Anda di halaman 1dari 30

Sifat Koligatif Larutan

Kata Kunci: Penurunan Titik Beku, Sifat Koligatif Larutan, Tekanan Osmosis, Tekanan
Uap Jenuh, titik didih
Ditulis oleh Ratna dkk pada 16-04-2009

Gambaran umum sifat koligatif


Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak tergantung pada
macamnya zat terlarut tetapi semata-mata hanya ditentukan oleh banyaknya zat
terlarut (konsentrasi zat terlarut).

Apabila suatu pelarut ditambah dengan sedikit zat terlarut (Gambar 6.2), maka akan
didapat suatu larutan yang mengalami:

1. Penurunan tekanan uap jenuh

2. Kenaikan titik didih

3. Penurunan titik beku

4. Tekanan osmosis

Banyaknya partikel dalam larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan dan sifat
Larutan itu sendiri. Jumlah partikel dalam larutan non elektrolit tidak sama dengan
jumlah partikel dalam larutan elektrolit, walaupun konsentrasi keduanya sama. Hal
ini dikarenakan larutan elektrolit terurai menjadi ion-ionnya, sedangkan larutan non
elektrolit tidak terurai menjadi ion-ion. Dengan demikian sifat koligatif larutan
dibedakan atas sifat koligatif larutan non elektrolit dan sifat koligatif larutan
elektrolit.

Penurunan Tekanan Uap Jenuh


Pada setiap suhu, zat cair selalu mempunyai tekanan tertentu. Tekanan ini
adalah tekanan uap jenuhnya pada suhu tertentu. Penambahan suatu zat ke dalam
zat cair menyebabkan penurunan tekanan uapnya. Hal ini disebabkan karena zat
terlarut itu mengurangi bagian atau fraksi dari pelarut, sehingga kecepatan
penguapan berkurang.

Gambaran penurunan tekanan uap


Menurut Roult :

p = po . XB
keterangan:

p : tekanan uap jenuh larutan

po : tekanan uap jenuh pelarut murni

XB : fraksi mol pelarut

Karena XA + XB = 1, maka persamaan di atas dapat diperluas menjadi :


P = Po (1 – XA)
P = Po – Po . XA
Po – P = Po . XA
Sehingga :

ΔP = po . XA
keterangan:

ΔP : penuruman tekanan uap jenuh pelarut

po : tekanan uap pelarut murni

XA : fraksi mol zat terlarut

Contoh :
Hitunglah penurunan tekanan uap jenuh air, bila 45 gram glukosa (Mr = 180)
dilarutkan dalam 90 gram air ! Diketahui tekanan uap jenuh air murni pada 20oC
adalah 18 mmHg.

Kenaikan Titik Didih


Adanya penurunan tekanan uap jenuh mengakibatkan titik didih larutan lebih tinggi
dari titik didih pelarut murni. Untuk larutan non elektrolit kenaikan titik didih
dinyatakan dengan:

ΔTb = m . Kb
keterangan:

ΔTb = kenaikan titik didih (oC)


m = molalitas larutan

Kb = tetapan kenaikan titik didihmolal

(W menyatakan massa zat terlarut), maka kenaikan titik didih larutan dapat
dinayatakan sebagai:

Apabila pelarutnya air dan tekanan udara 1 atm, maka titik didih larutan dinyatakan
sebagai :

Tb = (100 + ΔTb) oC
Penurunan Titik Beku
Untuk penurunan titik beku persamaannya dinyatakan sebagai:
ΔTf = penurunan titik beku
m = molalitas larutan

Kf = tetapan penurunan titik beku molal

W = massa zat terlarut

Mr = massa molekul relatif zat terlarut

p = massa pelarut

Apabila pelarutnya air dan tekanan udara 1 atm, maka titik beku larutannya
dinyatakan sebagai:

Tf = (O – ΔTf)oC
Tekanan Osmosis
Tekanan osmosis adalah tekanan yang diberikan pada larutan yang dapat
menghentikan perpindahan molekul-molekul pelarut ke dalam larutan melalui
membran semi permeabel (proses osmosis) seperti ditunjukkan pada.

Menurut Van’t hoff tekanan osmosis mengikuti hukum gas ideal:

PV = nRT

Karena tekanan osmosis = Π , maka :

π° = tekanan osmosis (atmosfir)


C = konsentrasi larutan (M)
R = tetapan gas universal. = 0,082 L.atm/mol K
T = suhu mutlak (K)
Tekanan osmosis
 Larutan yang mempunyai tekanan osmosis lebih rendah dari yang lain disebut
larutan Hipotonis.

 Larutan yang mempunyai tekanan lebih tinggi dari yang lain disebut larutan
Hipertonis.

 Larutan yang mempunyai tekanan osmosis sama disebut Isotonis.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa larutan elektrolit di dalam


pelarutnya mempunyai kemampuan untuk mengion. Hal ini mengakibatkan
larutan elektrolit mempunyai jumlah partikel yang lebih banyak daripada larutan non
elektrolit pada konsentrasi yang sama.

Contoh :

Larutan 0.5 molal glukosa dibandingkan dengan iarutan 0.5 molal garam dapur.

 Untuk larutan glukosa dalam air jumlah partikel (konsentrasinya) tetap, yaitu 0.5
molal.

 Untuk larutan garam dapur: NaCl(aq) → Na+(aq) + Cl-(aq) karena terurai menjadi 2 ion,
maka konsentrasi partikelnya menjadi 2 kali semula = 1.0 molal.
Yang menjadi ukuran langsung dari keadaan (kemampuannya) untuk mengion
adalah derajat ionisasi. Besarnya derajat ionisasi ini dinyatakan sebagai :

α° = jumlah mol zat yang terionisasi/jumlah mol zat mula-mula

Untuk larutan elektrolit kuat, harga derajat ionisasinya mendekati 1, sedangkan


untuk elektrolit lemah, harganya berada di antara 0 dan 1 (0 < α < 1). Atas dasar
kemampuan ini, maka larutan elektrolit mempunyai pengembangan di dalam
perumusan sifat koligatifnya.

