Anda di halaman 1dari 103

KIMIA

isomer
Dalam ilmu kimia, isomer ialah molekul-molekul dengan rumus kimia yang sama (dan sering
dengan jenis ikatan yang sama), namun memiliki susunan atom yang berbeda (dapat diibaratkan
sebagai sebuah anagram). Kebanyakan isomer memiliki sifat kimia yang mirip satu sama lain. Juga
terdapat istilah isomer nuklir, yaitu inti-inti atom yang memiliki tingkat eksitasi yang berbeda.
Contoh sederhana dari suatu isomer adalah C3H8O. Terdapat 3 isomer dengan rumus kimia
tersebut, yaitu 2 molekul alkohol dan sebuah molekul eter. Dua molekul alkohol yaitu 1-propanol (npropil alkohol, I), dan 2-propanol (isopropil alkohol, II). Pada molekul I, atom oksigen terikat
pada karbon ujung, sedangkan pada molekul II atom oksigen terikat pada karbon kedua (tengah).
Kedua alkohol tersebut memiliki sifat kimia yang mirip. Sedangkan isomer ketiga, metil etil eter,
memiliki perbedaan sifat yang signifikan terhadap dua molekul sebelumnya. Senyawa ini bukan
sebuah alkohol, tetapi sebuah eter, di mana atom oksigen terikat pada dua atom karbon, bukan satu
karbon dan satu hidrogen seperti halnya alkohol. Eter tidak memiliki gugus hidroksil.

Terdapat dua jenis isomer, yaitu isomer struktural dan stereoisomer. Isomer struktural adalah
isomer yang berbeda dari susunan/urutan atom-atom terikat satu sama lain. Contoh yang
disebutkan di atas termasuk kedalam isomer struktural. Walaupun komposisi jumlah atom sama
persis, belum tentu molekul-molekul isomer struktural mempunyai sifat yang sama. Sebagai contoh,
sifat kimia siklobutana berbeda dengan butena. Padahal keduanya mempunyai rumus kimia yang
sama, yaitu C4H8.[1]
Beberapa jenis isomer struktural yaitu: isomer ionisasi, isomer koordinasi, dan isomer tautan.

ISOMER IONISASI

Dua senyawa koordinasi yang rumusnya mempunyai ion pusat yang sama (Cr 3+) dan lima dari enam
ligannya (molekul NH3) adalah sama. Senyawa ini berbeda karena isomer pertama mempunyai ion
SO42-sebagai ligan keenam, dengan ion netral Cl- menetralkan muatan ion kompleks, sedangkan
isomer kedua memiliki Cl- sebagai ligan keenam dengan SO42- menetralkan muatan ion kompleks.[2]

1. [CrSO4(NH3)5Cl] {pentaaminasulfatokromium(III) klorida}


2. [CrCl(NH3)5]SO4 {pentaaminaklorokromium(III) sulfat}

ISOMER KOORDINASI

Isomer koordinasi dapat muncul jika senyawa koordinasi tersusun atas kation kompleks dan anion
kompleks. Ligan dapat dikontribusikan secara berbeda di antara kedua ion, seperti NH 3(aq) dan CN-.
[2]

1. [Co(NH3)6][Cr(CN)6] {heksaaminakobalt(III) heksasianokromat(III) }


2. [Cr(NH3)6][Co(CN)6] {heksaaminakromium(III) heksasianokobaltat(III) }

ISOMER TAUTAN

Beberapa ligan dapat melekat pada ion logam atom pusat suatu ion kompleks dengan cara berbeda.
[2]

1. [Co(NO2)(NH3)5]2+ { ion pentaaminanitrito-N-kobalt(III) }

ilustrasi isomer tautan: 1. Kation pentaaminanitrito-N-kobalt(III)


Sedangkan stereoisomer memiliki struktur yang sama, namun beberapa atom atau gugus fungsional
memiliki posisi geometri yang berbeda.

Polimer
Suatu polimer adalah rantai berulang dari atom yang panjang, terbentuk dari pengikat yang berupa
molekul identik yang disebut monomer. Sekalipun biasanya merupakan organik (memiliki rantai
karbon), ada juga banyak polimer inorganik. Contoh terkenal dari polimer adalah plastik dan DNA.
Polimer didefinisikan sebagai substansi yang terdiri dari molekul-molekul yang menyertakan
rangkaian satu atau lebih dari satu unit monomer. Manusia sudah berabad-abad menggunakan
polimer dalam bentuk minyak, aspal, damar, dan permen karet. Tapi industri polimer modern baru

mulai berkembang pada masa revolusi industri. Di akhir 1830-an, Charles Goodyear berhasil
memproduksi sebentuk karet alami yang berguna melalui proses yang dikenal sebagai vulkanisasi.
40 tahun kemudian, Celluloid (sebentuk plastik keras dari nitrocellulose) berhasil
dikomersialisasikan. Adalah diperkenalkannya vinyl, neoprene, polystyrene, dan nilon pada tahun
1930-an yang memulai ledakan dalam penelitian polimer yang masih berlangsung sampai
sekarang.

Sekilas[sunting | sunting sumber]


Meskipun istilah polimer lebih populer menunjuk kepada plastik, tetapi polimer sebenarnya terdiri
dari banyak kelas material alami dan sintetik dengan sifat dan kegunaan yang beragam. Bahan
polimer alami seperti shellac dan amber telah digunakan selama beberapa abad. Kertas diproduksi
dari selulosa, sebuah polisakarida yang terjadi secara alami yang ditemukan dalam tumbuhan.
Biopolimer seperti protein dan asam nukleat memainkan peranan penting dalam proses biologi.

Klasifikasi polimer[sunting | sunting sumber]


Teknologi polimer berdasarkan sumbernya dapat dikelompokkan dalam 3 kelompok, yaitu (1)
Polimer Alam yang terjadi secara alami seperti karet alam, karbohidrat, protein, selulosa, dan wol.
(2) Polimer Semi Sintetik yang diperoleh dari hasil modifikasi polimer alam dan bahan kimia seperti
serat rayon dan selulosa nitrat. (3) Polimer Sintesis, yaitu polimer yang dibuat melalui polimerisasi
dari monomer-monomer polimer, seperti formaldehida."

Berdasarkan sumbernya[sunting | sunting sumber]


1. Polimer alami : kayu, kulit binatang, kapas, karet alam, rambut
2. Polimer semisintetis : karet alam tervulkanisir
3. Polimer sintetis
1. Tidak terdapat secara alami: nylon, poliester, polipropilen, polistiren
2. Terdapat di alam tetapi dibuat oleh proses buatan: karet sintetis
3. Polimer alami yang dimodifikasi: seluloid, cellophane (bahan dasarnya dari selulosa
tetapi telah mengalami modifikasi secara radikal sehingga kehilangan sifat-sifat
kimia dan fisika asalnya)

Berdasarkan jumlah rantai karbonnya[sunting | sunting sumber]


1. 1 ~ 4 Gas (LPG, LNG)

2. 5 ~ 11 Cair (bensin)
3. 9 ~ 16 Cairan dengan viskositas rendah
4. 16 ~ 25 Cairan dengan viskositas tinggi (oli, gemuk)
5. 25 ~ 30 Padat (parafin, lilin)
6. 1000 ~ 3000 Plastik (polistiren, polietilen, dll)

Industri[sunting | sunting sumber]


Sekarang ini utamanya ada enam komoditas polimer yang banyak digunakan, mereka
adalah polyethylene, polypropylene, polyvinyl chloride, polyethylene terephthalate,polystyrene,
dan polycarbonate. Mereka membentuk 98% dari seluruh polimer dan plastik yang ditemukan dalam
kehidupan sehari-hari.
Masing-masing dari polimer tersebut memiliki sifat degradasi dan ketahanan panas, cahaya, dan
kimia.

Asam dan basa


A. PENGERTIAN ASAM DAN BASA
Kata asam berasal dari bahasa Latin acidus yang berarti masam. Asam adalah zat
(senyawa) yang menyebabkan rasa masam pada berbagai materi. Basa adalah
zat(senyawa) yang dapat beraksi dengan asam, menghasilkan senyawa yang disebut
garam. Sedangkan basa adalah zat-zat yang dapat menetralkan asam. Secara kimia,
asam dan basa saling berlawanan. Sifat basa pada umumnya ditunjukkan dari rasa
pahit dan licin.
Asam dan basa sangat erat kaitannya dalam kehidupan kita, didalam tubuh manusia
juga terdapat keseimbangan asam basa untuk beradaptasi dan tetap menjaga
fungsinya dengan baik. Contohnya saja seperti asam lambung yang dapat membunuh
mikroorganisme yang terdapat pada makanan yang kita konsumsi. Begitu juga dengan
gaya hidup kita sehari-hari sangat sering dihadapkan dengan asam basa tersebut,

seperti asam cuka, minuman bersoda, jeruk, aki bersifat asam. Sedangkan sabun dan
bahan pembuatan pupuk yang bersifat basa. Beberapa hewan tertentu juga
mempertahankan diri dengan menghasilkan basa, seperti sengatan tawon.

ASAM DAN BASA

B. TEORI ASAM DAN BASA


Teori Asam-Basa dikemukakan oleh beberapa ilmuwan, salah satunya adalah Teori
Arrheniusyang mengatakan Asam adalah suatu sifat yang mana berupa senyawa yang
dapat melepas ion hidrogen (H+) jika dilarutkan dalam air, Sedangkan basa merupakan
suatu sifat yang mana berupa senyawa yang dapat melepas ion hidroksida (OH-) jika
dilarutkan dalam air. Reaksi asam basa (reaksi penetralan) adalah reaksi pembentukan
H2O dari ion-ion H+ dan OH-.
Teori lainnya dikemukakan yaitu Teori Bronsted-Lowry yang mengatakan asam berupa
senyawa yang dapat memberi proton (H+) kepada senyawa lain, sedangkan basa dapat
menerima proton (H+) dari senyawa lain. Reaksi asam basa adalah reaksi perpindahan
proton dari satu senyawa ke senyawa yang lain.
Artikel Penunjang : Tata Nama Senyawa Sederhana
Teori terakhir yaitu Teori Lewis yang mengatakan Asam adalah senyawa yang dapat

Menerima pasangan elektron bebas dari senyawa lain, sedangkan Basa adalah senyawa
yang dapat memberi pasangan elektron bebas kepada spesi (senyawa) yang lain.
Reaksi asam basa adalah adalah reaksi pembentukan ikatan antara asam dan basa.
C. SIFAT ASAM DAN BASA
1. Sifat-sifat asam yaitu :

Rasanya masam/asam

Bersifat korosif atau merusak

Bila dilarutkan dalam air dapat menghasilkan ion H+ atau ion ion hidrogen dan
ion sisa asam yang bermuatan negatif. Peristiwa terurainya asam menjadi ionion dapat di tuliskan sebagai berikut:

HA (aq) H+ (aq) + A- (aq)

Bila diuji dengan indikator kertas lakmus biru dapat mengubah lakmus tersebut
menjadi merah. Sedangkan jika diuji dengan indikator kertas lakmus yang
berwarna merah, kertas lakmus tersebut tidak akan berubah warna. Indikator
adalah suatu alat untuk menunjukkan suatu zat apakah bersifat asam maupun
basa.

2. Sifat-sifat basa yaitu:

Rasanya pahit

Bersifat kaustik atau dapat merusak kulit

Bila dilarutkan dalam air dapat menghasilkan ion OH- atau ion hidroksil dan ion
logam atau gugus lain yang bermuatan negatif. Apabila ion OH- hampir
seluruhnya dilepaskan atau ionisasinya sempurna, maka termasuk basa kuat
atau dikatakan memiliki derajat keasaman yang rendah dan begitu juga
sebaliknya. Secara umum peristiwa peruraian basa menjadi ion-ion dapat
dituliskan sebagai berikut:

BOH (aq) B+ (aq) + OH- (aq)

Bila diuji dengan indikator yang berupa lakmus merah, maka akan mengubah
warna lakmus tersebut menjadi warna biru, sedangkan dengan kertas lakmus
biru, tidak akan mengubah warna kertas lakmus tersebut.

D. PERBEDAAN ASAM DAN BASA


Rangkuman perbedaan asam dan basa dapat dituliskan sebagai berikut :

SIFAT SIFAT ASAM DAN BASA

SIFAT SIFAT ASAM DAN BASA 2

E. KESEIMBANGAN ASAM DAN BASA


Keseimbangan asam dan basa terdapat pada beberapa makhluk hidup, contohnya saja
manusia. Keseimbangan asam basa adalah homeostasis dari kadar hidrogen didalam
tubuh. Kadar normal ion hidrogen (H) didalam darah yaitu 4x10-8 atau dengan pH =
7,4. Keseimbangan ini penting untk mengendalikan afinitas Hb terhadap O2
(kemampuan mengikat), yang mana ketika terjadi gangguan keseimbangan asam dan
basa di dalam tubuh, maka akan mengganggu beberapa sistem seperti pernafasan dan
pencernaan
Keadaan

dimana

konsentrasi

ion

hidrogen

atau

pH

terlalu

tinggi,

disebut

dengan asidosis, sendangkan keadaan yang mana konsentrasi ion hidrogen atau pH
terlalu rendah disebut denganalkalosis. Agar tidak terjadi dua kelainan tersebut maka
diperlukan pengatur khusus, yaitu:

Sistem penyangga (buffer) asam-basa yang segera bergabung dengan asam atau
basa yang kemudian akan mencegah terjadinya perubahan pH atau konsentrasi
ion hidrogen yang berlebihan.

Apabila konsentrasi ion hidrogen berubah, maka pusat pernafasan di otak akan
teransang atau terstimulasi untuk mengubah kecepatan pernafasan pada paruparu, yang akan mengakibatkan perubahan kecepatan pengeluaran
karbondioksida dari tubuh sehingga akan membuat konsentrasi ion hidrogen
kembali normal.

Perubahan konsentrasi ion hidrogen juga akan menyebabkan ginjal


mengeluarkan urin yang bersifat asam atau basa tergantung senyawa apa yang
berlebih, sehingga membantu konsentrasi ion hidrogen didalam cairan tubuh
kembali nomal.

Sistem buffer ini dapat bekerja dalam sepersekian detik untuk mencegah
perubahan konsentrasi ion hidrogen secara berlebihan. Sebaliknya sistem
pernafasan membutuhkan waktu 1-3 menit untuk menyesuaikan kembali
konsentrasi ionhidrogen setelah terjadinya perubahan mendadak. Kemudian
ginjal yang merupakan komponen pengatur asam-basa yang paling kuat,

memerlukan waktu beberapa jam hingga lebih dari 24 jam untuk menyesuaikan
kembali konsentrasi ion hidrogen tersebut.

F. KEKUATAN ASAM DAN BASA


Suatu asam atau basa disebut kuat jika terurai sempurna (atau mendekati sempurna)
di dalam air, kekuatan ini disebut juga dengan kekuatan ionisasi.
Beberapa contoh asam kuat yaitu: HCl, HBr, H2SO4, HNO3, HI, HIO4, dan HbrO4.
Sedangkan beberapa contoh basa kuat yaitu: NAOH (natrium hidroksida), KOH (kalium
hidroksida), Ba(OH)2 dan juga yang berasal dari golongan alkali (golongan IA) seperti
Na dan K, dan logam alkali tanah (golongan IIA) seperti Mg, dan Ca.
Asam dan basa yang lemah tidak akan terurai atau terionisasi secara sempurna ketika
dilarutkan kedalam air. Contohnya asam lemah seperti HA. Sedangkan basa lemah
contohnya adalah NH4OH (ammonium hidroksida)

System buffer
SISTEM BUFFER
Buffer adalah zat yang dapat mempertahankan PH ketika ditambah sedikit asam / basa
atau ketika diencerkan.Buffer terdiri dari asam lemah dan garamnya/ basa
konjugasinya atau basa lemah dan garamnya/ asam konjugasinya. Salah satu contoh
larutan buffer adakah darah. B uffer dalam darah terdiri dari H2CO3 [ asam lemah] dan
HCO3- [basa konjugasinya]. Buffer tersebut dapat memprtahankan
PH darah sekitar 7,35 7,45 dengan reaksi sebagai berikut;
H2CO3 + OH-=> HCO3- = H2OHCO3- + H+=>H2CO3

Buffer dalam darah termasuk buffer asam. Buktinya, jika darah tidak memiliki buffer
maka ketika minum jus jeruk yang kecut, tubuh kita dapat mengalami asidosis [ PH
darah asam ].
Derajat keasaman merupakan suatu sifat kimia yang penting dari darah dan cairan
tubuh lainnya. Satuan
Derajat keasaman adalah PH:
PH 7,0 adalah netral PH diatas 7,0 adalah basa [ alkali] PH di bawah 7,0 adalah asam.
Suatu asam kuat memiliki PH sangat rendah [ hamper 1,0]; sedangkan suatu basa kuat
memiliki PH yang sangat tinggi [ diatas 14,0 ].Darah memiliki PH antara 7,35-7,45.
Keseimbangan asam basa darah dikendalikan secara seksama,karena perubahan PH
yang sangat kecilpun dapat memberikan efek yang serius terhadap beberapa organ.
Tubuh menggunakan 3 mekanisme untuk mengendalikan keseimbangan asam-basa
darah: kelebihan
Asam akan dibuang oleh ginjal,sebagian besar dalam bentuk amonia.Ginjal memiliki
kemampuan untuk merubah jumlah asam atau basa yang dibuang,yang biasanya
berlangsung selama beberapa hari.
Tubuh menggunakan penyengga PH [buffer] dalam darah sebagai pelindung terhadap
perubahan yang
Terjadi secara tiba-tiba dalam PH darah.Suatu penyangga PH bekerja secara kimiawi
untuk
meminimalkan perubahan PH suatu larutan, penyangga PH yang paling penting dalam
darah menggunakan bikarbonat.Bikarbonat [ suatu komponen basa] berada dalam
kesetimbangan dengan karbondioksida[ suatu komponen asam]. Jika lebih banyak
asam yang masuk ke dalam aliran darah,maka akan dihasilkan lebih banyak bikarbonat
dan lebih sedikit karbondioksida. Jika lebih banyak basa yang masuk kedalam aliran
darah,maka akan dihasilkan lebih banyak karbondioksida dan lebih sedikit bikarbonat

SISTIM EKSKRESI MANUSIA


Didalam tubuh mahluk hidup terjadi proses-proses biologis berupa pembongkaran dan
penyusunan [metabolism]. Metabolisme akan menghasasilkan zat yang berguna bagi
tubuh dan zat-zat sisa yang tidak digunakan tubuh.Sisa hasil metabolism dikeluarkan
melalui alat-alat pengeluaran.
Apabila sisa hasil metabolism tersebut tidak dikeluarkan maka dapat menyebabkan
tubuh keracunan.

Zat-zat sisa yang dikeluarkan tubuh antara lain karbondioksida [ C02] ,amonia
[NH4],dan air [H20].
Proses pengeluaran sisa metabolism yang tidak berguna tersebut disebut
ekskresi.Ekskresi melibatkan
Alat-alat khusus dan membentuk suatu system yang disebut system ekskresi.Setiap
mahluk hidup
Memiliki alat ekskresi yang berbeda-beda.
Sistem ekskresi sangat berperan penting untuk menjaga keseimbangan cairan dalam
tubuh [homeostasis] dengan cara osmoregulasi. Osmoregulasi,yaitu mekanisme untuk
mengatur konsentrasi bahan terlarut dalam cairan sel atau cairan tubuh.
ALAT-ALAT EKSKRESI PADA MANUSIA
Ginjal
Manusia mempunyai sepasang ginjal.Ginjal manusia dewasa memiliki berat lebih
kurang 200 gram dan panjang 10 cm.Ginjal berbentuk seperti kacang merah dan
berwarna merah tua, karena mengandung banyak kapiler darah. Organ ini terletak
didalam rongga perut bagian belakang agak keatas.
Ginjal manusia terbagi atas dua lapisan,yaitu korteks ( luar) dan medulla ( dalam ).
Pada lapisan korteks ginjal,terdapat satuan structural dan fungsional terkecil yang

disebut nefron. Satu buah ginjal manusia mengandung kurang lebih 1 juta nefron.Setiap
nefron terdiri atas badan Malpighi
( badan renalis ) yang tersusun dari kapsul Bowman dan glomerulus. Kapsul Bowman
berdinding rangkap dengan glomerulus didalam cekungan kapsulnya. Glomerolus
merupakan untaian pembuluh kapiler darah yang dindingnya bertaut menjadi satu
dengan dinding kapsul Bowman.
Sementara itu,tubulus-tubulus yang menyusun nefron adalah tubulus proksimal,
tubulus distal,
Dan tubulus pengumpul / kolektipus yang dikelilingi oleh pembuluh darah kapiler.
Pembuluh darah kapiler ini dinamakan arteriol eferen yang meninggalkan glomerulus
menuju vasa rekta.
Vasa rekta merupakan kapiler yang mengelilingi lengkung Henle. Adapun pembuluh
darah kapiler yang menuju glomerulus dinamakan arteriol aferen. Arteriol ini banyak
menyuplai darah
Bagi glomerulus. Pada lapisan medulla ginjal terdapat lengkung Henle. Lengkung Henle
merupakan saluran ginjal atau tubulus yang menghubungkan antara tubulus distal pada
daerah korteks dengan tubulus proksimal.Saluran lengkung Henle ini ada yang
menurun dan menaik.
Orang dewasa memiliki panjang seluruh tubulus lebih kurang 7,5- 15m. Pada lapisan
medulla juga terdapat tubulus kolektipus yang mengalirkan zat sisa metabolism ( urine )
menuju ureter.
Ginjal mengendalikan potensial air darah yang melewatinya. Substansi yang
menyebabkan ketidakseimbangan potensi air Pada darah akan dipisahkan dari darah
dan diekskresikan dalam bentuk urine. Sebagai contoh adalah sisa nitrogen hasil
pemecahan asam amino dan asam nukleat.
A.1 Proses Pembentukan Urine
Proses pembentukan urine terjadi di tiap-tiap nefron pada ginjal, melalui tiga proses,
yaitu

filtrasi, reabsorsi, dan sekresi.

1.Filtrasi
Filtrasi merupakan langkah pertama dalam proses pembentukan urine. Dua factor
utama yang memungkinkan terjadinya filtrasi adalah struktur glomerulus ( kumpulan
kapiler darah ) yang sangat berpori dan tekanan darah di glomerulus yang jauh lebih
tinggi di bandingkan dengan tekanan di kapiler-kapiler tubuh lain.Dalam proses
ini,darah dalam glomerulus yang mengandung air,garam,gula,urea dan zat-zat lain akan
melewati pori glomerulus, kecuali yang bermolekul besar seperti sel darah merah
dan protein.Hasilpenyaringan ( filtrate ), ditampung dalam kapsul Bowman dan disebut
filtrat glomerulus atau urine primer.jadi, cairan yang berada pada kapsul Bowman sama
dengan cairan darah dikurangi sel darah merah dan molekul protein. Dalam keadaan
normal akan diproduksi 125 cc/ mnt cairan filtra dari kedua ginjal.
2.Reabsorbsi
Reabsorbsi merupakan proses penyerapan kembali zat-zat yang masih berguna yang
terdapat pada urine primer.Filtrat glomerulus / urine primer yang dihasilkan dari
proses filtrasi masih mengandung bahan-bahan yang berguna bagi tubuh,seperti
glukosa,garam-garam,asam amino,dan air.Oleh karena itu,bahan-bahan tersebut harus
diserap kembali kedalam darah untuk dapat digunakan oleh tubuh.
3. Sistem Buffer Respirasi
Alat-alat pernapasan berfungsi memasukkan udara yang mengandung oksigen dan
mengeluarkan udara yang mengandung karbon dioksida dan uap air.
Tujuan proses pernapasan yaitu untuk memperoleh energi. Pada peristiwa bernapas
terjadi pelepasan energi
Sistem Pernapasan pada Manusia terdiri atas

o hidung
o faring
o trakea
o bronkus
o bronkiouls
o paru-paru
Rongga Hidung
Pada permukaan rongga hidung terdapat rambut-rambut halus dan selaput lendir yang
berfungsi untuk menyaring udara yang masuk ke dalam rongga hidung.

