isomer
Dalam ilmu kimia, isomer ialah molekul-molekul dengan rumus kimia yang sama (dan sering
dengan jenis ikatan yang sama), namun memiliki susunan atom yang berbeda (dapat diibaratkan
sebagai sebuah anagram). Kebanyakan isomer memiliki sifat kimia yang mirip satu sama lain. Juga
terdapat istilah isomer nuklir, yaitu inti-inti atom yang memiliki tingkat eksitasi yang berbeda.
Contoh sederhana dari suatu isomer adalah C3H8O. Terdapat 3 isomer dengan rumus kimia
tersebut, yaitu 2 molekul alkohol dan sebuah molekul eter. Dua molekul alkohol yaitu 1-propanol (npropil alkohol, I), dan 2-propanol (isopropil alkohol, II). Pada molekul I, atom oksigen terikat
pada karbon ujung, sedangkan pada molekul II atom oksigen terikat pada karbon kedua (tengah).
Kedua alkohol tersebut memiliki sifat kimia yang mirip. Sedangkan isomer ketiga, metil etil eter,
memiliki perbedaan sifat yang signifikan terhadap dua molekul sebelumnya. Senyawa ini bukan
sebuah alkohol, tetapi sebuah eter, di mana atom oksigen terikat pada dua atom karbon, bukan satu
karbon dan satu hidrogen seperti halnya alkohol. Eter tidak memiliki gugus hidroksil.
Terdapat dua jenis isomer, yaitu isomer struktural dan stereoisomer. Isomer struktural adalah
isomer yang berbeda dari susunan/urutan atom-atom terikat satu sama lain. Contoh yang
disebutkan di atas termasuk kedalam isomer struktural. Walaupun komposisi jumlah atom sama
persis, belum tentu molekul-molekul isomer struktural mempunyai sifat yang sama. Sebagai contoh,
sifat kimia siklobutana berbeda dengan butena. Padahal keduanya mempunyai rumus kimia yang
sama, yaitu C4H8.[1]
Beberapa jenis isomer struktural yaitu: isomer ionisasi, isomer koordinasi, dan isomer tautan.
ISOMER IONISASI
Dua senyawa koordinasi yang rumusnya mempunyai ion pusat yang sama (Cr 3+) dan lima dari enam
ligannya (molekul NH3) adalah sama. Senyawa ini berbeda karena isomer pertama mempunyai ion
SO42-sebagai ligan keenam, dengan ion netral Cl- menetralkan muatan ion kompleks, sedangkan
isomer kedua memiliki Cl- sebagai ligan keenam dengan SO42- menetralkan muatan ion kompleks.[2]
ISOMER KOORDINASI
Isomer koordinasi dapat muncul jika senyawa koordinasi tersusun atas kation kompleks dan anion
kompleks. Ligan dapat dikontribusikan secara berbeda di antara kedua ion, seperti NH 3(aq) dan CN-.
[2]
ISOMER TAUTAN
Beberapa ligan dapat melekat pada ion logam atom pusat suatu ion kompleks dengan cara berbeda.
[2]
Polimer
Suatu polimer adalah rantai berulang dari atom yang panjang, terbentuk dari pengikat yang berupa
molekul identik yang disebut monomer. Sekalipun biasanya merupakan organik (memiliki rantai
karbon), ada juga banyak polimer inorganik. Contoh terkenal dari polimer adalah plastik dan DNA.
Polimer didefinisikan sebagai substansi yang terdiri dari molekul-molekul yang menyertakan
rangkaian satu atau lebih dari satu unit monomer. Manusia sudah berabad-abad menggunakan
polimer dalam bentuk minyak, aspal, damar, dan permen karet. Tapi industri polimer modern baru
mulai berkembang pada masa revolusi industri. Di akhir 1830-an, Charles Goodyear berhasil
memproduksi sebentuk karet alami yang berguna melalui proses yang dikenal sebagai vulkanisasi.
40 tahun kemudian, Celluloid (sebentuk plastik keras dari nitrocellulose) berhasil
dikomersialisasikan. Adalah diperkenalkannya vinyl, neoprene, polystyrene, dan nilon pada tahun
1930-an yang memulai ledakan dalam penelitian polimer yang masih berlangsung sampai
sekarang.
2. 5 ~ 11 Cair (bensin)
3. 9 ~ 16 Cairan dengan viskositas rendah
4. 16 ~ 25 Cairan dengan viskositas tinggi (oli, gemuk)
5. 25 ~ 30 Padat (parafin, lilin)
6. 1000 ~ 3000 Plastik (polistiren, polietilen, dll)
seperti asam cuka, minuman bersoda, jeruk, aki bersifat asam. Sedangkan sabun dan
bahan pembuatan pupuk yang bersifat basa. Beberapa hewan tertentu juga
mempertahankan diri dengan menghasilkan basa, seperti sengatan tawon.
Menerima pasangan elektron bebas dari senyawa lain, sedangkan Basa adalah senyawa
yang dapat memberi pasangan elektron bebas kepada spesi (senyawa) yang lain.
Reaksi asam basa adalah adalah reaksi pembentukan ikatan antara asam dan basa.
C. SIFAT ASAM DAN BASA
1. Sifat-sifat asam yaitu :
Rasanya masam/asam
Bila dilarutkan dalam air dapat menghasilkan ion H+ atau ion ion hidrogen dan
ion sisa asam yang bermuatan negatif. Peristiwa terurainya asam menjadi ionion dapat di tuliskan sebagai berikut:
Bila diuji dengan indikator kertas lakmus biru dapat mengubah lakmus tersebut
menjadi merah. Sedangkan jika diuji dengan indikator kertas lakmus yang
berwarna merah, kertas lakmus tersebut tidak akan berubah warna. Indikator
adalah suatu alat untuk menunjukkan suatu zat apakah bersifat asam maupun
basa.
Rasanya pahit
Bila dilarutkan dalam air dapat menghasilkan ion OH- atau ion hidroksil dan ion
logam atau gugus lain yang bermuatan negatif. Apabila ion OH- hampir
seluruhnya dilepaskan atau ionisasinya sempurna, maka termasuk basa kuat
atau dikatakan memiliki derajat keasaman yang rendah dan begitu juga
sebaliknya. Secara umum peristiwa peruraian basa menjadi ion-ion dapat
dituliskan sebagai berikut:
Bila diuji dengan indikator yang berupa lakmus merah, maka akan mengubah
warna lakmus tersebut menjadi warna biru, sedangkan dengan kertas lakmus
biru, tidak akan mengubah warna kertas lakmus tersebut.
dimana
konsentrasi
ion
hidrogen
atau
pH
terlalu
tinggi,
disebut
dengan asidosis, sendangkan keadaan yang mana konsentrasi ion hidrogen atau pH
terlalu rendah disebut denganalkalosis. Agar tidak terjadi dua kelainan tersebut maka
diperlukan pengatur khusus, yaitu:
Sistem penyangga (buffer) asam-basa yang segera bergabung dengan asam atau
basa yang kemudian akan mencegah terjadinya perubahan pH atau konsentrasi
ion hidrogen yang berlebihan.
Apabila konsentrasi ion hidrogen berubah, maka pusat pernafasan di otak akan
teransang atau terstimulasi untuk mengubah kecepatan pernafasan pada paruparu, yang akan mengakibatkan perubahan kecepatan pengeluaran
karbondioksida dari tubuh sehingga akan membuat konsentrasi ion hidrogen
kembali normal.
Sistem buffer ini dapat bekerja dalam sepersekian detik untuk mencegah
perubahan konsentrasi ion hidrogen secara berlebihan. Sebaliknya sistem
pernafasan membutuhkan waktu 1-3 menit untuk menyesuaikan kembali
konsentrasi ionhidrogen setelah terjadinya perubahan mendadak. Kemudian
ginjal yang merupakan komponen pengatur asam-basa yang paling kuat,
memerlukan waktu beberapa jam hingga lebih dari 24 jam untuk menyesuaikan
kembali konsentrasi ion hidrogen tersebut.
System buffer
SISTEM BUFFER
Buffer adalah zat yang dapat mempertahankan PH ketika ditambah sedikit asam / basa
atau ketika diencerkan.Buffer terdiri dari asam lemah dan garamnya/ basa
konjugasinya atau basa lemah dan garamnya/ asam konjugasinya. Salah satu contoh
larutan buffer adakah darah. B uffer dalam darah terdiri dari H2CO3 [ asam lemah] dan
HCO3- [basa konjugasinya]. Buffer tersebut dapat memprtahankan
PH darah sekitar 7,35 7,45 dengan reaksi sebagai berikut;
H2CO3 + OH-=> HCO3- = H2OHCO3- + H+=>H2CO3
Buffer dalam darah termasuk buffer asam. Buktinya, jika darah tidak memiliki buffer
maka ketika minum jus jeruk yang kecut, tubuh kita dapat mengalami asidosis [ PH
darah asam ].
Derajat keasaman merupakan suatu sifat kimia yang penting dari darah dan cairan
tubuh lainnya. Satuan
Derajat keasaman adalah PH:
PH 7,0 adalah netral PH diatas 7,0 adalah basa [ alkali] PH di bawah 7,0 adalah asam.
Suatu asam kuat memiliki PH sangat rendah [ hamper 1,0]; sedangkan suatu basa kuat
memiliki PH yang sangat tinggi [ diatas 14,0 ].Darah memiliki PH antara 7,35-7,45.
Keseimbangan asam basa darah dikendalikan secara seksama,karena perubahan PH
yang sangat kecilpun dapat memberikan efek yang serius terhadap beberapa organ.
Tubuh menggunakan 3 mekanisme untuk mengendalikan keseimbangan asam-basa
darah: kelebihan
Asam akan dibuang oleh ginjal,sebagian besar dalam bentuk amonia.Ginjal memiliki
kemampuan untuk merubah jumlah asam atau basa yang dibuang,yang biasanya
berlangsung selama beberapa hari.
Tubuh menggunakan penyengga PH [buffer] dalam darah sebagai pelindung terhadap
perubahan yang
Terjadi secara tiba-tiba dalam PH darah.Suatu penyangga PH bekerja secara kimiawi
untuk
meminimalkan perubahan PH suatu larutan, penyangga PH yang paling penting dalam
darah menggunakan bikarbonat.Bikarbonat [ suatu komponen basa] berada dalam
kesetimbangan dengan karbondioksida[ suatu komponen asam]. Jika lebih banyak
asam yang masuk ke dalam aliran darah,maka akan dihasilkan lebih banyak bikarbonat
dan lebih sedikit karbondioksida. Jika lebih banyak basa yang masuk kedalam aliran
darah,maka akan dihasilkan lebih banyak karbondioksida dan lebih sedikit bikarbonat
Zat-zat sisa yang dikeluarkan tubuh antara lain karbondioksida [ C02] ,amonia
[NH4],dan air [H20].
Proses pengeluaran sisa metabolism yang tidak berguna tersebut disebut
ekskresi.Ekskresi melibatkan
Alat-alat khusus dan membentuk suatu system yang disebut system ekskresi.Setiap
mahluk hidup
Memiliki alat ekskresi yang berbeda-beda.
Sistem ekskresi sangat berperan penting untuk menjaga keseimbangan cairan dalam
tubuh [homeostasis] dengan cara osmoregulasi. Osmoregulasi,yaitu mekanisme untuk
mengatur konsentrasi bahan terlarut dalam cairan sel atau cairan tubuh.
ALAT-ALAT EKSKRESI PADA MANUSIA
Ginjal
Manusia mempunyai sepasang ginjal.Ginjal manusia dewasa memiliki berat lebih
kurang 200 gram dan panjang 10 cm.Ginjal berbentuk seperti kacang merah dan
berwarna merah tua, karena mengandung banyak kapiler darah. Organ ini terletak
didalam rongga perut bagian belakang agak keatas.
Ginjal manusia terbagi atas dua lapisan,yaitu korteks ( luar) dan medulla ( dalam ).
Pada lapisan korteks ginjal,terdapat satuan structural dan fungsional terkecil yang
disebut nefron. Satu buah ginjal manusia mengandung kurang lebih 1 juta nefron.Setiap
nefron terdiri atas badan Malpighi
( badan renalis ) yang tersusun dari kapsul Bowman dan glomerulus. Kapsul Bowman
berdinding rangkap dengan glomerulus didalam cekungan kapsulnya. Glomerolus
merupakan untaian pembuluh kapiler darah yang dindingnya bertaut menjadi satu
dengan dinding kapsul Bowman.
