa macam, di antaranya:

1. FRAKSI MOL (X)

Fraksi mol adalah perbandingan antara jumiah mol suatu komponen dengan jumlah mol seluruh komponen yang
terdapat dalam larutan.
Fraksi mol dilambangkan dengan X.

Contoh:
Suatu larutan terdiri dari 3 mol zat terlarut A dengan 7 mol zat terlarut B. maka:
XA = nA / (nA + nB) = 3 / (3 + 7) = 0.3
XB = nB /(nA + nB) = 7 / (3 + 7) = 0.7
* XA + XB= 1
2.
PERSEN BERAT (%)

Persen berat menyatakan gram berat zat terlarut dalam 100 gram larutan.

Contoh:
Larutan gula 5% dalam air, artinya: dalam 100 gram larutan terdapat :

gula = 5/100 x 100 = 5 gram

air = 100 5 = 95 gram

3.
MOLALITAS (m)

Molalitas menyatakan mol zat terlarut dalam kg (1000 gram) pelarut.

Contoh:
Hitunglah molalitas 4 gram NaOH (Mr = 40) dalam 500 gram air !

molalitas NaOH = (4/40) / 500 gram air = (0.1 x 2 mol) / 1000 gram air = 0,2 m

4.
MOLARITAS (M)

Molaritas menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan.

Contoh:
Berapakah molaritas 9.8 gram H2SO4 (Mr= 98) dalam 250 ml larutan ?
molaritas H2SO4= (9.8/98) mol / 0.25 liter = (0.1 x 4) mol / liter = 0.4 M
5.*
NORMALITAS (N)
Normalitas menyatakan jumlah mol ekivalen zat terlarut dalam 1 liter larutan.
Untuk asam, 1 mol ekivalennya sebanding dengan 1 mol ion H+.
Untuk basa, 1 mol ekivalennya sebanding dengan 1 mol ion OH.

Antara Normalitas dan Molaritas terdapat hubungan :

N = M x valensi

Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak tergantung pada macamnya zat terlarut tetapi semata-mata
hanya ditentukan oleh banyaknya zat terlarut (konsentrasi zat terlarut).

Sifat koligatif meliputi:

1. Penurunan tekanan uap jenuh (rP)

2. Kenaikan titik didih (rTb)

3. Penurunan titik beku ()

4. Tekanan osmotik ()

Banyaknya partikel dalam larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan dan sifat Larutan itu sendiri. Jumlah
partikel dalam larutan non elektrolit tidak sama dengan jumlah partikel dalam larutan elektrolit, walaupun
konsentrasi keduanya sama. Hal ini dikarenakan larutan elektrolit terurai menjadi ion-ionnya, sedangkan larutan
non elektrolit tidak terurai menjadi ion-ion. Dengan demikian sifat koligatif larutan dibedakan atas sifat koligatif
larutan non elektrolit dan sifat koligatif larutan elektrolit.

PENURUNAN TEKANAN UAP JENUH (rP)

Pada setiap suhu, zat cair selalu mempunyai tekanan tertentu. Tekanan ini adalah tekanan uap jenuhnya pada
suhu tertentu. Penambahan suatu zat ke dalam zat cair menyebabkan penurunan tekanan uapnya. Hal ini
disebabkan karena zat terlarut itu mengurangi bagian atau fraksi dari pelarut, sehingga kecepatan
penguapanberkurang.

MenurutRAOULT:

p = po . XB
dimana:
p = tekanan uap jenuh larutan
po = tekanan uap jenuh pelarut murni
XB = fraksi mol pelarut
Karena XA + XB = 1, maka persamaan di atas dapat diperluas menjadi:
P = Po (1 XA)
P = Po Po . XA
Po P = Po . XA

sehingga:

rP = po . XA

dimana:

rP = penunman tekanan uap jenuh pelarut


po = tekanan uap pelarut murni
XA = fraksi mol zat terlarut
Contoh:
Hitunglah penurunan tekanan uap jenuh air, bila 45 gram glukosa (Mr = 180) dilarutkan dalam 90 gram air !
Diketahui tekanan uap jenuh air murni pada 20oC adalah 18 mmHg.
Jawab:

mol glukosa = 45/180 = 0.25 mol

mol air = 90/18 = 5 mol

fraksi mol glukosa = 0.25/(0.25 + 5) = 0.048

Penurunan tekanan uap jenuh air:

rP = Po. XA = 18 x 0.048 = 0.864 mmHg


KENAIKAN TITIK DIDIH (rTb)

Adanya penurunan tekanan uap jenuh mengakibatkan titik didih larutan lebih tinggi dari titik didih pelarut
murni.