 Untuk Kenaikan Titik Didih dinyatakan sebagai :

n menyatakan jumlah ion dari larutan elektrolitnya.


 Untuk Penurunan Titik Beku dinyatakan sebagai :

 Untuk Tekanan Osmosis dinyatakan sebagai :

π° = C R T [1+ α(n-1)]
Contoh :

Hitunglah kenaikan titik didih dan penurunan titik beku dari larutan5.85 gram garam
dapur (Mr = 58.5) dalam 250 gram air ! (untuk air, Kb= 0.52 dan Kf= 1.86)

Jawab :

Larutan garam dapur,

Catatan:

Jika di dalam soal tidak diberi keterangan mengenai harga derajat ionisasi, tetapi
kita mengetahui bahwa larutannya tergolong elektrolit kuat, maka harga derajat
ionisasinya dianggap 1.

http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-smk/kelas_x/sifat-koligatif-larutan/

PENURUNAN TITIK BEKU LARUTAN

Titik Beku adalah suhu pada nilai tekanan tertentu, saat terjadi perubahan wujud zat dari cair menjadi
padat. Titik beku air murni pada tekanan 760 mmHg adalah 00C . jika kedalam suatu air murni dilarutkan
zat yang tidak menguap sehingga membentuk larutan ideal, kemudian didinginkan hingga suhu 00C,
ternyata larutan tersebut belum membeku. Agar larutan tersebut dapat membeku, suhu larutan harus
diturunkan dibawah titik beku air murni. Selisih antara titik beku pelarut dan titik beku larutan
disebut penurunan titik beku larutan.
Titik beku larutan berbanding lurus dengan kemolalan larutan. Hubungannya dapat ditulis sebagai
persamaan berikut.
∆Tf = Kf x m

Ket:

∆Tf = Penurunan titik beku larutan (0C)

Kf = Tetapan penurunan titik beku larutan (0C/m)

M = Kemolalan (m)

KENAIKAN TITIK DIDIH LARUTAN

Titik Didih adalah suhu pada saat tekanan uap jenuh suatu cairan sama dengan tekanan atmosfer
disekitarnya, saat terjadi perubahan wujud zat dari cair menjadi gas. Titik didih air murni pada tekanan 760
mmHg adalah 1000C. Jika kedalam suatu air murni dilarutkan zat yang tidak menguap sehingga
membentuk larutan ideal, kemudian dididihkan hingga suhu 1000C, ternyata larutan tersebut belum
menguap. Agar larutan tersebut dapat menguap, suhu larutan harus dinaikkan diatas titik didih air murni.
Selisih antara titik didih larutan dan titik didih air murni disebut kenaikan titik didih larutan.
Titik didih larutan berbanding lurus dengan kemolalan larutan. Hubungannya dapat ditulis sebagai
persamaan berikut.

∆Tb = Kb x m
Ket:

∆Tb = Penurunan titik beku larutan (0C)

Kb = Tetapan penurunan titik beku larutan (0C/m)

M = Kemolalan (m)

http://ipanpanur.wordpress.com/2010/10/28/penurunan-titik-beku-larutan-dan-kenaikan-titik-
didih-larutan/

Penurunan Titik Beku


Kata Kunci: titik beku, titik didih
Ditulis oleh Zulfikar pada 25-08-2010

Seperti tampak pada diagram pada Gambar 10.4 bahwa kenaikan titik didih diikuti
dengan penurunan titik beku suatu larutan. Jika konsentrasi (dalam molalitas) dari zat
terlarut semakin besar, maka titik beku larutan semakin kecil. Selisih antara titik beku
larutan dengan titik beku pelarut disebut penurunan titik beku. Hubungan penurunan
titik beku larutan dengan konsentrasi larutan disederhanakan dalam persamaan dan
persamaan ini untuk larutan non elektrolit :

ΔTf = penurunan titik beku


kf = tetapan penurunan titik beku dari zat pelarut
m = molal larutan
Untuk larutan elektrolit berlaku persamaan :

Hubungan antara perubahan titik beku dengan larutan ditunjukan oleh persamaan :
ΔTf = penurunan titik beku
Tf = titik beku larutan
Tfº = titik beku pelarut
Untuk lebih mudah menggunakan persamaan penurunan titik beku larutan perhatikan
contoh soal dibawah ini:

Sebuah senyawa sebanyak 0,6 mol terdapat dalam 150 gram benzol, jika diketahui kf
untuk senyawa benzol adalah 4,9 °C/mol dan titik bekunya = 5,6 °C. Tentukan
Penurunan titik beku dan titik beku larutan. Penyelesaian dalam Bagan 10.6 dibawah ini.

Bagan 10.6. Penyelesaian soal Titik beku larutan elektrolit

Sebagai bahan pembanding kita dapat tentukan juga penurunan titik beku larutan untuk
senyawa elektrolit seperti Asam sulfat.

Larutan 0.1 molal H2SO4, zat tersebut merupakan asam kuat dengan derajat ionisasi D
= 1. jika pelarutnya air, dan harga kf air = 2.86 °C/molal. Tentukan titik beku larutan
tersebut. Penyelesaian pada Bagan 11.6.
Bagan 11.6. Penyelesaian soal Titik beku larutan non-elektrolit

http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-kesehatan/sifat-koligatif-dan-koloid/penurunan-
titik-beku/

Penurunan Titik Beku Larutan-Definisi dan Penyebabnya

Tahukah kamu apa yang dimaksud dengan penurunan titik beku? Kita tahu bahwa air murni
membeku pada suhu 0oC, dengan adanya zat terlarut misalnya saja kita tambahkan gula ke dalam air
tersebut maka titik beku larutan ini tidak akan sama dengan 0oC, melainkan akan turun dibawah 0oC,
inilah yang dimaksud sebagai “penurunan titik beku”.

Jadi larutan akan memiliki titik beku yang lebih rendah dibandingkan dengan pelarut murninya.
Sebagai contoh larutan garam dalam air akan memiliki titik beku yang lebih rendah dibandingkan
dengan pelarut murninya yaitu air, atau larutan fenol dalam alkohol akan memiliki titik beku yang lebih
rendah dibandingkan dengan pelarut murninya yaitu alkohol.