Sementara itu,tubulus-tubulus yang menyusun nefron adalah tubulus proksimal,
tubulus distal,
Dan tubulus pengumpul / kolektipus yang dikelilingi oleh pembuluh darah kapiler.
Pembuluh darah kapiler ini dinamakan arteriol eferen yang meninggalkan glomerulus
menuju vasa rekta.
Vasa rekta merupakan kapiler yang mengelilingi lengkung Henle. Adapun pembuluh
darah kapiler yang menuju glomerulus dinamakan arteriol aferen. Arteriol ini banyak
menyuplai darah
Bagi glomerulus. Pada lapisan medulla ginjal terdapat lengkung Henle. Lengkung Henle
merupakan saluran ginjal atau tubulus yang menghubungkan antara tubulus distal pada
daerah korteks dengan tubulus proksimal.Saluran lengkung Henle ini ada yang
menurun dan menaik.
Orang dewasa memiliki panjang seluruh tubulus lebih kurang 7,5- 15m. Pada lapisan
medulla juga terdapat tubulus kolektipus yang mengalirkan zat sisa metabolism ( urine )
menuju ureter.
Ginjal mengendalikan potensial air darah yang melewatinya. Substansi yang
menyebabkan ketidakseimbangan potensi air Pada darah akan dipisahkan dari darah
dan diekskresikan dalam bentuk urine. Sebagai contoh adalah sisa nitrogen hasil
pemecahan asam amino dan asam nukleat.
A.1 Proses Pembentukan Urine
Proses pembentukan urine terjadi di tiap-tiap nefron pada ginjal, melalui tiga proses,
yaitu
1.Filtrasi
Filtrasi merupakan langkah pertama dalam proses pembentukan urine. Dua factor
utama yang memungkinkan terjadinya filtrasi adalah struktur glomerulus ( kumpulan
kapiler darah ) yang sangat berpori dan tekanan darah di glomerulus yang jauh lebih
tinggi di bandingkan dengan tekanan di kapiler-kapiler tubuh lain.Dalam proses
ini,darah dalam glomerulus yang mengandung air,garam,gula,urea dan zat-zat lain akan
melewati pori glomerulus, kecuali yang bermolekul besar seperti sel darah merah
dan protein.Hasilpenyaringan ( filtrate ), ditampung dalam kapsul Bowman dan disebut
filtrat glomerulus atau urine primer.jadi, cairan yang berada pada kapsul Bowman sama
dengan cairan darah dikurangi sel darah merah dan molekul protein. Dalam keadaan
normal akan diproduksi 125 cc/ mnt cairan filtra dari kedua ginjal.
2.Reabsorbsi
Reabsorbsi merupakan proses penyerapan kembali zat-zat yang masih berguna yang
terdapat pada urine primer.Filtrat glomerulus / urine primer yang dihasilkan dari
proses filtrasi masih mengandung bahan-bahan yang berguna bagi tubuh,seperti
glukosa,garam-garam,asam amino,dan air.Oleh karena itu,bahan-bahan tersebut harus
diserap kembali kedalam darah untuk dapat digunakan oleh tubuh.
3. Sistem Buffer Respirasi
Alat-alat pernapasan berfungsi memasukkan udara yang mengandung oksigen dan
mengeluarkan udara yang mengandung karbon dioksida dan uap air.
Tujuan proses pernapasan yaitu untuk memperoleh energi. Pada peristiwa bernapas
terjadi pelepasan energi
Sistem Pernapasan pada Manusia terdiri atas
o hidung
o faring
o trakea
o bronkus
o bronkiouls
o paru-paru
Rongga Hidung
Pada permukaan rongga hidung terdapat rambut-rambut halus dan selaput lendir yang
berfungsi untuk menyaring udara yang masuk ke dalam rongga hidung.
Pangkal Tenggorok
Pangkal tenggorok disusun oleh beberapa tulang rawan yang membentuk jakun.
Pangkal tenggorok dapat ditutup oleh katup pangkal tenggorok (epiglotis). Pada waktu
menelan makanan, katup tersebut menutup pangkal tenggorok dan pada waktu
bernapas katu membuka. Pada pangkal tenggorok terdapat selaput suara yang akan
bergetar bila ada udara dari paru-paru, misalnya pada waktu kita bicara.
Batang tenggorok
Batang tenggorok (trakea) terletak di sebelah depan kerongkongan. Di dalam rongga
dada, batang tenggorok bercabang menjadi dua cabang tenggorok (bronkus). Di dalam
paru-paru, cabang tenggorok bercabang-cabang lagi menjadi saluran yang sangat kecil
disebut bronkiolus. Ujung bronkiolus berupa gelembung kecil yang disebut gelembung
paru-paru (alveolus).
Paru-paru
Paru-paru terletak di dalam rongga dada. Rongga dada dan perut dibatasi oleh siuatu
sekat disebut diafragma. Paru-paru ada dua buah yaitu paru-paru kanan dan paru-paru
kiri. Paru-paru kanan terdiri atas tiga gelambir (lobus) yaitu gelambir atas, gelambir
tengah dan gelambir bawah. Sedangkan paru-paru kiri terdiri atas dua gelambir yaitu
gelambir atas dan gelambir bawah. Paru-paru diselimuti oleh suatu selaput paru-paru
(pleura).
Alveolus dalam paru-paru jumlahnya sangat banyak, lebih kurang 300 juta alveolus.
Luas permukaan seluruh alveolus diperkirakan 100 kali lebih besar daripada
permukaan tubuh. Alveolus dikekelingi pembuluh-pembuluh kapiler darah.
Pertukaran Gas dalam Alveolus
Oksigen yang diperlukan untuk oksidasi diambil dari udara yang kita hirup pada waktu
kita bernapas. Pada waktu bernapas udara masuk melalu saluran pernapasan dan
akhirnyan masuk ke dalam alveolus. Oksigen yang terdapat dalam alveolus berdifusi
menembus dinding sel alveolus. Akhirnya masuk ke dalam pembuluh darah dan diikat
oleh hemoglobin yang terdapat dalam darah menjadi oksihemoglobin. Selanjutnya
diedarkan oleh darah ke seluruh tubuh.
Oksigennya dilepaskan ke dalam sel-sel tubuh sehingga oksihemoglobin kembali
menjadi hemoglobin. Karbondioksida yang dihasilkan dari pernapasan diangkut oleh
darah melalui pembuluh darah yang akhirnya sampai pada alveolus Dari alveolus
karbon dioksida dikeluarkan melalui saluran pernapasan pada waktu kita mengeluarkan
napas.
Dengan demikian dalam alveolus terjadi pertukaran gas yaitu oksigen masuk dan
karnbondioksida keluar.
Proses Pernapasan
Bernapas meliputi dua proses yaitu menarik napas atau memasukkan udara pernapasan
dan mengeluarkan napas atau mengeluarkan udara pernapasan. Menarik napas disebut
inspirasi dan mengeluarkan napas disebut ekspirasi.
Pada waktu menarik napas, otot diafragma berkontraksi. Semula kedudukan diafragma
melengkung keatas sekarang menjadi lurus sehingga rongga dada menjadi
mengembang. Hal ini disebut pernapasan perut. Bersamaan dengan kontraksi otot
diafragma, otot-otot tulang rusuk juga berkontraksi sehingga rongga dada
mengembang. Hal ini disebut pernapasan dada.
Akibat mengembangnya rongga dada, maka tekanan dalam rongga dada menjadi
berkurang, sehingga udara dari luar masuk melalui hidung selanjutnya melalui saluran
pernapasan akhirnya udara masuk ke dalam paru-paru, sehingga paru-paru
mengembang.
Pengeluaran napas disebabkan karena melemasnya otot diafragma dan otot-otot rusuk
dan juga dibantu dengan berkontraksinya otot perut. Diafragma menjadi melengkung
ke atas, tulang-tulang rusuk turun ke bawah dan bergerak ke arah dalam, akibatnya
rongga dada mengecil sehingga tekanan dalam rongga dada naik. Dengan naiknya
tekanan dalam rongga dada, maka udara dari dalam paru-paru keluar melewati saluran
pernapasan.
Kapasitas Paru-paru
Udara yang keluar masuk paru-paru pada waktu melakukan pernapasan biasa disebut
udara pernapasan (udara tidal). Volume udara pernapasan pada orang dewasa lebih
kurang 500 nl. Setelah kita melakukan inspirasi biasa, kita masih bisa menarik napas
sedalam-dalamnya. Udara yang dapat masuk setelah mengadakan inspirasi biasa
disebut udara komplementer, volumenya lebih kurang 1500 ml.
Setelah kita melakukan ekspirasi biasa, kita masih bisa menghembuskan napas sekuatkuatnya. Udara yang dapat dikeluarkan setelah ekspirasi biasa disebut udara
suplementer, volumenya lebih kurang 1500 ml.
Walaupun kita mengeluarkan napas dari paru-paru dengan sekuat-kuatnya ternyata
dalam paru-paru masih ada udara disebut udara residu. Volume udara residu lebih
kurang 1500 ml. Jumlah volume udara pernapasan, udara komplementer, dan udara
suplementer disebut kapasitas vital paru-paru.
Sistem periodik unsur adalah suatu daftar unsur-unsur yang disusun dengan aturan
tertentu. Semua unsur yang sudah dikenal ada dalam daftar tersebut.
Triade Dobereiner
Pada tahun 1829, Johan Wolfgang Dobereiner ,seorang profesor kimia di Jerman,
mengemukakan bahwa massa atom relatif stronsium sangat dekat dengan massa ratarata dari dua unsur lain yang mirip stronsium, yaitu kalsium dan barium. Dobereiner
juga menemukan beberapa kelompok unsur lain mempunyai gejala seperti itu. Oleh
karena itu, Dobereiner mengambilan kesimpulan bahwa unsur-unsur dapat
dikelompokan ke dalam kelompok-kelompok tiga unsur yang disbutnya triade. Namun
sayang, Dobereiner tidak berhasil menunjukkan cukup banyak triade sehingga aturan
tersebut tidak bermanfaat.
Periode
Lajur-lajur horizontal dalam sistem periodik disebut periode. Sistem periodik modern
terdiri atas 7 periode. Jumlah unsur pada setiap periode sebagai berikut.
Periode
Jumlah Unsur
Nomor Atom
1-2
3-10
11-18
18
19-36
18
37-54
32
55-86
32
87-118
Periode 1, 2,3 disebut periode pendek karena berisi relatif sedikit unsur, sedangkan
periode 4 dan seterusnya disebut periode panjang.
Golongan
Kolom-kolom vertikal dalam sistem periodik disebut golongan. Penempatan unsur dalam
golongan berdasarkan kemiripan sifat. Sistem periodik modern terdiri atas 18 kolom
vertikal. Ada dua cara penamaan golongan, yaitu:
Beberapa golongan
diantaranya:
unsur
dalam
sistem
periodik
mempunyai
Golongan IA
Golongan IIA
Golongan VIIA
Golongan VIIIA
: halogen
: gas mulia
nama
khusus,
Unsur Transisi
Unsur-unsur yang terletak pada golongan-golongan B disebut unsur transisi atau unsur
peralihan. Unsur-unsur tersebut merupakan peralihan dari golongan IIA ke golongan IIIA,
yaitu unsur-unsur yang dialihkan hingga ditemukan unsur yang mempunyai kemiripan
sifat dengan golongan IIIA
Dua baris unsur yang ditempatkan dibagian bawah Tabel Periodik disebut unsur transisi
dalam, yaitu terdiri dari:
Lantanida, yang beranggotakan nomor atom 57-70 (14 unsur). Ke14 unsur ini mempunyai sifat yang mirip dengan lantanium (La),
disebut
Semua unsur transisi dalam sebenarnya menempati golongan IIIB, yaitu lantanida pada
periode keenam dan aktinida pada periode ketujuh. Jadi, golongan IIIB periode keenam
dan periode ke tujuh, masing-masing berisi 15 unsur.
Berdasarkan hubungan tersebut, maka letak unsur dalam sistem periodik dapat
ditentukan berdasarkan konfigurasi elektron.