Untuk larutan non elektrolit kenaikan titik didih dinyatakan dengan:

rTb = m . Kb
dimana:
rTb = kenaikan titik didih (oC)
m = molalitas larutan
Kb = tetapan kenaikan titik didih molal

Karena : m = (W/Mr) . (1000/p) ; (W menyatakan massa zat terlarut)

Maka kenaikan titik didih larutan dapat dinyatakan sebagai:


rTb = (W/Mr) . (1000/p) . Kb

Apabila pelarutnya air dan tekanan udara 1 atm, maka titik didih larutan dinyatakan sebagai:

Tb = (100 + rTb)oC
PENURUNAN TITIK BEKU ()

Untuk penurunan titik beku persamaannya dinyatakan sebagai :

rTf = m . Kf = W/Mr . 1000/p . Kf

dimana:

rTf = penurunan titik beku


m = molalitas larutan
Kf = tetapan penurunan titik beku molal
W = massa zat terlarut
Mr = massa molekul relatif zat terlarut
p = massa pelarut
Apabila pelarutnya air dan tekanan udara 1 atm, maka titik beku larutannya dinyatakan sebagai:
Tf = (O rTf)oC
TEKANAN OSMOTIK ()

Tekanan osmotik adalah tekanan yang diberikan pada larutan yang dapat menghentikan perpindahan molekul-
molekul pelarut ke dalam larutan melalui membran semi permeabel (proses osmosis).

Menurut VANT Hoff tekanan osmotik mengikuti hukum gas ideal:

PV = nRT

Karena tekanan osmotik = , maka :

= n/V R T = C R T
dimana :
= tekanan osmotik (atmosfir)
C = konsentrasi larutan (mol/liter= M)
R = tetapan gas universal = 0.082 liter.atm/moloK
T = suhu mutlak (oK)
Larutan yang mempunyai tekanan osmotik lebih rendah dari yang lain
disebut larutan Hipotonis.
Larutan yang mempunyai tekanan osmotik lebih tinggi dari yang lain
disebut larutan Hipertonis.
Larutan-larutan yang mempunyai tekanan osmotik sama disebut
Isotonis.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa larutan elektrolit di dalam pelarutnya mempunyai kemampuan
untuk mengion. Hal ini mengakibatkan larutan elektrolit mempunyai jumlah partikel yang lebih banyak daripada
larutan non elektrolit pada konsentrasi yang sama.
Contoh:
Larutan 0.5 molal glukosa dibandingkan dengan iarutan 0.5 molal garam dapur.
Untuk larutan glukosa dalam air jumlah partikel (konsentrasinya) tetap, yaitu 0.5 molal.
Untuk larutan garam dapur: NaCl(aq) > Na+ (aq) + Cl (aq) karena terurai menjadi 2 ion, maka konsentrasi
partikelnya menjadi 2 kali semula = 1.0 molal.

Yang menjadi ukuran langsung dari keadaan (kemampuannya) untuk mengion adalah derajat ionisasi.
Besarnya derajat ionisasi ini dinyatakan sebagai:

= jumlah mol zat yang terionisasi/jumlah mol zat mula-mula

Untuk larutan elektrolit kuat, harga derajat ionisasinya mendekati 1, sedangkan untukelektrolit lemah, harganya
berada di antara 0 dan 1 (0 < < 1).
Atas dasar kemampuan ini, maka larutan elektrolit mempunyai pengembangan di dalam perumusan sifat
koligatifnya sebagai berikut:

Faktor Vant Hoff(i) i = [1+ (n-1)]

1.) Untuk Kenaikan Titik Didih dinyatakan sebagai:

rTb = m . Kb [1 + (n-1)] = W/Mr . 1000/p . Kb [1+ (n-1)]

n menyatakan jumlah ion dari larutan elektrolitnya.