Mengapa hal ini terjadi? Apakah zat terlarut menahan pelarut agar tidak membeku? Penjelasan
mengapa hal ini terjadi lebih mudah apabila dijelaskan dari sudut pandang termodinamik sebagai
berikut.

Contoh, air murni pada suhu 0oC. Pada suhu ini air berada pada kesetimbangan antara fasa cair
dan fasa padat. Artinya kecepatan air berubah wujud dari cair ke padat atau sebaliknya adalah
sama, sehingga bisa dikatakan fasa cair dan fasa padat pada kondisi ini memiliki potensial kimia
yang sama, atau dengan kata lain tingkat energi kedua fasa adalah sama.

Besarnya potensial kimia dipengaruhi oleh temperatur, jadi pada suhu tertentu potensial kimia fasa
padat atau fasa cair akan lebih rendah daripada yag lain, fasa yang memiliki potensial kimia yang
lebih rendah secara energi lebih disukai, misalnya pada suhu 2oC fasa cair memiliki potensial kimia
yang lebih rendah dibanding fasa padat sehingga pada suhu ini maka air cenderung berada pada
fasa cair, sebaliknya pada suhu -1oC fasa padat memiliki potensial kimia yang lebih rendah sehingga
pada suhu ini air cenderung berada pada fasa padat.

Apabila ke dalam air murni kita larutkan garam dan kemudian suhunya kita turunkan sedikit demi
sedikit, maka dengan berjalannya waktu pendinginan maka perlahan-lahan sebagian larutan akan
berubah menjadi fasa padat hingga pada suhu tertentu akan berubah menjadi fasa padat secara
keseluruhan. Pada umumnya zat terlarut lebih suka berada pada fasa cair dibandingkan dengan fasa
padat, akibatnya pada saat proses pendinginan berlangsung larutan akan mempertahankan fasanya
dalam keadaan cair, sebab secara energi larutan lebih suka berada pada fasa cair dibandingkan
dengan fasa padat, hal ini menyebabkan potensial kimia pelarut dalam fasa cair akan lebih rendah
(turun) sedangkan potesnsial kimia pelarut dalam fasa padat tidak terpengaruh.

Maka akan lebih banyak energi yang diperlukan untuk mengubah larutan menjadi fasa padat karena
titik bekunya menjadi lebih rendah dibandingkan dengan pelarut murninya. Inilah sebab mengapa
adanya zat terlarut akan menurunkan titk beku larutannya. Rumus untuk mencari penurunan titik beku
larutan adalah sebagai berikut:

Keterangan:
 delta Tf = Penuruan titik beku

 m = molalitas larutan

 Kf = Tetapan konstantat titik beku larutan

Jangan lupa untuk menambahkan faktor van hoff pada rumus diatas apabila larutan yang ditanyakan
adalah larutan elektrolit.

Penurunan titik beku larutan mendiskripsikan bahwa titik beku suatu pelarut murni akan mengalami
penurunan jika kita menambahkan zat terlarut didalamnya. Sebagai contoh air murni membeku pada
suhu 0 C akan tetapi jika kita melarutkan contoh sirup atau gula didalamnya maka titik bekunya akan
menjadi dibawah 0 C. Sebagai contoh larutan garam 10% NaCl akan memiliki titik beku -6 C dan 20%
NaCl akan memiliki titik beku -16 C.

Fenomena Penurunan Titik Beku Larutan

Fenomena penurunan titik beku larutan sangat menarik perhatian para ilmuwan karena hal ini
bersinggungan langsung dengan kehidupan manusia contohnya, penggunaan etilen glikol sebagai
agen “antibeku” yang dipakai di radiator mobil sehingga air ini tidak beku saat dipakai dimusim dingin.
beberapa ikan didaerah artik mampu melepaskan sejumlah senyawa untuk menghindari darahnya
beku, atau dengan menggunakan teknik penurunan titik beku kita dapat menentukan massa molar
atau menentukan derajat disosiasi suatu zat.
Mengukur Penurunan Titik Beku Larutan

Penurunan titik beku larutan adalah salah satu sifat koligatif larutan. Untuk mengukur
besarnya titik beku larutan kita membutuhkan dua hal berikut:

1. Konsentrasi molal suatu larutan dalam molalitas.

2. Konstanta penurunan titik beku pelarut atau Kf.

Rumus mencari perubahan titik beku larutan adalah sebagai berikut:

?Tf = m. Kf. i

dan titik beku larutan dicari,

Tf = Tpelarut murni – Tf

dimana:

?Tf = penurunan titik beku larutan


Tf = titik beku larutan
m = molalitas larutan
Kf = konstanta titik beku pelarut
i = Faktor Van’t Hoff

Di bidang themodinamika konstanta titik beku pelarut, Kf lebih dikenal dengan istilah “Konstanta
Krioskopik“. Krioskopik berasal dari bahasa Yunani yang artinya “mengukur titik beku”.

Faktor Van’t Hoff (i) adalah parameter untuk mengukur seberapa besar zat terlarut berpengaruh
terhadap sifat koligatif (penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan titik beku, dan
tekanan osmotik). Faktor Van’t Hoff dihitung dari besarnya konsentrasi sesunguhnya zat terlarut yang
ada di dalam larutan dibanding dengan konsentrasi zat terlarut hasil perhitungan dari massanya.
Untuk zat non elektrolit maka vaktor Van’t Hoffnya adalah 1 dan nonelektrolit adalah sama dengan
jumlah ion yang terbentuk didalam larutan. Faktor Van’t Hoff secara teori dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:

i = 1 + (n-1)?)

dengan ? adalah derajat ionisasi zat terlarut dan n jumlah ion yang terbentuk ketika suatu zat berada
didalam larutan. Untuk non elektrolit maka alfa = o dan n adalah 1 dan untuk elektrolit dicontohkan
sebagai berikut:

C6H12O6 -> C6H12O6 n = 1


NaCl -> Na+ + Cl- n = 2
CaCl2 -> Ca2+ + 2Cl- n = 3
Na3PO4 -> 3Na+ + PO4- n = 4
Cu3(PO4)2 -> 3Cu2+ + 2PO43- n = 5

Data nilai Kf beberapa pelarut adalah sebagai berikut:


Jika dilihat persamaan ?Tf = m.Kf.i maka kita bisa menentukan besarnya Faktor Van’t Hoff dari suatu
zat terlarut dalam suatu pelarut dengan menggambar grafik antara ?Tf dengan m maka kita akan
mendapatkan slope (gradien garis) yang setara dengan ixKf. Bila harga Kf pelarut diketahui maka kita
pun dapat mencari nilai i-nya.