Pangkal Tenggorok
Pangkal tenggorok disusun oleh beberapa tulang rawan yang membentuk jakun.
Pangkal tenggorok dapat ditutup oleh katup pangkal tenggorok (epiglotis). Pada waktu
menelan makanan, katup tersebut menutup pangkal tenggorok dan pada waktu
bernapas katu membuka. Pada pangkal tenggorok terdapat selaput suara yang akan
bergetar bila ada udara dari paru-paru, misalnya pada waktu kita bicara.
Batang tenggorok
Batang tenggorok (trakea) terletak di sebelah depan kerongkongan. Di dalam rongga
dada, batang tenggorok bercabang menjadi dua cabang tenggorok (bronkus). Di dalam
paru-paru, cabang tenggorok bercabang-cabang lagi menjadi saluran yang sangat kecil
disebut bronkiolus. Ujung bronkiolus berupa gelembung kecil yang disebut gelembung
paru-paru (alveolus).
Paru-paru
Paru-paru terletak di dalam rongga dada. Rongga dada dan perut dibatasi oleh siuatu
sekat disebut diafragma. Paru-paru ada dua buah yaitu paru-paru kanan dan paru-paru
kiri. Paru-paru kanan terdiri atas tiga gelambir (lobus) yaitu gelambir atas, gelambir
tengah dan gelambir bawah. Sedangkan paru-paru kiri terdiri atas dua gelambir yaitu
gelambir atas dan gelambir bawah. Paru-paru diselimuti oleh suatu selaput paru-paru

(pleura).
Alveolus dalam paru-paru jumlahnya sangat banyak, lebih kurang 300 juta alveolus.
Luas permukaan seluruh alveolus diperkirakan 100 kali lebih besar daripada
permukaan tubuh. Alveolus dikekelingi pembuluh-pembuluh kapiler darah.
Pertukaran Gas dalam Alveolus
Oksigen yang diperlukan untuk oksidasi diambil dari udara yang kita hirup pada waktu
kita bernapas. Pada waktu bernapas udara masuk melalu saluran pernapasan dan
akhirnyan masuk ke dalam alveolus. Oksigen yang terdapat dalam alveolus berdifusi
menembus dinding sel alveolus. Akhirnya masuk ke dalam pembuluh darah dan diikat
oleh hemoglobin yang terdapat dalam darah menjadi oksihemoglobin. Selanjutnya
diedarkan oleh darah ke seluruh tubuh.
Oksigennya dilepaskan ke dalam sel-sel tubuh sehingga oksihemoglobin kembali
menjadi hemoglobin. Karbondioksida yang dihasilkan dari pernapasan diangkut oleh
darah melalui pembuluh darah yang akhirnya sampai pada alveolus Dari alveolus
karbon dioksida dikeluarkan melalui saluran pernapasan pada waktu kita mengeluarkan
napas.
Dengan demikian dalam alveolus terjadi pertukaran gas yaitu oksigen masuk dan
karnbondioksida keluar.
Proses Pernapasan
Bernapas meliputi dua proses yaitu menarik napas atau memasukkan udara pernapasan
dan mengeluarkan napas atau mengeluarkan udara pernapasan. Menarik napas disebut
inspirasi dan mengeluarkan napas disebut ekspirasi.
Pada waktu menarik napas, otot diafragma berkontraksi. Semula kedudukan diafragma
melengkung keatas sekarang menjadi lurus sehingga rongga dada menjadi
mengembang. Hal ini disebut pernapasan perut. Bersamaan dengan kontraksi otot
diafragma, otot-otot tulang rusuk juga berkontraksi sehingga rongga dada
mengembang. Hal ini disebut pernapasan dada.
Akibat mengembangnya rongga dada, maka tekanan dalam rongga dada menjadi
berkurang, sehingga udara dari luar masuk melalui hidung selanjutnya melalui saluran
pernapasan akhirnya udara masuk ke dalam paru-paru, sehingga paru-paru
mengembang.
Pengeluaran napas disebabkan karena melemasnya otot diafragma dan otot-otot rusuk
dan juga dibantu dengan berkontraksinya otot perut. Diafragma menjadi melengkung
ke atas, tulang-tulang rusuk turun ke bawah dan bergerak ke arah dalam, akibatnya
rongga dada mengecil sehingga tekanan dalam rongga dada naik. Dengan naiknya

tekanan dalam rongga dada, maka udara dari dalam paru-paru keluar melewati saluran
pernapasan.

Kapasitas Paru-paru
Udara yang keluar masuk paru-paru pada waktu melakukan pernapasan biasa disebut
udara pernapasan (udara tidal). Volume udara pernapasan pada orang dewasa lebih
kurang 500 nl. Setelah kita melakukan inspirasi biasa, kita masih bisa menarik napas
sedalam-dalamnya. Udara yang dapat masuk setelah mengadakan inspirasi biasa
disebut udara komplementer, volumenya lebih kurang 1500 ml.
Setelah kita melakukan ekspirasi biasa, kita masih bisa menghembuskan napas sekuatkuatnya. Udara yang dapat dikeluarkan setelah ekspirasi biasa disebut udara
suplementer, volumenya lebih kurang 1500 ml.
Walaupun kita mengeluarkan napas dari paru-paru dengan sekuat-kuatnya ternyata
dalam paru-paru masih ada udara disebut udara residu. Volume udara residu lebih
kurang 1500 ml. Jumlah volume udara pernapasan, udara komplementer, dan udara
suplementer disebut kapasitas vital paru-paru.

System priodik unsur

Sistem Periodik Unsur (SPU)


Posted on Agustus 15, 2013 by kimiero 1 Komentar

Sistem periodik unsur adalah suatu daftar unsur-unsur yang disusun dengan aturan
tertentu. Semua unsur yang sudah dikenal ada dalam daftar tersebut.

Perkembangan Dasar Pengelompokan Unsur


Pengelompokan atas Logam dan NonLogam
Penggolongan unsur yang pertama dilakukan oleh Lavoisier yang mengelompokkkan
unsur ke dalam logam dan nonlogam. Pada waktu itu baru sekitar 20 jenis unsur yang
sudah dikenal. Oleh karena pengetahuan tentang sifat-sifat unsur masih sederhana,
unsur-unsur tersebut kelihatannya berbeda antara yang satu dengan yang lain, artinya
belum terlihat adanya kemiripan antara unsur yang satu dengan unsur yang lainnya.
Tentu saja pengelompokan atas logam dan nonlogam masih sangat sederhana, sebab
antara sesama logam pun masih terdapat banyak perbedaan.

Triade Dobereiner
Pada tahun 1829, Johan Wolfgang Dobereiner ,seorang profesor kimia di Jerman,
mengemukakan bahwa massa atom relatif stronsium sangat dekat dengan massa ratarata dari dua unsur lain yang mirip stronsium, yaitu kalsium dan barium. Dobereiner
juga menemukan beberapa kelompok unsur lain mempunyai gejala seperti itu. Oleh
karena itu, Dobereiner mengambilan kesimpulan bahwa unsur-unsur dapat
dikelompokan ke dalam kelompok-kelompok tiga unsur yang disbutnya triade. Namun
sayang, Dobereiner tidak berhasil menunjukkan cukup banyak triade sehingga aturan
tersebut tidak bermanfaat.

Hukum Oktaf Newlands


J.W. Newlands merupakan orang yang mengelompokkan unsur berdasarkan kenaikan
massa atom relatif. Pada tahun 1863, ia menyatakan bahwa sifat sifat unsur berubah
secara teratur. Unsur pertama mirip dengan unsur kedelapan, unsur kedua mirip
dengan unsur kesembilan dan seterusnya.

Sistem Periodik Mendeleev


Diantara para ahli yang dianggap paling berhasil dalam mengelompokkan unsur-unsur
dan berani menduga adanya unsur-unsur yang pada saat itu belum ditemukan
adalah Dmitry Mendeleev. Mendeleev mengelompokkan unsur berdasarkan kenaikan
massa atom relatifnya. Cara pengelompokkan dilakukan dengan menggunakan kartu.
Dalam kartu tersebut ditulis lambang atom, massa atom relatifnya dan sifat-sifatnya.
Mendeleev selanjutnya menempatkan unsur-unsur dengan kemiripan sifat pada satu
lajur vertikal yang disebut golongan. Unsur-unsur juga disusun berdasarkan kenaikan
massa atom relatifnya dan ditempatkan dalam satu lajur yang disebut periode. Sistem
periodik yang disusun Mendeleev dapat dilihat pada tabel berikut:

Mendeleev sengaja mengosongkan beberapa tempat untuk menetapkan kemiripan sifat


dalam golongan. Beberapa kotak juga sengaja dikosongkan karena Mendeleev yakin
masih ada unsur yang belum dikenal karena belum ditemukan. Salah satu unsur baru
yang sesuai dengan ramalan Mendeleev adalah germanium yang sebelumnya diberi
nama ekasilikon oleh Mendeleev.

Sistem Periodik Modern dari Hhenry G. Moseley


Pada awal abad 20, setelah penemuan nomor atom, Henry Moseley menunjukkan
bahwa urut-urutan unsur dalam sistem periodik Mendeleev sesuai dengan kenaikan
nomor atomnya. Penempatan telurium (Ar = 128) dan iodin (Ar = 127) yang tidak sesuai
dengan keniakan massa atom relatif, ternyata sesuai dengan kenaikan nomor atomnya
(nomor atom Te = 52; I = 53).

Sistem Periodik Modern


Sistem periodik modern disusun berdasarkan hukum periodik modern yang menyatakan
bahwa sifat-sifat unsur merupakan fungsi periodik dari nomor atomya. Artinya, jika
unsur-unsur disusun berdasarkan kenaikan nomor atomnya, maka sifat-sifat tertentu
akan berulang secara periodik. Itu sebabnya tabel unsur-unsur tersebut dinamai Tabel
Periodik.

Periode
Lajur-lajur horizontal dalam sistem periodik disebut periode. Sistem periodik modern
terdiri atas 7 periode. Jumlah unsur pada setiap periode sebagai berikut.

Periode

Jumlah Unsur

Nomor Atom

1-2

3-10

11-18

18

19-36

18

37-54

32

55-86

32

87-118

Periode 1, 2,3 disebut periode pendek karena berisi relatif sedikit unsur, sedangkan
periode 4 dan seterusnya disebut periode panjang.

Golongan
Kolom-kolom vertikal dalam sistem periodik disebut golongan. Penempatan unsur dalam
golongan berdasarkan kemiripan sifat. Sistem periodik modern terdiri atas 18 kolom
vertikal. Ada dua cara penamaan golongan, yaitu:

Sistem 8 golongan. Menurut cara ini, sistem periodik dibagi menjadi


8 golongan yang masing-masing terdiri atas golongan utama
(golongan A) dan golongan tambahan (golongan B). Unsur-unsur
golongan B disebut juga unsur transisi. Nomor golongan ditulis

dengan angka Romawi. Golongan-golongan B terletak antara


golongan IIA dan IIIA. Golongan VIIIB terdiri atas 3 kolom vertikal.
Sistem 18 Golongan. Menurut cara ini, sistem periodik dibagi
kedalam 18 golongan, yaitu golongan 1 sampai dengan 18, dimulai
dari kolom paling kiri. Unsur-unsur transisi terletak pada golongan
3-12

Beberapa golongan
diantaranya:

unsur

dalam

sistem

periodik

mempunyai

Golongan IA
Golongan IIA

: logam alkali (kecuali hidrogen)


: logam alkali tanah

Golongan VIIA
Golongan VIIIA

: halogen
: gas mulia

nama

khusus,

Unsur transisi dan transisi dalam

Unsur Transisi

Unsur-unsur yang terletak pada golongan-golongan B disebut unsur transisi atau unsur
peralihan. Unsur-unsur tersebut merupakan peralihan dari golongan IIA ke golongan IIIA,
yaitu unsur-unsur yang dialihkan hingga ditemukan unsur yang mempunyai kemiripan
sifat dengan golongan IIIA

Unsur transisi dalam

Dua baris unsur yang ditempatkan dibagian bawah Tabel Periodik disebut unsur transisi
dalam, yaitu terdiri dari:

Lantanida, yang beranggotakan nomor atom 57-70 (14 unsur). Ke14 unsur ini mempunyai sifat yang mirip dengan lantanium (La),

sehingga disebut lantanoid atau lantanida


Aktinida, yang beranggotakan nomor atom 89-102 (14 unsur). Ke14 unsur ini sangat mirip dengan aktinium, sehingga
aktinoida atau aktinida

disebut

Semua unsur transisi dalam sebenarnya menempati golongan IIIB, yaitu lantanida pada
periode keenam dan aktinida pada periode ketujuh. Jadi, golongan IIIB periode keenam
dan periode ke tujuh, masing-masing berisi 15 unsur.

Hubungan Konfigurasi Elektron dengan Sistem Periodik


Hubungan antara letak unsur dalam sistem periodik dengan konfigurasi elektronnya
dapat disimpulkan sebagai berikut.

Nomor periode sama dengan jumlah kulit


Nomor golongan sama dengan elektron valensi

Berdasarkan hubungan tersebut, maka letak unsur dalam sistem periodik dapat
ditentukan berdasarkan konfigurasi elektron.

Sifat-sifat Periodik Unsur


Sifat periodik adalah sifat yang berubah secara beraturan sesuai dengan kenaikan
nomor atom, yaitu dari kiri ke kanan dalam satu periode, atau dari atas ke bawah dalam
satu golongan.
Jari-jari Atom
Jari-jari atom adalah jarak dari inti hingga kulit elektron terluar. Besar kecilnya jari-jari
atom terutama ditentukan oleh dua faktor, yaitu jumlah kulit dan muatan inti.

Untuk

semakin besar jari-jarinya.


Untuk unsur-unsur seperiode, semakin besar muatan inti, maka

unsur-unsur

segolongan,

semakin

banyak

kulit

atom,

semakin kuat gaya tarik inti terhadap elektron, sehingga semakin


kecil jari-jarinya

Energi Ionisasi
Energi Ionisasi adalah energi yang diperlukan untuk melepaskan elektron yang terikat
paling lemah oleh suatu atom atau ion dalam wujud gas.

Hubungan energi ionisasi dengan nomor atom.

dalam satu golongan, dari atas ke bawah, energi ionisasi semakin kecil

dalam satu periode, dari kiri ke kanan, energi ionisasi cenderung bertambah

Besar kecilnya energi ionisasi bergantung pada besar gaya tarik inti terhadap elektron
kulit terluar, yaitu elektron yang akan dilepaskan. Semakin kuat gaya tarik inti, semakin
besar energi ionisasi

dalam satu golongan, dari atas ke bawah, jari-jari atom bertambah besar,
sehingga gaya tarik inti terhadap elektron terluar semakin lemah. Oleh

karena itu, energi ionisasi berkurang


dalam satu periode, dari kiri ke kanan, jari-jari atom berkurang, sehingga
gaya tarik inti terhadap elektron semakin kuat. Oleh karena itu energi ionisasi
bertambah

Afinitas Elektron
Afinitas elektron adalah besarnya energi yang dihasilkan atau dilepaskan apabila suatu
atom menarik sebuah elektron

Dalam satu golongan dari atas ke bawah, afinitas elektron cenderung

berkurang
Dalam satu periode dari kiri ke kanan, afinitas elektron cenderung bertambah
Kecuali unsur alkali tanah dan gas mulia, semua unsur golongan utama

mempunyai afinitas elektronn bertanda negatif. Afinitas elektron terbesar


dimiliki oleh golongan halogen
Keelektronegatifan
Keelektronegatifan adalah kecenderungan suatu atom dalam menarik pasangan
elektron yang digunakan bersama dalam membentuk ikatan.

Unsur yang mempunyai energi ionisasi dan afinitas elektron yang besar tentu akan
mempunyai keelektronegatifan yang besar pula.
Sifat Logam dan Nonlogam
Sifat logam bergantung pada energi ionisasi. Semakin besar energi ionisasi, semakin
sukar bagi atom untuk melepas elektron, dan semakin berkurang sifat logamnya.
Kereaktifan
Kereaktifan suatu unsur begantung pada kecenderungannya melepas atau menarik
elektron. Dari kiri ke kanan dalam satu periode, mula-mula kereaktifan menurun
kemudian bertambah hingga golongan VIIA.

Laju reaki

LAJU REAKSI
Kinetika Kimia, Definisi Laju Reaksi dan
Hukum Laju
Kata Kunci: hukum laju, kinetika kimia, laju bersih, laju reaksi
Ditulis oleh Ratna dkk pada 18-12-2009
KINETIKA KIMIA

Mengapa beberapa reaksi kimia berlangsung secepat kilat sementara yang lainnya memerlukan waktu
berhari-hari, berbulan-bulan bahkan tahunan untuk menghasilkan produk yang cukup banyak?
Bagaimana katalis bisa meningkatkan laju reaksi kimia? Mengapa perubahan suhu yang sedikit saja
sering memberikan efek besar pada laju memasak? Bagaimana kajian mengenai laju reaksi kimia
memberikan informasi tentang bagaimana cara molekul bergabung membentuk produk? Semua
pertanyaan ini menyangkut kinetika kimia belum selengkap seperti termodinamika. Masih banyak
reaksi yang tetapan kesetimbangannya telah diketahui dengan cermat, tetapi perincian lintasan
reaksinya masih belum dipahami. Ini terutama berlaku untuk reaksi yang melibatkan banyak unsur
reaktan yang membentuk produknya.
Kinetika kimia adalah bagian dari ilmu kimia yang mempelajari laju dan mekanisme reaksi kimia. Besi
lebih cepat berkarat dalam udara lembab daripada dalam udara kering; makanan lebih cepat
membusuk bila tidak didinginkan; kulit bule lebih cepat menjadi gelap dalam musim panas daripada
dalam musim dingin. Ini merupakan tiga contoh yang lazim dari perubahan kimia yang kompleks
dengan laju yang beraneka menurut kondisi reaksi.
Definisi Laju Reaksi

Laju reaksi rerata analog dengan kecepatan rerata mobil. Jika posisi rerata mobil dicatat pada dua
waktu yang berbeda, maka :

Dengan cara yang sama, laju reaksi rerata diperoleh dengan membagi perubahan konsentrasi reaktan
atau produk dengan interval waktu terjadinya reaksi :

Jika konsentrasi diukur dalam mol L-1 dan waktu dalam detik, maka laju reaksi mempunyai satuan mol
L-1s-1. Kita ambil contoh khusus. Dalam reaksi fasa gas

NO2 dan CO dikonsumsi pada saat pembentukan NO dan CO2. Jika sebuah kuar dapat mengukur
konsentrasi NO, laju reaksi rerata dapat diperkirakan dari nisbah perubahan konsentrasi NO, [NO]
terhadap interval waktu, t:

Jadi laju reaksi adalah besarnya perubahan konsentrasi reaktan atau produk dalam satu satuan waktu.
Perubahan laju konsentrasi setiap unsur dibagi dengan koefisiennya dalam persamaan yang
seimbang/stoikiometri. Laju perubahan reaktan muncul dengan tanda negatif dan laju perubahan
produk dengan tanda positif.
Untuk reaksi yang umum:
aA + bB cC + dD
Lajunya ialah

Hubungan ini benar selama tidak ada unsur antara atau jika konsentrasinya bergantung pada waktu di
sepanjang waktu reaksi.
Menentukan Laju Reaksi :
Perhatikan penguraian nitrogen dioksida, NO2 menjadi nitrogen oksida, NO dan oksigen, O2 : 2NO2
2NO + O2
a. Tulislah pernyataan untuk laju rata-rata berkurangnya konsentrasi NO 2 dan laju rata-rata
bertambahnya konsentrasi NO dan O2.
b. Jika laju rata-rata berkurangnya konsentrasi NO2 ditetapkan dan dijumpai sebesar 410-13mol L-1s-1,
berapakah laju rata-rata padanannya (dari) bertambahnya konsentrasi NO dan O 2
Jawaban :
a. Laju rata-rata berkurangnya konsentrasi NO2 dinyatakan sebagai :

Laju rata-rata bertambahnya konsentrasi NO dan O2 dinyatakan sebagai:

b. Untuk tiap dua molekul NO2 yang bereaksi terbentuk dua molekul NO. Jadi berkurangnya
konsentrasi NO2 dan bertambahnya konsentrasi NO berlangsung dengan laju yang sama

Hukum Laju
Dalam membahas reaksi kesetimbangan kimia telah ditekankan bahwa reaksi ke kanan maupun ke kiri
dapat terjadi begitu produk terbentuk, produk ini dapat bereaksi kembali menghasilkan reaktan
semula.
Laju bersih ialah:
Laju bersih = laju ke kanan laju ke kiri
Dapat dikatakan, pengukuran konsentrasi memberikan laju bersih, bukannya sekedar laju ke kanan.
Bagaimanapun, sesaat sebelum reaksi yang dimulai dari reaktan murni, konsentrasi reaktan jauh lebih
tinggi dibandingkan produknya sehingga laju ke kiri dapat diabaikan. Selain itu, banyak reaksi
berlangsung sempurna (K>>1) sehingga laju yang terukur hanyalah reaksi ke kanan atau eksperimen
dapat diatur agar produknya dapat dialihkan jika terbentuk. Dalam subbab ini, persamaan diberikan
pada laju ke kanan saja.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan


reaksi
Kata Kunci: energi aktivasi, heterogen, katalis
Ditulis oleh Suparni Setyowati Rahayu pada 10-09-2009

1.

2.

3.

Kecepatan Reaksi dipengaruhi oleh ukuran partikel/zat.


Semakin luas permukaan maka semakin banyak tempat bersentuhan untuk berlangsungnya
reaksi. Luas permukaan zat dapat dicapai dengan cara memperkecil ukuran zat tersebut
Kecepatan Reaksi dipengaruhi oleh suhu.
Semakin tinggi suhu reaksi, kecepatan reaksi juga akan makin meningkat sesuai dengan teori
Arhenius.
Kecepatan Reaksi dipengaruhi oleh katalis.
Adanya katalisator dalam reaksi dapat mempercepat jalannya suatu reaksi. Kereakifan dari
katalis bergantung dari jenis dan konsentrasi yang digunakan.