2.) Untuk Penurunan Titik Beku dinyatakan sebagai:

rTf = m . Kf [1 + (n-1)] = W/Mr . 1000/p . Kf [1+ (n-1)]

3.) Untuk Tekanan Osmotik dinyatakan sebagai:


= C R T [1+ (n-1)]

4.) Untuk penurunan tekanan uap (rP) dinyatakan sebagai:

rP = po . XA. [1+ (n-1)]


Contoh:
Hitunglah kenaikan titik didih dan penurunan titik beku dari larutan 5.85 gram garam dapur (Mr = 58.5) dalam
250 gram air ! (bagi air, Kb= 0.52 dan Kf= 1.86)
Jawab:
Larutan garam dapur, NaCl(aq) > NaF+ (aq) + Cl (aq)
Jumlah ion = n = 2.
rTb = 5.85/58.5 x 1000/250 x 0.52 [1+1(2-1)] = 0.208 x 2 = 0.416oC
rTf = 5.85/58.5 x 1000/250 x 0.86 [1+1(2-1)] = 0.744 x 2 = 1.488oC
REDOKS

Reaksi oksidasi dan Reduksi ( Redoks )


Reaksi oksidasi reduksi atau sering disebut reaksi redoks merupakan bagian yang penting dalam
ilmu kimia untuk dipahami dan dimengerti. Reaksi redoks merupakan perubahan kimia yang
berhubungan dengan pengaruh arus listrik
Dalam kehidupan sehari-hari banyak perubahan kimia yang termasuk reaksi redoks, seperti proses
perkaratan, pembakaran, pernafasan, metabolisme dan fotosintesis. Beberapa industri juga sering
melibatkan reaksi redoks, misalnya pengolahan logam dari bijihnya, pelapisan logam
(elektroplating).
PERKEMBANGAN REAKSI REDOKS.
1. Reaksi redoks sebagai peristiwa pengikatan dan pelepasan oksigen.
Reaksi antara unsur atau senyawa dengan oksigen disebut reaksi oksidasi. Atau dengan kata lain,
reaksi oksidasi adalah reaksi penambahan/pengikatan oksigen oleh suatu unsur atau senyawa.
Contoh : 2 Fe(s) + O2(g) > 2 FeO(s)
4 Na(s) + O2(g) > 2 Na2O(s)
CH4(g) + 2 O2(g) > CO2(g) + 2 H2O(l)
Dari ketiga contoh diatas logam besi, logam natrium dan gas metana mengalami oksidasi, sedang
gas oksigen bertindak sebagai pengoksidasi atau oksidator.
Sekarang marilah kita perhatikan suatu contoh reaksi oksidasi yang berlangsung pada tubuh kita.
Misalnya metabolisme karbohidrat yang membutuhkan gas oksigen dan menghasilkan gas karbon
dioksida serta uap air. Secara sederhana reaksi metabolisme karbohidrat dapat ditulis
sebagai:C6H12O6(s) + 6 O2(g) > 6 CO2(g) + 6 H2O(l)
Reaksi ini juga termasuk reaksi redoks, karena terjadi pengikatan oksigen.
Reaksi sebaliknya dapat terjadi jika gas hidrogen (H2) dialirkan kedalam padatan CuO panas. Pada
reaksi ini CuO akan melepaskan oksigen sehingga membentuk logam Cu, sedangkan gas hidrogen
mengikat oksigen membentuk uap air. Reaksi pelepasan oksigen oleh suatu zat disebut sebagai
reaksi reduksi dan zat yang menyebabkan terjadinya reaksi reduksi disebut reduktor. Reaksi yang
terjadi dapat ditulis sebagai berikut:
CuO(s) + H2(g) > Cu(s) + H2O
2. Reaksi redoks sebagai reaksi perpindahan elektron
Apakah reaksi logam magnesium dengan larutan hidrogen klorida yang dapat ditulis seperti
persamaan reaksi dibawah ini juga termasuk reaksi redoks?Mg(s) + 2 HCl(aq) > MgCl2(aq) +
H2(g)
Jika diperhatikan reaksi tersebut tidak melibatkan oksigen. Untuk dapat menjawab pertanyaan
tersebut perhatikan kembali reaksi logam natrium dengan oksigen membentuk natrium oksida
4 Na(s) + O2(g) > 2 Na2O(s)
Dalam reaksi tersebut logam Na mengikat oksigen sehingga dikatakan mengalami oksidasi.
Senyawa Na2O merupakan senyawa ionik, jadi senyawa tersebut terdiri atas ion Na+ dan ion O2-.