A. PE N GE RT IAN L ARUT AN

Kita sering mendengar kata larutan. Ada larutan gula, larutan garam, larutan teh. Tapi
bagaimana dengan air kopi? Apakah kita menganggapnya sebagai sebuah larutan?
Suatu campuran terdiri dari dua komponen utama, yaitu zat terlarut dan zat pelarut. Jika
dari contoh di atas zat terlarutnya adalah, gula, garam, teh, dan kopi; sedangkan zat
pelarutnya adalah air.

Suatu zat dikatakan larutan jika campuran antara zat terlarut dan pelarutnya bersifat
homogen. Artinya tidak terdapat batas antar komponennya, sehingga tidak dapat
dibedakan lagi antara zat pelarut (air) dan terlarutnya. Beda halnya dengan air kopi,
masih terdapat perbedaan antara keduanya, walaupun secara kasat mata, airnya sudah
berubah warna menjadi hitam. Hal ini juga berlaku untuk campuran antara pasir dan air.
Anda bisa menambahkan sendiri contoh-contonya. Untuk air kopi kita menyebutnya
sebagai larutan heterogen/campuran .

B . PE N GE RT IAN L ARUT AN E L E KT RO L IT

Mari kita kembali ke pokok bahasan ini. Pastinya kita pernah melihat orang melakukan
penangkapan ikan dengan alat setrom listrik yang sumber arusnya berasal dari aki; atau
kalian pernah mendengar penyataan jika kita menyentuh stop kontak dalam kondisi
tangan basah, kemungkinan besar akan kesetrom. Apa yang menjadi faktor penyebab
dari semua perilaku ini? Mengapa ikan bisa mati jika alat setrom dicelupkan kedalam
air? Bukankah penghantar listrik erat kaitannya dengan suatu bahan logam?
Pertanyaan-pertanyaan ini akan kita bahas di sini.

Suatu larutan dapat dikatakan sebagai larutan elektrolit jika zat tersebut mampu
menghantarkan listrik. Mengapa zat elektrolit dapat menghantarkan listrik? Ini erat
kaitannya dengan ion-ion yang dihasilkan oleh larutan elektrolit (baik positif maupun
negative). Suatu zat dapat menghantarkan listrik karena zat tersebut memiliki ion-ion
yang bergerak bebas di dalam larutan tersebut. ion-ion inilah yang nantinya akan
menjadi penghantar. Semakin banyak ion yang dihasilkan semakin baik pula larutan
tersebut menghantarkan listrik.

Sumber gambar: kimia.upi.edu

C. B E RB AGAI JE N IS L ARUT AN E L EKT RO L IT

Larutan apa saja yang dapat menghantarkan listrik? Terdapat berbagai jenis larutan
yang bisa menghantarkan listrik. Pembagian zat tersebut adalah sebagai berikut.

1. Berdasarkan jenis larutan

a. Larutan asam (zat yang melepas ion H+ jika dilarutkan dalam air), contohnya adalah:

1. Asam klorida/asam lambung : HCl


2. Asam florida : HF
3. Asam sulfat/air aki : H2SO4
4. Asam asetat/cuka : CH3COOH
5. Asam sianida : HCN
6. Asam nitrat : HNO3
7. Asam posfat : H3PO4
8. Asam askorbat/Vit C
b. Larutan basa (zat yang melepas ion OH- jika dilarutkan dalam air), contohnya
adalah:

1. Natrium hidroksida/soda kaustik : NaOH


2. Calcium hidroksida : Ca(OH)2
3. Litium hidroksida : LiOH
4. Kalium hidroksida : KOH
5. Barium hidroksida : Ba(OH)2
6. Magnesium hidroksida : Mg(OH)2
7. Aluminium hidroksida : Al(OH)3
8. Besi (II) hidroksida : Fe(OH)2
9. Besi (III) hidroksida : Fe(OH)3
10. Amonium hirdoksida : NH4OH
c. Larutan garam (zat yang terbentuk dari reaksi antara asam dan basa), contohnya
adalah:

1. Natrium klorida/garam dapur : NaCl


2. Ammonium clorida : NH4Cl
3. Ammonium sulfat : (NH4)2SO4
4. Calcium diklorida : CaCl2

2. Berdasarkan jenis ikatan:

1. Senyawa ion (senyawa yang terbentuk melalui ikatan ion), contohnya adalah: NaCl,
CaCl2, AlCl3, MgF2, LiF (sebagian besar berasal dari garam)
2. Senyawa kovalen polar (senyawa melalui ikatan kovalen yang bersifat polar/memiliki
perbedaan keelektronegatifan yang besar antar atom), contohnya adalah: HCl, NaOH,
H2SO4, H3PO4, HNO3, Ba(OH)2 (berasal dari asam dan basa)

D. KE KUAT AN L A RUT AN E L E KT RO L IT

Kekauatan larutan elektrolit erat kaitannya dengan derajat ionisasi/disosiasi . Derajat


ionisasi/disosiasi adalah perbandingan antara jumlah ion yang dihasilkan dengan jumlah
zat mula-mula. Dapat dirumuskan sebagai berikut:

Derajat ionisasi memiliki rentang antara 0 sampai 1.

Jika derajat ionsisasi suatu larutan mendekati 1 atau sama dengan 1, ini
mengindikasikan bahwa zat tersebut tergolong larutan elektrolit kuat. Artinya adalah
sebagian besar/semua zat tersebut terionisasi membentuk ion positif dan ion negative.
Hanya sebagian kecil/tidak ada zat tersebut dalam bentuk molekul netral.