Katalis
Katalis adalah suatu zat yang mempercepat suatu laju reaksi, namun ia sendiri, secara kimiawi, tidak
berubah pada akhir reaksi. Ketika reaksi selesai, maka akan didapatkan kembali massa katalasis yang
sama seperti pada awal ditambahkan.
Katalis dapat dibagi berdasarkan dua tipe dasar, yaitu reaksi heterogen dan reaksi homogen. Didalam
reaksi heterogen, katalis berada dalam fase yang berbeda dengan reaktan. Sedangkan pada dalam
reaksi homogen, katalis berada dalam fase yang sama dengan reaktan.
Jika kita melihat suatu campuran dan dapat melihat suatu batas antara dua komponen, dua komponen
itu berada dalam fase yang berbeda. Campuran antara padat dan cair terdiri dari dua fase. Campuran
antara beberapa senyawa kimia dalam satu larutan terdiri hanya dari satu fase, karena kita tidak
dapat melihat batas antara senyawa-senyawa kimia tersebut.

Fase berbeda denga istilah keadaan fisik (padat, cair dan gas). Fase dapat juga meliputi padat, cair dan
gas, akan tetapi lebih sedikit luas. Fase juga dapat diterapkan dalam dua zat cair dimana keduanya
tidak saling melarutkan (contoh, minyak dan air).

Energi Aktivasi
Tumbukan-tumbukan akan menghasilkan reaksi jika partikel-partikel bertumbukan dengan energi yang
cukup untuk memulai suatu reaksi. Energi minimum yang diperlukan disebut dengan reaksi aktivasi
energi. Kita dapat menggambarkan keadaan dari energi aktivasi pada distribusi Maxwell-Boltzmann
seperti ini:

Koloid
Koloid adalah suatu campuran zat heterogen antara dua zat atau lebih di mana partikel-partikel zat yang berukuran
koloid tersebar merata dalam zat lain. Ukuran koloid berkisar antara 1-100 nm ( 10-7 10-5 cm ).
Contoh: Mayones dan cat, mayones adalah campuran homogen di air dan minyak dan cat adalah campuran
homogen zat padat dan zat cair.
Sistem koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan suspensi (campuran
kasar). Sistem koloid ini mempunyai sifat-sifat khas yang berbeda dari sifat larutan atau suspensi.
Keadaan koloid bukan ciri dari zat tertentu karena semua zat, baik padat, cair, maupun gas, dapat dibuat dalam
keadaan koloid.
Sistem koloid sangat berkaitan erat dengan hidup dan kehidupan kita sehari-hari. Cairan tubuh, seperti darah adalah
sistem koloid, bahan makanan seperti susu, keju, nasi, dan roti adalah sistem koloid. Cat, berbagai jenis obat, bahan
kosmetik, tanah pertanian juga merupakan sistem koloid.
Karena sistem koloid sangat berpengaruh bagi kehidupan sehari-hari, kita harus mempelajarinya lebih mendalam
agar kita dapat menggunakannya dengan benar dan dapat bermanfaat untuk diri kita.
Koloid adalah suatu sistem campuran metastabil (seolah-olah stabil, tapi akan memisah setelah waktu tertentu).
Koloid berbeda dengan larutan; larutan bersifat stabil.
Di dalam larutan koloid secara umum, ada 2 zat sebagai berikut :
- Zat terdispersi, yakni zat yang terlarut di dalam larutan koloid
- Zat pendispersi, yakni zat pelarut di dalam larutan koloid
Berdasarkan fase terdispersi maupun fase pendispersi suatu koloid dibagi sebagai berikut :
Fase Terdispersi

Pendispersi

Nama koloid

Contoh

Gas

Gas

Bukan koloid, karena gas bercampur secara homogen

Gas

Cair

Busa

Buih, sabun, ombak, krim


kocok

Gas

Padat

Busa padat

Batu apung, kasur busa

Cair

Gas

Aerosol cair

Obat semprot, kabut, hair


spray di udara

Cair

Cair

Emulsi

Air santan, air susu,


mayones

Cair

Padat

Gel

Mentega, agar-agar

Padat

Gas

Aerosol padat

Debu, gas knalpot, asap

Padat

Cair

Sol

Cat, tinta

Padat

Padat

Sol Padat

Tanah, kaca, lumpur

Sifat Koloid
a. Efek Tyndall
Efek Tyndall adalah penghamburan cahaya oleh larutan koloid, peristiwa di mana jalannya sinar dalam koloid dapat
terlihat karena partikel koloid dapat menghamburkan sinar ke segala jurusan.
Contoh: sinar matahari yang dihamburkan partikel koloid di angkasa, hingga langit berwarna biru pada siang hari dan
jingga pada sore hari ; debu dalam ruangan akan terlihat jika ada sinar masuk melalui celah.
b. Gerak Brown
Gerak Brown adalah gerak partikel koloid dalam medium pendispersi secara terus menerus, karena adanya
tumbukan antara partikel zat terdispersi dan zat pendispersi. Karena gerak aktif yang terus menerus ini, partikel
koloid tidak memisah jika didiamkan.
c. Adsorbsi Koloid
Adsorbsi Koloid adalah penyerapan zat atau ion pada permukaan koloid. Sifat adsorbsi digunakan dalam proses:
1. Pemutihan gula tebu.
2. Norit.
3. Penjernihan air.
Contoh: koloid antara obat diare dan cairan dalam usus yang akan menyerap kuman penyebab diare.
+
Koloid Fe(OH)3 akan mengadsorbsi ion H sehingga menjadi bermuatan +. Adanya muatan senama maka koloid
Fe(OH), akan tolak-menolak sesamanya sehingga partikel-partikel koloid tidak akan saling menggerombol.
Koloid As2S3 akan mengadsorbsi ion OH dalam larutan sehingga akan bermuatan dan tolak-menolak dengan
sesamanya, maka koloid As2S3 tidak akan menggerombol.
d. Muatan Koloid dan Elektroforesis
Muatan Koloid ditentukan oleh muatan ion yang terserap permukaan koloid. Elektroforesis adalah gerakan partikel
koloid karena pengaruh medan listrik.
Karena partikel koloid mempunyai muatan maka dapat bergerak dalam medan listrik. Jika ke dalam koloid
dimasukkan arus searah melalui elektroda, maka koloid bermuatan positif akan bergerak menuju elektroda negatif
dan sesampai di elektroda negatif akan terjadi penetralan muatan dan koloid akan menggumpal (koagulasi).
Contoh: cerobong pabrik yang dipasangi lempeng logam yang bermuatan listrik dengan tujuan untuk
menggumpalkan debunya.
e. Koagulasi Koloid
Koagulasi koloid adalah penggumpalan koloid karena elektrolit yang muatannya berlawanan.
Contoh: kotoran pada air yang digumpalkan oleh tawas sehingga air menjadi jernih.
Faktor-faktor yang menyebabkan koagulasi:

Perubahan suhu.
Pengadukan.
Penambahan ion dengan muatan besar (contoh: tawas).
Pencampuran koloid positif dan koloid negatif.
Koloid akan mengalami koagulasi dengan cara:
1. Mekanik
Cara mekanik dilakukan dengan pemanasan, pendinginan atau pengadukan cepat.
2. Kimia
Dengan penambahan elektrolit (asam, basa, atau garam).
Contoh: susu + sirup masam > menggumpal
Lumpur + tawas > menggumpal
Dengan mencampurkan 2 macam koloid dengan muatan yang berlawanan.

Contoh: Fe(OH)3 yang bermuatan positif akan menggumpal jika dicampur As2S3 yang bermuatan negatif.
f. Koloid Liofil dan Koloid Liofob
- Koloid Liofil
Koloid Liofil adalah koloid yang mengadsorbsi cairan, sehingga terbentuk selubung di sekeliling koloid. Contoh: agaragar.
- Koloid Liofob
Koloid Liofob adalah kolid yang tidak mengadsorbsi cairan. Agar muatan koloid stabil, cairan pendispersi harus bebas
dari elektrolit dengan cara dialisis, yakni pemurnian medium pendispersi dari elektrolit.
g. Emulasi
Emulasi adalah kolid cairan dalam medium cair. Agar larutan kolid stabil, ke dalam koloid biasanya ditambahkan
emulsifier, yaitu zat penyetabil agar koloid stabil.
Contoh: susu merupakan emulsi lemak di dalam air dengan kasein sebagai emulsifier.
h. Kestabilan Koloid
a. Banyak koloid yang harus dipertahankan dalam bentuk koloid untuk penggunaannya.
Contoh: es krim, tinta, cat.
Untuk itu digunakan koloid lain yang dapat membentuk lapisan di sekeliling koloid tersebut. Koloid lain ini disebut
koloid pelindung.
Contoh: gelatin pada sol Fe(OH)3.
b. Untuk koloid yang berupa emulsi dapat digunakan emulgator yaitu zat yang dapat tertarik pada kedua cairan yang
membentuk emulsi Contoh: sabun deterjen sebagai emulgator dari emulsi minyak dan air.
i. Pemurnian Koloid
Untuk memurnikan koloid yaitu menghilangkan ion-ion yang mengganggu kestabilan koloid, dapat dilakukan cara
dialisis. Koloid yang akan dimurnikan dimasukkan ke kantong yang terbuat dari selaput semipermeabel yaitu selaput
yang hanya dapat dilewati partikel ion saja dan tidak dapat dilewati molekul koloid.
Contoh: kertas perkamen, selopan atau kolodion.
Kantong koloid dimasukkan ke dalam bejana yang berisi air mengalir, maka ion-ion dalam koloid akan keluar dari
kantong dan keluar dari bejana dan koloid tertinggal dalam kantong. Proses dialisis akan di percepat jika di dalam
bejana diberikan arus listrik yang disebut elektro dialisis.
Proses pemisahan kotoran hasil metabolisme dari darah oleh ginjal termasuk proses dialisis. Maka apabila
seseorang menderita gagal ginjal, orang tersebut harus menjalani cuci darah dengan mesin dialisator di rumah
sakit. Koloid juga dapat dimurnikan dengan penyaring ultra.

Pembuatan Sistem Koloid


1. Cara Kondensasi
Pembuatan sistem koloid dengan cara kondensasi dilakukan dengan cara penggumpalan partikel yang sangat kecil.
Penggumpalan partikel ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Reaksi Pengendapan
Pembuatan sistem koloid dengan cara ini dilakukan dengan mencampurkan larutan elektrolit sehingga menghasilkan
endapan. Contoh: AgNO3 + NaCl > AgCl(s) + NaNO3
2. Reaksi Hidrolisis
Reaksi hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air. Sistem koloid dapat dibuat dengan mereaksikan suatu zat
dengan air. Contoh: AlCl3 +H2O > Al(OH)3(s) + HCl
3. Reaksi Redoks
Pembuatan koloid dapat terbentuk dari hasil reaksi redoks.
Contoh: pada larutan emas
Reaksi: AuCl3 + HCOH > Au + HCl + HCOOH
Emas formaldehid
4. Reaksi Pergeseran
Contoh: pembuatan sol As2S3 dengan cara mengalirkan gas H2S ke dalam laruatn H3AsO3 encer pada suhu tertentu.
Reaksi: 2 H3AsO3 + 3 H2S > 6 H2O + As2S3
5. Reaksi Pergantian Pelarut
Contoh: pembuatan gel kalsium asetat dengan cara menambahkan alkohol 96% ke dalam larutan kalsium asetat
jenuh.
2.Cara Dispersi
Pembuatan sistem koloid dengan cara dispersi dilakukan dengan memperkecil partikel suspensi yang terlalu besar
menjadi partikel koloid, pemecahan partikel-partikel kasar menjadi koloid.
1. Cara Mekanik
Ukuran partikel suspensi diperkecil dengan cara penggilingan zat padat, dengan menghaluskan butiran besar

kemudian diaduk dalam medium pendispersi.


Contoh: Gumpalan tawas digiling, dicampurkan ke dalam air akan membentuk koloid dengan kotoran air.
Membuat tinta dengan menghaluskan karbon pada penggiling koloid kemudian didispersikan dalam air.
Membuat sol belerang dengan menghaluskan belerang bersama gula (1:1) pada penggiling koloid, kemudian
dilarutkan dalam air, gula akan larut dan belerang menjadi sol.
2. Cara Peptisasi
Pembuatan koloid dengan cara peptisasi adalah pembuatan koloid dengan menambahkan ion sejenis, sehingga
partikel endapan akan dipecah. Contoh: sol Fe(OH)3 dengan menambahkan FeCl3.
sol NiS dengan menambahkan H2S.
karet dipeptisasi oleh bensin.
agar-agar dipeptisasi oleh air.
endapan Al(OH)3 dipeptisasi oleh AlCl3.
3. Cara Busur Bredia/Bredig
Pembuatan koloid dengan cara busur Bredia/Bredig dilakukan dengan mencelupkan 2 kawat logam (elektroda) yang
dialiri listrik ke dalam air, sehingga kawat logam akan membentuk partikel koloid berupa debu di dalam air.
4. Cara Ultrasonik
yaitu penghancuran butiran besar dengan ultrasonik (frekuensi > 20.000 Hz)
Campuran heterogen.
Campuran homogen disebut larutan, contoh: larutan gula dalam air. Campuran heterogen dapat dibedakan menjadi 2
macam, yaitu: Sistem koloid termasuk dalam bentuk campuran. Campuran terbagi menjadi 2, yaitu:
1. Suspensi, contoh: pasir dalam air.
2. Koloid, contoh: susu dengan air.

Komponen Penyusun Koloid


1. Fase kontinyu : medium pendispersi jumlahnya lebih banyak.
2. Fase diskontinyu : medium terdispersi jumlahnya labih banyak.

Bentuk Partikel Koloid


1. Bulatan : misalnya virus, silika.
2. Batang : misalnya virus.
3. Piringan : misalnya globulin dalam darah.
4. Serat : misalnya selulosa.

Penggunaan Sistem Koloid


1. Obat-obatan : salep, krim, minyak ikan.
2. Makanan : es krim, jelly dan agar-agar.
3. Kosmetik : hair cream, skin spray, body lotion.
4. Industri : tinta, cat.

Beberapa Macam Koloid


1. Aerosol
adalah sistem koloid di mana partikel padat atau cair terdispersi dalam gas.
Contoh: aerosol padat: debu, asap.
aerosol cair: kabut, awan.
Bahan pendingin dan pendorong yang sering digunakan adalah Kloro Fluoro Karbon (CFC).
2. Emulsi
adalah sistem koloid di mana zat terdispersi dan pendispersi adalah zat cair yang tidak dapat bercampur. Misalnya:
Emulsi minyak dalam air: santan, susu, lateks, minyak ikan. Emulsi air dalam minyak: mentega, minyak rambut,
minyak bumi.
Untuk membentuk emulsi digunakan zat pengemulsi atau emulgator yaitu zat yang dapat tertarik oleh kedua zat cair
tersebut.
Contoh: sabun untuk mengemulsikan minyak dan air.
kasein sebagai emulgator pada susu.
3. Sol adalah suatu sistem koloid di mana partikel padat terdispersi dalam zat cair.
No.

Hidrofob

Hidrofil

a.

Tidak menarik molekul air tetapi mengadsorbsi ion

b.

Tidak reversible, apabila mengalami koagulasi sukar Reversibel, bila mengalami koagulasi akan dapat
menjadi sol lagi
membentuk sol lagi jika ditambah lagi medium
pendispersinya

c.

Biasanya terdiri atas zat anorganik

Biasanya terdiri atas zat organik

d.

Kekentalannya rendah

Kekentalannya tinggi

e.

Gerak Brown terlihat jelas

Gerak Brown tidak jelas

f.

Mudah dikoagulasikan oleh elektrolit

Sukar dikoagulasikan oleh elektrolit

g.

Umumnya dibuat dengan cara kondensasi

Umumnya dibuat dengan cara dispersi

h.

Efek Tyndall jelas

Efek Tyndall kurang jelas

i.

Menarik molekul air hingga menyelubungi partikel


terdispersi

Contoh: sol logam, sol belerang, sol Fe(OH)3, sol


Contoh: sol kanji, sol protein, sol sabun, sol gelatin
As2S3, sol sulfida
4. Gel/Jel adalah koloid liofil setengah kaku.
Contoh: agar-agar, lem kanji, selai, jelly untuk menata rambut.
5. Buih adalah sistem koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair.
Contoh: sabun, detergen, protein.
Zat-zat yang dapat memecah/mencegah buih yaitu eter, isoamil alcohol

Senyawa aromatis

a. senyawa aromatik
senyawa aromatik adalah senyawa hidrokarbon dengan ikatan tunggal dan ikatan rangkap
diantara atom-atom karbonnya. kongfigurasi 6 atom karbon pada senyawa ini di kenal dengan
cincin benzene.
Sifat-sifat senyawa aromatik
1.sifat fisik
zat cair tidak berwarna
memiliki bau yang khas
mudah menguap
benzene digunakan sebagai pelarut
tidak larut dalam pelarut polar seperti air tetapi larut dalam senyawa yang kurang polar
seperti eter dan tetraklorometana.
larut dalam berbagai pelarut organik
benzena dapat membentuk campuran azeotrop dengan air
densitas : 0,88
2. sifat kimia
bersifat toksik karsinogenik ( hati-hati menggunakan benzena sebagai pelarut hanya
gunakan jika tidak ada alternatif lain misalnya toluena .
merupakan senyawa nonpolar
tidak begitu reaktif tetapi mudah terbakar dengan menghasilkan banyak jelaga

lebih mudah mengalami reaksi subtitusi dari pada adisi

b. SENYAWA AROMATIS DAN STRUKTURNYA


Yang termasuk senyawa aromatis adalah Senyawa benzena
Senyawa kimia dengan sifat kimia seperti benzena
1.
BENZENA
Benzena dan Turunannya Senyawa benzena pertama kali disintesis oleh Michael Faraday pada
tahun 1825, dari gas yang dipakai sebagai bahan bakar lampu penerang.Sepuluh tahun kemudian
diketahui bahwa benzena memiliki rumus molekul C6H6 sehingga disimpulkan bahwa benzena memiliki
ikatan rangkap yang lebih banyak daripada alkena.
Dari residu berminyak yang tertimbun dalam pipa induk gas di London. Saat ini sumber utama
benzena, benzena tersubtitusi dan senyawa aromatic adalah petroleum : sebelumnya dari ter batubara
hamper 90% senyawa aktif bahan obat adalah senyawa aromatik : rumus struktur mempunyai inti
benzena.
a.

Struktur Benzena
Ikatan rangkap pada benzena berbeda dengan ikatan rangkap pada alkena. Ikatan rangkap

pada alkena dapat mengalami reaksi adisi, sedangkan ikatan rangkap pada benzena tidak dapat diadisi,
tetapi benzena dapat bereaksi secara substitusi. Contoh:
Reaksi adisi

: C2H4 + Cl2 --> C2H4Cl2

Reaksi substitusi

: C6H6 + Cl2 --> C6H5Cl + HCl

Menurut Friedrich August Kekule, keenam atom karbon pada benzena tersusun secara siklik
membentuk segienam beraturan dengan sudut ikatan masing-masing 120. Ikatan antaratom karbon
adalah ikatan rangkap dua dan tunggal bergantian (terkonjugasi).
Analisis sinar-X terhadap struktur benzena menunjukkan bahwa panjang ikatan antaratom
karbon dalam benzena sama, yaitu 0,139 nm. Adapun panjang ikatan rangkap dua C=C adalah 0,134 nm
dan panjang ikatan tunggal CC adalah 0,154 nm. Jadi, ikatan karbon-karbon pada molekul benzena
berada di antara ikatan rangkap dua dan ikatan tunggal. Hal ini menggugurkan struktur dari Kekule..
c.Tata nama senyawa aromatik heterosiklik
Karena banyak di dapati tersebar di alam, maka umumnya senyawa heterosiklik aromatik lebih menarik
perhatian para ahli kimia daripada senyawa polisiklik yang hanya mengandung atom-atom karbon dalam
cincin-cincinnya. Seperti senyawa aromatik polisiklik. Sistem cincin senyawa heterosiklik aromatik juga
mempunyai tata nama tersendiri. Berbeda dengan senyawa lainnya, penomoran pada cincin hetrosiklik
ditetapkan berdasarkan perjanjian dan tidak berubah bagaimanapun subtituannya.
d.Alkaloid dan asam nukleat
1.Alkaloid
Nama alkaloid banyak ditemukan pada tumbuhan yang mengandung atom nitrogen basa. Dan dapat
diekstrak dari dalam bahan tumbuhan dengan asam encer. Senyawa ini disebut dengan alkaloid yang
artinya mirip alkali setelah mengalami proses ekstraksi maka alkaloid bebas dapat diperoleh dengan
pengolahan lanjutan dengan basa dalam air.
Berdasarakan strukturnya, alkaloid mempunyai struktur yang beragam dari yang sederhan sampai yang
rumit. Salah satu contoh yang sederhana yaitu nikotina.
Meskipun struktur nikotina dalam dosis tinggi bersifat toksin sedangkan dalam dosis rendah nikotina

bertindak sebagai stimula terhadap sistem syaraf otonom.


Contoh lain dari alkaloid dalm keadaan murni yaitu morfina, kodeina dan heroin.

Reaksi redoks
enyawa aromatik terdiri dari kelas hidrokarbon yang mencakup enam anggota dan
memiliki cincin karbon tak jenuh di mana elektron valensi ikatan pi terdelokalisasi
atau terkonjugasi.
Senyawa ini bersifat stabil dan melimpah baik dalam bentuk alami maupun
sintetisnya. Nama aromatik diambil berdasarkan pada aroma kuat yang
dihasilkannya.
Senyawa aromatik paling sederhana adalah benzena (C6H6), senyawa bersifat
karsinogen yang mudah terbakar, namun merupakan bahan kimia industri penting.
Berlian dan grafit, sementara tidak dianggap senyawa aromatik, menunjukkan
pembagian elektron terdelokalisasi pada jarak atom yang sangat panjang.
Ikatan kovalen karbon, dasar dari kimia organik, berbagi dua elektron antara dua
atom karbon yang berdekatan sebagai ikatan tunggal atau empat elektron antara
dua karbon dalam ikatan ganda.
Sebuah sistem terkonjugasi memiliki serangkaian ikatan tunggal dan ganda yang
dapat diwakili oleh dua atau lebih struktur Lewis.
Konjugasi atau resonansi terjadi ketika terdapat orbital-p atau orbital-d pada
senyawa dengan berat molekul lebih besar.
Konjugasi dapat terjadi pada konfigurasi linear, bercabang, atau siklik antara ikatan
atom karbon, oksigen, atau nitrogen.
Aromatisitas terjadi ketika elektron dalam rantai karbon bahkan lebih terdelokalisasi
dengan membentuk cincin enam karbon yang setara dengan tiga dari masingmasing ikatan tunggal dan ganda.