Peristiwa pembentukan ion-ion tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Na(s) > Na+(s) + e-
O2(g) + 2e- > O2-(g)
Dalam reaksi tersebut logam natrium melepaskan elektron, padahal logam natrium mengalami
peristiwa oksidasi. Jadi dapat dikatakan bahwa oksidasi adalah peristiwa pelepasan elektron.
Sekarang perhatikan reaksi logam magnesium dengan larutan hidrogen klorida yang reaksinya
dapat dituliskan sebagai berikut:
Mg(s) + 2 HCl(aq) > MgCl2(aq) + H2(g)
atau
Mg(s) -> Mg2+(aq) + 2e (pelepasan electron, oksidasi)
2 H+(aq) + 2e > H2(g) (penerimaan electron, reduksi)
Mg(s) + 2 H+(aq) > Mg2+(aq) + H2(g)
Dalam reaksi di atas logam magnesium bertindak sebagai pereduksi (reduktor)dan ion hidrogen
bertindak sebagai pengoksidasi (oksidator) . Reaksi oksidasi selalu diikuti dengan reaksi reduksi,
dan sebaliknya reaksi reduksi juga tidak mungkin terjadi tanpa reaksi oksidasi. Karena itu
gabungan kedua reaksi tersebut dinamakan reaksi redoks. Sedangkan reaksi oksidasi saja disebut
setengah reaksi oksidasi dan reaksi reduksi disebut setengah reaksi reduksi.
3. Reaksi redoks sebagai reaksi perubahan bilangan oksidasi.
Bilangan oksidasi suatu unsur menyatakan banyaknya elektron yang dapat dilepas atau diterima
maupun digunakan bersama dalam membentuk ikatan dengan unsur lain. Sehingga bilangan
oksidasi dapat positip, nol atau negatif. Dalam suatu senyawa, unsur yang lebih elektronegatif
mempunyai bilangan oksidasi negatif. Untuk menentukan bilangan oksidasi suatu zat harus
mengikuti aturan tertentu.
Sebagai contoh:
Unsur F merupakan unsur paling elektronegatif, oleh karena itu didalam senyawanya F selalu
mempunyai bilangan oksidasi -1.
Unsur O merupakan unsur yang keelektronegatifannya sangat besar dan didalam senyawanya,
atom O selalu mempunyai bilangan oksidasi -2, kecuali dalam senyawa OF2 (bilangan oksidasi O =
+2), dan dalam senyawa peroksida, H2O2, Na2O2, K2O, BaO2 (bilangan oksidasi O = -1)
Unsur hidrogen dalam senyawa H2O, NH3, HCl mempunyai bilangan oksidasi +1, karena atom H
kurang elektronegatif dibanding unsur yang lain, tetapi dalam senyawa LiH, NaH, MgH2, BaH2
(senyawa hidrida logam) atom H mempunyai bilangan oksidasi +1.
Cara menentukan bilangan oksidasi:
a. Bilangan oksidasi unsur-unsur bebas, yaitu unsur yang tidak terikat dengan unsur lain = 0
b. Jumlah aljabar bilangan oksidasi unsur-unsur dalam senyawa atau molekul netral = 0
c. Jumlah aljabar bilangan oksidasi unsur-unsur penyusun ion adalah sama dengan muatan ion
tersebut.
d. Dalam senyawanya, bilangan oksidasi unsur-unsur golongan IA (Li, Na, K, Rb, Cs) = +1,
golongan IIA (Be, Mg, Ca, Sr, Ba) = +2 dan golongan IIIA = +3.
e. Dalam senyawa ida (senyawa tanpa oksigen) bilangan oksidasi halogen = -1, unsur-unsur
golongan VIA = -2 dan nitrogen = -3.
Menentukan bilangan oksidasi ( Biloks ) unsur yang belum masuk aturan di atas.
Contoh :
Tentukan biloks Sulfur pada asam sulfat H2SO4
Jawab :
(2 x biloks H ) + Biloks S + ( 4 x Biloks O ) = 0
( 2 x 1 ) + Biloks S + ( 4 x- 2 ) = 0
2 + bilok S -8 = 0
Biloks S = 8-2
Biloks S = 6
Selanjutnya cara atas dapat diketahui perubahan bilangan oksidasi yang terjadi dalam suatu reaksi
oksidasi-reduksi.