Untuk
unsur-unsur
segolongan,
semakin
banyak
kulit
atom,
Energi Ionisasi
Energi Ionisasi adalah energi yang diperlukan untuk melepaskan elektron yang terikat
paling lemah oleh suatu atom atau ion dalam wujud gas.
dalam satu golongan, dari atas ke bawah, energi ionisasi semakin kecil
dalam satu periode, dari kiri ke kanan, energi ionisasi cenderung bertambah
Besar kecilnya energi ionisasi bergantung pada besar gaya tarik inti terhadap elektron
kulit terluar, yaitu elektron yang akan dilepaskan. Semakin kuat gaya tarik inti, semakin
besar energi ionisasi
dalam satu golongan, dari atas ke bawah, jari-jari atom bertambah besar,
sehingga gaya tarik inti terhadap elektron terluar semakin lemah. Oleh
Afinitas Elektron
Afinitas elektron adalah besarnya energi yang dihasilkan atau dilepaskan apabila suatu
atom menarik sebuah elektron
berkurang
Dalam satu periode dari kiri ke kanan, afinitas elektron cenderung bertambah
Kecuali unsur alkali tanah dan gas mulia, semua unsur golongan utama
Unsur yang mempunyai energi ionisasi dan afinitas elektron yang besar tentu akan
mempunyai keelektronegatifan yang besar pula.
Sifat Logam dan Nonlogam
Sifat logam bergantung pada energi ionisasi. Semakin besar energi ionisasi, semakin
sukar bagi atom untuk melepas elektron, dan semakin berkurang sifat logamnya.
Kereaktifan
Kereaktifan suatu unsur begantung pada kecenderungannya melepas atau menarik
elektron. Dari kiri ke kanan dalam satu periode, mula-mula kereaktifan menurun
kemudian bertambah hingga golongan VIIA.
Laju reaki
LAJU REAKSI
Kinetika Kimia, Definisi Laju Reaksi dan
Hukum Laju
Kata Kunci: hukum laju, kinetika kimia, laju bersih, laju reaksi
Ditulis oleh Ratna dkk pada 18-12-2009
KINETIKA KIMIA
Mengapa beberapa reaksi kimia berlangsung secepat kilat sementara yang lainnya memerlukan waktu
berhari-hari, berbulan-bulan bahkan tahunan untuk menghasilkan produk yang cukup banyak?
Bagaimana katalis bisa meningkatkan laju reaksi kimia? Mengapa perubahan suhu yang sedikit saja
sering memberikan efek besar pada laju memasak? Bagaimana kajian mengenai laju reaksi kimia
memberikan informasi tentang bagaimana cara molekul bergabung membentuk produk? Semua
pertanyaan ini menyangkut kinetika kimia belum selengkap seperti termodinamika. Masih banyak
reaksi yang tetapan kesetimbangannya telah diketahui dengan cermat, tetapi perincian lintasan
reaksinya masih belum dipahami. Ini terutama berlaku untuk reaksi yang melibatkan banyak unsur
reaktan yang membentuk produknya.
Kinetika kimia adalah bagian dari ilmu kimia yang mempelajari laju dan mekanisme reaksi kimia. Besi
lebih cepat berkarat dalam udara lembab daripada dalam udara kering; makanan lebih cepat
membusuk bila tidak didinginkan; kulit bule lebih cepat menjadi gelap dalam musim panas daripada
dalam musim dingin. Ini merupakan tiga contoh yang lazim dari perubahan kimia yang kompleks
dengan laju yang beraneka menurut kondisi reaksi.
Definisi Laju Reaksi
Laju reaksi rerata analog dengan kecepatan rerata mobil. Jika posisi rerata mobil dicatat pada dua
waktu yang berbeda, maka :
Dengan cara yang sama, laju reaksi rerata diperoleh dengan membagi perubahan konsentrasi reaktan
atau produk dengan interval waktu terjadinya reaksi :
Jika konsentrasi diukur dalam mol L-1 dan waktu dalam detik, maka laju reaksi mempunyai satuan mol
L-1s-1. Kita ambil contoh khusus. Dalam reaksi fasa gas
NO2 dan CO dikonsumsi pada saat pembentukan NO dan CO2. Jika sebuah kuar dapat mengukur
konsentrasi NO, laju reaksi rerata dapat diperkirakan dari nisbah perubahan konsentrasi NO, [NO]
terhadap interval waktu, t:
Jadi laju reaksi adalah besarnya perubahan konsentrasi reaktan atau produk dalam satu satuan waktu.
Perubahan laju konsentrasi setiap unsur dibagi dengan koefisiennya dalam persamaan yang
seimbang/stoikiometri. Laju perubahan reaktan muncul dengan tanda negatif dan laju perubahan
produk dengan tanda positif.
Untuk reaksi yang umum:
aA + bB cC + dD
Lajunya ialah
Hubungan ini benar selama tidak ada unsur antara atau jika konsentrasinya bergantung pada waktu di
sepanjang waktu reaksi.
Menentukan Laju Reaksi :
Perhatikan penguraian nitrogen dioksida, NO2 menjadi nitrogen oksida, NO dan oksigen, O2 : 2NO2
2NO + O2
a. Tulislah pernyataan untuk laju rata-rata berkurangnya konsentrasi NO 2 dan laju rata-rata
bertambahnya konsentrasi NO dan O2.
b. Jika laju rata-rata berkurangnya konsentrasi NO2 ditetapkan dan dijumpai sebesar 410-13mol L-1s-1,
berapakah laju rata-rata padanannya (dari) bertambahnya konsentrasi NO dan O 2
Jawaban :
a. Laju rata-rata berkurangnya konsentrasi NO2 dinyatakan sebagai :
b. Untuk tiap dua molekul NO2 yang bereaksi terbentuk dua molekul NO. Jadi berkurangnya
konsentrasi NO2 dan bertambahnya konsentrasi NO berlangsung dengan laju yang sama
Hukum Laju
Dalam membahas reaksi kesetimbangan kimia telah ditekankan bahwa reaksi ke kanan maupun ke kiri
dapat terjadi begitu produk terbentuk, produk ini dapat bereaksi kembali menghasilkan reaktan
semula.
Laju bersih ialah:
Laju bersih = laju ke kanan laju ke kiri
Dapat dikatakan, pengukuran konsentrasi memberikan laju bersih, bukannya sekedar laju ke kanan.
Bagaimanapun, sesaat sebelum reaksi yang dimulai dari reaktan murni, konsentrasi reaktan jauh lebih
tinggi dibandingkan produknya sehingga laju ke kiri dapat diabaikan. Selain itu, banyak reaksi
berlangsung sempurna (K>>1) sehingga laju yang terukur hanyalah reaksi ke kanan atau eksperimen
dapat diatur agar produknya dapat dialihkan jika terbentuk. Dalam subbab ini, persamaan diberikan
pada laju ke kanan saja.
1.
2.
3.
Katalis
Katalis adalah suatu zat yang mempercepat suatu laju reaksi, namun ia sendiri, secara kimiawi, tidak
berubah pada akhir reaksi. Ketika reaksi selesai, maka akan didapatkan kembali massa katalasis yang
sama seperti pada awal ditambahkan.
Katalis dapat dibagi berdasarkan dua tipe dasar, yaitu reaksi heterogen dan reaksi homogen. Didalam
reaksi heterogen, katalis berada dalam fase yang berbeda dengan reaktan. Sedangkan pada dalam
reaksi homogen, katalis berada dalam fase yang sama dengan reaktan.
Jika kita melihat suatu campuran dan dapat melihat suatu batas antara dua komponen, dua komponen
itu berada dalam fase yang berbeda. Campuran antara padat dan cair terdiri dari dua fase. Campuran
antara beberapa senyawa kimia dalam satu larutan terdiri hanya dari satu fase, karena kita tidak
dapat melihat batas antara senyawa-senyawa kimia tersebut.
Fase berbeda denga istilah keadaan fisik (padat, cair dan gas). Fase dapat juga meliputi padat, cair dan
gas, akan tetapi lebih sedikit luas. Fase juga dapat diterapkan dalam dua zat cair dimana keduanya
tidak saling melarutkan (contoh, minyak dan air).
Energi Aktivasi
Tumbukan-tumbukan akan menghasilkan reaksi jika partikel-partikel bertumbukan dengan energi yang
cukup untuk memulai suatu reaksi. Energi minimum yang diperlukan disebut dengan reaksi aktivasi
energi. Kita dapat menggambarkan keadaan dari energi aktivasi pada distribusi Maxwell-Boltzmann
seperti ini:
Koloid
Koloid adalah suatu campuran zat heterogen antara dua zat atau lebih di mana partikel-partikel zat yang berukuran
koloid tersebar merata dalam zat lain. Ukuran koloid berkisar antara 1-100 nm ( 10-7 10-5 cm ).
Contoh: Mayones dan cat, mayones adalah campuran homogen di air dan minyak dan cat adalah campuran
homogen zat padat dan zat cair.
Sistem koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan suspensi (campuran
kasar). Sistem koloid ini mempunyai sifat-sifat khas yang berbeda dari sifat larutan atau suspensi.
Keadaan koloid bukan ciri dari zat tertentu karena semua zat, baik padat, cair, maupun gas, dapat dibuat dalam
keadaan koloid.
Sistem koloid sangat berkaitan erat dengan hidup dan kehidupan kita sehari-hari. Cairan tubuh, seperti darah adalah
sistem koloid, bahan makanan seperti susu, keju, nasi, dan roti adalah sistem koloid. Cat, berbagai jenis obat, bahan
kosmetik, tanah pertanian juga merupakan sistem koloid.
Karena sistem koloid sangat berpengaruh bagi kehidupan sehari-hari, kita harus mempelajarinya lebih mendalam
agar kita dapat menggunakannya dengan benar dan dapat bermanfaat untuk diri kita.
Koloid adalah suatu sistem campuran metastabil (seolah-olah stabil, tapi akan memisah setelah waktu tertentu).
Koloid berbeda dengan larutan; larutan bersifat stabil.
Di dalam larutan koloid secara umum, ada 2 zat sebagai berikut :
- Zat terdispersi, yakni zat yang terlarut di dalam larutan koloid
- Zat pendispersi, yakni zat pelarut di dalam larutan koloid
Berdasarkan fase terdispersi maupun fase pendispersi suatu koloid dibagi sebagai berikut :
Fase Terdispersi
Pendispersi
Nama koloid
Contoh
Gas
Gas
Gas
Cair
Busa
Gas
Padat
Busa padat
Cair
Gas
Aerosol cair
Cair
Cair
Emulsi
Cair
Padat
Gel
Mentega, agar-agar
Padat
Gas
Aerosol padat
Padat
Cair
Sol
Cat, tinta
Padat
Padat
Sol Padat
Sifat Koloid
a. Efek Tyndall
Efek Tyndall adalah penghamburan cahaya oleh larutan koloid, peristiwa di mana jalannya sinar dalam koloid dapat
terlihat karena partikel koloid dapat menghamburkan sinar ke segala jurusan.
Contoh: sinar matahari yang dihamburkan partikel koloid di angkasa, hingga langit berwarna biru pada siang hari dan
jingga pada sore hari ; debu dalam ruangan akan terlihat jika ada sinar masuk melalui celah.
b. Gerak Brown
Gerak Brown adalah gerak partikel koloid dalam medium pendispersi secara terus menerus, karena adanya
tumbukan antara partikel zat terdispersi dan zat pendispersi. Karena gerak aktif yang terus menerus ini, partikel
koloid tidak memisah jika didiamkan.
c. Adsorbsi Koloid
Adsorbsi Koloid adalah penyerapan zat atau ion pada permukaan koloid. Sifat adsorbsi digunakan dalam proses:
1. Pemutihan gula tebu.
2. Norit.
3. Penjernihan air.
Contoh: koloid antara obat diare dan cairan dalam usus yang akan menyerap kuman penyebab diare.
+
Koloid Fe(OH)3 akan mengadsorbsi ion H sehingga menjadi bermuatan +. Adanya muatan senama maka koloid
Fe(OH), akan tolak-menolak sesamanya sehingga partikel-partikel koloid tidak akan saling menggerombol.
Koloid As2S3 akan mengadsorbsi ion OH dalam larutan sehingga akan bermuatan dan tolak-menolak dengan
sesamanya, maka koloid As2S3 tidak akan menggerombol.
d. Muatan Koloid dan Elektroforesis
Muatan Koloid ditentukan oleh muatan ion yang terserap permukaan koloid. Elektroforesis adalah gerakan partikel
koloid karena pengaruh medan listrik.
Karena partikel koloid mempunyai muatan maka dapat bergerak dalam medan listrik. Jika ke dalam koloid
dimasukkan arus searah melalui elektroda, maka koloid bermuatan positif akan bergerak menuju elektroda negatif
dan sesampai di elektroda negatif akan terjadi penetralan muatan dan koloid akan menggumpal (koagulasi).
Contoh: cerobong pabrik yang dipasangi lempeng logam yang bermuatan listrik dengan tujuan untuk
menggumpalkan debunya.
e. Koagulasi Koloid
Koagulasi koloid adalah penggumpalan koloid karena elektrolit yang muatannya berlawanan.
