Anda di halaman 1dari 11

Sifat koligatif larutan

Sifat koligatif larutan merupakan sifat larutan yang tidak bergantung pada jenis zat terlarut, tetapi
hanya bergantung pada konsentrasi zat terlarutnya. Dasar dari hukum sifat koligatif adalah hukum
Roult.

Kata koligatif sendiri berasal dari bahasa Latin, yakni colligare yang berarti berkumpul bersama.
Maka sifat ini bergantung dengan pengaruh kebersamaan (kolektif) semua partikel dan tidak pada
sifat juga keadaan partikel.

Dapat disimpulkan bahwa semakin banyak zat terlarut maka sifat koligatif semakin besar. Sifat
koligatif merupakan sifat yang hanya memandang kuantitas bukan kualitas. Sifat larutan seperti
warna, kekentalan (viskositas), dan warna menjadi sifat-sifat yang bergantung pada jenis zat
terlarut.

Sebuah larutan yang memiliki sifat koligatif harus memenuhi dua asumsi. Pertama zat terlarut
tidak mudah menguap sehingga tidak memberikan kontribusi pada uapnya. Kedua, zat terlarut
tidak larut dalam pelarut padat.

Klasifikasi sifat koligatif larutan


Sifat koligatif larutan merupakan sifat laritan yang tidak bergantung dengan jenis zat yang
terlarut, tetapi bergantung pada banyaknya partikel zat yang terlarut dalam larutan. Sifat koligatif
larutan diklasifikasikan menjadi 4 kategori.

Keempat kategori tersebut terdiri dari penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan
titik beku, dan tekanan osmotik. Pada sistem pelarut murni titik didih, titik beku, tekanan uap, dan
tekanan osmotik hanya akan dapat dipengaruhi oleh molekul pelarut itu sendiri.

Hal tersebut berbeda dengan sistem pelarut yang terdiri dari pelarut dan terlarut,. Keberadaan zat
terlarut dalam suatu pelarut akan menyebabkan suatu perubahan tertentu pada keempat sifat
pelarut tersebut.

Zat terlarut volatil mengakibatkan tekanan uap jenuh larutan lebih besar dari tekanan uap jenuh
pelarut. Sedangkan, zat terlarut non volatile cenderung menurunkan tekanan uap jenuh larutan.
Perubahan tekanan uap akan berdampak pada titik didih dan titik beku larutan sehingga terjadi
sifat koligatif larutan.

Berikut penjelasan lebih rinci mengenai klasifikasi sifat koligatif larutan:


A. Penurunan tekanan uap (∆P)
Penguapan merupakan peristiwa yang terjadi ketika partikel-partikel zat cair meninggalkan
kelompoknya. Semakin lemah gaya tarik-menarik antarmolekul zat cair maka semakin mudah zat
cair tersebut menguap. Semakin mudah zat cair menguap maka semakin besar pula tekanan uap
jenuhnya.

Tekanan uap merupakan jumlah atau banyaknya uap yang terbentuk di atas permukaan zat cair.
Ketika partikel-partikel zat cair meninggalkan kelompoknya menjadi uap. Di waktu bersamaan, uap
tersebut akan kembali menjadi zat cair.

 Hukum penurunan tekanan uap

Hukum penurunan tekanan uap adalah konsep dasar dalam termodinamika yang menyatakan
bahwa laju penurunan tekanan uap dengan kenaikan suhu sebanding dengan tekanan uap itu
sendiri.

Hukum ini ditemukan oleh fisikawan dan kimiawan Prancis Jean-Baptiste Perrin pada tahun 1887
dan telah digunakan dalam banyak aplikasi sejak saat itu. Ini menjelaskan bagaimana suhu
memengaruhi tekanan gas atau cairan, dan bagaimana hal ini memengaruhi titik didihnya.

Hukum ini penting untuk memahami perilaku gas dan cairan dalam kondisi yang berbeda, seperti
saat dipanaskan atau didinginkan. Ini juga dapat digunakan untuk menghitung titik didih suatu zat
pada suhu yang berbeda.

Tekanan uap suatu zat adalah gaya yang diberikan oleh molekul-molekul dalam gas atau cairan
pada permukaan gas atau cairan tersebut, menyebabkannya bertindak sebagai uap. Tekanan uap
juga disebut volatilitas.

Ini terkait dengan konsentrasi, tekanan parsial dan suhu. Itu dinyatakan dalam satuan mbar
(tekanan atmosfer normal) atau mmHg (kilopascal).