KONSEP MOL
MASSA ATOM RELATIF DAN MASSA MOLEKUL RELATIF
1. Massa Atom Relatif (Ar)
Massa atom relatif (Ar) Perbandingan massa satu atom dengan massa atom standar
massa atom relatif (Ar) dari unsur X adalah:
Ar X = massa 1 atom X
massa1 atom H
atau Ar X = massa 1 atom X
1/16 massa 1 atom O
Sehingga secara umum Ar di definisikan sebagai berikut:
Ar X = massa 1 atom X
1/12 massa 1 atom C-12

Contoh Soal
Bila Ar Fe = 55,845 sma dan massa 1 atom 12C = 1,99 x 10-23 g, tentukan
massa 1 atom besi!
Penyelesaian
Ar Fe = massa rata - rata 1 atom Fe
1/12 massa 1 atom C-12
Massa 1 atom Fe = Ar Fe x 1/12 x massa 1 atom C-12
= 55,845 x 1/12 x 1,99 x 10-23 g = 9,26 x 10-23 g
Jadi, massa 1 atom besi = 9,26 x 10-23 g

2.Massa Molekul Relatif (Mr)


Perbandingan massa molekul dengan massa standar disebut massa molekul relatif (Mr), ditulis sebagai berikut:
Mr = massa rata-rata 1 molekul senyawa
1/12 massa 1 atom C-12

Contoh Soal 1
Hitunglah Mr CaBr2, bila Ar Ca = 40,078 dan Ar Br = 79,904
Penyelesaian
Mr CaBr2 = (1 x Ar Ca )+ (2 x Ar Br) = (1 x 40,078) + (2 x 79,904)
= 40,078 + 159,808 = 199,886
Jadi Mr CaBr2 = 199,889

Contoh Soal 2
Bila Ar H = 1,008, Ar O = 15,999 dan massa 1 atom 12C = 1,99 x 10-23 g,
Tentukan massa 200 molekul air!
Penyelesaian
Mr H2O = (2 x Ar H )+ (1 x Ar O) = (2 x 1,008 )+ (1 x 15,999)
= 2,016 + 15,999
= 18,015

KONSEP MOL DAN BILANGAN AVOGADRO


Mol adalah jumlah dari suatu zat yang mengandung jumlah satuan dasar (atom, molekul, ion) yang sama dengan atom-
atom dalam 12 gisotop 12C.
Jumlah partikel (atom, molekul atau ion) dalam satu mol disebut bilangan Avogadro (atau tetapan Avogadro) dengan
lambang L. Amedeo Avogadro, adalah orang yang pertama kali mempunyai ide dari satuan ini.
Harga L sebesar 6,02 x 1023 partikel mol-1. Dapatkah Anda bayangkanbesarnya angka itu? Seandainya dapat dikumpulkan
sebanyak 6,02 x 1023 butir jagung, jagung itu dapat tertimbun di permukaan bumi Indonesia dengan mencapai ketinggian
beberapa kilometer. Dari uraian di atas, maka kita dapatkan :
1 mol = L partikel
1 mol = 6,02 x 1023 / mol
Rumus yang menyatakan hubungan antara mol dan jumlah partikel sebagai berikut.
Jumlah partikel = mol X L
Mol = jumlah paertikel

HUBUNGAN MOL DENGAN MASSA (GRAM)


Massa molar adalah bilangan yang sama dengan massa atom relatif atau massa molekul relatif, tetapi ditunjukkan dalam
satuan g/mol.
Rumus yang du gunakan:
Gram = mol X Ar atau Mr
Ar atau Mr = gram/mol
Mol = gram/ar mol = gram/Mr
Jumlah partikel/L = gram/Ar
Jumlah partikel/L = gram/Mr

AIR KRISTAL
Tahap pengukuran dalam metode gravimetrik adalah penimbangan. analitnya secara fisik dipisahkan dari semua komponen
lain dari sampel itu maupun dari pelarutnya. Gravimetri merupakan salah satu metode analisis kuantitatif suatu zat atau
komponen yang telah diketahui dengan cara mengukur berat komponen dalam keadaan murni setelah melalui proses
pemisahan.
Disini akan dijelaskan bagaimana penentuan kandungan air kristal terusi (CuSO4xH2O) dengan cara gravimetri. Alat yang
digunakan adalah kaca arloji berdiameter 5cm, pembakar Bunsen, kaki tiga, kawat kasa, eksikator, dan neraca analitik. Dan
bahan yang digunakan adalah Kristal terusi (CuSO4.xH2O).
Langkah pertama yang dilakukan adalah menimbang 0,5 gram kristal terusi dalam kaca arloji dan catat sebagai Wo.
Kemudian menimbang gelas kimia kosong yang akan digunakan untuk memanaskan kristal terusi dan catat hasilnya. Lalu
memindahkan 0,5 gram kristal terusi kedalam gelas kimia dan kemudian memanaskannya dalam oven 100 oC selama 25
menit sampai kristal terlihat putih. Setelah 25 menit, memindahkan kristal terusi ke dalam eksikator selama 15 menit dan
setelah dingin ditimbang, lalu catat berat tersebut sebagai W1. Setelah ditimbang, kemudian memanaskan kembali kristal
tersebut selama 25 menit dan setelah dipanaskan, dimasukkan kembali ke dalam eksikator selama 15 menit dan setelah
dingin ditimbang kembali, lalu dicatat sebagai W2.