Contoh: kotoran pada air yang digumpalkan oleh tawas sehingga air menjadi jernih.
Faktor-faktor yang menyebabkan koagulasi:
Perubahan suhu.
Pengadukan.
Penambahan ion dengan muatan besar (contoh: tawas).
Pencampuran koloid positif dan koloid negatif.
Koloid akan mengalami koagulasi dengan cara:
1. Mekanik
Cara mekanik dilakukan dengan pemanasan, pendinginan atau pengadukan cepat.
2. Kimia
Dengan penambahan elektrolit (asam, basa, atau garam).
Contoh: susu + sirup masam > menggumpal
Lumpur + tawas > menggumpal
Dengan mencampurkan 2 macam koloid dengan muatan yang berlawanan.
Contoh: Fe(OH)3 yang bermuatan positif akan menggumpal jika dicampur As2S3 yang bermuatan negatif.
f. Koloid Liofil dan Koloid Liofob
- Koloid Liofil
Koloid Liofil adalah koloid yang mengadsorbsi cairan, sehingga terbentuk selubung di sekeliling koloid. Contoh: agaragar.
- Koloid Liofob
Koloid Liofob adalah kolid yang tidak mengadsorbsi cairan. Agar muatan koloid stabil, cairan pendispersi harus bebas
dari elektrolit dengan cara dialisis, yakni pemurnian medium pendispersi dari elektrolit.
g. Emulasi
Emulasi adalah kolid cairan dalam medium cair. Agar larutan kolid stabil, ke dalam koloid biasanya ditambahkan
emulsifier, yaitu zat penyetabil agar koloid stabil.
Contoh: susu merupakan emulsi lemak di dalam air dengan kasein sebagai emulsifier.
h. Kestabilan Koloid
a. Banyak koloid yang harus dipertahankan dalam bentuk koloid untuk penggunaannya.
Contoh: es krim, tinta, cat.
Untuk itu digunakan koloid lain yang dapat membentuk lapisan di sekeliling koloid tersebut. Koloid lain ini disebut
koloid pelindung.
Contoh: gelatin pada sol Fe(OH)3.
b. Untuk koloid yang berupa emulsi dapat digunakan emulgator yaitu zat yang dapat tertarik pada kedua cairan yang
membentuk emulsi Contoh: sabun deterjen sebagai emulgator dari emulsi minyak dan air.
i. Pemurnian Koloid
Untuk memurnikan koloid yaitu menghilangkan ion-ion yang mengganggu kestabilan koloid, dapat dilakukan cara
dialisis. Koloid yang akan dimurnikan dimasukkan ke kantong yang terbuat dari selaput semipermeabel yaitu selaput
yang hanya dapat dilewati partikel ion saja dan tidak dapat dilewati molekul koloid.
Contoh: kertas perkamen, selopan atau kolodion.
Kantong koloid dimasukkan ke dalam bejana yang berisi air mengalir, maka ion-ion dalam koloid akan keluar dari
kantong dan keluar dari bejana dan koloid tertinggal dalam kantong. Proses dialisis akan di percepat jika di dalam
bejana diberikan arus listrik yang disebut elektro dialisis.
Proses pemisahan kotoran hasil metabolisme dari darah oleh ginjal termasuk proses dialisis. Maka apabila
seseorang menderita gagal ginjal, orang tersebut harus menjalani cuci darah dengan mesin dialisator di rumah
sakit. Koloid juga dapat dimurnikan dengan penyaring ultra.
Hidrofob
Hidrofil
a.
b.
Tidak reversible, apabila mengalami koagulasi sukar Reversibel, bila mengalami koagulasi akan dapat
menjadi sol lagi
membentuk sol lagi jika ditambah lagi medium
pendispersinya
c.
d.
Kekentalannya rendah
Kekentalannya tinggi
e.
f.
g.
h.
i.
Senyawa aromatis
a. senyawa aromatik
senyawa aromatik adalah senyawa hidrokarbon dengan ikatan tunggal dan ikatan rangkap
diantara atom-atom karbonnya. kongfigurasi 6 atom karbon pada senyawa ini di kenal dengan
cincin benzene.
Sifat-sifat senyawa aromatik
1.sifat fisik
zat cair tidak berwarna
memiliki bau yang khas
mudah menguap
benzene digunakan sebagai pelarut
tidak larut dalam pelarut polar seperti air tetapi larut dalam senyawa yang kurang polar
seperti eter dan tetraklorometana.
larut dalam berbagai pelarut organik
benzena dapat membentuk campuran azeotrop dengan air
densitas : 0,88
2. sifat kimia
bersifat toksik karsinogenik ( hati-hati menggunakan benzena sebagai pelarut hanya
gunakan jika tidak ada alternatif lain misalnya toluena .
merupakan senyawa nonpolar
tidak begitu reaktif tetapi mudah terbakar dengan menghasilkan banyak jelaga
Struktur Benzena
Ikatan rangkap pada benzena berbeda dengan ikatan rangkap pada alkena. Ikatan rangkap
pada alkena dapat mengalami reaksi adisi, sedangkan ikatan rangkap pada benzena tidak dapat diadisi,
tetapi benzena dapat bereaksi secara substitusi. Contoh:
Reaksi adisi
Reaksi substitusi
Menurut Friedrich August Kekule, keenam atom karbon pada benzena tersusun secara siklik
membentuk segienam beraturan dengan sudut ikatan masing-masing 120. Ikatan antaratom karbon
adalah ikatan rangkap dua dan tunggal bergantian (terkonjugasi).
Analisis sinar-X terhadap struktur benzena menunjukkan bahwa panjang ikatan antaratom
karbon dalam benzena sama, yaitu 0,139 nm. Adapun panjang ikatan rangkap dua C=C adalah 0,134 nm
dan panjang ikatan tunggal CC adalah 0,154 nm. Jadi, ikatan karbon-karbon pada molekul benzena
berada di antara ikatan rangkap dua dan ikatan tunggal. Hal ini menggugurkan struktur dari Kekule..
c.Tata nama senyawa aromatik heterosiklik
Karena banyak di dapati tersebar di alam, maka umumnya senyawa heterosiklik aromatik lebih menarik
perhatian para ahli kimia daripada senyawa polisiklik yang hanya mengandung atom-atom karbon dalam
cincin-cincinnya. Seperti senyawa aromatik polisiklik. Sistem cincin senyawa heterosiklik aromatik juga
mempunyai tata nama tersendiri. Berbeda dengan senyawa lainnya, penomoran pada cincin hetrosiklik
ditetapkan berdasarkan perjanjian dan tidak berubah bagaimanapun subtituannya.
d.Alkaloid dan asam nukleat
1.Alkaloid
Nama alkaloid banyak ditemukan pada tumbuhan yang mengandung atom nitrogen basa. Dan dapat
diekstrak dari dalam bahan tumbuhan dengan asam encer. Senyawa ini disebut dengan alkaloid yang
artinya mirip alkali setelah mengalami proses ekstraksi maka alkaloid bebas dapat diperoleh dengan
pengolahan lanjutan dengan basa dalam air.
Berdasarakan strukturnya, alkaloid mempunyai struktur yang beragam dari yang sederhan sampai yang
rumit. Salah satu contoh yang sederhana yaitu nikotina.
Meskipun struktur nikotina dalam dosis tinggi bersifat toksin sedangkan dalam dosis rendah nikotina
Reaksi redoks
enyawa aromatik terdiri dari kelas hidrokarbon yang mencakup enam anggota dan
memiliki cincin karbon tak jenuh di mana elektron valensi ikatan pi terdelokalisasi
atau terkonjugasi.
Senyawa ini bersifat stabil dan melimpah baik dalam bentuk alami maupun
sintetisnya. Nama aromatik diambil berdasarkan pada aroma kuat yang
dihasilkannya.
Senyawa aromatik paling sederhana adalah benzena (C6H6), senyawa bersifat
karsinogen yang mudah terbakar, namun merupakan bahan kimia industri penting.
Berlian dan grafit, sementara tidak dianggap senyawa aromatik, menunjukkan
pembagian elektron terdelokalisasi pada jarak atom yang sangat panjang.
Ikatan kovalen karbon, dasar dari kimia organik, berbagi dua elektron antara dua
atom karbon yang berdekatan sebagai ikatan tunggal atau empat elektron antara
dua karbon dalam ikatan ganda.
Sebuah sistem terkonjugasi memiliki serangkaian ikatan tunggal dan ganda yang
dapat diwakili oleh dua atau lebih struktur Lewis.
Konjugasi atau resonansi terjadi ketika terdapat orbital-p atau orbital-d pada
senyawa dengan berat molekul lebih besar.
Konjugasi dapat terjadi pada konfigurasi linear, bercabang, atau siklik antara ikatan
atom karbon, oksigen, atau nitrogen.
Aromatisitas terjadi ketika elektron dalam rantai karbon bahkan lebih terdelokalisasi
dengan membentuk cincin enam karbon yang setara dengan tiga dari masingmasing ikatan tunggal dan ganda.
Di dalam bidang kimia organik, struktur dari beberapa rangkaian atom berbentuk cincin kadangkadang memiliki stabilitas lebih besar dari yang diduga. Aromatisitas adalah sebuah sifat kimia di
mana sebuah cincin terkonjugasi yang ikatannya terdiri dariikatan tidak jenuh, pasangan tunggal,
atau orbit kosong menunjukan stabilitas yang lebih kuat dibandingkan stabilitas sebuah sistem yang
hanya terdiri dari konjugasi. Aromatisitas juga bisa dianggap sebagai manifestasi dari delokalisasi
siklik dan resonansi.[1][2][3]
Hal ini biasanya dianggap terjadi karena elektron-elektron bisa berputar di dalam bentuk susunan
lingkaran atom-atom, yang bergantian antara ikatan kovalen tunggal dan ganda. Ikatan-ikatan ini
bisa dipandang sebagai ikatan hibrida (campuran) antara ikatan tunggal dan ikatan ganda, setiap
ikatan-ikatan ini adalah sama (identis) dengan ikatan yang lainnya. Model cincin aromatis yang
umum dipakai, yaitu sebuah cincin benzena (cyclohexatriena) adalah terbentuk dari cincin
beranggota enam karbon yang bergantian, pertama kali dikembangkan oleh Kekul.
Model benzena ini terdiri dari dua bentuk resonansi, yang menggambarkan ikatan covalen tunggal
dan ganda yang bergantian posisi. Benzena adalah sebuah molekul yang lebih stabil dibandingkan
yang diduga tanpa memperhitungkan delokalisasi muatan.
Reaksi redoks
Reaksi redoks adalah reaksi kimia yang disertai perubahan bilangan oksidasi atau reaksi yang di dalamnya
terdapat serah terima elektron anatar zat. Reaksi redoks sederhana dapat disetarakan dengan mudah tanpa
metode khusus, seperti yang telah dijelaskan di kelas X. akan tetapi untuk reaksi yang cukup kompleks, ada
dua metode yang dapat digunakan untuk meyetarakannnya, yaitu:
1. Metode bilangan oksidasi, yang digunakan untuk reaksi yang berlangsung tanpa atau dalam air, dan
memiliki persamaan reaksi lengkap (bukan ionik).
2. Metode setengah reaksi (metode ion elektron), yang digunakan untuk reaksi yang berlangsung dalam air
dan memiliki persamaan ionik.
Meyetarakan persamaan Reaksi Redoks
1. Metode bilangan oksidasi
Prinsip dasar metode ini adalah jumlah kenaikan bilangan oksidasi dari reduktor (zat yang teroksidasi) sama
dengan jumlah penurunan bilangan reduksi dari oksidator (zat yang tereduksi). Untuk menyetarakan
persamaan redoks dengan metode ini, harus ditempuh langkah-langkah sebagai berikut:
1. Tulislah bilangan oksidasi setiap unsur untuk mengetahui unsur mana yang mengalami perubahan bilangan
oksidasi.
2. Setarakan jumlah unsur yang mengalami perubahan bilangan oksidasi antara ruas kiri dengan ruas kanan
dengan menambah koefisien yang tepat.
3. Tentukan jumlah berkurang dan bertambahnya bilangan oksidasi.
4. Setarakan jumlah perubahan jumlah bertambah dan berkurangnya bilangan oksidasi tersebut dengan
memberi koefisien yang sesuai.