Dalam istilah sehari-hari, tekanan yang lebih tinggi dikaitkan dengan zat yang lebih mudah
menguap seperti bensin dan uap air, sedangkan tekanan yang lebih rendah dapat ditemukan pada
zat seperti cat dan susu.

Tekanan uap rendah terjadi ketika cairan didinginkan di bawah titik didihnya saat tinggi. Tekanan
uap yang lebih tinggi menyiratkan titik didih yang lebih rendah. Hukum pengurangan tekanan uap
adalah kasus khusus dari Hukum Gas Ideal.

Selain kedua hukum di atas, Hukum Raoult lebih banyak dipakai untuk menemukan keteraturan
tekanan uap larutan. Adapun bunyi Hukum Raoult yang berkaitan dengan penurunan tekanan uap
adalah sebagai berikut :

 Penurunan tekanan uap jenuh tergantung pada jumlah partikel zat terlarut.
 Penurunan tekanan uap jenuh berbanding lurus dengan fraksi mol zat terlarut sehingga
semakin besar nilai fraksi mol zat terlarut maka tekanan uap larutan akan semakin rendah.
 Rumus penurunan tekanan uap

Untuk menghitung penurunan tekanan uap larutan, ketahui dulu rumus perhitungannya yang
dibuat oleh Marie Francois Raoult (1878) dari eksperimen yang pernah dilakukan, seperti:

Besarnya tekanan uap larutan sebanding dengan fraksi mol pelarut dan tekanan uap dari pelarut
murninya. Pernyataan di atas memiliki rumus:  P = Pᵒ . Xp

Apabila terjadi penurunan tekanan uap larutan yang disebabkan adanya zat terlarut, maka
besaran penurunan tekanan uap larutan adalah selisih dari tekanan uap pelarut murni dengan
tekanan uap larutan.

ΔP = Xt . Pᵒ
ΔP = Pᵒ – P

Jika komponen larutan terdiri pelarut dan zat terlarut dengan tetapan rumus berikut: 
Xp + Xt = 1 , maka Xt = 1 – Xp. 

Persamaan akan menjadi: 

ΔP = Xt . Pᵒ 
Pᵒ – P = (1 – Xp) 
Pᵒ Pᵒ – P = Pᵒ – Xp . Pᵒ 

Keterangan : 

 ΔP = Penurunan tekanan uap (mmHg)


 Xp = Fraksi mol pelarut
 Xt = Fraksi mol terlarut
 P° = Tekanan uap jenuh pelarut murni (mmHg)
 P = Tekanan uap larutan (mmHg) 
 Penerapan penurunan tekanan uap dalam kehidupan sehari-hari

Perlu diingatkan bahwa penurunan tekanan uap merupakan salah satu sifat koligatif dalam
Hukum Raoult yang contohnyaa bisa kamu temukan baik secara langsung ataupun tidak.

Lantas, apa saja contoh penurunan tekanan uap dalam kehidupan sehari-hari?

 Laut mati merupakan danau garam yang memiliki kadar garam mencapai 33,7% yang dapat
membuat manusia terapung.
 Kolam apung memiliki kadar garam lebih tinggi dari kadar garam rata-rata di lautan yang
mencapai 34,5 per mil. Akibatnya, air sulit menguap karena tekanan uap pelarut menurun
yang disebabkan konsentrasi kadar garam yang sangat tinggi. Oleh sebab ity, ketika
berenang akan mengapung.
 Mendapatkan benzene murni dengan pemisahan campuran dengan distilasi bertingkat.
Caranya dengan menggunakan prinsip perbedaan tekanan uap antara zat pelarut dengan zat
terlarut

B. Kenaikan titik didih (∆Tb)


Titik didih zat cair merupakan suhu tetap ketika zat cair mendidih. Pada suhu itu, tekanan uap zat
cair sama dengan tekanan udara di sekitarnya. Hal tersebut mengakibatkan munculnya penguapan
di seulur bagian zat cair.

Titik didih zat cair dikur dengan tekanan 1 atmosfer. Faktanya, titik didih larutan selalu lebih
tinggi dari titik didih pelarut murninya. Hal tersebut disebabkan oleh adanya partikel-partikel zat
terlarut dalam suatu larutan menghalangi peristiwa penguapan partikel-partikel pelarut.