Dari percobaan tersebut maka diperoleh hasil:


Wo : 0,5 gram Gelas kimia kosong : 17,22 gram

Setelah pemanasan dan pendinginan:


Gelas kimia + kristal (1) : 17,6210 gram
Gelas kimia + kristal (2) : 17,5814 gram
Maka diperoleh:
W1 = gelas kimia + kristal (1) gelas kimia kosong
= 17,6201 gram - 17,22 gram
= 0,401 gram
W2 = gelas kimia + kristal (2) gelas kimia kosong
= 17,5714 gram - 17,22 gram
= 0, 3614 gram
Dan kemudian kristal terusi dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Wn yang digunakan adalah W2, jadi Wn = 0,3614 gram, maka dapat dihitung berat Kristal terusi sebagai berikut:

Berat kandungan air kristal terusi yang diperoleh adalah 5,32 dan dapat dibulatkan sebagai 5. Maka diperoleh rumus kristal
terusi adalah CuSO4.5H2O.

MOLARITAS

Molaritas adalah jumlah mol didalam suatu zat terlarut di dalam 1 liter larutan, dan untuk penghitungan molaritas berlaku
rumus sebagai berikut:

M=n/V
Dimana M = Molaritas , n = mol , V = volume.

Contoh Soal Molaritas:


1. Hitunglah konsentrasi larutan dari 6 gram larutan HCl yang dilarutkan kedalam air 100 mL , diamana Mr dari HCl adalah
120.
Jawab:
Diketahui:
m = 6 gram
Mr = 120
V = 100 mL
Ditanyakan: M. . .?
Jawab:
Langkah awal adalah mencari mol (n) terlebih dahulu, yaitu dengan rumus m / mr
6 gram / 120 = 0,05 mol
Kemudian setelah jumlah mol sudah didapat masukkan ke rumus penghitungan molaritas, tetapi ubah dahulu volume yang
mL ke L menjadi 0,1, yaitu dengan rumus M = n / V
0,05 / 0,1 = 0,5 M
Jadi : jumlah mol dari larutan HCl sebanyak 6 gram dalam 100mL larutan adalah 0,5 M
Manfaat penghitungan mol sendiri adalah berguna untuk mengetahui kadar dan tingkat didih suatu larutan jika ingin
dipisahkan, atau dengan begitu kita bisa tahu bagimana cara ahar melarutkan suatu larutan harus membutuhkan berapa liter
air yang digunakan, saya sendiri mendapatkan materi kima tentang kimia bab molaritas dan molalitas larutan adalah ketika
duduk dikelas XI SMK , bab ini sangat saya sukai karena tidak terlalu rumit dan soal yang ada mudah dipahami didalam
pemilihan rumus, didalam mengerjakan soal tentang bab molaritas dan molalitas sendiri yang perlu anda perhatikan adalah
cermati soal apa saja yang sudah diketaahui dengan begitu penerapan rumus yang akan anda ambil akan semakin mudah dan
tepat, dan jangan sampai lupa untuk belajar penghitungan angka nol koma-nol koma karena hal tersebut akan sangat
membantu anda, karena didalam suatu soal biasanya jumlah yang dihitung dibawah angka nol.