Jika derajat ionsisasi suatu larutan mendekati 0, ini mengindikasikan zat tersebut
tergolong larutan elektrolit lemah. Artinya adalah hanya sebagian kecil zat tersebut yang
terionsisasi menghasilkan ion positif dan ion negative. Sisanya masih berupa molekul
netral.

Jika derajat ionisasi suatu larutan sama dengan 0, ini mengindikasikan zat tersebut
tergolong larutan non elektrolit. Artinya adalah zat tersebut tidak mengalami
ionisasi/tidak menghasilkan ion positif dan ion negative, semuanya dalam bentuk
molekul netral. Perhatikan gambar di bawah ini.

Gambar A : Pada larutan ini derajat ionisasinya = 1; artinya semua larutan membentuk
ion-ion (positif dan negative), tidak ada dalam bentuk molekul netralnya. Gelembung
yang dihasilkan banyak dan dapat menyalakan nyala lampu.

Gambar B : Pada larutan ini derajat ionisasinya mendekati 1; artinya sebagian besar
larutan terionisasi membentuk ion positif dan ion negative, hanya sebagian kecil dalam
bentuk molekul netralnya. Walaupun masih terdapat molekul netral, gas yang terbentuk
banyak (tapi tidak sebanyak gambar A) dan dapat menyalakan lampu.

Gambar C : Pada larutan ini derajat ionisasinya mendekati 0; artinya hanya sebagian
kecil yang terionsisasi membentuk ion positif dan ion negative. Sebagian besar terdapat
dalam bentuk molekul netral. Gelembung yang dihasilkan sedikit, dan lampu tidak
menyala.

Gambar D : Pada larutan ini derajat ionisasinya = 0; artinya tidak ada zat yang
terionisasi membentuk ion positif dan ion negative, semua zat masih dalam bentuk
molekul netralnya. Tidak menghasilkan gelembung dan lampu tidak menyala.

E . PE MB A GIAN L ARUT AN E L E KT R O L IT

Terdapat dua jenis larutan elektrolit, yaitu sebagai berikut:

1. Elektrolit kuat, karakteristiknya adalah sebagai berikut:

1. Menghasilkan banyak ion


2. Molekul netral dalam larutan hanya sedikit/tidak ada sama sekali
3. Terionisasi sempurna, atau sebagian besar terionisasi sempurna
4. Jika dilakukan uji daya hantar listrik: gelembung gas yang dihasilkan banyak, lampu
menyala
5. Penghantar listrik yang baik
6. Derajat ionisasi = 1, atau mendekati 1
7. Contohnya adalah: asam kuat (HCl, H2SO4, H3PO4, HNO3, HClO4); basa kuat (NaOH,
Ca(OH)2, Ba(OH)2, LiOH), garam NaCl
2. Elektrolit lemah, karakteristiknya adalah sebagai berikut:

1. Menghasilkan sedikit ion


2. Molekul netral dalam larutan banyak
3. Terionisasi hanya sebagian kecil
4. Jika dilakukan uji daya hantar listrik: gelembung gas yang dihasilkan sedikit, lampu tidak
menyala
5. Penghantar listrik yang buruk
6. Derajat ionisasi mendekati 0
7. Contohnya adalah: asam lemah (cuka, asam askorbat, asam semut), basa lemah
[Al(OH)3, NH4OH, Mg(OH)2, Be(OH)2]; garam NH4CN

Sebagai tambahan, larutan non elektrolit memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Tidak menghasilkan ion


2. Semua dalam bentuk molekul netral dalam larutannya
3. Tidak terionisasi
4. Jika dilakukan uji daya hantar listrik: tidak menghasilkan gelembung, dan lampu tidak
menyala
5. Derajat ionisasi = 0
6. Contohnya adalah larutan gula, larutan alcohol, bensin, larutan urea.

Sifat Koligatif Larutan

Sifat koligatif larutan adalah sifat fisis larutan yang hanya tergantung pada
jumlah partikel zat terlarut dan tidak tergantung dari jenis zat terlarut. Dengan
mempelajari sifat koligatif larutan, akan menambah pengetahuan kita tentang
gejala-gejala di alam, dan dapat dimanfaatkan untuk kehidupan. Misalnya
mencairkan salju dijalan raya, menggunakan obat tetes mata atau cairan infuse,
mendapatkan air murni dari air laut, menentukan massa molekul relative zat
terlarut dalam larutan, dan masih banyak lagi.
Yang tergolong sifat koligatif larutan adalah :

1. Penurunan tekanan uap jenuh


2. Kenaikan titik didih
3. Penurunan titik beku
4. Tekanan osmotik

Banyaknya partikel dalam larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan dan


sifat larutan itu sendiri. Jumlah partikel dalam larutan non elektrolit tidak sama
dengan jumlah partikel dalam larutan elektrolit, walaupun konsentrasi keduanya
sama. Hal ini dikarenakan larutan elektrolit terurai menjadi ion-ionnya, sedangkan
larutan non elektrolit tidak terurai menjadi ion-ion. Dengan demikian sifat koligatif
larutan dibedakan atas sifat koligatif larutan non elektrolit dan sifat koligatif
larutan elektrolit.

Sifat Koligatif Larutan


Meskipun sifat koligatif melibatkan larutan, sifat koligatif tidak bergantung
pada interaksi antara molekul pelarut dan zat terlarut, tetapi bergatung pada
jumlah zat terlarut yang larut pada suatu larutan. Sifat koligatif terdiri dari
penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan titik beku, dan tekanan
osmotik.