Oleh sebab itu, penguapan partikel-partikel pelarut membutuhkan energi yang lebih besar.
Adapun kenaikan titik didih disebut perbedaan titik didih larutan dengan titik didih pelarut murni.
Kenaikan titik didih dilambangkan dengan ΔTb.

 Proses kenaikan titik didih

Titik didih suatu zat cair akan tercapai jika tekanan uap jenuh zat cair tersebut sama dengan
tekanan udara di sekitarnya. Jika air murni dipanaskan pada tekanan 1 atm (760 mmHg), maka air
tersebut akan mendidih pada suhu 100°C.

Lalu, bagaimana jika pada suhu yang sama dilarutkan gula? Apakah titik didihnya masih sama?
Tentu berbeda, ya.

Hal ini dikarenakan, pada suhu yang sama dilarutkan gula akan membuat tekanan uap air
menurun atau belum mencapai 760 mmHg. Itu artinya, semakin banyak gula yang dilarutkan, maka
semakin banyak penurunan tekanan uapnya.
Akibatnya, larutan gula belum mendidih pada suhu 100°C. Bagaimana agar larutan gula dapat
mendidih?

Agar larutan gula cepat mendidih, diperlukan suhu yang cukup tinggi sehingga tekanan uap
jenuhnya sama dengan tekanan uap di sekitarnya. Sebab, pada kondisi tersebut, tekanan uap telah
mencapai 760 mmHg.

Ini artinya, titik didih larutan lebih tinggi daripada titik didih pelarut murninya. Selisih antara titik
didih larutan dengan titik didih pelarut murni disebut kenaikan titik didih ΔT b.

 Rumus kenaikan titik didih

Adapun rumus kenaikan titik didih larutan adalah sebagai berikut.

ΔTb = Tb larutan – Tb pelarut

ΔTb = Tb – Tb°

Secara umum semakin banyak zat yang terlarut dalam larutan maka kenaikan titik didih akan
semakin besar. Sehingga, persamaan untuk menentukan perubahan titik didih sebanding dengan
hasil kali molalitas (m) dengan nilai Kb pelarut. Berikut rumusnya.

ΔTb = m x Kb

Keterangan:

 Tb larutan (Tb) = Titik didih larutan (°C)


 Tb pelarut (Tb°) = Titik didih pelarut (°C)
 ΔTb = Kenaikan titik didih (°C)
 m = Molalitas larutan (molal)
 Kb = Tetapan kenaikan titik didih molal (°C/molal )

Berikut tabel tetapan kenaikan titik didih (Kb) beberapa pelarut yang harus diketahui
 Penerapan kenaikan titik didih dalam kehidupan sehari-hari

Kenaikan titik didih larutan bermanfaat dalam kehidupan, di antaranya sebagai berikut.

 Distilasi yang menjadi cara untuk memisahkan larutan dengan zat pelarutnya. Caranya
dengan menaikkan suhu secara perlahan. Distilasi sendiri merupakan proses pemisahan
senyawa dalam suatu larutan dengan cara pendidihan.

 Penambahan garam ketika memasak dilakukan setelah air mendidih, Tujuannya sebagai
tindak pencegahan agar pada proses pemasakan tidak terlalu lama.

 Memasak daging atau bahan makanan yang keras dengan panci biasa akan membutuhkan
waktu matang yang lebih lama. Supaya lebih cepat matang, digunakan panci presto.
Nah, pertanyaannya mengapa daging atau bahan makanan lain yang bertekstur keras lebih
cepat matang bila dimasak menggunakan panci presto? Hal ini dikarenakan panci presto
didesain menggunakan prinsip kenaikan titik didih.
Panci presto dibuat menggunakan bahan stainless steel dengan tutup yang rapat dan kuat. Hal
ini akan membuat uap air yang dihasilkan dari proses mendidih tidak dapat keluar dan
akhirnya berkumpul di dalam panci presto.
Uap air yang berkumpul inilah yang akan menyebabkan kenaikan titik didih sehingga suhu
didihnya pun naik, yakni di atas 100°C.

C. Penurunan titik beku (∆Tf)


Titik beku larutan merupakan suhu ketika tekanan uap cairan sama dengan tekanan uap
padatannya atau titik yang mana air mulai membeku. Titik beku normal suatu zat adalah suhu
ketika zat melelh atau membeku pada tekanan 1 atm (keadaan normal).