5. Setarakan unsur-unsur yang lainnya dalam urutan kation, anion, hidrogen, dan terakhir oksigen (KAHO).
Langkah 4, setarakan oksigen (O) dengan menambahkan H2O ke ruas yang kekurangan O
Reduksi: Au Au2+
Oksidasi: O2 OH- + H2O
Langkah 5, setarakan hidrogen (H) dengan menambahkan H+ ke ruas yang kekurangan atom H
Reduksi: Au Au2+
Oksidasi: 3H++O2 OH- + H2O
Langkah 6, setarakan muatan dengan menambahkan elektron (e-) ke ruas yang muatannya lebih positif.
Pada reaksi reduksi, muatan ruas kiri = 0
Muatan ruas kanan = 1 x (muatan Au2+) =1 x (2+) = 2+
Jadi, muatan ruas kiri (0) dan ruas kanan (2+) dapat disetarakan dengan penambahan 2 e- di ruas kanan.
Pada reaksi oksidasi, muatan ruas kiri = 3 x (muatan H+) =3 x (1+) = 3+
Muatan ruas kanan = 1x (muatan OH-) = 1x (1-) = 1Jadi, muatan ruas kiri (3+) dan ruas kanan (1-) dapat disetarakan dengan penambahan 4 e- di ruas kiri.
Reduksi: Au Au2+ + 2eOksidasi: 4e- +3H++O2 OH- + H2O
Langkah 7, Samakan jumlah elektron pada reaksi reduksi dan oksidasi dengan perkalian silang atau jika
jumlah elektron pada reaksi reduksi dan oksidasi adalah kelipatan, maka gunakan faktor terkecil. Lalu,
jumlahkan kedua setengah reaksi tersebut.
Reduksi: Au Au2+ + 2e- (x2) 2Au 2Au2+ + 4eOksidasi: 4e- + 3H+ +O2 OH- + H2O (x1) 4e- + 3H+ +O2 OH- + H2O +
Reaksi redoks:2Au +3H+ +O2 2Au2+ +OH-+H2O
Langkah 8, Menambahkan OH- di ruas kiri dan kanan. Jumlah OH- harus sama dengan jumlah H+ yang ada.
OH- dan H+ membentuk H2O.
Reaksi redoks: 3OH- + 2Au + 3H+ + O2 2Au2+ + OH-+ H2O + 3OHReaksi redoks: 3H2O + 2Au + O2 2Au2+ + H2O + 4OHLangkah 9, Periksa apakah ada spesi yang sama di ruas kiri dan kanan. Jika ada,kurangi jumlah spesi yang
lebih besar dengan yang lebih kecil.
Reaksi redoks: 3H2O + 2Au + O2 2Au2+ + H2O + 4OH- (tidak ada)
Jadi, persamaan yang diperoleh adalah
3H2O + 2Au + O2 2Au2+ + H2O + 4OH-
Titrasi
Titrasi merupakan metode analisis kimia secara kuantitatif yang biasa digunakan
dalam laboratorium untuk menentukan konsentrasi darireaktan. Karena pengukuran volum
memainkan peranan penting dalam titrasi, maka teknik ini juga dikenali dengan analisis volumetrik.
Analisis titrimetri merupakan satu dari bagian utama dari kimia analitik dan perhitungannya
berdasarkan hubungan stoikhiometri dari reaksi-reaksi kimia. Analisis cara titrimetri berdasarkan
reaksi kimia seperti: aA + tT hasil dengan keterangan: (a) molekul analit A bereaksi dengan (t)
molekul pereaksi T. Pereaksi T, disebut titran, ditambahkan secara sedikit-sedikit, biasanya dari
sebuah buret, dalam bentuk larutan dengan konsentrasi yang diketahui. Larutan yang disebut
belakangan disebut larutan standar dan konsentrasinya ditentukan dengan suatu proses
standardisasi. Penambahan titran dilanjutkan hingga sejumlah T yang ekivalen dengan A telah
ditambahkan. Maka dikatakan baha titik ekivalen titran telah tercapai. Agar mengetahui bila
penambahan titran berhenti, kimiawan dapat menggunakan sebuah zat kimia, yang disebut
indikator, yang bertanggap terhadap adanya titran berlebih dengan perubahan warna. Indikator
asam basa terbuat dari asam atau basa organik lemah, yang mempunyai warna berbeda ketika
dalam keadaan terdisosiasi maupun tidak. Perubahan warna ini dapat atau tidak dapat trejadi tepat
pada titik ekivalen. Titik titrasi pada saat indikator berubah warna disebut titik akhir. Tentunya
merupakan suatu harapan, bahwa titik akhir ada sedekat mungkin dengan titik ekivalen. Memilih
indikator untuk membuat kedua titik berimpitan (atau mengadakan koreksi untuk selisih keduanya)
merupakan salah satu aspek penting dari analisis titrimetri. Istilah titrasi menyangkut proses ntuk
mengukur volum titran yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalen. Selama bertahun-tahun istilah
analisis volumetrik sering digunakan daripada titrimetrik. Akan tetapi dilihat dari segi yang ketat,
istilah titrimetrik lebih baik, karena pengukuran-pengukuran volum tidak perlu dibatasi oleh titrasi.
Pada analisis tertentu misalnya, orang dapat mengukur volum gas.
Sebuah reagen yang disebut sebagai peniter[1], yang diketahui konsentrasi (larutan standar) dan
volumnya digunakan untuk mereaksikan larutan yang dititer[2] yang konsentrasinya tidak diketahui.
Dengan menggunakan buret terkalibrasi untuk menambahkan peniter, sangat mungkin untuk
menentukan jumlah pasti larutan yang dibutuhkan untuk mencapai titik akhir. Titik akhir adalah titik di
mana titrasi selesai, yang ditentukan dengan indikator. Idealnya indikator akan berubah warna pada
saat titik ekivalensidi mana volum dari peniter yang ditambahkan dengan mol tertentu sama
dengan nilai dari mol larutan yang dititer. Dalam titrasi asam-basa kuat, titik akhir dari titrasi adalah
titik pada saat pH reaktan hampir mencapai 7, dan biasanya ketika larutan berubah warna
menjadi merah muda karena adanya indikator pH fenolftalein. Selain titrasi asam-basa, terdapat
pula jenis titrasi lainnya.
Banyak metode yang dapat digunakan untuk mengindikasikan titik akhir dalam reaksi; titrasi
biasanya menggunakan indikator visual (larutan reaktan yang berubah warna). Dalam titrasi asambasa sederhana, indikator pH dapat digunakan, sebagai contoh adalah fenolftalein, di mana
fenolftalein akan berubah warna menjadi merah muda ketika larutan mencapai pH sekitar 8.2 atau
melewatinya. Contoh lainnya dari indikator pH yang dapat digunakan adalah metil jingga, yang
berubah warna menjadi merah dalam asam serta menjadi kuning dalam larutan alkali.
Tidak semua titrasi membutuhkan indikator. Dalam beberapa kasus, baik reaktan
maupun produk telah memiliki warna yang kontras dan dapat digunakan sebagai "indikator".
Sebagai contoh, titrasi redoks menggunakan potasium permanganat (merah muda/ungu) sebagai
peniter tidak membutuhkan indikator. Ketika peniter dikurangi, larutan akan menjadi tidak berwarna.
Setelah mencapai titik ekivalensi, terdapat sisa peniter yang berlebih dalam larutan. Titik ekivalensi
diidentifikasikan pada saat munculnya warna merah muda yang pertama (akibat kelebihan
permanganat) dalam larutan yang sedang dititer.
Akibat adanya sifat logaritma dalam kurva pH, membuat transisi warna yang sangat tajam;
sehingga, satu tetes peniter pada saat hampir mencapai titik akhir dapat mengubah nilai pH secara
signifikansehingga terjadilah perubahan warna dalam indikator secara langsung. Terdapat sedikit
perbedaan antara perubahan warna indikator dan titik ekivalensi yang sebenarnya dalam titrasi.
Kesalahan ini diacu sebagai kesalahan indikator, dan besar kesalahannya tidak dapat ditentukan.
Baku sekunder
Titrasi netralisasi dapat berlangsung antara asam kuat dengan basa kuat; asam/basa lemah dengan basa/asam kuat
seperti:
NH4OH + H3O+ NH4+ + 2H2O
CH3COOH + OH CH3COO + H2O
Kedua contoh terakhir di atas menggambarkan titrasi garam monofungsional. Garam-garam tersebut dalam air
mengalami hidrolisis menghasilkan larutan yang bersifat asam atau basa. Apakah garam-garam ini dititrasi dengan
asam atau basa bergantung pada nilai Ka dan Kb. Bila nilai Ka>Kb (larutan lebih bersifat asam), maka garam
tersebut dapat dititrasi dengan basa, bila sebaliknya (Ka<Kb), garam tersebut dapat dititrasi dengan asam. Titik
ekivalen dicapai pada pH larutan CH3COOH atau NH4OH.
Asam-asam poliprotik/polifungsional (H3PO4, H3AsO4) bila dititrasi dengan basa kuat dapat mempunyai titik ekivalen
lebih dari satu.
H3PO4 + NaOH > NaH2PO4 + H2O
NaH2PO4 + NaOH > Na2HPO4 + H2O
(Titik Ekivalen I)
(Titik Ekivalen II)
Titik ekivalen pertama ditentukan oleh pH larutan NaH2PO4/NaH2AsO4 dan titik ekivalen kedua oleh pH larutan
Na2HPO4/Na2HAsO4. Garam-garam tersebut karena dapat terhidrolisis menjadi asam dan basa maka untuk:
Titik Ekivalen pertama
: [H3O+] = K1K2
: [H3O+] = K2K3
Untuk garam-garam amfoter seperti NaHCO3, NaH2PO4, Na2HPO4 sifat larutannya ditentukan oleh nilai Ka dan Kb.
Besarnya nilai Ka dan Kb menentukan apakah garam-garam tersebut sebaiknya dititrasi dengan asam atau basa.
Bila nilai Ka>Kb maka sebaiknya garam tersebut dititrasi dengan basa kuat atau sebaliknya dengan asam kuat.
Seperti halnya asam-asam polifungsional, titrasi garam-garam seperti Na2CO3 dan Na3PO4 mempunyai titik ekivalen
lebih dari satu. Garam tersebut dalam larutan bersifat basa sehingga dapat dititrasi dengan asam. Contoh:
CO32 + H3O+ HCO3 + H2O
HCO3 + H3O+ H2CO3 + H2O
Titik ekivalen pertama ditentukan oleh pH larutan NaHCO3 dan titik ekivalen kedua oleh pH larutan H2CO3
Titik akhir titrasi ditentukan dengan memilih indikator yang warnanya berubah sekitar titik ekivalen. Misalnya pada
titrasi larutan garam Na2CO3 dengan larutan HCl, titik ekivalen pertama terjadi pada [H3O+] = K1K2 nilai pH sekitar
8,35. Jadi indikator yang dapat digunakan adalah fenolftalein (8,1 10) yang berubah dari merah menjadi tidak
berwarna. Pada titik ekivalen kedua, [H3O+] = Ka1 nilai pH = 3,17; dan indikator yang sesuai adalah jingga metil.
Dengan indikator ini perubahan warna yang diamati kurang tajam. Untuk memperbaiki pengamatan pada titik
ekivalen ini, larutan dapat dididihkan terlebih dahulu, sehingga gas CO2 keluar dan sifat larutan ditentukan oleh
garam NaCl yang tertinggal. Kelebihan asam dititrasi dengan larutan baku basa, dengan demikian dapat digunakan
indikator metil jingga.
Pada pemilihan indikator harus diperhitungkan pula zat apa yang digunakan sebagai titran (yang diisikan dalam
buret). Misalnya pada titrasi larutan HCl dengan larutan NaOH. Jika larutan HCl dipakai sebagai titran, larutan analit
bersifat basa, maka indikator fenolftalein yang ditambahkan pada analit berwarna merah. Hilangnya warna merah
indikator terjadi pada pH 8,1; sedangkan titik ekivalen titrasi terdapat pada pH 7,0. Jadi hilangnya warna merah
terjadi sebelum titik ekivalen tercapai. Karena itu sebaiknya dipakai indikator dengan trayek perubahan warna pada
sebelum atau sekitar pH 7,0.
Stoikiometri
RANGKUMAN MATERI STOIKIOMETRI
23 Januari 2015 by krisnadwi
in
Materi Pelajaran.
43 Votes
S + O 2 SO 2
2 gr 32 gr 64 gr
b. Hukum Perbandingan Tetap (Hukum Proust)
Perbandingan massa unsur dalam tiap senyawa adalah tetap
Contoh:
H 2 O massa H : massa O = 2 : 16 = 1 : 8
c. Hukum Perbandingan Berganda (Hukum Dalton)
Jika dua unsur dapat membentuk dua senyawa atau lebih, dan massa salah satu unsur sama,
perbandingan massa unsur kedua berbanding sebagai bilangan bulat dan sederhana.