1. Penurunan Tekanan Uap

Marie Francois Raoult (1830 - 1901) ilmuwan yang menyimpulkan tentang


tekanan uap jenuh larutan. Molekul - molekul zat cair yang meninggalkan
permukaan menyebabkan adanya tekanan uap zat cair. Semakin mudah molekul
- molekul zat cair berubah menjadi uap, makin tinggi pula tekanan uap zat cair.
Apabila tekanan zat cair tersebut dilarutkan oleh zat terlarut yang tidak menguap,
maka partikel - partikel zat terlarut ini akan mengurangi penguapanmolekul -
molekul zat cair. Laut mati adalah contoh dari terjadinya penurunan tekanan uap
pelarut oleh zat terlarut yang tidak mudah menguap. Air berkadar garam sangat
tinggi ini terletak di daerah gurun yang sangat panas dan kering, serta tidak
berhubungan dengan laut bebas, sehingga konsentrasi zat terlarutnya semakin
tinggi. Persamaan penurunan tekanan uap dapat ditulis :

Δ P = P0 - P

P0 > P

Keterangan :

P0 = tekanan uap zat cair murni

P = tekanan uap larutan

Pada tahun 1808, Marie Francois Raoult


seorang kimiawan asal Perancis melakukan percobaan mengenai tekanan uap
jenuh larutan, sehingga ia menyimpulkan tekanan uap jenuh larutan sama
dengan fraksi mol pelarut dikalikan dengan tekanan uap jenuh pelarut murni.
Persamaan penurunan tekanan uap dapat ditulis. Kesimpulan ini dikenal
dengan Hukum Raoult dan dirumuskan dengan. Persamaan penurunan tekanan

uap dapat ditulis :


P = P0 . Xp

ΔP = P0 . Xt

Keterangan :

P = tekanan uap jenuh larutan

P0 = tekanan uap jenuh pelarut murni

Xp = fraksi mol zat pelarut

Xt = fraksi mol zat terlarut

Dari penjelasan hukum Raoult dan tekanan uap larutan kita tahu bahwa
adanya zat terlarut yang tidak mudah menguap di dalam suatu pelarut akan
menurunkan tekanan uap pelarutnya, akibatnya tekanan uap larutan akan lebih
kecil dibandingkan dengan tekanan uap pelarut murninya. Dengan demikian
semakin banyak energi yang diperlukan untuk mencapai tekanan uap sebesar 1
atm, sehingga larutan akan memiliki titik didih yang lebih tinggi. Jadi bila di buat
kesimpulan adalah sebagai berikut:

Pelarut + zat terlarut non-volatil --> larutan --> tekanan uapnya rendah --> titik
didih menjadi lebih tinggi dibandingkan pelarut murni

T adalah kenaikan titik didih, Kb adalah konstanta kenaikan titik didih, m adalah
molalitas zat terlarut. Molalitas (m) larutan dicarai dengan menggunakan rumus;

m = mol
kg Pelarut

2. Kenaikan Titik Didih

Titik didih zat cair adalah suhu tetap pada saat zat cair mendidih. Pada
suhu ini, tekanan uap zat cair sama dengan tekanan udara di sekitarnya. Hal ini
menyebabkan terjadinya penguapan di seluruh bagian zat cair. Titik didih zat cair
diukur pada tekanan 1 atmosfer. Dari hasil penelitian, ternyata titik didih larutan
selalu lebih tinggi dari titik didih pelarut murninya. Hal ini disebabkan adanya
partikel - partikel zat terlarut dalam suatu larutan menghalangi peristiwa
penguapan partikel - partikel pelarut. Oleh karena itu, penguapan partikel -
partikel pelarut membutuhkan energi yang lebih besar. Perbedaan titik didih
larutan dengan titik didih pelarut murni di sebut kenaikan titik didih yang
dinyatakan dengan

Persamaannya dapat ditulis :

ΔTb = Kb x m

Δ Tb = Kb x Gr x 1000
Mr P

Δ Tb = Tb Pelarut - Tb larutan
Keterangan :
ΔTb = kenaikan titik didih

Kb = tetapan kenaikan titik didih molal

m = massa zat terlarut

Mr = massa molekul relatif

Tabel Tetapan Kenaikan Titik Didih (Kb) Beberapa Pelarut

Pelarut Titik Didih Tetapan (Kb)

Aseton 56,2 1,71

Benzena 80,1 2,53

Kamfer 204,0 5,61

Karbon tetraklorida 76,5 4,95

Sikloheksana 80,7 2,79

Naftalena 217,7 5,80

Fenol 182 3,04

Air 100,0 0,52


Tekanan uap air adalah 1 atm (101,325 kilopascals) pada 100 ° C (212 ° F), titik
didih normal air. Tekanan uap air adalah 3,2 kPa (0,031 atm) pada suhu 25 ° C (77 °
F), sehingga titik didih air sebesar 3,2 kPa adalah 25 ° C. Garis kesetimbangan cair-
uap pada diagram fasa suatu zat murni dimulai pada titik tripel (mana padat, cair,
dan uap hidup berdampingan dalam keseimbangan) dan berakhir pada titik kritis,
dimana kepadatan dari fase cair dan uap telah menjadi sama . Untuk tekanan di
bawah tekanan tiga-titik atau di
atas tekanan kritis-titik, titik didih tidak berarti.
Karbon dioksida memiliki tekanan tiga titik 5,11 atm (518 kPa), sehingga karbon
dioksida tidak memiliki titik didih normal. Lihat juga Cara Daftar Point Blank Triple;
tekanan uap. Titik didih normal adalah tinggi untuk cairan dengan atraksi
antarmolekul yang kuat dan rendah untuk cairan dengan atraksi antarmolekul yang
lemah. Helium memiliki titik didih terendah normal, 4,2 K (-268,9 ° C). Beberapa titik
didih lainnya normal adalah 111,1 K (-162 ° C) untuk CH4, 450 ° C (842 ° F) untuk n-
C30H62, 1465 ° C (2669 ° F) untuk NaCl, dan 5555 ° C (10.031 ° F) untuk tungsten.

Hasil eksperimen Roult menunjukan bahwa kenaikan titik didih larutan akan semakin
besar apabila konsentrasi (molal) dari zat terlarut semakin besar. Titik didih larutan
akan lebih tinggi dari titik didih pelarut murni. Hal ini juga diikuti dengan penurunan
titik beku pelarut murni, atau titik beku larutan lebih kecil dibandingkan titik beku
pelarutnya.