Energi yang dilepaskan ketika sikloheksena yang dihidrogenasi menjadi


cyclohexadiene dengan menambahkan hidrogen pada ikatan rangkap adalah 28,6
kkal per mol.
Hidrogenasi cyclohexadiene dengan dua ikatan rangkap melepaskan 55,4 kkal/mol
atau 27,7 kkal per mol H2.
Benzene melepaskan 49,8 kkal per mol atau 16,6 kkal per mol H2 pada hidrogenasi
lengkap.
Nilai energi yang sangat rendah adalah ukuran stabilitas struktur aromatik.
Senyawa aromatik sering melepaskan tekanan uap dan banyak molekul gas yang
terdeteksi oleh hidung manusia.
Kayu manis, daun wintergreen, dan vanili semua memiliki senyawa aromatik yang
bisa dicium.
Senyawa aromatik yang disintesis juga digunakan sebagai bahan penyedap
makanan.
Beberapa senyawa aromatik terdiri dari struktur polisiklik berbagi satu atau lebih sisi
cincin enam anggota karbon dengan cincin karbon yang berdekatan.
Naftalena (C10H8) memiliki dua cincin benzena gabungan. Tiga cincin yang
bergabung linear disebut antrasena (C14H10), sementara enam cincin benzena
berbentuk lingkaran, dengan tingkat tinggi delokalisasi elektron yang disebut
hexhelicene (C26H16).
Dengan peningkatan jumlah cincin maka rasio hidrogen-karbon semakin berkurang,
material menjadi lebih stabil, lebih keras, dan titik leleh meningkat.
Saat rasio mendekati nol, senyawa ini pada dasarnya merupakan bentuk lain dari
karbon.[]

Di dalam bidang kimia organik, struktur dari beberapa rangkaian atom berbentuk cincin kadangkadang memiliki stabilitas lebih besar dari yang diduga. Aromatisitas adalah sebuah sifat kimia di
mana sebuah cincin terkonjugasi yang ikatannya terdiri dariikatan tidak jenuh, pasangan tunggal,
atau orbit kosong menunjukan stabilitas yang lebih kuat dibandingkan stabilitas sebuah sistem yang
hanya terdiri dari konjugasi. Aromatisitas juga bisa dianggap sebagai manifestasi dari delokalisasi
siklik dan resonansi.[1][2][3]
Hal ini biasanya dianggap terjadi karena elektron-elektron bisa berputar di dalam bentuk susunan
lingkaran atom-atom, yang bergantian antara ikatan kovalen tunggal dan ganda. Ikatan-ikatan ini
bisa dipandang sebagai ikatan hibrida (campuran) antara ikatan tunggal dan ikatan ganda, setiap
ikatan-ikatan ini adalah sama (identis) dengan ikatan yang lainnya. Model cincin aromatis yang
umum dipakai, yaitu sebuah cincin benzena (cyclohexatriena) adalah terbentuk dari cincin
beranggota enam karbon yang bergantian, pertama kali dikembangkan oleh Kekul.
Model benzena ini terdiri dari dua bentuk resonansi, yang menggambarkan ikatan covalen tunggal
dan ganda yang bergantian posisi. Benzena adalah sebuah molekul yang lebih stabil dibandingkan
yang diduga tanpa memperhitungkan delokalisasi muatan.

Reaksi redoks
Reaksi redoks adalah reaksi kimia yang disertai perubahan bilangan oksidasi atau reaksi yang di dalamnya
terdapat serah terima elektron anatar zat. Reaksi redoks sederhana dapat disetarakan dengan mudah tanpa
metode khusus, seperti yang telah dijelaskan di kelas X. akan tetapi untuk reaksi yang cukup kompleks, ada
dua metode yang dapat digunakan untuk meyetarakannnya, yaitu:
1. Metode bilangan oksidasi, yang digunakan untuk reaksi yang berlangsung tanpa atau dalam air, dan
memiliki persamaan reaksi lengkap (bukan ionik).
2. Metode setengah reaksi (metode ion elektron), yang digunakan untuk reaksi yang berlangsung dalam air
dan memiliki persamaan ionik.
Meyetarakan persamaan Reaksi Redoks
1. Metode bilangan oksidasi
Prinsip dasar metode ini adalah jumlah kenaikan bilangan oksidasi dari reduktor (zat yang teroksidasi) sama
dengan jumlah penurunan bilangan reduksi dari oksidator (zat yang tereduksi). Untuk menyetarakan
persamaan redoks dengan metode ini, harus ditempuh langkah-langkah sebagai berikut:
1. Tulislah bilangan oksidasi setiap unsur untuk mengetahui unsur mana yang mengalami perubahan bilangan
oksidasi.
2. Setarakan jumlah unsur yang mengalami perubahan bilangan oksidasi antara ruas kiri dengan ruas kanan
dengan menambah koefisien yang tepat.
3. Tentukan jumlah berkurang dan bertambahnya bilangan oksidasi.
4. Setarakan jumlah perubahan jumlah bertambah dan berkurangnya bilangan oksidasi tersebut dengan
memberi koefisien yang sesuai.
5. Setarakan unsur-unsur yang lainnya dalam urutan kation, anion, hidrogen, dan terakhir oksigen (KAHO).

Untuk lebih jelasnya, perhatikanlah contoh berikut:

Setarakan reaksi berikut dengan metode bilangan oksidasi:


MnO(s) + PbO2 (s) + HNO3 (aq) HMnO4(aq) + Pb(NO3)2 (aq)+ H2O(l)
Jawab:
Langkah 1, tulislah bilangan oksidasi setiap unsur untuk mengetahui unsur mana yang mengalami perubahan
bilangan oksidasi.
+2 -2 +4 -2 +1 +5 -2 +1 +7 -2 +2 +5 -2 +1 -2
MnO(s) + PbO2 (s) + HNO3 (aq) HMnO4(aq) + Pb(NO3)2 (aq)+ H2O(l)
oksidasi
reduksi
Langkah 2, setarakan jumlah unsur yang mengalami perubahan bilangan oksidasi antara ruas kiri dengan ruas
kanan dengan menambah koefisien yang tepat.
Terdapat 1 atom Mn di ruas kanan dan kiri, sehingga tidak perlu disetarakan
Terdapat 1 atom Pb di ruas kanan dan kiri, sehingga tidak perlu disetarakan
Langkah 3, tentukan jumlah berkurang dan bertambahnya bilangan oksidasi.
Oksidasi: +2 +7
MnO HMnO4
jumlah kenaikan b.o = (jumlah atom Mn) x (kenaikan b.o per atom Mn)
= (1) x (5) = 5
Reduksi: +4 +2
PbO2 Pb(NO3)2
Jumlah penurunan b.o = (jumlah atom Pb) x (penurunan b.o per atom Pb)
= (1) x (2) = 2
Langkah 4, setarakan jumlah perubahan jumlah bertambah dan berkurangnya bilangan oksidasi tersebut
dengan memberi koefisien yang sesuai.
Untuk menyamakan perubahan bilangan oksidasi, maka dilakukan perkalian silang berikut:
Oksidasi: MnO HMnO4 (x 2) diperoleh 2MnO 2HMnO4
Reduksi: PbO2 Pb(NO3)2 (x 5) 5PbO2 5Pb(NO3)2
Persamaan reaksi menjadi:
2MnO + 5PbO2 + HNO3 2HMnO4 + 5Pb(NO3)2 + H2O
Langkah 5, setarakan unsur-unsur yang lainnya dalam urutan kation, anion, hidrogen, dan terakhir oksigen
(KAHO).
Kation, tidak ada
Anion NO3-, jumlah anion NO3- di ruas kiri = 1 dan di ruas kanan = 10. jadi setarakan NO3- dengan mengubah
koefisien HNO3 ruas kiri dari 1 menjadi 10.
2MnO + 5PbO2 + 10HNO3 2HMnO4 + 5Pb(NO3)2 + H2O
Hidrogen. Jumlah atom hidrogen di ruas kiri 10 dan di ruas kanan 4. jadi, setarakan H dengan mengubah H2O
di ruas kanan dari 4 menjadi 10.
2MnO + 5PbO2 + 10HNO3 2HMnO4 + 5Pb(NO3)2 + 4H2O
Oksigen. Jumlah atom oksigen di ruas kanan = 42 dan di ruas kiri =42. jadi sudah setara.
Jadi, persamaan yang diperoleh adalah
2MnO + 5PbO2 + 10HNO3 2HMnO4 + 5Pb(NO3)2 + 4H2O
2. Metode setengah reaksi atau metode ion elektron
Prinsip dasar metode setengah reaksi adalah pemisahan reaksi oksidasi dan reaksi reduksi dalam reaksi
redoks. Masing-masing reaksi tersebut dinamakan setengah reaksi oksidasi dan setengah reaksi reduksi.
Kedua reaksi ini kemudian disetarakan secara terpisah, sebelum digabungkan kembali untuk memperoleh

persamaan reaksi redoks yang sudah setara secara keseluruhan.


Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada metode ini, yaitu:
Persamaan reaksi redoks merupakan penjumlahan dua setengah reaksi.
Jumlah elektron yang dilepaskan pada oksidasi sama dengan jumlah elektron yang ditangkap pada reduksi.
Suasana berlangsungnya reaksi.
Metode setengah reaksi digunakan untuk reaksi redoks yang memiliki persamaan reaksi ionik dimana serah
terima elektron digambarkan dengan jelas. Pembahasan metode ini, dibagi menjadi dua kondisi, yaitu untuk
suasana asam dan suasana basa atau netral.
a. Reaksi redoks untuk larutan asam
Penyetaraan reaksi redoks untuk kondisi asam dilakukan dengan penambahan ion H+. Untuk menyetarakan
persamaan redoks pada suasana asam, harus ditempuh langkah-langkah sebagai berikut:
1. Tulislah bilangan oksidasi setiap unsur untuk mengetahui unsur mana yang mengalami perubahan bilangan
oksidasi.
2. Tulislah kerangka setengah reaksi reduksi dan oksidasinya.
3. Setarakan jumlah unsur yang mengalami perubahan bilangan oksidasi antara ruas kiri dengan ruas kanan
dengan menambah koefisien yang tepat.
4. Setarakan oksigen (O) dengan menambahkan H2O ke ruas yang kekurangan O
5. Setarakan hidrogen (H) dengan menambahkan H+ ke ruas yang kekurangan atom H
6. Setarakan muatan dengan menambahakan elektron (e-) ke ruas yang meuatannya lebih positif
7. Samakan jumlah elektron pada reaksi reduksi dan oksidasi
Untuk lebih jelasnya, perhatikanlah contoh berikut:

Setarakan reaksi berikut dengan metode setengah reaksi:


Cu(s) + NO3-(aq) + H+(aq) Cu2+(aq) + NO2 (g) + H2O (l)
Jawab:
Langkah 1, tulislah bilangan oksidasi setiap unsur untuk mengetahui unsur mana yang mengalami perubahan
bilangan oksidasi.
0 +5 -2 +1 +2 +4 -2 +1 -2
Cu(s) + NO3-(aq) + H+(aq) Cu2+(aq) + NO2 (g) + H2O (l)
oksidasi
reduksi
Langkah 2, tulislah kerangka setengah reaksi reduksi dan oksidasinya.
Reduksi: NO3- NO2
Oksidasi: Cu Cu2+
Langkah 3, setarakan jumlah unsur yang mengalami perubahan bilangan oksidasi antara ruas kiri dengan ruas
kanan dengan menambah koefisien yang tepat.
Karena jumlah atom N dan Cu sudah setara, tidak ada yang perlu dilakukan
Reduksi: NO3- NO2
Oksidasi: Cu Cu2+
Langkah 4, setarakan oksigen (O) dengan menambahkan H2O ke ruas yang kekurangan O
Reduksi: NO3- NO2 + H2O
Oksidasi: Cu Cu2+
Langkah 5, setarakan hidrogen (H) dengan menambahkan H+ ke ruas yang kekurangan atom H
Reduksi: 2H+ + NO3- NO2 +H2O
Oksidasi: Cu Cu2+
Langkah 6, setarakan muatan dengan menambahkan elektron (e-) ke ruas yang muatannya lebih positif.
Pada reaksi reduksi, muatan ruas kiri = 1 x (muatan NO3-) = 1x (3-) =3Muatan ruas kanan = 2 x (muatan H+) = 2 x (1+) = 2+
Jadi, muatan ruas kiri (3-) dan ruas kanan (2+) dapat disetarakan dengan penambahan 1 e- di ruas kanan.

Pada reaksi oksidasi, muatan ruas kiri = 0


Muatan ruas kanan = (muatan Cu2+) = 2Jadi, muatan ruas kiri (0) dan ruas kanan (2-) dapat disetarakan dengan penambahan 2 e- di ruas kiri.
Reduksi: H2O + NO3- NO2 +2H+ + eOksidasi: 2e- + Cu Cu2+
Langkah 7, Samakan jumlah elektron pada reaksi reduksi dan oksidasi dengan perkalian silang atau jika
jumlah elektron pada reaksi reduksi dan oksidasi adalah kelipatan, maka gunakan faktor terkecil. Lalu,
jumlahkan kedua setengah reaksi tersebut.
Reduksi: H2O + NO3- NO2 +2H+ + e- (x2) 2H2O + 2NO3- 2NO2 + 4H+ +2eOksidasi: 2e- + Cu Cu2+ (x1) 2e- + Cu Cu2+ + Redoks: 2H2O + 2NO3- + Cu 2NO2 + 4H+ + Cu2+
Jadi, persamaan yang diperoleh adalah
2H2O + 2NO3- + Cu 2NO2 + 4H+ + Cu2+
b. Reaksi redoks untuk larutan basa atau netral
Penyetaraan reaksi redok untuk larutan basa atau meta sama dengan larutan asam. Langkah 1-7 untuk larutan
asam masih berlaku. Kita hanya perlu menambahkan langkah ke 8 dan 9,yaitu penambahan OH- dan
perolehan total reaksi redoks. Untuk menyetarakan persamaan redoks pada suasanabasa, harus ditempuh
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Tulislah bilangan oksidasi setiap unsur untuk mengetahui unsur mana yang mengalami perubahan bilangan
oksidasi.
2. Tulislah kerangka setengah reaksi reduksi dan oksidasinya.
3. Setarakan jumlah unsur yang mengalami perubahan bilangan oksidasi antara ruas kiri dengan ruas kanan
dengan menambah koefisien yang tepat.
4. Setarakan oksigen (O) dengan menambahkan H2O ke ruas yang kekurangan O
5. Setarakan hidrogen (H) dengan menambahkan H+ ke ruas yang kekurangan atom H
6. Setarakan muatan dengan menambahakan elektron (e-) ke ruas yang meuatannya lebih positif
7. Samakan jumlah elektron pada reaksi reduksi dan oksidasi
8. Menambahkan OH- di ruas kiri dan kanan. Jumlah OH- harus sama dengan jumlah H+ yang ada. OH- dan
H+ membentuk H2O.
9. Periksa apakah ada spesi yang sama di ruas kiri dan kanan. Jika ada,kurangi jumlah spesi yang lebih besar
dengan yang lebih kecil.
Untuk lebih jelasnya, perhatikanlah contoh berikut:

Setarakan reaksi berikut dengan metode setengah reaksi:


Au (s) + CN-(aq) +O2(g) Au(CN)4- (aq) +OH- (aq)
Jawab:
Langkah 1, tulislah bilangan oksidasi setiap unsur untuk mengetahui unsur mana yang mengalami perubahan
bilangan oksidasi.
0 +4-3 0 +2 +4-3 -2 +1
Au (s) + CN- (aq) +O2(g) Au(CN)4- (aq) + OH- (aq)
reduksi
oksidasi
Langkah 2, tulislah kerangka setengah reaksi reduksi dan oksidasinya.
Reduksi: Au Au2+
Oksidasi: O2 OHLangkah 3, setarakan jumlah unsur yang mengalami perubahan bilangan oksidasi antara ruas kiri dengan ruas
kanan dengan menambah koefisien yang tepat.
Reduksi: Au Au2+
Oksidasi: O2 OH- (tidak ada)

Langkah 4, setarakan oksigen (O) dengan menambahkan H2O ke ruas yang kekurangan O
Reduksi: Au Au2+
Oksidasi: O2 OH- + H2O
Langkah 5, setarakan hidrogen (H) dengan menambahkan H+ ke ruas yang kekurangan atom H
Reduksi: Au Au2+
Oksidasi: 3H++O2 OH- + H2O
Langkah 6, setarakan muatan dengan menambahkan elektron (e-) ke ruas yang muatannya lebih positif.
Pada reaksi reduksi, muatan ruas kiri = 0
Muatan ruas kanan = 1 x (muatan Au2+) =1 x (2+) = 2+
Jadi, muatan ruas kiri (0) dan ruas kanan (2+) dapat disetarakan dengan penambahan 2 e- di ruas kanan.
Pada reaksi oksidasi, muatan ruas kiri = 3 x (muatan H+) =3 x (1+) = 3+
Muatan ruas kanan = 1x (muatan OH-) = 1x (1-) = 1Jadi, muatan ruas kiri (3+) dan ruas kanan (1-) dapat disetarakan dengan penambahan 4 e- di ruas kiri.
Reduksi: Au Au2+ + 2eOksidasi: 4e- +3H++O2 OH- + H2O
Langkah 7, Samakan jumlah elektron pada reaksi reduksi dan oksidasi dengan perkalian silang atau jika
jumlah elektron pada reaksi reduksi dan oksidasi adalah kelipatan, maka gunakan faktor terkecil. Lalu,
jumlahkan kedua setengah reaksi tersebut.
Reduksi: Au Au2+ + 2e- (x2) 2Au 2Au2+ + 4eOksidasi: 4e- + 3H+ +O2 OH- + H2O (x1) 4e- + 3H+ +O2 OH- + H2O +
Reaksi redoks:2Au +3H+ +O2 2Au2+ +OH-+H2O
Langkah 8, Menambahkan OH- di ruas kiri dan kanan. Jumlah OH- harus sama dengan jumlah H+ yang ada.
OH- dan H+ membentuk H2O.
Reaksi redoks: 3OH- + 2Au + 3H+ + O2 2Au2+ + OH-+ H2O + 3OHReaksi redoks: 3H2O + 2Au + O2 2Au2+ + H2O + 4OHLangkah 9, Periksa apakah ada spesi yang sama di ruas kiri dan kanan. Jika ada,kurangi jumlah spesi yang
lebih besar dengan yang lebih kecil.
Reaksi redoks: 3H2O + 2Au + O2 2Au2+ + H2O + 4OH- (tidak ada)
Jadi, persamaan yang diperoleh adalah
3H2O + 2Au + O2 2Au2+ + H2O + 4OH-

Titrasi
Titrasi merupakan metode analisis kimia secara kuantitatif yang biasa digunakan
dalam laboratorium untuk menentukan konsentrasi darireaktan. Karena pengukuran volum
memainkan peranan penting dalam titrasi, maka teknik ini juga dikenali dengan analisis volumetrik.
Analisis titrimetri merupakan satu dari bagian utama dari kimia analitik dan perhitungannya
berdasarkan hubungan stoikhiometri dari reaksi-reaksi kimia. Analisis cara titrimetri berdasarkan
reaksi kimia seperti: aA + tT hasil dengan keterangan: (a) molekul analit A bereaksi dengan (t)
molekul pereaksi T. Pereaksi T, disebut titran, ditambahkan secara sedikit-sedikit, biasanya dari
sebuah buret, dalam bentuk larutan dengan konsentrasi yang diketahui. Larutan yang disebut
belakangan disebut larutan standar dan konsentrasinya ditentukan dengan suatu proses
standardisasi. Penambahan titran dilanjutkan hingga sejumlah T yang ekivalen dengan A telah
ditambahkan. Maka dikatakan baha titik ekivalen titran telah tercapai. Agar mengetahui bila
penambahan titran berhenti, kimiawan dapat menggunakan sebuah zat kimia, yang disebut

indikator, yang bertanggap terhadap adanya titran berlebih dengan perubahan warna. Indikator
asam basa terbuat dari asam atau basa organik lemah, yang mempunyai warna berbeda ketika
dalam keadaan terdisosiasi maupun tidak. Perubahan warna ini dapat atau tidak dapat trejadi tepat
pada titik ekivalen. Titik titrasi pada saat indikator berubah warna disebut titik akhir. Tentunya
merupakan suatu harapan, bahwa titik akhir ada sedekat mungkin dengan titik ekivalen. Memilih
indikator untuk membuat kedua titik berimpitan (atau mengadakan koreksi untuk selisih keduanya)
merupakan salah satu aspek penting dari analisis titrimetri. Istilah titrasi menyangkut proses ntuk
mengukur volum titran yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalen. Selama bertahun-tahun istilah
analisis volumetrik sering digunakan daripada titrimetrik. Akan tetapi dilihat dari segi yang ketat,
istilah titrimetrik lebih baik, karena pengukuran-pengukuran volum tidak perlu dibatasi oleh titrasi.
Pada analisis tertentu misalnya, orang dapat mengukur volum gas.
Sebuah reagen yang disebut sebagai peniter[1], yang diketahui konsentrasi (larutan standar) dan
volumnya digunakan untuk mereaksikan larutan yang dititer[2] yang konsentrasinya tidak diketahui.
Dengan menggunakan buret terkalibrasi untuk menambahkan peniter, sangat mungkin untuk
menentukan jumlah pasti larutan yang dibutuhkan untuk mencapai titik akhir. Titik akhir adalah titik di
mana titrasi selesai, yang ditentukan dengan indikator. Idealnya indikator akan berubah warna pada
saat titik ekivalensidi mana volum dari peniter yang ditambahkan dengan mol tertentu sama
dengan nilai dari mol larutan yang dititer. Dalam titrasi asam-basa kuat, titik akhir dari titrasi adalah
titik pada saat pH reaktan hampir mencapai 7, dan biasanya ketika larutan berubah warna
menjadi merah muda karena adanya indikator pH fenolftalein. Selain titrasi asam-basa, terdapat
pula jenis titrasi lainnya.
Banyak metode yang dapat digunakan untuk mengindikasikan titik akhir dalam reaksi; titrasi
biasanya menggunakan indikator visual (larutan reaktan yang berubah warna). Dalam titrasi asambasa sederhana, indikator pH dapat digunakan, sebagai contoh adalah fenolftalein, di mana
fenolftalein akan berubah warna menjadi merah muda ketika larutan mencapai pH sekitar 8.2 atau
melewatinya. Contoh lainnya dari indikator pH yang dapat digunakan adalah metil jingga, yang
berubah warna menjadi merah dalam asam serta menjadi kuning dalam larutan alkali.
Tidak semua titrasi membutuhkan indikator. Dalam beberapa kasus, baik reaktan
maupun produk telah memiliki warna yang kontras dan dapat digunakan sebagai "indikator".
Sebagai contoh, titrasi redoks menggunakan potasium permanganat (merah muda/ungu) sebagai
peniter tidak membutuhkan indikator. Ketika peniter dikurangi, larutan akan menjadi tidak berwarna.
Setelah mencapai titik ekivalensi, terdapat sisa peniter yang berlebih dalam larutan. Titik ekivalensi
diidentifikasikan pada saat munculnya warna merah muda yang pertama (akibat kelebihan
permanganat) dalam larutan yang sedang dititer.

Akibat adanya sifat logaritma dalam kurva pH, membuat transisi warna yang sangat tajam;
sehingga, satu tetes peniter pada saat hampir mencapai titik akhir dapat mengubah nilai pH secara
signifikansehingga terjadilah perubahan warna dalam indikator secara langsung. Terdapat sedikit
perbedaan antara perubahan warna indikator dan titik ekivalensi yang sebenarnya dalam titrasi.
Kesalahan ini diacu sebagai kesalahan indikator, dan besar kesalahannya tidak dapat ditentukan.