Titik beku pelarut murni akan menurun ketika suatu zat terlarut ditambahkan pada suatu pelarut
murni. Hal ini disebabkan oleh adanya molekul-molekul pelarut sulit berubah menjadi fase cair
karena pergerakan partikel pelarut dihalangi oleh partikel terlarut.

Dengan demikian, larutan akan membeku pada suhu yang lebih rendah dibanding titik beku
pelarut murni air. Penurunan titik beku (ΔTf) merupakan selisih titik beku pelarut (Tfo) dengan
titik beku larutan (Tf).
 Proses penurunan titik beku

Agar lebih mudah memahami proses penurunan titik beku, coba perhatikan saat orang membuat
es puter.

Pada pembuatan es puter, adonan es puter akan ditempatkan pada sebuah wadah yang terendam
es batu dan air yang telah diberi garam dapur sambil diputar-putar. Tujuannya adalah agar adonan
es puter bisa membeku.

Proses pembuatan es puter ini sebenarnya sama dengan proses penurunan titik beku. Perlu
diketahui, titik beku air murni pada tekanan 760 mmHg adalah 0℃.

Berhubung, adonan es puter ini bukan lagi berbentuk air murni karena sudah ditambahkan
berbagai bahan pembuatan es puter sehingga diperlukan suhu yang lebih dingin untuk
membekukannya.

Dengan kata lain, titik bekunya harus diturunkan lagi. Sebab, jika tekanan uap larutan yang dalam
hal ini adalah bahan-bahan pembuat es puter lebih rendah dibandingkan tekanan uap pelarut (air),
maka larutan tidak akan membeku pada suhu 0℃. Adonan es puter akan membeku ketika berada
pada suhu di bawah 0℃.

jadi, intinya proses penurunan titik beku ini terjadi apabila suhu berada di bawah 0℃ untuk air
murni, tetapi jika dalam bentuk larutan, contohnya seperti adonan es puter ini, suhu harus berada
di bawah 0℃ agar adonan es bisa membeku.

 Rumus penurunan titik beku

Dapat dinyatakan bahwa penurunan titik beku larutan adalah selisih antara titik beku pelarut
dengan titik beku larutan. Besarnya penurunan titik beku larutan diberi lambang ∆Tf. Harga
∆Tf ditentukan oleh banyaknya partikel zat terlarut dan tidak ditentukan oleh sifat zat terlarutnya.
Nilai ∆Tf ditentukan berdasarkan rumus Bekmann dan Roult seperti berikut ini.

∆Tf = Tf (pelarut) – Tf (larutan)

∆Tf = m . Kf

Keterangan:

 ∆Tf = penurunan titik beku (freezing point


depression)
 m = molalitas
 Kf = tetapan penurunan titik beku (ºC kg/mol)

Sebagai acuan dan perbandingan  dalam melakukan


pengamatan ataupun perhitungan, berikut
ditampilkan data tentang titik beku dan nilai Kf beberapa pelarut.
 Penerapan penurunan titik beku dalam kehidupan sehari-hari

Penurunan titik beku bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari, di antaranya sebagai berikut.

 Membuat zat antibeku pada radiator mobil dengan menambahkan cairan yang sulit
membeku seperti etilen glikol.

 Mencairkan salju di jalan raya dengan menaburi jalan raya menggunakan campuran garam
NaCl dan CaCl2. Penaburan ini akan menurunkan titik beku salju sehingga dapat kembali
menjadi ari. Semakin tinggi konsentrasi garam maka akan semakin menurun titik bekunya.

 Membuat campuran pendingin pada es putar dengan cairan pendingin yang memiliki titik
beku jauh di bawah 00 Pada pembuatan es putar dengan mencampurkan kepingan es batu
dengan garam dapur dalam sbeuah bejana berlapis kayu. Pada percampuran itu, es batu
akan mencair sedangkan suhu campuran turun. Semantara campuran bahan pembuat es
putar dimasukkan dalam bejana lain yang terbuat dari bahan stainless steel. Bejana ini
kemudian dimasukkan ke dalam cairan pendingin dengan terus diaduk sehingga campuran
membeku.

D. Tekanan osmotik (π)


Osmosis adalah peristiwa difusi atau perpindahan pelarut dari suatu larutan yang lebih
encer atau pelarut murni ke larutan yang lebih pekat melalui membran semipermeabel
yang hanya dapat ditembus oleh pelarut tersebut. Jadi, molekul pelarut akan melewati
membran semipermeabel dari larutan yang konsentrasinya rendah menuju larutan yang lebih
pekat. Perpindahan ini akan terus terjadi hingga tercapainya kesetimbangan.