Contoh:
Unsur N dan O dapat membentuk senyawa NO dan NO 2
Dalam senyawa NO, massa N = massa O = 14 : 16
Dalam senyawa NO 2 , massa N = massa O = 14 : 32
Perbandingan massa N pada NO dan NO 2 sama maka
perbandingan massa O = 16 : 32 = 1 : 2
d. Hukum Gas Ideal
Untuk gas ideal atau suatu gas yang dianggap ideal berlaku rumus :
PV = n RT
Keterangan:
P = tekanan (atmosfir)
V = volume (liter)
n = mol = gram/Mr
R = tetapan gas (lt.atm/mol.K)
T = suhu (Kelvin)
Dari rumus tersebut dapat diperoleh :
mol = gram / Ar
gram = mol x Ar
Untuk senyawa :
mol = gram/Mr
gram = mol x Mr
Hubungan mol, jumlah partikel dan hubungan gas dapat digambarkan dalam bentuk
diagram sebagai berikut :
43 Votes
in
Materi Pelajaran.
Keterangan:
P = tekanan (atmosfir)
V = volume (liter)
n = mol = gram/Mr
R = tetapan gas (lt.atm/mol.K)
T = suhu (Kelvin)
Dari rumus tersebut dapat diperoleh :
mol = gram / Ar
gram = mol x Ar
Untuk senyawa :
mol = gram/Mr
gram = mol x Mr
Hubungan mol, jumlah partikel dan hubungan gas dapat digambarkan dalam bentuk
diagram sebagai berikut :
Karena zat padat tidak mempunyai molaritas, maka tetapan kesetimbangan reaksi di atas hanya
melibatkan ion-ionnya saja, dan tetapan kesetimbangannya disebut tetapan hasil kali kelarutan(Ksp)
(James E. Brady, 1990).
Contoh:
Tuliskan rumus tetapan hasil kali kelarutan untuk senyawa Mg(OH) 2!
Jawab:
Mg(OH)2 dalam larutan akan terurai menjadi ion-ionnya,
Contoh:
Pada suhu tertentu, kelarutan AgIO3 adalah 2 106 mol/L, tentukan harga tetapan hasil kali
kelarutannya!
Jawab:
Apa yang terjadi jika ke dalam larutan jenuh tersebut ditambahkan larutan AgNO 3 atau larutan K2CrO4?
Penambahan larutan AgNO3 atau K2CrO4 akan memperbesar konsentrasi ion Ag+ atau ion CrO42 dalam
larutan.
Sesuai asas Le Chatelier tentang pergeseran kesetimbangan, penambahan konsentrasi ion Ag + atau
ion CrO42 akan menggeser kesetimbangan ke kiri. Akibatnya jumlah Ag 2CrO4 yang larut menjadi
berkurang. Jadi dapat disimpulkan bahwa ion senama memperkecil kelarutan (Keenan, 1992).
Contoh
Kelarutan Ag2CrO4 dalam air adalah 104 M. Hitunglah kelarutan Ag2CrO4 dalam larutan K2CrO40,01 M!
Jawab:
Harga pH sering digunakan untuk menghitung Ksp suatu basa yang sukar larut. Sebaliknya,
hargaKsp suatu basa dapat digunakan untuk menentukan pH larutan (James E. Brady, 1990).
Contoh:
Jika larutan MgCl2 0,3 M ditetesi larutan NaOH, pada pH berapakah endapan Mg(OH)2 mulai terbentuk?
(Ksp Mg(OH)2 = 3 1011)
Jawab:
Jika [M+] [A] < Ksp, maka larutan belum jenuh (tidak terjadi endapan)
Jika [M+] [A] = Ksp, maka larutan tepat jenuh (tidak terjadi endapan)
Jika [M+] [A] > Ksp, maka larutan lewat jenuh (terjadi endapan)
Contoh:
Jika dalam suatu larutan terkandung Pb(NO 3)2 0,05 M dan HCl 0,05 M, dapatkah terjadi endapan PbCl2?
(Ksp PbCl2 = 6,25 105)
Jawab:
[Pb2+] = 0,05 M
[Cl] = 0,05 M
[Pb2+] [Cl]2 = 0,05 (0,05)2
= 1,25 104
Oleh karena [Pb2+][Cl]2 > Ksp PbCl2, maka PbCl2 dalam larutan itu akan mengendap.
Share this:
Kimia Study Center - Contoh soal dan pembahasan tentang kelarutan dan hasil kali kelarutan
Ksp (tetapan), pengaruh ion sejenis dan pengendapan kimia SMA kelas 11 IPA. Ada tidaknya
endapan yang terjadi dapat diperkirakan dengan perhitungan ksp. Juga dibahas tentang
penentuah ksp larutan jika diketahui konsentrasi ion H+ atau ion OH- dalam larutan.
Soal No. 1
Diketahui:
Kelarutan PbSO4 dalam air pada suhu tertentu adalah 1,4 104 mol/L. Tentukan massa
PbSO4 yang dapat larut dalam 500 mL air, nyatakan jawaban dalam satuan milligram (mg).
(Ar Pb = 206; S = 32; O = 14)
Pembahasan
Data
V = 500 mL = 0,5 L
s = 1,4 104 mol/L
Hubungan kelarutan, volume dan jumlah mol dan massa (gram)adalah
dimana
s = kelarutan (mol/L)
v = volume (L)
n = jumlah mol
Sehingga jumlah mol PbSO4
Soal No. 2
Sebanyak 0,7 gram BaF2 (Mr = 175) melarut dalam air murni membentuk 2 L larutan jenuh.
tentukan Ksp dari BaF2.
Pembahasan
Jumlah mol dari BaF2 adalah:
n = 0,7 / 175 = 4 103 mol
Kelarutannya adalah
S = 4 103 mol / 2 L = 2 103 mol/L
BaF2
2 103
Ba2+
2 103
2F
4 103
Soal No. 4
Dalam 100 cm3 air dapat larut 1,16 mg Mg(OH)2 (Mr = 58). Harga Ksp dari Mg(OH)2 adalah....
A. 16,0 1012
B. 3,2 1011
C. 8,0 1010
D. 4,0 1010
E. 8,0 108
Ebtanas 2001
Pembahasan
Data:
V = 100 cm3 = 0,1 L
massa = 1,16 mg = 1,16 103 gram
Mr = 58
Ksp = ....
Soal No. 7
Tentukan hubungan antara kelarutan dengan hasil kali kelarutan untuk senyawa Ag 2CrO4
Pembahasan
Misalkan kelarutan Ag2CrO4 adalah s
Soal No. 8
Kelarutan Mg(OH)2 dalam NaOH 0,1 M dengan Ksp Mg(OH)2 = 1,81011 mol3 L3 adalah ...
A. 1,81013 mol/L
B. 1,81010 mol/L
C. 4,51010 mol/L
D. 1,8109 mol/L
E. 6,7106 mol/L
(un 08)
Pembahasan
NaOH dengan molaritas ion-ionnya:
Soal No. 9
Larutan jenuh X(OH)2 memiliki pOH = 5. Tentukan hasil kali kelarutan (Ksp) dari
X(OH)2 tersebut!
Pembahasan
pOH = 5 artinya konsentrasi OH nya diketahui sebesar 105 M.
Dari
X(OH)2 X2+ + 2OH
[OH] = 105 M
[X2+] = 1/2 x 105 M = 5 x 106 M
Ksp = [X2+] [OH]2
Ksp = [5 x 106] [105]2 = 5 x 1016
Soal No. 10
50 mL larutan CaCl2 0,1 M dicampur dengan 50 mL larutan larutan NaOH 0,01 M. Tentukan
apakah terjadi endapan jika diketahui Ksp Ca(OH)2 adalah 8 x 106
Pembahasan
Jika terjadi endapan maka endapan yang terjadi adalah Ca(OH) 2. Karena itu tentukan dulu
konsentrasi Ca2+ dan OH dalam campuran.
Untuk Ca2+
Untuk OH nya
Karena nilai Qsp < nilai Ksp, maka tidak terjadi endapan. Endapan akan terjadi jika Qsp > Ksp.
Soal No. 11
Berikut ini beberapa garam dan Ksp nya:
(1) Cu(OH)2, Ksp = 2,6 1019
(2) Fe(OH)2, Ksp = 8,0 1016
(3) Pb(OH)2, Ksp = 1,4 1020; dan
(4) Mg(OH)2, Ksp = 1,8 1011
Urutan kelarutan senyawa tersebut dari yang kecil ke besar adalah...
A. (1), (2), (3), (4)
B. (2), (4), (1), (3)
C. (3), (1), (2), (4)
D. (3), (2), (4), (1)
E. (4), (2), (1), (3)
(UN 2012)
Pembahasan
Keempat garam memiliki pola yang sama yaitu L(OH)2 sehingga akan memiliki pola rumus
kelarutan yang sama pula, hingga tinggal diurutkan dari yang nilai Ksp nya paling kecil yaitu:
3, 1, 2 dan 4. Jika pola garam beda, hitung satu-satu.
Soal no. 12
Sebanyak 200 mL larutan AgNO3 0,02 M, masing-masing dimasukkan ke dalam 5 wadah yang
berisi 5 jenis larutan yang mengandung ion S2-, PO43-, CrO42-, Br-, SO42- dengan volume dan
molaritas yang sama. Jika harga Ksp
Ag2 S = 2 10-49;
Ag3 PO4 = 1 10-20;
Ag2 CrO4 = 6 10-5;
AgBr = 5 10-13;
Ag2 SO4 = 3 10-5.
Maka garam yang akan terlarut dalam air adalah
A. Ag2S dan Ag3PO4
B. Ag2S dan AgBr
C. Ag2CrO4 dan Ag2SO4
D. Ag3PO4dan AgBr
Ikatan kimia
Ikatan kimia adalah sebuah proses fisika yang bertanggung jawab dalam interaksi gaya tarik
menarik antara dua atom atau molekul yang menyebabkan suatu
senyawa diatomikatau poliatomik menjadi stabil. Penjelasan mengenai gaya tarik menarik ini
sangatlah rumit dan dijelaskan oleh elektrodinamika kuantum. Dalam praktiknya, para kimiawan
biasanya bergantung pada teori kuantum atau penjelasan kualitatif yang kurang kaku (namun lebih
mudah untuk dijelaskan) dalam menjelaskan ikatan kimia. Secara umum, ikatan kimia yang kuat
diasosiasikan dengan transfer elektron antara dua atom yang berpartisipasi. Ikatan kimia
menjaga molekul-molekul, kristal, dan gas-gas diatomik untuk tetap bersama. Selain itu ikatan kimia
juga menentukan struktur suatu zat.
Kekuatan ikatan-ikatan kimia sangatlah bervariasi. Pada umumnya, ikatan kovalen dan ikatan
ion dianggap sebagai ikatan "kuat", sedangkan ikatan hidrogen dan ikatan van der Waals dianggap
sebagai ikatan "lemah". Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa ikatan "lemah" yang paling kuat
dapat lebih kuat daripada ikatan "kuat" yang paling lemah.
Contoh model titik Lewis yang menggambarkan ikatan kimia anatara karbon C, hidrogen H, danoksigen O.
Penggambaran titik lewis adalah salah satu dari usaha awal kimiawan dalam menjelaskan ikatan kimia dan
masih digunakan secara luas sampai sekarang.
Daftar isi
[sembunyikan]
1Tinjauan
2Sejarah
7.1Ikatan kovalen
7.3Ikatan ion
7.5Ikatan pisang
7.8Ikatan aromatik
7.9Ikatan logam
8Ikatan antarmolekul
o
8.2Ikatan hidrogen
8.4Interaksi kation-pi
10Lihat pula
11Referensi
12Pranala luar
Newtonmenggarisbesarkan teori ikatan atomnya pada "Query 31" buku Opticksnya dengan
mengatakan atom-atom disatukan satu sama lain oleh "gaya" tertentu.
Pada tahun 1819, setelah penemuan tumpukan volta, Jns Jakob Berzelius mengembangkan
sebuah teori kombinasi kimia yang menekankan sifat-sifat elektrogenativitas dan elektropositif dari
atom-atom yang bergabung. Pada pertengahan abad ke-19 Edward Frankland, F.A. Kekule, A.S.
Couper, A.M. Butlerov, dan Hermann Kolbe, beranjak padateori radikal, mengembangkan teori
valensi yang pada awalnya disebut "kekuatan penggabung". Teori ini mengatakan sebuah senyawa
tergabung berdasarkan atraksi kutub positif dan kutub negatif. Pada tahun 1916, kimiawan Gilbert N.