TITRASI ASAM BASA


1. Prinsip Dasar
Titrasi netralisasi adalah titrasi yang didasarkan pada reaksi antara suatu asam dengan basa
H3O+ + OH 2 H2O
Dalam titrasi ini berlaku hubungan :
jumlah ekivalen asam (H3O+) sama dengan jumlah ekivalen basa (OH).
Larutan baku yang digunakan pada titrasi netralisasi adalah asam kuat atau basa kuat, karena zat-zat tersebut
bereaksi lebih sempurna dengan analit dibandingkan dengan jika dipakai asam atau basa yang lebih lemah. Larutan
baku asam dapat dibuat dari HCl, H2SO4 atau HClO4, sedangkan larutan baku basa dibuat dari NaOH atau KOH.
Larutan baku primer adalah larutan yang konsentrasinya dapat ditentukan dengan perhitungan langsung dari berat
zat yang mempunyai kemurnian tinggi, stabil dan bobot ekivalen tinggi kemudian dilarutkan sampai volume tertentu.
Sedangkan larutan baku sekunder, konsentrasinya harus ditentukan terlebih dahulu dengan pembakuan/standarisasi
terhadap baku primer.
Contoh:
Baku primer

: Na2CO3, Na2B4O7, Kalium Hidrogen Ptalat (KHP), H2C2O4

Baku sekunder

: HCl, H2SO4, NaOH, KOH

Titrasi netralisasi dapat berlangsung antara asam kuat dengan basa kuat; asam/basa lemah dengan basa/asam kuat
seperti:
NH4OH + H3O+ NH4+ + 2H2O
CH3COOH + OH CH3COO + H2O

(basa lemah dengan asam kuat)


(asam lemah dengan basa kuat)

CH3COO + H3O+ CH3COOH + H2O


NH4+ + OH NH3 + H2O

(garam dengan asam kuat)


(garam dengan asam kuat)

Kedua contoh terakhir di atas menggambarkan titrasi garam monofungsional. Garam-garam tersebut dalam air
mengalami hidrolisis menghasilkan larutan yang bersifat asam atau basa. Apakah garam-garam ini dititrasi dengan
asam atau basa bergantung pada nilai Ka dan Kb. Bila nilai Ka>Kb (larutan lebih bersifat asam), maka garam
tersebut dapat dititrasi dengan basa, bila sebaliknya (Ka<Kb), garam tersebut dapat dititrasi dengan asam. Titik
ekivalen dicapai pada pH larutan CH3COOH atau NH4OH.
Asam-asam poliprotik/polifungsional (H3PO4, H3AsO4) bila dititrasi dengan basa kuat dapat mempunyai titik ekivalen
lebih dari satu.
H3PO4 + NaOH > NaH2PO4 + H2O
NaH2PO4 + NaOH > Na2HPO4 + H2O

(Titik Ekivalen I)
(Titik Ekivalen II)

Titik ekivalen pertama ditentukan oleh pH larutan NaH2PO4/NaH2AsO4 dan titik ekivalen kedua oleh pH larutan
Na2HPO4/Na2HAsO4. Garam-garam tersebut karena dapat terhidrolisis menjadi asam dan basa maka untuk:
Titik Ekivalen pertama

: [H3O+] = K1K2

Titik Ekivalen kedua

: [H3O+] = K2K3

Untuk garam-garam amfoter seperti NaHCO3, NaH2PO4, Na2HPO4 sifat larutannya ditentukan oleh nilai Ka dan Kb.
Besarnya nilai Ka dan Kb menentukan apakah garam-garam tersebut sebaiknya dititrasi dengan asam atau basa.
Bila nilai Ka>Kb maka sebaiknya garam tersebut dititrasi dengan basa kuat atau sebaliknya dengan asam kuat.
Seperti halnya asam-asam polifungsional, titrasi garam-garam seperti Na2CO3 dan Na3PO4 mempunyai titik ekivalen
lebih dari satu. Garam tersebut dalam larutan bersifat basa sehingga dapat dititrasi dengan asam. Contoh:
CO32 + H3O+ HCO3 + H2O
HCO3 + H3O+ H2CO3 + H2O
Titik ekivalen pertama ditentukan oleh pH larutan NaHCO3 dan titik ekivalen kedua oleh pH larutan H2CO3

Titik akhir titrasi dan pemilihan


indikator

Titik akhir titrasi ditentukan dengan memilih indikator yang warnanya berubah sekitar titik ekivalen. Misalnya pada
titrasi larutan garam Na2CO3 dengan larutan HCl, titik ekivalen pertama terjadi pada [H3O+] = K1K2 nilai pH sekitar
8,35. Jadi indikator yang dapat digunakan adalah fenolftalein (8,1 10) yang berubah dari merah menjadi tidak
berwarna. Pada titik ekivalen kedua, [H3O+] = Ka1 nilai pH = 3,17; dan indikator yang sesuai adalah jingga metil.
Dengan indikator ini perubahan warna yang diamati kurang tajam. Untuk memperbaiki pengamatan pada titik
ekivalen ini, larutan dapat dididihkan terlebih dahulu, sehingga gas CO2 keluar dan sifat larutan ditentukan oleh
garam NaCl yang tertinggal. Kelebihan asam dititrasi dengan larutan baku basa, dengan demikian dapat digunakan
indikator metil jingga.
Pada pemilihan indikator harus diperhitungkan pula zat apa yang digunakan sebagai titran (yang diisikan dalam
buret). Misalnya pada titrasi larutan HCl dengan larutan NaOH. Jika larutan HCl dipakai sebagai titran, larutan analit
bersifat basa, maka indikator fenolftalein yang ditambahkan pada analit berwarna merah. Hilangnya warna merah
indikator terjadi pada pH 8,1; sedangkan titik ekivalen titrasi terdapat pada pH 7,0. Jadi hilangnya warna merah
terjadi sebelum titik ekivalen tercapai. Karena itu sebaiknya dipakai indikator dengan trayek perubahan warna pada
sebelum atau sekitar pH 7,0.

Stoikiometri
RANGKUMAN MATERI STOIKIOMETRI
23 Januari 2015 by krisnadwi

in

Materi Pelajaran.

43 Votes

I. HUKUM DASAR ILMU KIMIA


a. Hukum Kekekalan Massa (Hukum Lavoisier)
Massa zat sebelum dan sesudah reaksi adalah sama.
Contoh:

S + O 2 SO 2
2 gr 32 gr 64 gr
b. Hukum Perbandingan Tetap (Hukum Proust)
Perbandingan massa unsur dalam tiap senyawa adalah tetap
Contoh:
H 2 O massa H : massa O = 2 : 16 = 1 : 8
c. Hukum Perbandingan Berganda (Hukum Dalton)
Jika dua unsur dapat membentuk dua senyawa atau lebih, dan massa salah satu unsur sama,
perbandingan massa unsur kedua berbanding sebagai bilangan bulat dan sederhana.
Contoh:
Unsur N dan O dapat membentuk senyawa NO dan NO 2
Dalam senyawa NO, massa N = massa O = 14 : 16
Dalam senyawa NO 2 , massa N = massa O = 14 : 32
Perbandingan massa N pada NO dan NO 2 sama maka
perbandingan massa O = 16 : 32 = 1 : 2
d. Hukum Gas Ideal
Untuk gas ideal atau suatu gas yang dianggap ideal berlaku rumus :
PV = n RT

Keterangan:
P = tekanan (atmosfir)
V = volume (liter)
n = mol = gram/Mr
R = tetapan gas (lt.atm/mol.K)
T = suhu (Kelvin)
Dari rumus tersebut dapat diperoleh :

II. MASSA ATOM RELATIF DAN


MASSA MOLEKUL RELATIF

III. KONSEP MOL


a. Dalam ilmu kimia satuan jumlah yang digunakan adalah mol
b. satu mol adalah sejumlah zat yang mengandung 6,02 x 10^23 partikel
Hubungan Mol dengan jumlah partikel
Jumlah Partikel = mol x 6,02 x 10^23
mol = Jumlah partikel / 6,02 x 10^23
Hubungan Mol dengan Massa
Untuk unsur :

mol = gram / Ar

gram = mol x Ar

Untuk senyawa :

mol = gram/Mr

gram = mol x Mr

Hubungan Mol dengan Volume Gas


Setiap satu mol gas apa saja keadaan standard (0 oC, 1 atm) mempunyai volume : 22, 4 liter.

Volume gas = mol x 22,4

mol = Volume / 22,4

Hubungan mol, jumlah partikel dan hubungan gas dapat digambarkan dalam bentuk
diagram sebagai berikut :

RANGKUMAN MATERI STOIKIOMETRI


23 Januari 2015 by krisnadwi

43 Votes

in

Materi Pelajaran.

I. HUKUM DASAR ILMU KIMIA


a. Hukum Kekekalan Massa (Hukum Lavoisier)
Massa zat sebelum dan sesudah reaksi adalah sama.
Contoh:
S + O 2 SO 2
2 gr 32 gr 64 gr
b. Hukum Perbandingan Tetap (Hukum Proust)
Perbandingan massa unsur dalam tiap senyawa adalah tetap
Contoh:
H 2 O massa H : massa O = 2 : 16 = 1 : 8
c. Hukum Perbandingan Berganda (Hukum Dalton)
Jika dua unsur dapat membentuk dua senyawa atau lebih, dan massa salah satu unsur sama,
perbandingan massa unsur kedua berbanding sebagai bilangan bulat dan sederhana.
Contoh:
Unsur N dan O dapat membentuk senyawa NO dan NO 2
Dalam senyawa NO, massa N = massa O = 14 : 16
Dalam senyawa NO 2 , massa N = massa O = 14 : 32
Perbandingan massa N pada NO dan NO 2 sama maka
perbandingan massa O = 16 : 32 = 1 : 2
d. Hukum Gas Ideal
Untuk gas ideal atau suatu gas yang dianggap ideal berlaku rumus :
PV = n RT

Keterangan:
P = tekanan (atmosfir)
V = volume (liter)
n = mol = gram/Mr
R = tetapan gas (lt.atm/mol.K)
T = suhu (Kelvin)
Dari rumus tersebut dapat diperoleh :

II. MASSA ATOM RELATIF DAN


MASSA MOLEKUL RELATIF

III. KONSEP MOL


a. Dalam ilmu kimia satuan jumlah yang digunakan adalah mol
b. satu mol adalah sejumlah zat yang mengandung 6,02 x 10^23 partikel
Hubungan Mol dengan jumlah partikel
Jumlah Partikel = mol x 6,02 x 10^23
mol = Jumlah partikel / 6,02 x 10^23
Hubungan Mol dengan Massa
Untuk unsur :

mol = gram / Ar

gram = mol x Ar

Untuk senyawa :

mol = gram/Mr

gram = mol x Mr

Hubungan Mol dengan Volume Gas


Setiap satu mol gas apa saja keadaan standard (0 oC, 1 atm) mempunyai volume : 22, 4 liter.

Volume gas = mol x 22,4

mol = Volume / 22,4

Hubungan mol, jumlah partikel dan hubungan gas dapat digambarkan dalam bentuk
diagram sebagai berikut :

Kelarutan dan ksp

Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan


A. Kelarutan (Solubility)
Istilah kelarutan (solubility) digunakan untuk menyatakan jumlah maksimal zat yang dapat larut
dalam sejumlah tertentu pelarut. Kelarutan (khususnya untuk zat yang sukar larut) dinyatakan dalam
satuan mol.L1. Jadi, kelarutan (s) sama dengan molaritas (M).

B. Tetapan Hasil Kali Kelarutan (Ksp)


Dalam suatu larutan jenuh dari suatu elektrolit yang sukar larut, terdapat kesetimbangan antara zat
padat yang tidak larut dan ion-ion zat itu yang larut.

Karena zat padat tidak mempunyai molaritas, maka tetapan kesetimbangan reaksi di atas hanya
melibatkan ion-ionnya saja, dan tetapan kesetimbangannya disebut tetapan hasil kali kelarutan(Ksp)
(James E. Brady, 1990).

Contoh:
Tuliskan rumus tetapan hasil kali kelarutan untuk senyawa Mg(OH) 2!
Jawab:
Mg(OH)2 dalam larutan akan terurai menjadi ion-ionnya,

C. Hubungan Kelarutan (s) dengan Tetapan Hasil Kali Kelarutan(Ksp)


Oleh karena s dan Ksp sama-sama dihitung pada larutan jenuh, maka antara s dan Ksp ada hubungan
yang sangat erat. Jadi, nilai Ksp ada keterkaitannya dengan nilai s.
Secara umum hubungan antara kelarutan (s) dengan tetapan hasil kali kelarutan (Ksp) untuk larutan
elektrolit AxBy dapat dinyatakan sebagai berikut.

Contoh:

Pada suhu tertentu, kelarutan AgIO3 adalah 2 106 mol/L, tentukan harga tetapan hasil kali
kelarutannya!
Jawab:

D. Pengaruh Ion Senama terhadap Kelarutan


Dalam larutan jenuh Ag2CrO4 terdapat kesetimbangan antara Ag2CrO4 padat dengan ion Ag+ dan ion
CrO42.

Apa yang terjadi jika ke dalam larutan jenuh tersebut ditambahkan larutan AgNO 3 atau larutan K2CrO4?
Penambahan larutan AgNO3 atau K2CrO4 akan memperbesar konsentrasi ion Ag+ atau ion CrO42 dalam
larutan.

Sesuai asas Le Chatelier tentang pergeseran kesetimbangan, penambahan konsentrasi ion Ag + atau
ion CrO42 akan menggeser kesetimbangan ke kiri. Akibatnya jumlah Ag 2CrO4 yang larut menjadi
berkurang. Jadi dapat disimpulkan bahwa ion senama memperkecil kelarutan (Keenan, 1992).
Contoh
Kelarutan Ag2CrO4 dalam air adalah 104 M. Hitunglah kelarutan Ag2CrO4 dalam larutan K2CrO40,01 M!
Jawab:

E. Hubungan Ksp dengan pH

Harga pH sering digunakan untuk menghitung Ksp suatu basa yang sukar larut. Sebaliknya,
hargaKsp suatu basa dapat digunakan untuk menentukan pH larutan (James E. Brady, 1990).
Contoh:
Jika larutan MgCl2 0,3 M ditetesi larutan NaOH, pada pH berapakah endapan Mg(OH)2 mulai terbentuk?
(Ksp Mg(OH)2 = 3 1011)
Jawab:

F. Penggunaan Konsep Ksp dalam Pemisahan Zat


Harga Ksp suatu elektrolit dapat dipergunakan untuk memisahkan dua atau lebih larutan yang
bercampur dengan cara pengendapan. Proses pemisahan ini dengan menambahkan suatu larutan
elektrolit lain yang dapat berikatan dengan ion-ion dalam campuran larutan yang akan dipisahkan.
Karena setiap larutan mempunyai kelarutan yang berbeda-beda, maka secara otomatis ada larutan
yang mengendap lebih dulu dan ada yang mengendap kemudian, sehingga masing-masing larutan
dapat dipisahkan dalam bentuk endapannya.
Misalnya pada larutan jenuh MA berlaku persamaan:
Ksp = [M+] [A]
Jika larutan itu belum jenuh (MA yang terlarut masih sedikit), sudah tentu harga [M+][A] lebih kecil
daripada harga Ksp. Sebaliknya jika [M+][A] lebih besar daripada Ksp, hal ini berarti larutan itu lewat
jenuh, sehingga MA akan mengendap.
o
o
o

Jika [M+] [A] < Ksp, maka larutan belum jenuh (tidak terjadi endapan)
Jika [M+] [A] = Ksp, maka larutan tepat jenuh (tidak terjadi endapan)
Jika [M+] [A] > Ksp, maka larutan lewat jenuh (terjadi endapan)

Contoh:
Jika dalam suatu larutan terkandung Pb(NO 3)2 0,05 M dan HCl 0,05 M, dapatkah terjadi endapan PbCl2?
(Ksp PbCl2 = 6,25 105)
Jawab:
[Pb2+] = 0,05 M

[Cl] = 0,05 M
[Pb2+] [Cl]2 = 0,05 (0,05)2
= 1,25 104
Oleh karena [Pb2+][Cl]2 > Ksp PbCl2, maka PbCl2 dalam larutan itu akan mengendap.
Share this:

Kelarutan dan Ksp Hasil Kali Kelarutan


Category: Kimia 11 SMA

Kimia Study Center - Contoh soal dan pembahasan tentang kelarutan dan hasil kali kelarutan
Ksp (tetapan), pengaruh ion sejenis dan pengendapan kimia SMA kelas 11 IPA. Ada tidaknya
endapan yang terjadi dapat diperkirakan dengan perhitungan ksp. Juga dibahas tentang
penentuah ksp larutan jika diketahui konsentrasi ion H+ atau ion OH- dalam larutan.
Soal No. 1
Diketahui:
Kelarutan PbSO4 dalam air pada suhu tertentu adalah 1,4 104 mol/L. Tentukan massa
PbSO4 yang dapat larut dalam 500 mL air, nyatakan jawaban dalam satuan milligram (mg).
(Ar Pb = 206; S = 32; O = 14)
Pembahasan
Data
V = 500 mL = 0,5 L
s = 1,4 104 mol/L
Hubungan kelarutan, volume dan jumlah mol dan massa (gram)adalah

dimana
s = kelarutan (mol/L)
v = volume (L)
n = jumlah mol
Sehingga jumlah mol PbSO4

= 0,7 104 mol


dan massanya adalah

Soal No. 2
Sebanyak 0,7 gram BaF2 (Mr = 175) melarut dalam air murni membentuk 2 L larutan jenuh.
tentukan Ksp dari BaF2.
Pembahasan
Jumlah mol dari BaF2 adalah:
n = 0,7 / 175 = 4 103 mol
Kelarutannya adalah
S = 4 103 mol / 2 L = 2 103 mol/L
BaF2
2 103

Ba2+
2 103

2F
4 103

Ksp BaF2 = [Ba2+][F]2


Ksp BaF2 = (2 103)(4 103)2 = 3,2 108
Soal No. 3
Hasil kali kelarutan Ca(OH)2 dalam air adalah 4 106. Tentukan kelarutan Ca(OH)2.
Pembahasan
Menentukan kelarutan diketahui Ksp

Soal No. 4
Dalam 100 cm3 air dapat larut 1,16 mg Mg(OH)2 (Mr = 58). Harga Ksp dari Mg(OH)2 adalah....
A. 16,0 1012
B. 3,2 1011
C. 8,0 1010
D. 4,0 1010
E. 8,0 108
Ebtanas 2001
Pembahasan
Data:
V = 100 cm3 = 0,1 L
massa = 1,16 mg = 1,16 103 gram
Mr = 58
Ksp = ....

mol Mg(OH)2 = gram / Mr


mol Mg(OH)2 = 1,16 103 / 58 = 0,02 103 mol
s = mol / liter
s = 0,02 103 / 0,1 = 0,2 103 mol/L
Mg(OH)2 Mg2+ + 2OH
s
s
2s
Ksp = (s)(2s)2 = 4s3
Ksp = 4(0,2 103)3 = 3,2 1011
Soal No. 5
Harga hasil kali kelarutan (Ksp) Ag2SO4 = 3,2 x 105, maka kelarutannya dalam 1 liter air
adalah...
(Ebtanas 97)
Data:
Volume V = 1 liter
Ksp Ag2SO4 = 3,2 x 105
s =.....
Pembahasan
Ag2SO4 2Ag+ + SO4 2
s
2s
s
Ksp Ag2SO4 = [Ag+]2[SO4 2]
Ksp Ag2SO4 = (2s)2(s)
3,2 x 105 = 4s3
s3 = 0,8 x 105
s3 = 8 x 106
s = 2 x 102 mol /L
Soal No. 6
Diketahui Ksp Ag2CrO4 = 4 x 1012. Tentukan kelarutan Ag2CrO4 dalam larutan 0,01 M K2CrO4!
Pembahasan
Menentukan kelarutan pada ion sejenis.
Tentukan dulu kandungan ion pada K2CrO4
Larutan 0,01 M K2CrO4 mengandung:
ion K+ sebanyak 0,02 M
ion CrO42 sebanyak 0,01 M
Kembali ke Ag2CrO4
Ag2CrO4 2Ag+ + CrO42
s
2s
s
Dari rumus Ksp, biarkan dulu CrO42 nya:

Isi molaritas CrO42 yang berasal dari K2CrO4, yaitu 0,01 M

Soal No. 7
Tentukan hubungan antara kelarutan dengan hasil kali kelarutan untuk senyawa Ag 2CrO4
Pembahasan
Misalkan kelarutan Ag2CrO4 adalah s

Hubungan kelarutan dengan Ksp

Soal No. 8
Kelarutan Mg(OH)2 dalam NaOH 0,1 M dengan Ksp Mg(OH)2 = 1,81011 mol3 L3 adalah ...
A. 1,81013 mol/L
B. 1,81010 mol/L
C. 4,51010 mol/L
D. 1,8109 mol/L
E. 6,7106 mol/L
(un 08)
Pembahasan
NaOH dengan molaritas ion-ionnya:

Mg(OH)2 dengan ion-ion dan kelarutannya:

Dari Ksp Mg(OH)2 :

Soal No. 9
Larutan jenuh X(OH)2 memiliki pOH = 5. Tentukan hasil kali kelarutan (Ksp) dari
X(OH)2 tersebut!
Pembahasan
pOH = 5 artinya konsentrasi OH nya diketahui sebesar 105 M.
Dari
X(OH)2 X2+ + 2OH
[OH] = 105 M
[X2+] = 1/2 x 105 M = 5 x 106 M
Ksp = [X2+] [OH]2
Ksp = [5 x 106] [105]2 = 5 x 1016
Soal No. 10
50 mL larutan CaCl2 0,1 M dicampur dengan 50 mL larutan larutan NaOH 0,01 M. Tentukan
apakah terjadi endapan jika diketahui Ksp Ca(OH)2 adalah 8 x 106
Pembahasan
Jika terjadi endapan maka endapan yang terjadi adalah Ca(OH) 2. Karena itu tentukan dulu
konsentrasi Ca2+ dan OH dalam campuran.
Untuk Ca2+

Untuk OH nya

Tentukan harga Qsp, caranya seperti menentukan Ksp juga

Karena nilai Qsp < nilai Ksp, maka tidak terjadi endapan. Endapan akan terjadi jika Qsp > Ksp.
Soal No. 11
Berikut ini beberapa garam dan Ksp nya:
(1) Cu(OH)2, Ksp = 2,6 1019
(2) Fe(OH)2, Ksp = 8,0 1016
(3) Pb(OH)2, Ksp = 1,4 1020; dan
(4) Mg(OH)2, Ksp = 1,8 1011
Urutan kelarutan senyawa tersebut dari yang kecil ke besar adalah...
A. (1), (2), (3), (4)
B. (2), (4), (1), (3)
C. (3), (1), (2), (4)
D. (3), (2), (4), (1)
E. (4), (2), (1), (3)
(UN 2012)
Pembahasan
Keempat garam memiliki pola yang sama yaitu L(OH)2 sehingga akan memiliki pola rumus
kelarutan yang sama pula, hingga tinggal diurutkan dari yang nilai Ksp nya paling kecil yaitu:
3, 1, 2 dan 4. Jika pola garam beda, hitung satu-satu.
Soal no. 12
Sebanyak 200 mL larutan AgNO3 0,02 M, masing-masing dimasukkan ke dalam 5 wadah yang
berisi 5 jenis larutan yang mengandung ion S2-, PO43-, CrO42-, Br-, SO42- dengan volume dan
molaritas yang sama. Jika harga Ksp
Ag2 S = 2 10-49;
Ag3 PO4 = 1 10-20;
Ag2 CrO4 = 6 10-5;
AgBr = 5 10-13;
Ag2 SO4 = 3 10-5.
Maka garam yang akan terlarut dalam air adalah
A. Ag2S dan Ag3PO4
B. Ag2S dan AgBr
C. Ag2CrO4 dan Ag2SO4
D. Ag3PO4dan AgBr

E. AgBr dan Ag2SO4


(UN Kimia 2011)
Pembahasan
200 mL larutan AgNO3 0,02 M 200 mL 0,02 M = 4 mmol

Konsentrasi ion Ag+ adalah [Ag+] = 10-2 M


Konsentrasi ion-ion lain dengan kondisi volume dan molaritas yang sama (200 mL dan 0,02 M):

Cek Qsp dari Ag2S Ksp = 2 10-49;

Cek Qsp dari Ag3PO4 Ksp = 1 10-20;

Cek Qsp dari Ag2CrO4 Ksp = 6 10-5;

Cek Qsp dari AgBr Ksp = 5 10-13;

Cek Qsp dari Ag2SO4 Ksp 3 10-5;

Yang larut memiliki harga Qsp < Ksp.