Dalam sistem osmosis, dikenal larutan hipertonik (larutan yang mempunyai konsentrasi terlarut
tinggi), larutan hipotonik (larutan dengan konsentrasi terlarut rendah), dan larutan isotonik (dua
larutan yang mempunyai konsentrasi terlarut sama). Nah, dalam proses osmosis, molekul pelarut
berpindah dari larutan yang konsentrasinya rendah menuju larutan yang lebih pekat, berarti
molekul pelarut berpindah dari larutan hipotonik ke larutan hipertonik. 

Lalu, apa yang dimaksud dengan tekanan osmotik? Tekanan osmotik adalah tekanan hidrostatik
yang terbentuk dalam larutan yang lebih pekat saat osmosis terjadi. Tekanan osmotik inilah
yang akan mempertahankan kesetimbangan osmotik antara suatu larutan dan pelarut
murninya yang dipisahkan oleh membran semipermeabel. Dengan kata lain, tekanan osmotik
adalah tekanan yang diperlukan untuk menghentikan osmosis.
 Proses terjadinya tekanan osmosik

Pada gambar tersebut, terdapat dua wadah A dan B. Wadah A diisi dengan air murni, sedangkan
wadah B diisi dengan suatu larutan. Keduanya dipisahkan oleh membran semipermeabel yang
hanya bisa dilalui oleh molekul air saja.

Gambar (a) menggambarkan kondisi awal. Kemudian, karena konsentrasi larutan B lebih besar,
maka akan terjadi proses osmosis, di mana air murni akan pindah ke larutan B melewati membran
semipermeabel. 

Setelah beberapa lama, kondisinya akan tampak seperti pada gambar (b). Permukaan larutan B
menjadi naik, sedangkan permukaan air murni turun. Nah, proses osmosis ini terus terjadi dan
baru berhenti ketika air murni dan larutan B mencapai kesetimbangan osmotik. Nah,
kesetimbangan osmotik pada gambar (b) disebabkan oleh tekanan hidrostatik yang terbentuk
dalam larutan B saat osmosis terjadi, yang dikenal juga dengan tekanan osmotik. Tekanan osmotik
akan mempertahankan kesetimbangan osmotik pada larutan A dan B. 

Namun, kondisi pada gambar (b) bisa dikembalikan lagi ke keadaan awal seperti pada gambar (a).
Caranya adalah dengan memberikan tekanan luar yang besarnya sama dengan tekanan
osmotiknya, seperti terlihat pada gambar (c).
 Rumus tekanan osmotik

Tekanan osmotik dilambangkan dengan tanda π. Nilai π dari suatu larutan dapat dihitung
menggunakan persamaan van’t Hoff seperti berikut:

Keterangan:

 π  = Tekanan osmotik (atm atau Pa)


 V  = Volume larutan (L atau dm³)
 n  = Mol zat terlarut (mol)
 R  = 0,082 L atm/mol K = 8,314 m³ Pa/mol K
 T  = Suhu

 Penerapan tekanan osmotik dalam kehidupan sehari hari

Berikut contoh tekanan osmotik yang diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

 Desalinasi air laut melalui osmosis balik seperti pada pemurnian air laut. Osmosis balik
sendiri merupakan perembesan pelarut dari larutan ke pelarut atau dari larutan yang
lebih pekat ke larutan yang lebih encer.

 Mesin pencuci darah yang digunakan oleh pasien penderita gagal ginjal. Mesih tersebut
digunakan untuk mencuci darah, cara kerjanya menggunakan mesin dialisis.

 Penyerapan air oleh akar tanaman. Hal tetsebut terjadi karena dalam tanaman memiliki zat-
zat terlarut sehingga konsentrasinya lebih tinggi daripada air yang ada di dalam tanah.
Sehingga, akan mudah diedarkan ke seluruh bagian tumbuhan.

 Membasmi lintah dengan menaburkan sejumlah garam dapur (NaCl) ke permukaan tubuh
pacet atau lintah.

 Mengontrol bentuk sel agar tidak pecah atau mengalami kerusakan.


Tugas Kimia
“Sifat Koligatif Larutan”

D
I
S
U
S
U
N

OLEH

Salsabil Hasanah
XII MIPA 2

SMAN 1 GUNUNG TALANG


Tp :2023/2024

Anda mungkin juga menyukai