Diagram tekanan dan suhu untuk titik didih dan titik beku dari pelarut dan larutan
Roult menyederhanakan ke dalam persamaan
Tb = kb . m
Keterangan:
Tb = kenaikan titik didih larutan
kb = tetapan kenaikan titik didih molal pelarut (kenaikan titik didih untuk 1 mol
zat
dalam 1000 gram pelarut)
m = molal larutan (mol/100 gram pelarut)
Perubahan titik didih atau ΔTb merupakan selisih dari titik didih larutan
dengan titik didih pelarutnya, seperti persamaan : ΔTb = Tb – Tbº
Hal yang berpengaruh pada kenaikan titik didih adalah harga kb dari zat pelarut.
Kenaikan tidak dipengaruhi oleh jenis zat yang terlarut, tapi oleh jumlah partikel/mol
terlarut khususnya yang terkait dengan proses ionisasinya.
Untuk zat terlarut yang bersifat elektrolit persamaan untuk kenaikan titik didik harus
dikalikan dengan faktor ionisasi larutan, sehingga persamaannya menjadi :
Δ Tb = Kb . m . ( 1 + (n-1) α )

dimana
n = jumlah ion-ion dalam larutan
α = derajat ionisasi

Contoh jumlah ion untuk beberapa elektrolit:


HCl → H+ + Cl-, jumlah n = 2
H2SO4 → 2 H+ + SO42-, jumlah n = 3
H3PO4 → 3 H+ + PO43-, jumlah n = 4

Agar mudah dimengerti kita ambil perhitungan kenaikan titik didih untuk zat non-
elektrolit dan non elektrolit sebagai perbandingannya.
Sebuah larutan gula C6H12O6 dengan konsentrasi sebesar 0.1 molal, jika pelarutnya
air dengan harga kb = 0.52°C/molal. Tentukan titik didih larutan tersebut.
Larutan gula tidak mengalami ionisasi sehingga :
C6H12O6 → C6H12O6
0.1 molal → 0.1 molal
ΔTb = kb . m
ΔTb = 0.52 . 0.1
ΔTb = 0.052oC
Diketahui titik didih air adalah 100°C, maka titik didih larutan adalah
ΔTb = Tb – Tb0
Tb = (100 + 0.052)o
Tb = 100.052o

Penurunan Titik Beku


Adanya zat terlarut dalam larutan akan mengakibatkan titik beku larutan lebih
kecil daripada titik beku pelarutnya. Persamaannya dapat ditulis sebagai berikut :

ΔTf = Kf x m

ΔTf = Kf x Gr x 1000
Mr P

ΔTf = Tf Pelarut - Tf larutan

Keterangan :

ΔTf = penurunan titik beku

Kf = penurunan titik beku molal

m = molal larutan

Mr = massa molekul relatif


Tabel Penurunan Titik Beku (Kf) Beberapa Pelarut

Pelarut Titik Beku Tetapan (Kf)

Aseton -95,35 2,40

Benzena 5,45 5,12

Kamfer 179,8 39,7

Karbon tetraklorida -23 29,8

Sikloheksana 6,5 20,1

Naftalena 80,5 6,94

Fenol 43 7,27

Air 0 1,86

Tekanan Osmotik
Osmosis adalah proses merembesnya atau mengalirnya pelarut ke dalam
larutan melalui selaput semipermiabel. Proses perembesan hanya terjadi dari
larutan yang mempunyai konsentrasi yang kecil ke dalam larutan berkonsentrasi
besar. Selaput permeabel merupakan selaput yang hanya dapat dilewati oleh
partikel-partikel dengan ukuran tertentu.

Tekanan osmotik atau osmosa adalah tekanan yang diperlukan, sehingga


terjadi penghentian aliran pelarut ke dalam larutan. Pada gambar 2 besarnya
tekanan setara dengan perubahan dari Δh.
Gambar 2. Percobaan perembesan larutan melalui membran semi permeabel

Dalam hubungannya dengan konsentrasi larutan Van het Hoff menyimpulkan


bahwa Tekanan osmotik larutan akan semakin besar apabila konsentrasi (Molar)
dari zat terlarut semakin besar.

Menurut Van Het Hoff, maka berlaku:

π = C . R . T

π = tekanan osmosa (dalam atm)


C = konsentrasi zat terlarut mol/L
R = konstanta gas = 0,082 atm.L/mol.K
T = suhu dalam °K

Tekanan osmosa 17 gram suatu zat dalam 1 liter larutan pada suhu 27 °C adalah
1,5 atm. Berapakah berat molekul zat tersebut?

Persamaan tekanan osmosa

π = C . R . T

π = 1.5 atm
R = 0.082 atm.L/mol.K
T = 273 + 27 = 3000K
1,5 = C . 0,082 . 300
C = 0.061 mol/L

BM dari zat tersebut adalah

Mol = Berat
Mr

Mr = 278

Penerapan Sifat Koligatif Larutan


dalam Kehidupan Sehari-hari
Sifat koligatif adalah sifat-sifat fisis larutan yang hanya bergantung pada
konsentrasi partikel zat terlarut, tetapi tidak pada jenisnya. sifat koligatif terutama
penurunan titik beku dan tekanan osmosis memiliki banyak kegunaan dalam
kehidupan sehari-hari. Beberapa penerapan penurunan titik beku dapat
mempertahankan kehidupan selama musim dingin. Penerapan tekanan osmosis
ditemukan di alam, dalam bidang kesehatan, dan dalam ilmu biologi. Berikut ini
penjelasan mengenai penerapan sifat koligatif larutan dalam kehidupan sehari-
hari.

1. Penerapan Penurunan Tekanan Uap

Laut mati adalah contoh dari terjadinya penurunan tekanan uap pelarut oleh
zat terlarut yang tidak mudah menguap. Air berkadar garam sangat tinggi ini
terletak di daerah gurun sangat panas dan kering, serta tidak berhubungan
dengan laut bebas, sehingga konsentrasi zat terlarutnya semakin tinggi.