Jawab: C

Read more: http://kimiastudycenter.com/kimia-xi/29-kelarutan-dan-ksp-hasil-kalikelarutan#ixzz4Mm9iYDSf

Ikatan kimia
Ikatan kimia adalah sebuah proses fisika yang bertanggung jawab dalam interaksi gaya tarik
menarik antara dua atom atau molekul yang menyebabkan suatu
senyawa diatomikatau poliatomik menjadi stabil. Penjelasan mengenai gaya tarik menarik ini
sangatlah rumit dan dijelaskan oleh elektrodinamika kuantum. Dalam praktiknya, para kimiawan
biasanya bergantung pada teori kuantum atau penjelasan kualitatif yang kurang kaku (namun lebih
mudah untuk dijelaskan) dalam menjelaskan ikatan kimia. Secara umum, ikatan kimia yang kuat
diasosiasikan dengan transfer elektron antara dua atom yang berpartisipasi. Ikatan kimia
menjaga molekul-molekul, kristal, dan gas-gas diatomik untuk tetap bersama. Selain itu ikatan kimia
juga menentukan struktur suatu zat.
Kekuatan ikatan-ikatan kimia sangatlah bervariasi. Pada umumnya, ikatan kovalen dan ikatan
ion dianggap sebagai ikatan "kuat", sedangkan ikatan hidrogen dan ikatan van der Waals dianggap
sebagai ikatan "lemah". Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa ikatan "lemah" yang paling kuat
dapat lebih kuat daripada ikatan "kuat" yang paling lemah.

Contoh model titik Lewis yang menggambarkan ikatan kimia anatara karbon C, hidrogen H, danoksigen O.
Penggambaran titik lewis adalah salah satu dari usaha awal kimiawan dalam menjelaskan ikatan kimia dan
masih digunakan secara luas sampai sekarang.

Daftar isi
[sembunyikan]

1Tinjauan

2Sejarah

3Teori ikatan valensi

4Teori orbital molekul

5Perbandingan antara teori ikatan valensi dan teori orbital molekul

6Ikatan dalam rumus kimia

7Ikatan kuat kimia


o

7.1Ikatan kovalen

7.2Ikatan kovalen polar

7.3Ikatan ion

7.4Ikatan kovalen koordinasi

7.5Ikatan pisang

7.6Ikatan 3c-2e dan 3c-4e

7.7Ikatan tiga elektron dan satu elektron

7.8Ikatan aromatik

7.9Ikatan logam

8Ikatan antarmolekul
o

8.1Dipol permanen ke dipol permanen

8.2Ikatan hidrogen

8.3Dipol seketika ke dipol terimbas (van der Waals)

8.4Interaksi kation-pi

9Elektron pada ikatan kimia

10Lihat pula

11Referensi

12Pranala luar

Tinjauan[sunting | sunting sumber]


Elektron yang mengelilingi inti atom bermuatan negatif dan proton yang terdapat dalam inti
atom bermuatan positif, mengingat muatan yang berlawanan akan saling tarik menarik, maka dua
atom yang berdekatan satu sama lainnya akan membentuk ikatan.
Dalam gambaran yang paling sederhana dari ikatan non-polar atau ikatan kovalen, satu atau lebih
elektron, biasanya berpasangan, ditarik menuju sebuah wilayah di antara dua inti atom. Gaya ini
dapat mengatasi gaya tolak menolak antara dua inti atom yang positif, sehingga atraksi ini menjaga
kedua atom untuk tetap bersama, walaupun keduanya masih akan tetap bergetar dalam keadaan
kesetimbangan. Ringkasnya, ikatan kovalen melibatkan elektron-elektron yang dikongsi dan dua
atau lebih inti atom yang bermuatan positif secara bersamaan menarik elektron-elektron bermuatan
negatif yang dikongsi.
Dalam gambaran ikatan ion yang disederhanakan, inti atom yang bermuatan positif secara dominan
melebihi muatan positif inti atom lainnya, sehingga secara efektif menyebabkan satu atom
mentransfer elektronnya ke atom yang lain. Hal ini menyebabkan satu atom bermuatan positif dan
yang lainnya bermuatan negatif secara keseluruhan.Ikatan ini dihasilkan dari atraksi elektrostatik di
antara atom-atom dan atom-atom tersebut menjadi ion-ion yang bermuatan.
Semua bentuk ikatan dapat dijelaskan dengan teori kuantum, namun dalam praktiknya, kaidahkaidah yang disederhanakan mengizinkan para kimiawan untuk memprediksikan kekuatan, arah,
dan polaritas sebuah ikatan. Kaidah oktet (Bahasa Inggris: octet rule) dan teori VSEPR adalah dua
contoh kaidah yang disederhanakan tersebut. Ada pula teori-teori yang lebih canggih, yaitu teori
ikatan valens yang meliputi hibridisasi orbital dan resonans, dan metode orbital molekul kombinasi
linear orbital atom (Bahasa Inggris: Linear combination of atomic orbitals molecular orbital method)
yang meliputi teori medan ligan. Elektrostatika digunakan untuk menjelaskan polaritas ikatan dan
efek-efeknya terhadap zat-zat kimia.

Sejarah[sunting | sunting sumber]


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Sejarah kimia dan Sejarah molekul
Spekulasi awal dari sifat-sifat ikatan kimia yang berawal dari abad ke-12 mengganggap spesi
kimia tertentu disatukan oleh sejenis afinitas kimia. Pada tahun 1704, Isaac

Newtonmenggarisbesarkan teori ikatan atomnya pada "Query 31" buku Opticksnya dengan
mengatakan atom-atom disatukan satu sama lain oleh "gaya" tertentu.
Pada tahun 1819, setelah penemuan tumpukan volta, Jns Jakob Berzelius mengembangkan
sebuah teori kombinasi kimia yang menekankan sifat-sifat elektrogenativitas dan elektropositif dari
atom-atom yang bergabung. Pada pertengahan abad ke-19 Edward Frankland, F.A. Kekule, A.S.
Couper, A.M. Butlerov, dan Hermann Kolbe, beranjak padateori radikal, mengembangkan teori
valensi yang pada awalnya disebut "kekuatan penggabung". Teori ini mengatakan sebuah senyawa
tergabung berdasarkan atraksi kutub positif dan kutub negatif. Pada tahun 1916, kimiawan Gilbert N.
Lewis mengembangkan konsep ikatan elektron berpasangan. Konsep ini mengatakan dua atom
dapat berkongsi satu sampai enam elektron, membentuk ikatan elektron tunggal, ikatan
tunggal, ikatan rangkap dua, atau ikatan rangkap tiga.

Dalam kata-kata Lewis sendiri:

An electron may form a part of the shell of two different atoms and c

Pada tahun yang sama, Walther Kossel juga mengajukan sebuah teori yang mirip dengan teori
Lewis, namun model teorinya mengasumsikan transfer elektron yang penuh antara atom-atom. Teori
ini merupakan model ikatan polar. Baik Lewis dan Kossel membangun model ikatan mereka
berdasarkan kaidah Abegg (1904).
Pada tahun 1927, untuk pertama kalinya penjelasan matematika kuantum yang penuh atas ikatan
kimia yang sederhana berhasil diturunkan oleh fisikawan Denmark Oyvind Burrau. [1] Hasil kerja ini
menunjukkan bahwa pendekatan kuantum terhadap ikatan kimia dapat secara mendasar dan
kuantitatif tepat. Namun metode ini tidak mampu dikembangkan lebih jauh untuk menjelaskan
molekul yang memiliki lebih dari satu elektron. Pendekatan yang lebih praktis namun kurang
kuantitatif dikembangkan pada tahun yang sama oleh Walter Heitler and Fritz London. Metode

Heitler-London menjadi dasar dari teori ikatan valensi. Pada tahun 1929, metode orbital molekul
kombinasi linear orbital atom (Bahasa Inggris: linear combination of atomic orbitals molecular orbital
method), disingkat LCAO, diperkenalkan oleh Sir John Lennard-Jones yang bertujuan menurunkan
struktur elektronik dari molekul F2 (fluorin) dan O2 (oksigen) berdasarkan prinsip-prinsip dasar
kuantum. Teori orbital molekul ini mewakilkan ikatan kovalen sebagai orbital yang dibentuk oleh
orbital-orbital atom mekanika kuantum Schrdinger yang telah dihipotesiskan untuk atom
berelektron tunggal. Persamaan ikatan elektron pada multielektron tidak dapat diselesaikan secara
analitik, namun dapat dilakukan pendekatan yang memberikan hasil dan prediksi yang secara
kualitatif cukup baik. Kebanyakan perhitungan kuantitatif pada kimia kuantum modern menggunakan
baik teori ikatan valensi maupun teori orbital molekul sebagai titik awal, walaupun pendekatan
ketiga, teori fungsional rapatan(Bahasa Inggris: density functional theory), mulai mendapatkan
perhatian yang lebih akhir-akhir ini.
Pada tahun 1935, H. H. James dan A. S. Coolidge melakukan perhitungan pada molekul
dihidrogen.Berbeda dengan perhitungan-perhitungan sebelumnya yang hanya menggunakan fungsifungsi jarak antara elektron dengan inti atom, mereka juga menggunakan fungsi yang secara
eksplisit memperhitungkan jarak antara dua elektron.[2]Dengan 13 parameter yang dapat diatur,
mereka mendapatkan hasil yang sangat mendekati hasil yang didapatkan secara eksperimen dalam
hal energi disosiasi. Perluasan selanjutnya menggunakan 54 parameter dan memberikan hasil yang
sangat sesuai denganhasil eksperimen. Perhitungan ini meyakinkan komunitas sains bahwa teori
kuantum dapat memberikan hasil yang sesuai dengan hasil eksperimen. Namun pendekatan ini
tidak dapat memberikan gambaran fisik seperti yang terdapat pada teori ikatan valensi dan teori
orbital molekul. Selain itu, ia juga sangat sulit diperluas untuk perhitungan molekul-molekul yang
lebih besar.

Teori ikatan valensi[sunting | sunting sumber]


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Teori ikatan valensi
Pada tahun 1927, teori ikatan valensi dikembangkan atas dasar argumen bahwa sebuah ikatan
kimia terbentuk ketika dua valensi elektron bekerja dan menjaga dua inti atom bersama oleh karena
efek penurunan energi sistem. Pada tahun 1931, beranjak dari teori ini, kimawan Linus
Pauling mempublikasikan jurnal ilmiah yang dianggap sebagai jurnal paling penting dalam sejarah
kimia: "On the Nature of the Chemical Bond". Dalam jurnal ini, berdasarkan hasil kerja Lewis dan
teori valensi ikatan Heitler dan London, dia mewakilkan enam aturan pada ikatan elektron
berpasangan:
1. Ikatan elektron berpasangan terbentuk melalui interaksi elektron tak-berpasangan pada
masing-masing atom.
2. Spin-spin elektron haruslah saling berlawanan.
3. Seketika dipasangkan, dua elektron tidak bisa berpartisipasi lagi pada ikatan lainnya.

4. Pertukaran elektron pada ikatan hanya melibatkan satu persamaan gelombang untuk
setiap atom.
5. Elektron-elektron yang tersedia pada aras energi yang paling rendah akan membentuk
ikatan-ikatan yang paling kuat.
6. Dari dua orbital pada sebuah atom, salah satu yang dapat bertumpang tindih paling
banyaklah yang akan membentuk ikatan paling kuat, dan ikatan ini akan cenderung berada
pada arah orbital yang terkonsentrasi.
Buku teks tahun 1939 Pauling: On the Nature of Chemical Bond menjadi
apa yang banyak orang sebut sebagai "kitab suci" kimia modern. Buku ini
membantu kimiawan eksperimental untuk memahami dampak teori
kuantum pada kimia. Namun, edisi 1959 selanjutnya gagal untuk
mengalamatkan masalah yang lebih mudah dimengerti menggunakan teori
orbital molekul. Dampak dari teori valensi ini berkurang sekitar tahun 1960an dan 1970-an ketika popularitas teori orbital molekul meningkat dan
diimplementasikan pada beberapa progam komputer yang besar. Sejak
tahun 1980-an, masalah implementasi teori ikatan valensi yang lebih sulit
pada program-program komputer telah hampir dipecahkan dan teori ini
beranjak bangkit kembali.

Teori orbital molekul[sunting | sunting sumber]


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Teori orbital molekul
Teori orbital molekul (Bahasa Inggris: Molecular orbital tehory), disingkat
MO. Dala teori ini menyebutkan bahwa interaksi yang terjadi antara atom
pusat dengan ligan melibatkan interaksi elektrostatik dan interaksi kovalen.
Teori ini muncul untuk menyempurnakan teori sebelumnya yaitu teori
medan kristal. Pada teori medan kristal menyebutkan bawa interaksi yang
terjadi antara atom pusat dengan ligan berupa ineraksi elektrostatik saja.
Padahal dari fakta eksperimental ditemukan bahwa terdapat kompleks
dengan ligan netral namun stabil. Dan juga melakui eksperimen resonansi
spin ditemukan bahwa terdapat pemakaian bersama sepasang elektron
oleh loga dan ligan. Hal ini berarti terdapat juga interaksi kovalen. Teori ini
meruapakan teori paling lengkap dari teori-teori sebelumnya, namapun juga
yang paling rumit. Menggunakan kombinasi linear orbital-orbital atomuntuk
membentuk orbital-orbital molekul yang menrangkumi seluruh molekul.
Semuanya ini seringkali dibagi menjadi orbital ikat, orbital antiikat, dan
orbital bukan-ikatan. Orbital molekul hanyalah sebuah orbital Schrdinger
yang melibatkan beberapa inti atom. Jika orbital ini merupakan tipe orbital

yang elektron-elektronnya memiliki kebolehjadian lebih tinggi berada


di antara dua inti daripada di lokasi lainnya, maka orbital ini adalah orbital
ikat dan akan cenderung menjaga kedua inti bersama. Jika elektronelektron cenderung berada di orbital molekul yang berada di lokasi lainnya,
maka orbital ini adalah orbital antiikat dan akan melemahkan ikatan.
Elektron-elektron yang berada pada orbital bukan-ikatan cenderung berada
pada orbital yang paling dalam (hampir sama dengan orbital atom), dan
diasosiasikan secara keseluruhan pada satu inti. Elektron-elektron ini tidak
menguatkan maupun melemahkan kekuatan ikatan.

Perbandingan antara teori ikatan valensi


dan teori orbital molekul[sunting | sunting sumber]
Pada beberapa bidang, teori ikatan valensi lebih baik daripada teori orbital
molekul. Ketika diaplikasikan pada molekul berelektron dua, H2, teori ikatan
valensi, bahkan dengan pendekatan Heitler-London yang paling sederhana,
memberikan pendekatan energi ikatan yang lebih dekat dan representasi
yang lebih akurat pada tingkah laku elektron ketika ikatan kimia terbentuk
dan terputus. Sebaliknya, teori orbital molekul memprediksikan bahwa
molekul hidrogen akan berdisosiasi menjadi superposisi linear dari hidrogen
atom dan ion hidrogen positif dan negatif. Prediksi ini tidak sesuai dengan
gambaran fisik. Hal ini secara sebagian menjelaskan mengapa kurva energi
total terhadap jarak antar atom pada metode ikatan valensi berada di atas
kurva yang menggunakan metode orbital molekul. Situasi ini terjadi pada
semua molekul diatomik homonuklir dan tampak dengan jelas pada
F2 ketika energi minimum pada kurva yang menggunakan teori orbital
molekul masih lebih tinggi dari energi dua atom F.
Konsep hibridisasi sangatlah berguna dan variabilitas pada ikatan di
kebanyakan senyawa organik sangatlah rendah, menyebabkan teori ini
masih menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kimia organik. Namun,
hasil kerja Friedrich Hund, Robert Mulliken, dan Gerhard
Herzberg menunjukkan bahwa teori orbital molekul memberikan deskripsi
yang lebih tepat pada spektrokopi, ionisasi, dan sifat-sifat magnetik
molekul. Kekurangan teori ikatan valensi menjadi lebih jelas pada molekul
yang berhipervalensi (contohnya PF5) ketika molekul ini dijelaskan tanpa
menggunakan orbital-orbital d yang sangat krusial dalam hibridisasi ikatan
yang diajukan oleh Pauling. Logam kompleks dan senyawa yangkurang
elektron (seperti diborana) dijelaskan dengan sangat baik oleh teori orbital

molekul, walaupun penjelasan yang menggunakan teori ikatan valensi juga


telah dibuat.
Pada tahun 1930, dua metode ini saling bersaing sampai disadari bahwa
keduanya hanyalah merupakan pendekatan pada teori yang lebih baik. Jika
kita mengambil struktur ikatan valensi yang sederhana dan
menggabungkan semua struktur kovalen dan ion yang dimungkinkan pada
sekelompok orbital atom, kita mendapatkan apa yang disebut sebagai
fungsi gelombang interaksi konfigurasi penuh. Jika kita mengambil
deskripsi orbital molekul sederhana pada keadaan dasar dan
mengkombinasikan fungsi tersebut dengan fungsi-fungsi yang
mendeskripsikan keseluruhan kemungkinan keadaan tereksitasi yang
menggunakan orbital tak terisi dari sekelompok orbital atom yang sama,
kita juga mendapatkan fungsi gelombang interaksi konfigurasi penuh.
Terlihatlah bahwa pendekatan orbital molekul yang sederhana terlalu
menitikberatkan pada struktur ion, sedangkan pendekatan teori valensi
ikatan yang sederhana terlalu sedikit menitikberatkan pada struktur ion.
Dapat kita katakan bahwa pendekatan orbital molekul terlalu terdelokalisasi, sedangkan pendekatan ikatan valensi terlalu ter-lokalisasi.
Sekarang kedua pendekatan tersebut dianggap sebagai saling memenuhi,
masing-masing memberikan pandangannya sendiri terhadap masalahmasalah pada ikatan kimia. Perhitungan modern pada kimia
kuantum biasanya dimulai dari (namun pada akhirnya menjauh)
pendekatan orbital molekul daripada pendekatan ikatan valensi. Ini
bukanlah karena pendekatan orbital molekul lebih akurat dari pendekatan
teori ikatan valensi, melainkan karena pendekatan orbital molekul lebih
memudahkan untuk diubah menjadi perhitungan numeris. Namun programprogam ikatan valensi yang lebih baik juga tersedia.

Ikatan dalam rumus kimia[sunting | sunting sumber]


Bentuk atom-atom dan molekul-molekul yang 3 dimensi sangatlah
menyulitkan dalam menggunakan teknik tunggal yang mengindikasikan
orbital-orbital dan ikatan-ikatan. Padarumus molekul, ikatan kimia (orbital
yang berikatan) diindikasikan menggunakan beberapa metode yang
bebeda tergantung pada tipe diskusi. Kadang-kadang kesemuaannya
dihiraukan. Sebagai contoh, pada kimia organik, kimiawan biasanya hanya
peduli pada gugus fungsi molekul. Oleh karena itu, rumus molekul etanol
dapat ditulis secarakonformasi, 3-dimensi, 2-dimensi penuh (tanpa indikasi

arah ikatan 3-dimensi), 2-dimensi yang disingkat (CH3CH2OH),


memisahkan gugus fungsi dari bagian molekul lainnnya (C2H5OH), atau
hanya dengan konstituen atomnya saja (C2H6O). Kadangkala, bahkan
kelopak valensi elektron non-ikatan (dengan pendekatan arah yang
digambarkan secara 2-dimensi) juga ditandai. Beberapa kimiawan juga
menandai orbital-orbital atom, sebagai contoh anion etena 4 yang
dihipotesiskan (\/C=C/\ 4) mengindikasikan kemungkinan pembentukan
ikatan.sehingga terjadi ikatan rangkap dua.

Ikatan kuat kimia[sunting | sunting sumber]


Panjang ikat dalam pm
dan energi ikat dalam kJ/mol.
Panjang ikat dapat dikonversikan menjadi
dengan pembagian dengan 100 (1 = 100 pm).
Data diambil dari [1].

Ikatan

Panjang

Energi

(pm)

(kJ/mol)

H Hidrogen
HH

74

436

HC

109

413

HN

101

391

HO

96

366

HF

92

568

HCl

127

432

HBr

141

366

C Karbon

CH

109

413

CC

154

348

C=C

134

614

CC

120

839

CN

147

308

CO

143

360

CF

135

488

CCl

177

330

CBr

194

288

CI

214

216

CS

182

272

N Nitrogen
NH

101

391

NC

147

308

NN

145

170

NN

110

945

O Oksigen
OH

96

366

OC

143

360

OO

148

145

O=O

121

498

F, Cl, Br, I Halogen


FH

92

568

FF

142

158

FC

135

488

ClH

127

432

ClC

177

330

ClCl

199

243

BrH

141

366

BrC

194

288

BrBr

228

193

IH

161

298

IC

214

216

II

267

151

S Belerang
CS

182

272

Ikatan-ikatan berikut adalah ikatan intramolekul yang mengikat atom-atom


bersama menjadi molekul. Dalam pandangan yang sederhana dan
terlokalisasikan, jumlah elektron yang berpartisipasi dalam suatu ikatan
biasanya merupakan perkalian dari dua, empat, atau enam. Jumlah yang
berangka genap umumnya dijumpai karena elektron akan memiliki keadaan
energi yang lebih rendah jika berpasangan. Teori-teori ikatan yang lebih
canggih menunjukkan bahwa kekuatan ikatan tidaklah selalu berupa angka
bulat dan tergantung pada distribusi elektron pada setiap atom yang terlibat
dalam sebuah ikatan. Sebagai contohnya, karbon-karbon dalam
senyawa benzena dihubungkan satu sama lain oleh ikatan 1.5 dan dua
atom dalam nitrogen monoksida NO dihubungkan oleh ikatan 2,5.
Keberadaan ikatan rangkap empat juga diketahui dengan baik. Jenis-jenis
ikatan kuat bergantung pada perbedaanelektronegativitas dan distribusi
orbital elektron yang tertarik pada suatu atom yang terlibat dalam ikatan.
Semakin besar perbedaan elektronegativitasnya, semakin besar elektronelektron tersebut tertarik pada atom yang berikat dan semakin bersifat ion
pula ikatan tersebut. Semakin kecil perbedaan elektronegativitasnya,
semakin bersifat kovalen ikatan tersebut.

Ikatan kovalen[sunting | sunting sumber]


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Ikatan kovalen
Ikatan kovalen adalah ikatan yang umumnya sering dijumpai, yaitu ikatan
yang perbedaan elektronegativitas (negatif dan positif) di antara atom-atom
yang berikat sangatlah kecil atau hampir tidak ada. Ikatan-ikatan yang
terdapat pada kebanyakan senyawa organikdapat dikatakan sebagai ikatan
kovalen. Lihat pula ikatan sigma dan ikatan pi untuk penjelasan LCAO
terhadap jenis ikatan ini.