Lewis mengembangkan konsep ikatan elektron berpasangan. Konsep ini mengatakan dua atom
dapat berkongsi satu sampai enam elektron, membentuk ikatan elektron tunggal, ikatan
tunggal, ikatan rangkap dua, atau ikatan rangkap tiga.
An electron may form a part of the shell of two different atoms and c
Pada tahun yang sama, Walther Kossel juga mengajukan sebuah teori yang mirip dengan teori
Lewis, namun model teorinya mengasumsikan transfer elektron yang penuh antara atom-atom. Teori
ini merupakan model ikatan polar. Baik Lewis dan Kossel membangun model ikatan mereka
berdasarkan kaidah Abegg (1904).
Pada tahun 1927, untuk pertama kalinya penjelasan matematika kuantum yang penuh atas ikatan
kimia yang sederhana berhasil diturunkan oleh fisikawan Denmark Oyvind Burrau. [1] Hasil kerja ini
menunjukkan bahwa pendekatan kuantum terhadap ikatan kimia dapat secara mendasar dan
kuantitatif tepat. Namun metode ini tidak mampu dikembangkan lebih jauh untuk menjelaskan
molekul yang memiliki lebih dari satu elektron. Pendekatan yang lebih praktis namun kurang
kuantitatif dikembangkan pada tahun yang sama oleh Walter Heitler and Fritz London. Metode
Heitler-London menjadi dasar dari teori ikatan valensi. Pada tahun 1929, metode orbital molekul
kombinasi linear orbital atom (Bahasa Inggris: linear combination of atomic orbitals molecular orbital
method), disingkat LCAO, diperkenalkan oleh Sir John Lennard-Jones yang bertujuan menurunkan
struktur elektronik dari molekul F2 (fluorin) dan O2 (oksigen) berdasarkan prinsip-prinsip dasar
kuantum. Teori orbital molekul ini mewakilkan ikatan kovalen sebagai orbital yang dibentuk oleh
orbital-orbital atom mekanika kuantum Schrdinger yang telah dihipotesiskan untuk atom
berelektron tunggal. Persamaan ikatan elektron pada multielektron tidak dapat diselesaikan secara
analitik, namun dapat dilakukan pendekatan yang memberikan hasil dan prediksi yang secara
kualitatif cukup baik. Kebanyakan perhitungan kuantitatif pada kimia kuantum modern menggunakan
baik teori ikatan valensi maupun teori orbital molekul sebagai titik awal, walaupun pendekatan
ketiga, teori fungsional rapatan(Bahasa Inggris: density functional theory), mulai mendapatkan
perhatian yang lebih akhir-akhir ini.
Pada tahun 1935, H. H. James dan A. S. Coolidge melakukan perhitungan pada molekul
dihidrogen.Berbeda dengan perhitungan-perhitungan sebelumnya yang hanya menggunakan fungsifungsi jarak antara elektron dengan inti atom, mereka juga menggunakan fungsi yang secara
eksplisit memperhitungkan jarak antara dua elektron.[2]Dengan 13 parameter yang dapat diatur,
mereka mendapatkan hasil yang sangat mendekati hasil yang didapatkan secara eksperimen dalam
hal energi disosiasi. Perluasan selanjutnya menggunakan 54 parameter dan memberikan hasil yang
sangat sesuai denganhasil eksperimen. Perhitungan ini meyakinkan komunitas sains bahwa teori
kuantum dapat memberikan hasil yang sesuai dengan hasil eksperimen. Namun pendekatan ini
tidak dapat memberikan gambaran fisik seperti yang terdapat pada teori ikatan valensi dan teori
orbital molekul. Selain itu, ia juga sangat sulit diperluas untuk perhitungan molekul-molekul yang
lebih besar.
4. Pertukaran elektron pada ikatan hanya melibatkan satu persamaan gelombang untuk
setiap atom.
5. Elektron-elektron yang tersedia pada aras energi yang paling rendah akan membentuk
ikatan-ikatan yang paling kuat.
6. Dari dua orbital pada sebuah atom, salah satu yang dapat bertumpang tindih paling
banyaklah yang akan membentuk ikatan paling kuat, dan ikatan ini akan cenderung berada
pada arah orbital yang terkonsentrasi.
Buku teks tahun 1939 Pauling: On the Nature of Chemical Bond menjadi
apa yang banyak orang sebut sebagai "kitab suci" kimia modern. Buku ini
membantu kimiawan eksperimental untuk memahami dampak teori
kuantum pada kimia. Namun, edisi 1959 selanjutnya gagal untuk
mengalamatkan masalah yang lebih mudah dimengerti menggunakan teori
orbital molekul. Dampak dari teori valensi ini berkurang sekitar tahun 1960an dan 1970-an ketika popularitas teori orbital molekul meningkat dan
diimplementasikan pada beberapa progam komputer yang besar. Sejak
tahun 1980-an, masalah implementasi teori ikatan valensi yang lebih sulit
pada program-program komputer telah hampir dipecahkan dan teori ini
beranjak bangkit kembali.
Ikatan
Panjang
Energi
(pm)
(kJ/mol)
H Hidrogen
HH
74
436
HC
109
413
HN
101
391
HO
96
366
HF
92
568
HCl
127
432
HBr
141
366
C Karbon
CH
109
413
CC
154
348
C=C
134
614
CC
120
839
CN
147
308
CO
143
360
CF
135
488
CCl
177
330
CBr
194
288
CI
214
216
CS
182
272
N Nitrogen
NH
101
391
NC
147
308
NN
145
170
NN
110
945
O Oksigen
OH
96
366
OC
143
360
OO
148
145
O=O
121
498
92
568
FF
142
158
FC
135
488
ClH
127
432
ClC
177
330
ClCl
199
243
BrH
141
366
BrC
194
288
BrBr
228
193
IH
161
298
IC
214
216
II
267
151
S Belerang
CS
182
272
ikatan ion, sedangkan perbedaan yang lebih kecil dari 1,5 biasanya disebut
ikatan kovalen.[3] Ikatan ion menghasilkan ion-ion positif dan negatif yang
berpisah. Muatan-muatan ion ini umumnya berkisar antara -3 e sampai
dengan +3e.
Biomolekul
Biomolekul merupakan senyawa-senyawa organik sederhana pembentuk organisme hidup dan
bersifat khas sebagai produk aktivitas biologis. Biomolekul dapat dipandang sebagai
turunan hidrokarbon, yaitu senyawa karbon dan hidrogen yang mempunyai kerangka dasar yang
tersusun dari atom karbon, yang disatukan oleh ikatan kovalen. Kerangka dasar hidrokarbon bersifat
sangat stabil, karena ikatan tunggal dan ganda karbon-karbon menggunakan
pasangan elektron bersama-sama secara merata. Biomolekul bersifat polifungsionil, mengandung
dua atau lebih jenis gugus fungsi yang berbeda. Pada molekul tersebut, tiap gugus fungsi
mempunyai sifat dan reaksi kimia sendiri-sendiri.
protein sebagai enzim, alat transpor, antibodi, hormon dan pembentuk membran;
karbohidrat sebagai sumber energi, komponen pembentuk membran dan dinding sel;
asam nukleat sebagai faktor genetika, koenzim, pembawa energi, dan pengatur biosintesis
protein.
* Struktur Biomolekul....
* Pengertian Biomolekul.....
Biomolekul merupakan senyawa - senyawa organik sederhana pembentuk organisme hidup
dan bersifat khas sebagain produk aktifitas biologis. Biomolekul dapat di pandang sebagai
turunan hidrokarbon, yaitu senyawa karbon dan hidrogen yang mempunyai kerangka dasar
yang tersusun dari atom karbon, yang disatukan oleh ikatan kovalen. kerangka dasar
hidrokarbon bersifat sangat setabil, karena ikatan tunggal dan ganda karbon - karbon
menggunakan pasangan elektron bersama - sama secara merata. Biomolekul bersifat
polifungsionil mengandung dua ata lebih jenis gugus fungsi yang berbeda. pada molekul
tersebu, tiap gugus fungsi mempunyai sifat dan reaksi kimia sendiri - sendiri.
* Bentuk Senyawa Biomolekul
senyawa - senyawa biomolekul biasanya di kenal dalam empat bentuk : protein, asam
nukleat, karbohidrat dan lpid. keempat golongan biomolekul tersebut mempunyai sifat
umum yang relatif besar ( berat molekul besar ) , dan karenanya disebut makromolekul.
berat molekul protein berkisar antara 5.000 sampai lebih dari 1 juta berat molekul berbagai
jenis asam nukleat berkisar sampai beberapa miliar, karbohdrat ( polisakarida ) dapat
memiliki berat molekul sampai jutaan. molekul lipid jauh lebih kecil dari 750 sampai 1.500.
tetapi karena lipid umumnya terbentuk dari ribuan molekul sehingga membentuk struktur
berukuran besar yang berfungsi seperti sistem makromolekuler, struktur lpid juga dapat
dianggap sebagai makromolekul.
protein merupakan polimer asam - asam amino, karbohidrat merupakan polimer
monosakarida, asam nukleat merupakan polimer mononoukleatiida. monomer lipid ada
bermacam - macam, bergantung pada jenis lipidnya, diantaranya asam lemak, kolin,
etanolamin, serin dan lain-lain.
* Fungsi Biomolekul
protein sebagai enzim, alat transpor, antibodi, hormon dan pembentukan membran
karbohidrat sebagai sumber energi, komponen pembentuk membran dan dinding sel
lemak dan minyak merupakan senyawa organik yang penting bagi kehidupan mahluk
hidup, adapun kegunaannya :
memberikan rasa gurih dan aroma yang sedap
sebagai salah satu penyusun dinding sel dan penyusun bahan-bahan biomolekul
sumber energi yang efektif dibantingkan protein dan karbohidrat, karena lemak dan
minyak jika dioksidasi secara sempurna akan menghasilkan 9 kalori/liter.
PROTEIN
protein disentesis oleh asam amino yang disatukan oleh ikatan peptida untuk membentuk
rantai lurus. rantai ini kemudian akan melipat-lipat sehingga membentuk struktur 3
dimensi protein. ada 20 jenis asam amino yang diguunakan untuk mensintesis protein
dalam ribosom.
ASAM NUKLEAT
asam nukleat adalah makromolekul terbesar dalam sel, berupa polimer linier atau sering
disebut juga polinukletida yang terdiri dari 106 atau lebih nukleotida yang terdiri dari
molekul gula dengan 5 atom C satu atau lebih gugus fosfat dan basa nitrogen.
Asam deoksiribonukleat ( DNA ) merupakan asam nukleat yang mengandung informasi
genetic dan biasanya dalam bentuk kompleks nucleoprotein ( Dna pROTEIN ) YANG
DISEBUT KROMOSOM.
DNA merupakan molekul yang sangat besar dengan struktur sedehana berupa 4 sub unit
nukleotida dalam suatu rantai dengan urutan tertentu.
Sifat koligatif
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak bergantung pada jenis zat terlarut tetapi hanya
bergantung pada konsentrasi partikel zat terlarutnya[1]. Sifat koligatif larutan terdiri dari dua jenis,
yaitu sifat koligatif larutan elektrolit dan sifat koligatif larutan nonelektrolit[1].
Daftar isi
[sembunyikan]
1.1Molalitas (m)
1.2Fraksi Mol
2.4Tekanan Osmotik
3.4Tekanan Osmotik
4Lihat Pula
5Referensi
6Pranala luar
Keterangan: m = molalitas (mol/kg) Mr = massa molar zat terlarut (g/mol) massa = massa zat
terlarut (g) P = massa zat pelarut (g)
Fraksi mol merupakan satuan konsentrasi yang semua komponen larutannya dinyatakan
berdasarkan mol[2]. Fraksi mol komponen , dilambangkan dengan adalah jumlah mol
komponen dibagi dengan jumlah mol semua komponen dalam larutan[2]. Fraksi
mol adalah dan seterusnya[2]. Jumlah fraksi mol dari semua komponen adalah 1[2].