Kadar Unsur dalam Senyawa


Rumus empiris senyawa dapat ditentukan jika kadar unsur- unsurnya diketahui. Sebaliknya juga berlaku bahwa
kadar unsur- unsur dapat ditentukan berdasarkan rumus empiris atau rumus kimia senyawa. Seperti telah
diketahui, rumus kimia senyawa meyatakan perbandingan mol atom unsur penyusunnya. Dari perbandingan
atom dapat ditentukan perbandingan massa dan kadar (% massa) unsur- unsur penyusun senyawa.
Contoh:
a. Sukrosa mempunyai rumus molekul C12H22O11 . Kadar unsur- unsur senyawa itu dapat ditentukkan sebagai
berikut :
rumus kimia senyawa: C12H22O11
ii. Perbandingan mol atom unsur C : H : O = 12 : 22 : 11 (tidak perlu disederhanakan)
iii. Perbandingan massa unsur
C : H : O = (12 x 12) : (22 x 1) : (11 x 16) = 144 : 22 : 176
iv. Jumlah perbandingan = 144 + 22 + 176 = Mr C12H22O11
v. Kadar C = 44/342 x 100 % = 42,1 %
Kadar H = 22/342 x 100 % = 6,4 %
Kadar O = 176/342 x 100 % = 51,51 %
Dari contoh di atas dapat ditulis sebagai berikut :

Menentukan Rumus Empiris Zat

Dalam menentukan rumus empiris, perbandingan mol unsur-unsur dalam zat haruslah merupakan
perbandingan paling sederhana.

Contoh:

Sejumlah sampel zat mengandung 11,2 gram Fe dan 4,8 gram O (Ar Fe = 56 dan O = 16).
Tentukan rumus empiris senyawa tersebut!
Jawab:

Untuk menentukan rumus empiris zat, kita menghitung perbandingan mol Fe dan O sebagai
berikut.
Komponen Penyusun Zat Massa(gram) Mol Komponen
Fe 11,2 gram Mol Fe

=0,2 mol
O 4,8 gram Mol O

=0,3 mol

Diperoleh perbandingan Fe : O = 0,2 : 0,3 = 2 : 3.

Jadi, rumus empiris senyawa adalah Fe2O3.

Menentukan Rumus Empiris Berdasarkan Persen Massa

Unsur-unsur Penyusun Zat Vanila yang digunakan untuk memberi cita rasa makanan mempunyai
komposisi: 63,2% C, 5,2% H, dan 31,6% O (Ar C = 12, H = 1, dan O = 16).

Tentukan rumus empirisnya!

Jawab:

Untuk menentukan rumus empiris vanila, kita menghitung perbandingan mol C, H, dan O.
Misalkan dalam 100 gram sampel vanila.

Komponen Massa per 100


Persen Massa Mol Komponen
Penyusun Zat gram Sampel

Mol C ==
C 63,2 63,2 gram
= 5,27 mol

Mol H ==
H 5,2 5,2 gram
= 5,2 mol

Mol O ==
O 31,6 31,6 gram
= 1,98 mol

Diperoleh perbandingan mol C : H : O

= 5,27 : 5,2 : 1,98

= 2,66 : 2,66 : 1

=8:8:3

Jadi, rumus empiris vanila adalah C8H8O3.

(James E. Brady, 1990)

Menentukan Rumus Molekul Zat

Pada dasarnya rumus molekul merupakan kelipatan-kelipatan dari rumus empirisnya. Sebagai
contoh:

Rumus Molekul Rumus Empiris n Nama Zat


C2H2 CH 2 Etuna/gas asetilena
C2H4 CH2 2 Etena
C6H14 C3H7 2 Heksana
CH3COOH CH2O 2 Asam asetat/asam cuka
C6H12O6 CH2O 6 Glukosa
NaCl NaCl 1 Natrium klorida
CO(NH2)2 CO(NH2)2 1 Urea
H2O H2O 1 Air
CO2 CO2 1 Karbon dioksida

Untuk menentukan rumus molekul maka:

(rumus empiris)n = rumus molekul


dengan n = bilangan bulat
Nilai n dapat ditentukan jika rumus empiris dan massa molekul relatif (Mr) zat diketahui.
Mr rumus molekul = n (Mr rumus empiris)
Contoh:
Suatu senyawa dengan rumus empiris CH (Ar C = 12 dan H = 1) mempunyai Mr= 26.

Tentukan rumus molekul senyawa tersebut!

Jawab:
Mr = n (Ar C + Ar H)
26 = n (12 + 1)
26 = n 13
n=2
Jadi, rumus molekul senyawa tersebut adalah (CH)2 = C2H2
TUGAS KIMIA
RANGKUMAN MATERI

NAMA: KAVITA BUNGA BAGASWARI


KELAS: X IPA 1
NO. ABSEN: 15

TAHUN PELAJARAN 2016/2017

Anda mungkin juga menyukai