Pada saat berenang di laut mati, kita tidak akan tenggelam karena
konsentrasi zat terlarutnya yang sangat tinggi. Hal ini tentu saja, dapat
dimanfaatkan sebagai sarana hiburan atau rekreasi bagi manusia. Penerapan
prinsip yang sama dengan laut mati dapat kita temui di beberapa tempat wisata
di Indonesia yang berupa kolam apung.
2. Penurunan Titik Beku

a. Membuat Campuran Pendingin

Cairan pendingin adalah larutan berair yang memiliki titik beku jauh di bawah
o
0 C. Cairan pendingin digunakan pada pabrik es, juga digunakan untuk membuat
es putar. Cairan pendingin dibuat dengan melarutkan berbagai jenis garam ke
dalam air. Pada pembuatan es putar cairan pendingin di buat dengan
mencampurkan garam dapur dengan kepingan es batu dalam sebuah bejana
berlapis kayu. Pada pencampuran itu, es batu akan mencair sedangkan suhu
campuran turun. Sementara itu, campuran bahan pembuat es putar dimasukkan
ke dalam bejana lain yang terbuat dari bahan stainless steel. Bejana ini
kemudian dimasukkan ke dalam cairan pendingin, sambil terus menerus diaduk
sehingga campuran membeku.

b. Antibeku pada Radiator Mobil

Di daerah yang beriklim dingin, ke dalam air radiator biasanya ditambahkan


etilen glikol. Di daerah yang beriklim dingin, air radiator mudah membeku. Jika
keadaan ini dibiarkan, maka radiator kendaraan akan cepat rusak. Dengan
penambahan etilen glikol ke dalam air radiator diharapkan titik beku air dalam
radiator menurun, dengan kata lain air tidak mudah membeku.

c. Antibeku dalam Tubuh Hewan

Hewan-hewan yang tinggal di daerah beriklim dingin, seperti beruang kutup,


memanfaatkan prinsip sifat koligatif larutan penurunan titik beku untuk bertahan
hidup. Darah ikan-ikan laut mengandung zat-zat antibeku yang mampu
menurunkan titik beku air hingga 0.8oC. Dengan demikian, ikan lat dapat
bertahan di musim dingin yang suhunya mencapai 1.9 oC karena zat antibeku
yang dikandungnya dapat mencegah pembentukan Kristal es dalam jaringan dan
selnya. Hewan-hewan lain yang tubuhnya mengandung zat antibeku antaralain
serangga, ampibi, dan nematode. Tubuh serangga mengandung gliserol dan
metal sulfoksida, ampibi mengandung glukosa dan gliserol darah sedangkan
nematode mengandung gliserol dan trilose.

d. Antibeku untuk Mencairkan Salju

Di daerah yang mempunyai musim salju , setiap hujan salju terjadi, jalanan
dipenuhi es salju. Hal ini tentu saja membuat kendaraan sulit untuk melaju. Untuk
mengatasinya, jalanan bersalju tersebut ditaburi campuran garam NaCl dan
CaCl2. Penaburan garam yang ditaburkan, akan semakin banyak pula salju yang
mencair.

e. Menentukan Massa Molekul Relatif (Mr)

Pengukuran sifat koligatif larutan dapat digunakan untuk menentukan massa


molekul relative zat terlarut. Hal itu dapat digunakan karena sifat koligatif
bergantung pada konsentrasi zat terlarut. Dengan mengetahui massa terlarut itu
dapat ditentukan.

3. Penerapan Tekanan Osmosis

a. Mengontrol Bentuk Sel

Larutan-larutan yang mempunyai tekanan osmosis yang sama disebut


isotonik. Larutan-larutan yang mempunyai tekanan osmosis lebih rendah
daripada larutan lain disebut hipotonik. Sementara itu, larutan yang mempunyai
tekanan osmosis lebih tinggi daripada larutan lain disebut hipertonik.

Contoh larutan isotonik adalah cairan infuse yang dimasukkan ke dalam


darah. Cairan infuse harus isotonik dengan cairan intrasel agar tidak terjadi
osmosis, baik ke dalam ataupun keluar sel darah. Dengan demikian sesl darah
tidak mengalami kerusakan.

b. Mesin Cuci Darah

Pasien penderita gagal ginjal harus menjalani terapi cuci darah. Terapi
menggunakan metode dialysis, yaitu proses perpindahan molekul kecil-kecil
seperti urea melalui membrane semipermaebel dan masuk ke cairan lain,
kemudian dibuang. Membrane tak dapat ditembus oleh molekul besar seperti
protein sehingga akan tetap berada di dalam darah.

c. Pengawetan Makanan

Sebelum teknik pendinginan untuk mengawetkan makanan ditemukan, garam


dapur dipergunakan untuk mengawetkan makanan. Garam dapat membunuh
mikroba penyebab makanan busuk yang berada di permukaan makanan.

d. Membasmi Lintah
Garam dapur dapat membasmi hewan lunak, seperti lintah. Hal ini karena
garam yang ditaburkan pada permukaan tubuh lintah mampu menyerap air yang
ada dalam tubuh sehingga lintah akan kekurangan air dalam tubuhnya.

e. Penyerapan Air oleh Akar Tanaman

Tanaman membutuhkan air dari dalam tanah. Air tersebut diserap oleh
tanaman melalui akar. Tanaman mengandung zat-zat terlarut sehingga
konsentrasinya lebih tinggi daripada air di sekitar tanaman sehingga air dalam
tanah diserap oleh tanaman.

f. Desalinasi Air Laut Melalui Osmosis Balik

Osmosis balik adalah perembesan pelarut dari larutan ke pelarut atau dari
larutan yang lebih pekat ke larutan yang lebih encer. Osmosis balik terjadi jika
kepada larutan diberikan tekanan yang lebih besar dari tekanan osmotiknya.

Osmotik balik digunakan untuk membuat air murni dari air laut. Dengan
memberi tekanan pada permukaan air laut yang lebih besar daripada tekanan
osmotiknya, air dipaksa untuk merembes dari air asin ke dalam air murni melalui
selaput yang permaebel untuk air tetapi tidak untuk ion-ion dalam air laut. Tanpa
tekanan yang cukup besar, air secara spontan akan merembes dari air murni
kedalam air asin.

Penggunaan lain dari osmosis balik yaitu untuk memisahkan zat-zat beracun
dalam air limbah sebelum dilepas ke lingkungan bebas.

Anda mungkin juga menyukai