Ikatan kovalen polar[sunting | sunting sumber]


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Ikatan kovalen polar
Ikatan kovalen polar merupakan ikatan yang sifat-sifatnya berada di antara
ikatan kovalen dan ikatan ion.

Ikatan ion[sunting | sunting sumber]


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Ikatan ion
Ikatan ion merupakan sejenis interaksi elektrostatik antara dua atom yang
memiliki perbedaan elektronegativitas yang besar. Tidaklah terdapat nilainilai yang pasti yang membedakan ikatan ion dan ikatan kovalen, namun
perbedaan elektronegativitas yang lebih besar dari 2,0 bisanya disebut

ikatan ion, sedangkan perbedaan yang lebih kecil dari 1,5 biasanya disebut
ikatan kovalen.[3] Ikatan ion menghasilkan ion-ion positif dan negatif yang
berpisah. Muatan-muatan ion ini umumnya berkisar antara -3 e sampai
dengan +3e.

Ikatan kovalen koordinasi[sunting | sunting sumber]


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Ikatan kovalen koordinasi
Ikatan kovalen koordinasi, kadangkala disebut sebagai ikatan datif, adalah
sejenis ikatan kovalen yang keseluruhan elektron-elektron ikatannya hanya
berasal dari salah satu atom, penderma pasangan elektron, ataupun basa
Lewis. Konsep ini mulai ditinggalkan oleh para kimiawan seiring dengan
berkembangnya teori orbital molekul. Contoh ikatan kovalen koordinasi
terjadi pada nitron dan ammonia borana. Susunan ikatan ini berbeda
dengan ikatan ion pada perbedaan elektronegativitasnya yang kecil,
sehingga menghasilkan ikatan yang kovalen. Ikatan ini biasanya ditandai
dengan tanda panah. Ujung panah ini menunjuk pada akseptor elektron
atau asam Lewis dan ekor panah menunjuk pada penderma elektron atau
basa Lewis

Ikatan pisang[sunting | sunting sumber]


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Ikatan pisang
Ikatan pisang adalah sejenis ikatan yang terdapat pada molekul-molekul
yang mengalami terikan ataupun yang mendapat rintangan sterik, sehingga
orbital-orbital ikatan tersebut dipaksa membentuk struktur ikatan yang mirip
dengan pisang. Ikatan pisang biasanya lebih rentan mengalami reaksi
daripada ikatan-ikatan normal lainnya.

Ikatan 3c-2e dan 3c-4e[sunting | sunting sumber]


Dalam ikatan tiga-pusat dua-elektron, tiga atom saling berbagi dua elektron.
Ikatan sejenis ini terjadi pada senyawa yang kekurangan elektron seperti
pada diborana. Setiap ikatan mengandung sepasang elektron yang
menghubungkan atom boron satu sama lainnya dalam bentuk pisang
dengan sebuah proton (inti atom hidrogen) di tengah-tengah ikatan, dan
berbagi elektron dengan kedua atom boron. Terdapat pula Ikatan tiga-pusat
empat-elektron yang menjelaskan ikatan pada molekul hipervalen.

Ikatan tiga elektron dan satu elektron[sunting | sunting


sumber]

Ikatan-ikatan dengan satu atau tiga elektron dapat ditemukan pada


spesi radikal yang memiliki jumlah elektron gasal (ganjil). Contoh paling
sederhana dari ikatan satu elektron dapat ditemukan pada kation molekul
hidrogen H2+. Ikatan satu elektron seringkali memiliki energi ikat yang
setengah kali dari ikatan dua elektron, sehingga ikatan ini disebut pula
"ikatan setengah". Namun terdapat pengecualian pada kasus dilitium.
Ikatan dilitium satu elektron, Li2+, lebih kuat dari ikatan dilitium dua elektron
Li2. Pengecualian ini dapat dijelaskan dengan hibridisasi dan efek kelopak
dalam.[4]
Contoh sederhana dari ikatan tiga elektron dapat ditemukan pada kation
dimer helium, He2+, dan dapat pula dianggap sebagai "ikatan setengah"
karena menurut teori orbital molekul, elektron ke-tiganya merupakan orbital
antiikat yang melemahkan ikatan dua elektron lainnya sebesar setengah.
Molekul oksigen juga dapat dianggap memiliki dua ikatan tiga elektron dan
satu ikatan dua elektron yang menjelaskan sifat paramagnetiknya.[5]
Molekul-molekul dengan ikatan elektron gasal biasanya sangat reaktif.
Ikatan jenis ini biasanya hanya stabil pada atom-atom yang memiliki
elektronegativitas yang sama.[5]

Ikatan aromatik[sunting | sunting sumber]


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Aromatisitas
Pada kebanyakan kasus, lokasi elektron tidak dapat ditandai dengan
menggunakan garis (menandai dua elektron) ataupun titik (menandai
elektron tungga). Ikatan aromatikyang terjadi pada molekul yang berbentuk
cincin datar menunjukkan stabilitas yang lebih.
Pada benzena, 18 elektron ikatan mengikat 6 atom karbon bersama
membentuk struktur cincin datar. "Orde" ikatan antara dua atom dapat
dikatakan sebagai (18/6)/2=1,5 dan seluruh ikatan pada benzena tersebut
adalah identik. Ikatan-ikatan ini dapat pula ditulis sebagai ikatan tunggal
dan rangkap yang berselingan, namun hal ini kuranglah tepat mengingat
ikatan rangkap dan ikatan tunggal memiliki kekuatan ikatan yang berbeda
dan tidak identik.

Ikatan logam[sunting | sunting sumber]


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Ikatan logam
Pada ikatan logam, elektron-elektron ikatan terdelokalisasi pada kekisi
(lattice) atom. Berbeda dengan senyawa organik, lokasi elektron yang
berikat dan muatannya adalah statik. Oleh karena delokalisai yang

menyebabkan elektron-elektron dapat bergerak bebas, senyawa ini


memiliki sifat-sifat mirip logam dalam hal konduktivitas, duktilitas, dan
kekerasan.

Ikatan antarmolekul[sunting | sunting sumber]


Terdapat empat jenis dasar ikatan yang dapat terbentuk antara dua atau
lebih molekul, ion, ataupun atom. Gaya antarmolekul menyebabkan
molekul saling menarik atau menolak satu sama lainnya. Seringkali hal ini
menentukan sifat-sifat fisik sebuah zat (seperti pada titik leleh).

Dipol permanen ke dipol permanen[sunting | sunting


sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Gaya antarmolekul
Perbedaan elektronegativitas yang bersar antara dua atom yang berikatan
dengan kuat menyebabkan terbentuknya dipol (dwikutub). Dipol-dipol ini
akan saling tarik-menarik ataupun tolak-menolak.

Ikatan hidrogen[sunting | sunting sumber]


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Ikatan hidrogen
Ikatan hidrogen bisa dikatakan sebagai dipol permanen yang sangat kuat
seperti yang dijelaskan di atas. Namun, pada ikatan hidrogen, proton
hidrogen berada sangat dekat dengan atom penderma elektron dan mirip
dengan ikatan tiga-pusat dua-elektron seperti pada diborana. Ikatan
hidrogen menjelaskan titik didih zat cair yang relatif tinggi seperti air,
ammonia, dan hidrogen fluorida jika dibandingkan dengan senyawasenyawa yang lebih berat lainnya pada kolom tabel periodik yang sama.

Dipol seketika ke dipol terimbas (van der Waals)


[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Gaya van der Waals
Dipol seketika ke dipol terimbas, atau gaya van der Waals, adalah ikatan
yang paling lemah, namun sering dijumpai di antara semua zat-zat kimia.
Misalnya atom helium, pada satu titik waktu, awan elektronnya akan terlihat
tidak seimbang dengan salah satu muatan negatif berada di sisi tertentu.
Hal ini disebut sebagai dipol seketika (dwikutub seketika). Dipol ini dapat
menarik maupun menolak elektron-elektron helium lainnya, dan
menyebabkan dipol lainnya. Kedua atom akan seketika saling menarik
sebelum muatannya diseimbangkan kembali untuk kemudian berpisah.

Interaksi kation-pi[sunting | sunting sumber]

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Interaksi kation-pi


Interaksi kation-pi terjadi di antara muatan negatif yang terlokalisasi dari
elektron-elektron pada orbital dengan muatan positif.

Elektron pada ikatan kimia[sunting | sunting


sumber]
Banyak senyawa-senyawa sederhana yang melibatkan ikatan-ikatan
kovalen. Molekul-molekul ini memiliki struktur yang dapat diprediksi dengan
menggunakan teori ikatan valensi, dan sifat-sfiat atom yang terlibat dapat
dipahami menggunakan konsep bilangan oksidasi. Senyawa lain yang
mempunyai struktur ion dapat dipahami dengan menggunakan teoriteori fisika klasik.
Pada kasus ikatan ion, elektron pada umumnya terlokalisasi pada atom
tertentu, dan elektron-elektron todal bergerak bebas di antara atom-atom.
Setiap atom ditandai dengan muatan listrik keseluruhan untuk membantu
pemahaman kita atas konsep distribusi orbital molekul. Gaya antara atomatom secara garis besar dikarakterisasikan dengan potensial elektrostatik
kontinum (malaran) isotropik.
Sebaliknya pada ikatan kovalen, rapatan elektron pada sebuah ikatan tidak
ditandai pada atom individual, namun terdelokalisasikan pada MO di antara
atom-atom. Teorikombinasi linear orbital yang diterima secara umum
membantu menjelaskan struktur orbital dan energi-energinya berdasarkan
orbtial-orbital dari atom-atom molekul. Tidak seperti ikatan ion, ikatan
kovalen bisa memiliki sifat-sifat anisotropik, dan masing-masing memiliki
nama-nama tersendiri seperti ikatan sigma dan ikatan pi.
Atom-atom juga dapat membentuk ikatan-ikatan yang memiliki sifat-sifat
antara ikatan ion dan kovalen. Hal ini bisa terjadi karena definisi didasari
pada delokalisasi elektron. Elektron-elektron dapat secara parsial
terdelokalisasi di antara atom-atom. Ikatan sejenis ini biasanya disebut
sebagai ikatan polar kovalen. Lihat pula elektronegativitas.
Oleh akrena itu, elektron-elektron pada orbital molekul dapat dikatakan
menjadi terlokalisasi pada atom-atom tertentu atau terdelokalisasi di antara
dua atau lebih atom. Jenis ikatan antara dua tom ditentukan dari seberapa
besara rapatan elektron tersebut terlokalisasi ataupun terdelokalisasi pada
ikatan antar atom.

Biomolekul
Biomolekul merupakan senyawa-senyawa organik sederhana pembentuk organisme hidup dan
bersifat khas sebagai produk aktivitas biologis. Biomolekul dapat dipandang sebagai
turunan hidrokarbon, yaitu senyawa karbon dan hidrogen yang mempunyai kerangka dasar yang
tersusun dari atom karbon, yang disatukan oleh ikatan kovalen. Kerangka dasar hidrokarbon bersifat
sangat stabil, karena ikatan tunggal dan ganda karbon-karbon menggunakan
pasangan elektron bersama-sama secara merata. Biomolekul bersifat polifungsionil, mengandung
dua atau lebih jenis gugus fungsi yang berbeda. Pada molekul tersebut, tiap gugus fungsi
mempunyai sifat dan reaksi kimia sendiri-sendiri.

Bentuk senyawa biomolekul[sunting | sunting sumber]


Senyawa-senyawa biomolekul biasanya dikenal dalam empat bentuk: protein, asam
nukleat, karbohidrat, dan lipid. Keempat golongan biomolekul tersebut mempunyai sifat umum
memiliki struktur yang relatif besar (berat molekul besar), dan karenanya disebut makromolekul.
Berat molekul (BM) protein berkisar antara 5000 sampai lebih dari 1 juta; berat molekul berbagai
jenis asam nukleat berkisar sampai beberapa miliar, karbohidrat (polisakarida) dapat memiliki berat
molekul sampai jutaan. Molekul lipid jauh lebih kecil (BM 750 sampai 1500). Tetapi karena lipid
umumnya terbentuk dari ribuan molekul sehingga membentuk struktur berukuran besar yang
berfungsi seperti sistem makromolekuler, struktrur lipid juga dapat dianggap sebagai makromolekul.
Protein merupakan polimer asam-asam amino, karbohidrat merupakan polimer monosakarida, asam
nukleat merupakan polimer mononukleatida. Monomer lipid ada bermacam-macam, bergantung
pada jenis lipidnya, diantaranya asam lemak, kolin, etanolamin, serin dan lain-lain.

Fungsi biomolekul[sunting | sunting sumber]


Biomolekul mempunyai fungsi tertentu dalam sel, misalnya:

protein sebagai enzim, alat transpor, antibodi, hormon dan pembentuk membran;

karbohidrat sebagai sumber energi, komponen pembentuk membran dan dinding sel;

lipid sebagai sumber energi, hormon, dan pembentuk sel;

asam nukleat sebagai faktor genetika, koenzim, pembawa energi, dan pengatur biosintesis
protein.

* Struktur Biomolekul....

* Pengertian Biomolekul.....
Biomolekul merupakan senyawa - senyawa organik sederhana pembentuk organisme hidup
dan bersifat khas sebagain produk aktifitas biologis. Biomolekul dapat di pandang sebagai
turunan hidrokarbon, yaitu senyawa karbon dan hidrogen yang mempunyai kerangka dasar
yang tersusun dari atom karbon, yang disatukan oleh ikatan kovalen. kerangka dasar
hidrokarbon bersifat sangat setabil, karena ikatan tunggal dan ganda karbon - karbon
menggunakan pasangan elektron bersama - sama secara merata. Biomolekul bersifat
polifungsionil mengandung dua ata lebih jenis gugus fungsi yang berbeda. pada molekul
tersebu, tiap gugus fungsi mempunyai sifat dan reaksi kimia sendiri - sendiri.
* Bentuk Senyawa Biomolekul
senyawa - senyawa biomolekul biasanya di kenal dalam empat bentuk : protein, asam
nukleat, karbohidrat dan lpid. keempat golongan biomolekul tersebut mempunyai sifat
umum yang relatif besar ( berat molekul besar ) , dan karenanya disebut makromolekul.
berat molekul protein berkisar antara 5.000 sampai lebih dari 1 juta berat molekul berbagai
jenis asam nukleat berkisar sampai beberapa miliar, karbohdrat ( polisakarida ) dapat
memiliki berat molekul sampai jutaan. molekul lipid jauh lebih kecil dari 750 sampai 1.500.
tetapi karena lipid umumnya terbentuk dari ribuan molekul sehingga membentuk struktur
berukuran besar yang berfungsi seperti sistem makromolekuler, struktur lpid juga dapat
dianggap sebagai makromolekul.
protein merupakan polimer asam - asam amino, karbohidrat merupakan polimer
monosakarida, asam nukleat merupakan polimer mononoukleatiida. monomer lipid ada
bermacam - macam, bergantung pada jenis lipidnya, diantaranya asam lemak, kolin,
etanolamin, serin dan lain-lain.

* Fungsi Biomolekul
protein sebagai enzim, alat transpor, antibodi, hormon dan pembentukan membran
karbohidrat sebagai sumber energi, komponen pembentuk membran dan dinding sel

lipid sebagai sumber energi, hormon dan pembentukan sel


asam nukleat sebagai faktor genetika, koenzim, pembawa energi dan pengatur
biosintesis protein.
* Jenis Biomolekul
KARBOHIDAT
Karbohidrat adalah sumber energi utama dalam sebagian besar makanan manusia.
monosakarida, misalnya gulukosa, fruktosa & galaktosa biasanya tidak dikonsumsi dalam
jumlah besar walaupun ketiganya terdapat dibuah-buahan. sumber utama karbohidrat
dalam makanan adalah zat pati dari sumbeer tumbuhan, di tambah glikogen dari hat & otot
hewan.
karbohidrat hanya mengandung karbon, hidrogen & oksigen. dinamakan karbohidrat
karena rasio hidrogen terhadap oksigen adalah 2:1, yang sama dengan rasio pada air. semua
karbohidrat mengandung gugus fumgsional hidroksil -OH yang termasuk kelompok
alkohol. senyawa karbohidrat adalah polihidroksi aldehida atau polihidroksi keton yang
mengandung unsur2 karbon ( C ), hidrogen ( H ), & oksigen ( O ) dengan rumus empiris
total ( CH2O)n.
KARBOHIDRAT dalam tubuh manusia & dan hewan di bentuk dari beberapa asam amino,
gliserol lemak & sebagian besar diperoleh dari makanan yang berasal dari tumbuh tumbuhan.
LEMAK
lemak dan minyak adalah salah satu kelompok yang termasuk apada golongan lipid, yaitu
senyawa organik yang terdapat dialam serta tidak larut dalam air. tetapi larut dalam pelarut
organik nonpolar.

lemak dan minyak merupakan senyawa organik yang penting bagi kehidupan mahluk
hidup, adapun kegunaannya :
memberikan rasa gurih dan aroma yang sedap
sebagai salah satu penyusun dinding sel dan penyusun bahan-bahan biomolekul
sumber energi yang efektif dibantingkan protein dan karbohidrat, karena lemak dan
minyak jika dioksidasi secara sempurna akan menghasilkan 9 kalori/liter.
PROTEIN
protein disentesis oleh asam amino yang disatukan oleh ikatan peptida untuk membentuk
rantai lurus. rantai ini kemudian akan melipat-lipat sehingga membentuk struktur 3
dimensi protein. ada 20 jenis asam amino yang diguunakan untuk mensintesis protein
dalam ribosom.

ASAM NUKLEAT
asam nukleat adalah makromolekul terbesar dalam sel, berupa polimer linier atau sering
disebut juga polinukletida yang terdiri dari 106 atau lebih nukleotida yang terdiri dari
molekul gula dengan 5 atom C satu atau lebih gugus fosfat dan basa nitrogen.
Asam deoksiribonukleat ( DNA ) merupakan asam nukleat yang mengandung informasi
genetic dan biasanya dalam bentuk kompleks nucleoprotein ( Dna pROTEIN ) YANG
DISEBUT KROMOSOM.
DNA merupakan molekul yang sangat besar dengan struktur sedehana berupa 4 sub unit
nukleotida dalam suatu rantai dengan urutan tertentu.

Sifat koligatif
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak bergantung pada jenis zat terlarut tetapi hanya
bergantung pada konsentrasi partikel zat terlarutnya[1]. Sifat koligatif larutan terdiri dari dua jenis,
yaitu sifat koligatif larutan elektrolit dan sifat koligatif larutan nonelektrolit[1].
Daftar isi
[sembunyikan]

1Molalitas dan Fraksi Mol

1.1Molalitas (m)

1.2Fraksi Mol

2Sifat Koligatif Larutan Nonelektrolit


o

2.1Penurunan Tekanan Uap

2.2Kenaikan Titik Didih

2.3Penurunan Titik Beku

2.4Tekanan Osmotik

3Sifat Koligatif Larutan Elektrolit


o

3.1Penurunan Tekanan Uap Jenuh

3.2Kenaikan Titik Didih

3.3Penurunan Titik Beku

3.4Tekanan Osmotik

4Lihat Pula

5Referensi

6Pranala luar

Molalitas dan Fraksi Mol[sunting | sunting sumber]


Dalam larutan, terdapat beberapa sifat zat yang hanya ditentukan oleh banyaknya partikel zat
terlarut[2]. Oleh karena sifat koligatif larutan ditentukan oleh banyaknya partikel zat terlarut, maka
perlu diketahui tentang konsentrasi larutan[2].

Molalitas (m)[sunting | sunting sumber]


Molalitas (kemolalan) adalah jumlah mol zat terlarut dalam 1 kg (1000 gram) pelarut[2]. Molalitas
didefinisikan dengan persamaan berikut [2]:

Keterangan: m = molalitas (mol/kg) Mr = massa molar zat terlarut (g/mol) massa = massa zat
terlarut (g) P = massa zat pelarut (g)

Fraksi Mol[sunting | sunting sumber]


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Fraksi mol

Fraksi mol merupakan satuan konsentrasi yang semua komponen larutannya dinyatakan
berdasarkan mol[2]. Fraksi mol komponen , dilambangkan dengan adalah jumlah mol
komponen dibagi dengan jumlah mol semua komponen dalam larutan[2]. Fraksi
mol adalah dan seterusnya[2]. Jumlah fraksi mol dari semua komponen adalah 1[2].
Persamaannya dapat ditulis dengan:[2]

Sifat Koligatif Larutan Nonelektrolit[sunting | sunting sumber]


Meskipun sifat koligatif melibatkan larutan, sifat koligatif tidak bergantung pada interaksi antara
molekul pelarut dan zat terlarut, tetapi bergatung pada jumlah zat terlarut yang larut pada suatu
larutan[3]. Sifat koligatif terdiri dari penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan titik
beku, dan tekanan osmotik[3].