Persamaannya dapat ditulis dengan:[2]
Marie Francois Raoult (1830 - 1901) ilmuwan yang menyimpulkan tentang tekanan uap jenuh larutan
Pada tahun 1878, Marie Francois Raoult seorang kimiawan asal Perancis melakukan
percobaan mengenai tekanan uap jenuh larutan, sehingga ia menyimpulkan tekanan
uap jenuh larutan sama dengan fraksi mol pelarut dikalikan dengan tekanan uap jenuh
pelarut murni[3]. Persamaan penurunan tekanan uap dapat ditulis[3]. Kesimpulan ini
dikenal dengan Hukum Raoult dan dirumuskan dengan[3]. Persamaan penurunan
tekanan uap dapat ditulis[3] :
Titik Didih
Tetap
Aseton
56,2
1,71
Benzena
80,1
02,53
Kamfer
204,0
05,61
Karbon tetraklorida
76,5
04,95
Sikloheksana
80,7
02,79
Naftalena
217,7
05,80
Fenol
182
03,04
Air
100,0
00,52
Titik Beku
Aseton
-95,35
Benzena
5,45
Kamfer
179,8
Karbon tetraklorida
-23
Sikloheksana
6,5
Naftalena
80,5
Fenol
43
Air
Van't Hoff
= tekanan osmotik
M = molaritas larutan
T = suhu mutlak
Keterangan :
=P0
Penurunan Titik
Beku[sunting | sunting sumber]
Persamaannya adalah[6] :
=
Hidrolisis garam
A. Pengertian
Sebagaimana kita ketahui bahwa jika larutan asam direaksikan dengan larutan basa akan
o
o
1.
Contoh:
CH3COO + H2O CH3COOH + OH
o
2. Ion-ion yang berasal dari asam kuat (misalnya Cl, NO3, dan SO42) atau ion-ion yang berasal dari basa kuat
(misalnya Na+, K+, dan Ca2+) tidak bereaksi dengan air atau tidak terjadi hidrolisis.
o
Hal ini dikarenakan ion-ion tersebut tidak mempunyai kecenderungan untuk membentuk asam
Hidrolisis hanya dapat terjadi pada pelarutan senyawa garam yang terbentuk dari ion-ion
asam lemah dan ion-ion basa lemah.
Jadi, garam yang bersifat netral (dari asam kuat dan basa kuat) tidak terjadi hidrolisis.
Jika suatu garam dari asam lemah dan basa kuat dilarutkan dalam air, maka kation dari basa
kuat tidak terhidrolisis sedangkan anion dari asam lemah akan mengalami hidrolisis.
Jadi garam dari asam lemah dan basa kuat jika dilarutkan dalam air akan mengalamihidrolisis
A + H2O HA + OH
Garam dari asam kuat dan basa lemah jika dilarutkan dalam air juga akan mengalami hidrolisis
sebagian. Hal ini disebabkan karena kation dari basa lemah dapat terhidrolisis, sedangkan anion
dari asam kuat tidak mengalami hidtrolisis.
Contoh:
NH4Cl NH4+ + Cl
NH4+ + H2O NH4OH + H+
Cl + H2O tidak terjadi reaksi
o
M+ + H2O MOH + H+
pH = -log [H+]
1.
Jawab:
Konsentrasi
2.
jawab:
pH
dari
dari
NH4Cl
NH4Cl
0,4
0,4
M,
adalah
jika kb NH3 =
10-5
(kb NH3 =
10-5)
Termokimia
A. PENGERTIAN TERMOKIMIA
Termokimia merupakan ilmu kimia yang mempelajari perubahan kalor atau panas
suatu zat yang menyertai suatu reaksi atau proses kimia dan fisika.
Termokimia ini mempelajari hubungan antara energi panas dan energi kimia. Energi
kimia merupakan energi yang dikandung setiap unsur atau senyawa, energi kimia yang
terkandung dalam suatu zat adalah semacam energi potensial zat tersebut. Energi
potensial kimia yang trkandung dalam suatu zat disebut panas dalam atau entalpi dan
dinyatakan dengan simbol H. Selisih antara entalpi reaktan dan entalpi hasil pada
suatu reaksi disebut perubahan entalpi reaksi, dan diberi simbol H.
TERMOKIMIA
2. Reaksi Endoterm
Reaksi yang terjadi ketika berlangsungnya penyerapan panas atau kalor, maka
perubahan entalpi reaksi bernilai positif.
Contoh : 2NH3 N2 (g) + 3H2 (g) + 26,78 Kkal
Perubahan entalpi pada reaksi endoterm dirumuskan sebagai berikut:
Kesimpulan :
Besarnya perubahan entalpi (H) sama dengan besarnya panas reaksi, tapi dengan
tanda berlawanan.
Artikel Penunjang : Hukum Perbandingan Tetap (Hukum Proust)
E. JENIS PERUBAHAN ENTALPI
1. Perubahan entalpi pembentukan (Hf)
Merupakan perubahan entalpi pembentukan 1 mol senyawa dari unsur-unsur
penyusunnya pada keadaan standar.
Nilai entalpi pembentukan standar ditentukan menggunakan tabel data entalpi
pembentukan standar.
Nilai entalpi pembentukan standar:
Bernilai nol, jika unsur tersebut sudah terdapat di alam secara alami
Bentuk unsur yang sdah di alam terbagi atas monoatomik dan poliatomik.
Poliatomik berarti unsur pembentuknya lebih dari 1 unsur.
1.
Contoh monoatomik : C(s), Fe(s), H+(aq), Ba(s), Ca(s), Mg(s), Na(s), Al(s), B(s),
Zn(s), P(s). Monoatomik termasuk golonga gas mulia dan logam lainnya.
2.
Contoh poliatomik : O2(g), Cl2(g), P4(s), H2(g), Br2(l), N2(g), I2(g), F2(g).
Poliatomiktermasuk halogaen dan gas selain gas mulia.
Semua unsur-unsur yang sudah terdapat dialam ini nilai entalpi pembentukannya nol.
Misal:
Karbon terbakan menjadi CO2, hidrogen terbakar menjadi H2O, dan belerang
terbakar menjadi SO2.
Menggunakan kalorimetri
cara
penentuan
energi
kalor
reaksi
dengan
kalorimeter.
Kalorimeter adalah sistem terisolasi, sehingga semua energi yang dibutuhkan atau
dibebaskan tetap berada dalam kalorimeter. Dengan mengukur perubahan suhu, kita
dapat menentukan jumlah energi kalor reaksi berdasarkan rumus:
Ql
Karena kalorimeter merupakan sistem terisolasi, maka tidak ada energi yang terbuang
ke lingkungan, sehingga mlah energi kalor reaksi dan perubahan entalpi reaksi
menjadi:
H = -68,3 kkal/mol
H = 68,3 kkal/mol
2. Hukum Hess
Hukum ini dikemukakan oleh German Hess (1840), yang berbunyi :
Bila suatu perubahan kimia dapat dibuat menjadi beberapa jalan/cara yang
berbeda, jumlah perubahan energi panas keselurahannya (total) adalah tetap, tidak
bergantung pada jalan/cara yang ditempuh.
Menurut hukum Hess, suatu reaksi dapat terjadi melalui beberapa tahap reaksi, dan
bagaimanapun tahap atau jalan yang ditempuh tidak akan mempengaruhi entalpi
reaksi. Perubahan entalpi reaksi hanya tergantung pada keadaan awal dan akhir
sistem. Bukan tahap atau jalan yang ditempuh. Perubahan entalpi ini juga merupakan
penjumlahan entalpi reaksi dari setiap tahap.
Dengan demikian hukum Hess dapat digunakan untuk menghitung H reaksi
berdasarkan reaksi-reaksi lain yang H-nya sudah diketahui.
2). Reaksi Adisi adalah reaksi penambahan suatu atom pada ikatan rankap dalam suatu
senyawa. Pada reaksi adisi terjadi perubahan ikatan, ikatan rangkap tiga > ikatan
rangkap dua, atau ikatan rangkap dua > ikatan tunggal
Contoh :
1.
Reaksi adisi pada Alkena.
(). Adisi alkena dengan halogen (F2 ,Cl2, Br2, I2 )
CH2CH2 + Cl2 CH2CH2
........................... ........ I.........I
................... ............... Cl......Cl
etena,,,,,,,,,,,1,2-dikloro etena
Berbeda dengan halida-halida hidrogen yang lain, hidrogen bromida bisa diadisi ke sebuah
ikatan karbon-karbon rangkap baik pada ujung yang satu maupun pada ujung yang lain
tergantung pada kondisi-kondisi reaksi.
Adisi hidrogen bromida murni pada alkena murni
Apabila hidrogen bromida dan alkena sama-sama murni, hidrogen bromida akan masuk ke
karbon ikatan rangkap menurut Kaidah Markovnikov. Sebagai contoh, dengan propena akan
diperoleh 2-bromopropana.
Halida-halida hidrogen yang lain mengalami adisi dengan propena persis sama seperti
mekanisme di atas.
Adisi hidrogen bromida yang mengandung peroksida organik pada alkena yang mengandung
peroksida yang sama
Oksigen dari udara cenderung bereaksi lambat dengan alkena menghasilkan beberapa peroksida
organik, sehingga dengan sendirinya akan terdapat beberapa peroksida organik dalam alkena.
Dengan demikian, reaksi dengan oksigen ini adalah reaksi yang cenderung terjadi sebelum
semua udara dikeluarkan dari sistem.
Apabila hidrogen bromida dan alkena sama-sama mengandung peroksida organik dalam jumlah
kecil, maka reaksi adisi berlangsung dengan cara berbeda dan dihasilkan 1-bromopropana:
Reaksi ini terkadang disebut sebagai adisi anti-Markovnikov atau efek peroksida.
Peroksida-peroksida organik adalah sumber radikal bebas yang sangat potensial. Dengan adanya
peroksida organik, hidrogen bromida akan bereaksi dengan alkena menggunakan mekanisme
yang berbeda (lebih cepat). Karena berbagai faktor, reaksi ini tidak terjadi pada halida-halida
hidrogen yang lain.
Reaksi ini juga bisa terjadi dengan mekanisme ini jika terdapat sinar ultraviolet dengan panjang
gelombang yang tepat untuk memutus ikatan hidrogen-bromida menjadi hidrogen dan radikal
bebas bromin.
CH2=CHCH3 +HBr > CH3CHBrCH3 (Pada reaksi ini berlaku hukum Markovnikov Atom
H dari asam halida ditangkap oleh C berikatan rangkap yang mengikat atom H lebih
banyak atau gugus alkil yang lebih kecil)
Catatan : Reaksi-reaksi di atas disebut juga reaksi reduksi aldehida da keton
3). Reaksi Eliminasi adalah reaksi penghilangan suatu gugus atom pada suatu senyawa.
Pada reaksi elimiasi teradi perubahan ikatan, ikatan tunggal > ikatan rangkap
Contoh :
CH3CH3 > CH2=CH2 + H2
CH3CH2Br > CH2=CH2 + HBr
Eliminasi E1
eliminasi E1cb
Eliminasi E2
Mekanisme E2 juga memerlukan basa. Akan tetapi, pergantian posisi basa dan eliminasi gugus
lepas berlangsung secara serentak dan tidak menghasilkan zat antara ionik. Berbeda dengan
eliminasi E1, konfigurasi stereokimia yang berbeda dapat dihasilkan dalam reaksi yang memiliki
mekanisme E2 karena basa akan lebih memfavoritkan eleminasi proton yang berada pada posisianti terhadap gugus lepas. Oleh karena kondisi dan reagen reaksi yang mirip, eliminasi E2 selalu
bersaing dengan substitusi SN2.[37]
REAKSI-REAKSI PENGUJIAN SENYAWA ORGANIK
1. Reaksi Uji Ikatan Rangkap
a.
Penentuan keberadaan ikatan rangkap dalam suatu senyawa dapat dilakukan dengan
menggunakan pereaksi brom (Br2) yang berwarna coklat.
Bila warna coklat brom hilang maka dalam senywa terdapat ikatan rangkapkarena terjadi
reaksi adisi Br2 terhadap karbon berikatan rangkap.
b.
Untuk menentukan letak iakatan rangkap dalam suatu senyawa dilakukanreaksi
ozonolisis. R-CH=CH-R + O3 >R-CH2OH + R-CH2OH
2. Reaksi Uji Iodoform, reaksi uji ini dilakukan untuk menentukan keberadaan gugus metil
ujung dalam senyawa alkohol atau senyawa karbonil (aldehida atau keton): CH3-CHOH- atau
CH3-CO-.
Permasalahan :
Reaksi adisi dapat merubah ikatan rangkap 2 menjadi ikatan rangkap 1, yang ingin saya
tanyakan apakah ikatan rangkap 1 yang dihasilkan oleh reaksi adisi dapat membentuk reaksi
substitusi ?jika dapat terbentuk bagaimanakah hasil akhirnya dan jika tidak mengapa hal
tersebut tidak dapat terjadi?