Penurunan Tekanan Uap[sunting | sunting sumber]

Marie Francois Raoult (1830 - 1901) ilmuwan yang menyimpulkan tentang tekanan uap jenuh larutan

Molekul - molekul zat cair yang meninggalkan permukaan menyebabkan adanya


tekanan uap zat cair[3]. Semakin mudah molekul - molekul zat cair berubah menjadi uap, makin
tinggi pula tekanan uap zat cair[3]. Apabila tekanan zat cair tersebut dilarutkan oleh zat terlarut
yang tidak menguap, maka partikel - partikel zat terlarut ini akan
mengurangi penguapan molekul - molekul zat cair[3]. Laut mati adalah contoh dari terjadinya
penurunan tekanan uap pelarut oleh zat terlarut yang tidak mudah
menguap. Air berkadar garam sangat tinggi ini terletak di daerah gurun yang sangat panas dan
kering, serta tidak berhubungan dengan laut bebas, sehingga konsentrasi zat terlarutnya
semakin tinggi[3]. Persamaan penurunan tekanan uap dapat ditulis[3] :

P0 = tekanan uap zat cair murni

P = tekanan uap larutan

Pada tahun 1878, Marie Francois Raoult seorang kimiawan asal Perancis melakukan
percobaan mengenai tekanan uap jenuh larutan, sehingga ia menyimpulkan tekanan
uap jenuh larutan sama dengan fraksi mol pelarut dikalikan dengan tekanan uap jenuh
pelarut murni[3]. Persamaan penurunan tekanan uap dapat ditulis[3]. Kesimpulan ini
dikenal dengan Hukum Raoult dan dirumuskan dengan[3]. Persamaan penurunan
tekanan uap dapat ditulis[3] :

P = tekanan uap jenuh larutan

P0 = tekanan uap jenuh pelarut murni

Xp = fraksi mol zat pelarut

Xt = fraksi mol zat terlarut

Kenaikan Titik Didih[sunting | sunting sumber]


Titik didih zat cair adalah suhu tetap pada saat zat cair mendidih. Pada suhu ini,
tekanan uap zat cair sama dengan tekanan udara di sekitarnya [4]. Hal ini
menyebabkan terjadinya penguapan di seluruh bagian zat cair. Titik didih zat
cair diukur pada tekanan 1 atmosfer[4]. Dari hasil penelitian, ternyata titik didih
larutan selalu lebih tinggi dari titik didih pelarut murninya [4]. Hal ini disebabkan
adanya partikel - partikel zat terlarut dalam suatu larutan menghalangi peristiwa
penguapan partikel - partikel pelarut[4]. Oleh karena itu, penguapan partikel partikel pelarut membutuhkan energi yang lebih besar[4]. Perbedaan titik didih
larutan dengan titik didih pelarut murni di sebut kenaikan titik didih yang
dinyatakan dengan ()[4]. Persamaannya dapat ditulis [4]:

Tb = kenaikan titik didih (oC)

kb = tetapan kenaikan titik didih molal (oC kg/mol)

m = molalitas larutan (mol/kg)

Mr = massa molekul relatif

P = jumlah massa zat (kg)

Tabel Tetapan Kenaikan Titik Didih (Kb) Beberapa Pelarut[5]


Pelarut

Titik Didih

Tetap

Aseton

56,2

1,71

Benzena

80,1

02,53

Kamfer

204,0

05,61

Karbon tetraklorida

76,5

04,95

Sikloheksana

80,7

02,79

Naftalena

217,7

05,80

Fenol

182

03,04

Air

100,0

00,52

Penurunan Titik Beku[sunting | sunting sumber]


Adanya zat terlarut dalam larutan akan mengakibatkan titik beku
larutan lebih kecil daripada titik beku pelarutnya. Persamaannya
dapat ditulis sebagai berikut[5] :

Tf = penurunan titik beku (oC)

kf = tetapan perubahan titik beku (oC kg/mol)

m = molalitas larutan (mol/kg)

Mr = massa molekul relatif

P = jumlah massa zat (kg)

Tabel Penurunan Titik Beku (Kf) Beberapa Pelarut[5]


Pelarut

Titik Beku

Aseton

-95,35

Benzena

5,45

Kamfer

179,8

Karbon tetraklorida

-23

Sikloheksana

6,5

Naftalena

80,5

Fenol

43

Air

Tekanan Osmotik[sunting | sunting


sumber]

Van't Hoff

Tekanan osmotik adalah gaya yang diperlukan untuk


mengimbangi desakan zat pelarut yang melalui selaput
semipermiabel ke dalam larutan[5]. Membran
semipermeabel adalah suatu selaput yang dapat dilalui
molekul - molekul pelarut dan tidak dapat dilalui oleh
zat terlarut. Menurut Van't Hoff, tekanan osmotik
larutan dirumuskan [5]:

= tekanan osmotik

M = molaritas larutan

R = tetapan gas (0,082)

T = suhu mutlak

Sifat Koligatif Larutan


Elektrolit[sunting | sunting sumber]
Pada konsentrasi yang sama, sifat koligatif larutan
elektrolit memliki nilai yang lebih besar daripada
sifat koligatif larutan non elektrolit[6]. Banyaknya
partikel zat terlarut hasil reaksi ionisasi larutan
elektrolit dirumuskan dalam faktor Van't Hoff[6].

Perhitungan sifat koligatif larutan elektrolit selalu


dikalikan dengan faktor Van't Hoff[6] :

Keterangan :

= faktor Van't Hoff


n = jumlah koefisien kation
= derajat ionisasi

Penurunan Tekanan Uap


Jenuh[sunting | sunting sumber]
Rumus penurunan tekanan uap jenuh dengan
memakai faktor Van't Hoff adalah[6] :

=P0

Kenaikan Titik Didih[sunting | sunting


sumber]
Persamaannya adalah[6]:
=

Penurunan Titik
Beku[sunting | sunting sumber]
Persamaannya adalah[6] :
=

Tekanan Osmotik[sunting | sunting


sumber]
Persamaannya adalah[6] :

Hidrolisis garam
A. Pengertian
Sebagaimana kita ketahui bahwa jika larutan asam direaksikan dengan larutan basa akan

o
o
1.

membentuk senyawa garam.


Jika kita melarutkan suatu garam ke dalam air, maka akan ada dua kemungkinan yang terjadi,
yaitu:
Ion-ion yang berasal dari asam lemah (misalnya CH3COO, CN, dan S2) atau ion-ion yang
berasal dari basa lemah (misalnya NH4 +, Fe2+, dan Al3+) akan bereaksi dengan air. Reaksi
suatu ion dengan air inilah yang disebut hidrolisis.
Berlangsungnya hidrolisis disebabkan adanya kecenderungan ion-ion tersebut untuk
membentuk asam atau basa asalnya.

Contoh:
CH3COO + H2O CH3COOH + OH
o

NH4+ + H2O NH4OH + H+

2. Ion-ion yang berasal dari asam kuat (misalnya Cl, NO3, dan SO42) atau ion-ion yang berasal dari basa kuat
(misalnya Na+, K+, dan Ca2+) tidak bereaksi dengan air atau tidak terjadi hidrolisis.
o

Hal ini dikarenakan ion-ion tersebut tidak mempunyai kecenderungan untuk membentuk asam

atau basa asalnya. (Ingat kembali tentang kekuatan asam-basa!)


Na+ + H2O tidak terjadi reaksi
SO42- + H2O tidak terjadi reaksi
o
o

Hidrolisis hanya dapat terjadi pada pelarutan senyawa garam yang terbentuk dari ion-ion
asam lemah dan ion-ion basa lemah.
Jadi, garam yang bersifat netral (dari asam kuat dan basa kuat) tidak terjadi hidrolisis.

B. Komponen Hidrolisis Garam


1. Hidrolisis Garam dari Asam lemah dan Basa Kuat
o

Jika suatu garam dari asam lemah dan basa kuat dilarutkan dalam air, maka kation dari basa

kuat tidak terhidrolisis sedangkan anion dari asam lemah akan mengalami hidrolisis.
Jadi garam dari asam lemah dan basa kuat jika dilarutkan dalam air akan mengalamihidrolisis

parsial atau hidrolisis sebagian.


Contoh:

CH3COONa(aq) CH3COO(aq) + Na+(aq)


CH3COO + H2O CH3COOH + OH
Na+ + H2O tidak terjadi reaksi
o

pH larutan garam dapat ditentukan dari persamaan:

A + H2O HA + OH

pOH = -log [OH-]


pH = 14 pOH
2. Hidrolisis Garam dari Asam Kuat dan Basa Lemah
o

Garam dari asam kuat dan basa lemah jika dilarutkan dalam air juga akan mengalami hidrolisis

sebagian. Hal ini disebabkan karena kation dari basa lemah dapat terhidrolisis, sedangkan anion
dari asam kuat tidak mengalami hidtrolisis.
Contoh:

NH4Cl NH4+ + Cl
NH4+ + H2O NH4OH + H+
Cl + H2O tidak terjadi reaksi
o

pH larutan garam ini dapat ditentukan melalui persamaan:

M+ + H2O MOH + H+

pH = -log [H+]

1.
Jawab:

Konsentrasi

2.
jawab:

pH

dari

dari

NH4Cl

NH4Cl

0,4

0,4

M,

adalah

jika kb NH3 =

10-5

(kb NH3 =

10-5)

Termokimia
A. PENGERTIAN TERMOKIMIA
Termokimia merupakan ilmu kimia yang mempelajari perubahan kalor atau panas
suatu zat yang menyertai suatu reaksi atau proses kimia dan fisika.
Termokimia ini mempelajari hubungan antara energi panas dan energi kimia. Energi
kimia merupakan energi yang dikandung setiap unsur atau senyawa, energi kimia yang
terkandung dalam suatu zat adalah semacam energi potensial zat tersebut. Energi
potensial kimia yang trkandung dalam suatu zat disebut panas dalam atau entalpi dan
dinyatakan dengan simbol H. Selisih antara entalpi reaktan dan entalpi hasil pada
suatu reaksi disebut perubahan entalpi reaksi, dan diberi simbol H.

TERMOKIMIA

B. BAHAN KAJIAN TERMOKIMIA


Bahan kajian termokimia adalah penerapan hukum kekekalan energi dan hukum
termodinamika I dalam bidang kimia.
Hukum kekekalan energi berbunyi :
1. Energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan.
2. Energi dapat berubah bentuk menjadi energi lain.

Hukum termodinamika I berbunyi :


Jumlah total energi dalam alam semesta konstan atau tetap
C. SISTEM DAN LINGKUNGAN TERMOKIMIA
Segala sesuatu yang menjadi pusat perhatian dalam mempelajari perubahan energi
dan berubah selama proses itu berlangsung disebut dengan sistem
Sedangkan hal-hal yang tidak berubah selama proses berlangsung dan yang membatasi
sistem dan juga dapat mempengaruhi sistem disebut lingkungan
Berdasarkan interaksinya dengan lingkungan, sistem diagi menjadi tiga macam, yaitu
1. Sistem Terbuka
Sistem terbuka adalah suatu sistem yang memungkinkan terjadi perpindahan energi
dan zat (materi) antara lingkungan dengan sistem. Pertukaran materi artinya ada
reaksi yang dapat meninggalkan wadah reaksi, misalnya gas
2. Sistem tertutup
Suatu sistem yang mana antara sistem dan lingkungan dapat terjadi perpindahan
energi, tapi tidak terjadi pertukaran materi
3. Sistem terisolasi
Suatu sistem yang memungkinkan terjadinya perpindahan energi dan materi antara
sistem dengan lingkungan
D. REAKSI TERMOKIMIA
Reaksi pada termokimia terbagi atas reaksi eksoterm dan reaksi endoterm.
1. Reaksi Eksoterm
Reaksi yang terjadi saat berlangsungnya pelepasan panas atau kalor. Reaksi panas
ditulis dengan tanda negatif.
Contoh : N2 (g) + 3H2 (g) 2NH3 (g) - 26,78 Kkal
Perubahan entalpi pada reaksi ini digambarkan sebagai berikut:

Menurut hukum kekekalan energi :

2. Reaksi Endoterm
Reaksi yang terjadi ketika berlangsungnya penyerapan panas atau kalor, maka
perubahan entalpi reaksi bernilai positif.
Contoh : 2NH3 N2 (g) + 3H2 (g) + 26,78 Kkal
Perubahan entalpi pada reaksi endoterm dirumuskan sebagai berikut:

Kesimpulan :
Besarnya perubahan entalpi (H) sama dengan besarnya panas reaksi, tapi dengan
tanda berlawanan.
Artikel Penunjang : Hukum Perbandingan Tetap (Hukum Proust)
E. JENIS PERUBAHAN ENTALPI
1. Perubahan entalpi pembentukan (Hf)
Merupakan perubahan entalpi pembentukan 1 mol senyawa dari unsur-unsur
penyusunnya pada keadaan standar.
Nilai entalpi pembentukan standar ditentukan menggunakan tabel data entalpi
pembentukan standar.
Nilai entalpi pembentukan standar:

Bernilai positif, jika menerima energi

Bernilai negatif, jika melepas energi

Bernilai nol, jika unsur tersebut sudah terdapat di alam secara alami

Bentuk unsur yang sdah di alam terbagi atas monoatomik dan poliatomik.
Poliatomik berarti unsur pembentuknya lebih dari 1 unsur.

1.

Contoh monoatomik : C(s), Fe(s), H+(aq), Ba(s), Ca(s), Mg(s), Na(s), Al(s), B(s),
Zn(s), P(s). Monoatomik termasuk golonga gas mulia dan logam lainnya.

2.

Contoh poliatomik : O2(g), Cl2(g), P4(s), H2(g), Br2(l), N2(g), I2(g), F2(g).
Poliatomiktermasuk halogaen dan gas selain gas mulia.

Semua unsur-unsur yang sudah terdapat dialam ini nilai entalpi pembentukannya nol.
Misal:

2. Perubahan entalpi penguraian (Hd)


Adalah H untuk menguraikan 1 mol suatu senyawa menjadi unsur-unsur penyusunnya
pada keadaan standar.
Nilai entalpi penguraian standar berlawanan dengan nilai entalpi pembentukan
standar. Pada reaksi penguraian reaktan berpindah ke kanan dan produk berpindah ke
kiri.

PERUBAHAN ENTALPI PENGURAIAN

3. Perubahan entalpi pembakaran (Hc)


Adalah H dalam pembakaran sempurna 1 mol suatu senyawa pada keadaan standar.
Nilai entalpi pembakaran standar ditentukan menggunakan tabel data entalpi
pembakaran standar
Ciri utama dari reaksi pembakaran adalah:

Merupakan reaksi eksoterm

Melibatkan oksigen dalam reaksinya

Karbon terbakan menjadi CO2, hidrogen terbakar menjadi H2O, dan belerang
terbakar menjadi SO2.

PERUBAHAN ENTALPI PEMBAKARAN

4. Perubahan entalpi netralisasi (Hn)


Termasuk reaksi eksoterm. Adalah kalor yang dilepas pada pembentukan 1 mol air dan
reaksi asam-basa pada suhu 25 derjat celsius dan tekanan 1 atmosfer.

PERUBAHAN ENTALPI NETRALISASI

F. PENENTUAN ENTALPI REAKSI


Penentuan ini dilakukan dengan:

Menggunakan kalorimetri

Menggunakan hukum Hess atau hukum penjumlahan

Menggunakan data tabel entalpi pembentukan

4Menggunakan data energi ikatan

1. Penentuan dengan kalorimetri


Kalorimetri adalah

cara

penentuan

energi

kalor

reaksi

dengan

kalorimeter.

Kalorimeter adalah sistem terisolasi, sehingga semua energi yang dibutuhkan atau
dibebaskan tetap berada dalam kalorimeter. Dengan mengukur perubahan suhu, kita
dapat menentukan jumlah energi kalor reaksi berdasarkan rumus:

Ql

= energi kalor pada larutan (J)

= massa zat (kg)

= kalor jenis zat (J/kgC)

= kapasitas kalor (J/C)

= perubahan suhu (C)

Karena kalorimeter merupakan sistem terisolasi, maka tidak ada energi yang terbuang
ke lingkungan, sehingga mlah energi kalor reaksi dan perubahan entalpi reaksi
menjadi:

2. Penentuan dengan data energi ikatan


Energi ikatan (E) adalah energi yang dibutuhkan untuk memutuskan 1 mol ikatan
kovalen dari suatu senyawa, setiap ikatan membutuhkan energi yang berbeda agar
dapat terputus.
Reaksi berlangsung dalam dua tahap:

1) Pemutusan ikatan reaktan


2) Pembentukan ikatan produk
Artikel Penunjang : Pengertian dan Jenis Jenis Ikatan Kimia

Tentukan perubahan entalpi reaksi dari pembakaran CH2 dibawah ini:


CH2(g) + 3 /2O2(g) CO2(g) + H2O(g) H = ?
(HCH)+ 3 /2(O=O)(O=C=O)+(HOH)

G. HUKUM TERKAIT TERMOKIMIA


1. Hukum Laplace
Hukum ini dikemukakan oleh Marquis de Laplace (1749-1827), yang berbunyi :
Jumlah kalor yang dilepaskan pada pembentukan suatu senyawa dari unsur-unsurnya
sama dengan jumlah kalor yang diperlukan untuk menguraikan senyawa itu menjadi
unsur-unsurnya.
Contoh :
H2(g) + O2(g) H2O(l)

H = -68,3 kkal/mol

H2O(l) H2(g) + O2(g)

H = 68,3 kkal/mol

2. Hukum Hess
Hukum ini dikemukakan oleh German Hess (1840), yang berbunyi :
Bila suatu perubahan kimia dapat dibuat menjadi beberapa jalan/cara yang
berbeda, jumlah perubahan energi panas keselurahannya (total) adalah tetap, tidak
bergantung pada jalan/cara yang ditempuh.

Menurut hukum Hess, suatu reaksi dapat terjadi melalui beberapa tahap reaksi, dan
bagaimanapun tahap atau jalan yang ditempuh tidak akan mempengaruhi entalpi
reaksi. Perubahan entalpi reaksi hanya tergantung pada keadaan awal dan akhir
sistem. Bukan tahap atau jalan yang ditempuh. Perubahan entalpi ini juga merupakan
penjumlahan entalpi reaksi dari setiap tahap.
Dengan demikian hukum Hess dapat digunakan untuk menghitung H reaksi
berdasarkan reaksi-reaksi lain yang H-nya sudah diketahui.

Reaksi senyawa organic


REAKSI-REAKSI SENYAWA ORGANIK
Dalam kimia organik, banyak reaksi yang dapat terjadi yang melibatkanikatan kovalen di
antara atom karbon dan heteroatom lainnya seperti oksigen,nitrogen, atau atomatom halogen lainnya. Beberapa reaksi yang lebih spesifik akan dijelaskan di bawah ini.
REAKSI SUBTITUSI, ADISI, ELIMINASI
1). Reaksi Subtitusi adalah reaksi penggantian (penukaran) suatu gugus atom oleh gugus
atom lain. Pada reaksi subtitusi tidak terjadi perubahan ikatan, ikatan tunggal > ikatan
tunggal.
Contoh :
1.
Reaksi monoklorinasi propana (pengantian satu atom H oleh satu atom Cl), misalnya :
C3H8 + Cl2 > C3H7Cl + HCl
2.
Reaksi dibrominasi propana (penggantian dua atom H oleh dua atom Br), misalnya :
C3H8 + 2Br2 > C3H6Br2 + 2HBr

2). Reaksi Adisi adalah reaksi penambahan suatu atom pada ikatan rankap dalam suatu
senyawa. Pada reaksi adisi terjadi perubahan ikatan, ikatan rangkap tiga > ikatan
rangkap dua, atau ikatan rangkap dua > ikatan tunggal
Contoh :
1.
Reaksi adisi pada Alkena.
(). Adisi alkena dengan halogen (F2 ,Cl2, Br2, I2 )
CH2CH2 + Cl2 CH2CH2
........................... ........ I.........I
................... ............... Cl......Cl
etena,,,,,,,,,,,1,2-dikloro etena
Berbeda dengan halida-halida hidrogen yang lain, hidrogen bromida bisa diadisi ke sebuah
ikatan karbon-karbon rangkap baik pada ujung yang satu maupun pada ujung yang lain
tergantung pada kondisi-kondisi reaksi.
Adisi hidrogen bromida murni pada alkena murni
Apabila hidrogen bromida dan alkena sama-sama murni, hidrogen bromida akan masuk ke
karbon ikatan rangkap menurut Kaidah Markovnikov. Sebagai contoh, dengan propena akan
diperoleh 2-bromopropana.
Halida-halida hidrogen yang lain mengalami adisi dengan propena persis sama seperti
mekanisme di atas.
Adisi hidrogen bromida yang mengandung peroksida organik pada alkena yang mengandung
peroksida yang sama
Oksigen dari udara cenderung bereaksi lambat dengan alkena menghasilkan beberapa peroksida
organik, sehingga dengan sendirinya akan terdapat beberapa peroksida organik dalam alkena.
Dengan demikian, reaksi dengan oksigen ini adalah reaksi yang cenderung terjadi sebelum
semua udara dikeluarkan dari sistem.
Apabila hidrogen bromida dan alkena sama-sama mengandung peroksida organik dalam jumlah
kecil, maka reaksi adisi berlangsung dengan cara berbeda dan dihasilkan 1-bromopropana:
Reaksi ini terkadang disebut sebagai adisi anti-Markovnikov atau efek peroksida.
Peroksida-peroksida organik adalah sumber radikal bebas yang sangat potensial. Dengan adanya
peroksida organik, hidrogen bromida akan bereaksi dengan alkena menggunakan mekanisme
yang berbeda (lebih cepat). Karena berbagai faktor, reaksi ini tidak terjadi pada halida-halida
hidrogen yang lain.
Reaksi ini juga bisa terjadi dengan mekanisme ini jika terdapat sinar ultraviolet dengan panjang
gelombang yang tepat untuk memutus ikatan hidrogen-bromida menjadi hidrogen dan radikal
bebas bromin.
CH2=CHCH3 +HBr > CH3CHBrCH3 (Pada reaksi ini berlaku hukum Markovnikov Atom
H dari asam halida ditangkap oleh C berikatan rangkap yang mengikat atom H lebih
banyak atau gugus alkil yang lebih kecil)
Catatan : Reaksi-reaksi di atas disebut juga reaksi reduksi aldehida da keton
3). Reaksi Eliminasi adalah reaksi penghilangan suatu gugus atom pada suatu senyawa.
Pada reaksi elimiasi teradi perubahan ikatan, ikatan tunggal > ikatan rangkap
Contoh :
CH3CH3 > CH2=CH2 + H2
CH3CH2Br > CH2=CH2 + HBr

CH3CH2OH > CH2=CH2 + H2O


eliminasi merupakan reaksi yang mengubah jumlah substituen dalam atom karbon, dan
membentuk ikatan kovalen. Ikatan ganda dan tiga dapat dihasilkan dengan mengeliminasi gugus
lepas yang cocok. Seperti substitusi nukleofilik, ada beberapa mekanisme reaksi yang mungkin
terjadi. Dalam mekanisme E1, gugus lepas terlebih dahulu melepas dan membentuk karbokation.
Selanjutnya, pembentukan ikatan ganda terjadi melalui eliminasi proton (deprotonasi). Dalam
mekanisme E1cb, urutan pelepasan terbalik: proton dieliminasi terlebih dahulu. Dalam
mekanisme ini keterlibatan suatu basa harus ada.[35] Reaksi dalam eliminasi E1 maupun E1cb
selalu bersaing dengan substitusi SN1 karena memiliki kondisi reaksi kondisi yang sama.[36]

Eliminasi E1

eliminasi E1cb

Eliminasi E2
Mekanisme E2 juga memerlukan basa. Akan tetapi, pergantian posisi basa dan eliminasi gugus
lepas berlangsung secara serentak dan tidak menghasilkan zat antara ionik. Berbeda dengan
eliminasi E1, konfigurasi stereokimia yang berbeda dapat dihasilkan dalam reaksi yang memiliki
mekanisme E2 karena basa akan lebih memfavoritkan eleminasi proton yang berada pada posisianti terhadap gugus lepas. Oleh karena kondisi dan reagen reaksi yang mirip, eliminasi E2 selalu
bersaing dengan substitusi SN2.[37]
REAKSI-REAKSI PENGUJIAN SENYAWA ORGANIK
1. Reaksi Uji Ikatan Rangkap
a.
Penentuan keberadaan ikatan rangkap dalam suatu senyawa dapat dilakukan dengan
menggunakan pereaksi brom (Br2) yang berwarna coklat.
Bila warna coklat brom hilang maka dalam senywa terdapat ikatan rangkapkarena terjadi
reaksi adisi Br2 terhadap karbon berikatan rangkap.
b.
Untuk menentukan letak iakatan rangkap dalam suatu senyawa dilakukanreaksi
ozonolisis. R-CH=CH-R + O3 >R-CH2OH + R-CH2OH
2. Reaksi Uji Iodoform, reaksi uji ini dilakukan untuk menentukan keberadaan gugus metil
ujung dalam senyawa alkohol atau senyawa karbonil (aldehida atau keton): CH3-CHOH- atau
CH3-CO-.
Permasalahan :

Reaksi adisi dapat merubah ikatan rangkap 2 menjadi ikatan rangkap 1, yang ingin saya
tanyakan apakah ikatan rangkap 1 yang dihasilkan oleh reaksi adisi dapat membentuk reaksi
substitusi ?jika dapat terbentuk bagaimanakah hasil akhirnya dan jika tidak mengapa hal
tersebut tidak dapat terjadi?

Anda mungkin juga menyukai