BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
LANDASAN TEORI
A. SIFAT KOLIGATIF
LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT
Dalam kimia, larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau
lebih zat. Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut
atau solut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain
dalam larutan disebut pelarut atau solven. Komposisi zat terlarut dan pelarut
dalam larutan dinyatakan dalam konsentrasi larutan, sedangkan proses
pencampuran zat terlarut dan pelarut membentuk larutan disebut pelarutan atau
solvasi.
Konsentrasi larutan menyatakan secara kuantitatif komposisi zat terlarut
dan pelarut di dalam larutan. Konsentrasi umumnya dinyatakan dalam
perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah total zat dalam larutan, atau
dalam perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah pelarut. Contoh beberapa
satuan konsentrasi adalah molar, molal, dan bagian per juta (part per million,
ppm). Sementara itu, secara kualitatif, komposisi larutan dapat dinyatakan sebagai
encer (berkonsentrasi rendah) atau pekat (berkonsentrasi tinggi).
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak tergantung pada
macamnya zat terlarut tetapi semata-mata hanya ditentukan oleh banyaknya zat
terlarut (konsentrasi zat terlarut). Hukum Roult merupakan dasar dari sifat koligatif
larutan. Keempat sifat itu ialah:
1. Penurunan tekanan uap relatif terhadap tekanan uap pelarut murni.
2. Peningkatan titik didih
3. Penurunan titik beku
4. Gejala tekanan osmotik.
Sifat koligatif larutan dapat dibedakan menjadai dua macam, yaitu sifat
larutan nonelektrolit dan elektrolit. Hal itu disebabkan zat terlarut dalam larutan
elektrolit bertambah jumlahnya karena terurai menjadi ion-ion, sedangkan zat
terlarut pada larutan nonelektrolit jumlahnya tetap karena tidak terurai menjadi
ion-ion, sesuai dengan hal-hal tersebut maka sifat koligatif larutan nonelektrolit
lebih rendah daripada sifat koligatif larutan elektrolit. Larutan merupakan suatu
campuran yang homogen dan dapat berwujud padatan, maupun cairan. Akan
tetapi larutan yang paling umum dijumpai adalah larutan cair, dimana suatu zat
tertentu dilarutkan dalam pelarut berwujud cairan yang sesuai hingga konsentrasi
tertentu.
3
Karena X1 = 1-X2 untuk larutan yang terdiri atas dua komponen, maka hukum
Roult dapat ditulis:
P larutan = X pelarut . P pelarut
Jadi, perubahan tekanan uap pelarut berbanding lurus dengan fraksi mol zat
terlarut. Tanda negatif menyiratkan penurunan tekanan uap. Tekanan uap selalu lebih
rendah diatas larutan encer dibandingkan diatas pelarut murninya.
b. Peningkatan Titik Didih
Sifat yang berikutnya adalah kenaikan titik didih dan penurunan titik beku.
Titik didih larutan selalu lebih tinggi dibandingkan titik didih pelarut. hal
sebaliknya berlaku pada titik beku larutan yang lebih rendah dibandingkan
pelarut. Sifat ini dirumuskan sebagai berikut :
Bila suatu zat cair dinaikkan suhunya, maka semakin banyak zat cair yang
menguap. Pada suhu tertentu jumlah uap diatas permukaan zat cair akan
menimbulkan tekanan uap yang sama dengan tekanan udara luar. Keadaan saat
tekanan uap zat cair diatas permukaan zat cair tersebut sama dengan tekanan
udara disekitarnya disebut mendidih dan suhu ketika tekanan uap diatas
pemukaan cairan sama dengan tekanan uap luar disebut titik didih. Pada saat
zat konvalatil ditambahkan kedalam larutan maka akan terjadi kenaikan titik didih
dari larutan tersebut.
Titik didih air murni pada tekanan 1 atm adalah 100 C. Hal itu berarti
tekanan uap air murni akan mencapai 1 atm ( sama dengan tekanan udara luar)
pada saat air dipanaskan sampai 100 C. Dengan demikian bila tekanan udara luar
kurang dari 1 atm (misalnya dipuncak gunung) maka titik didih air kurang dari 100
C.
Bila kedalam air murni dilarutkan suatu zat yang sukar menguap, maka
pada suhu 100 C tekanan uap air belum mencapai 1 atm dan berarti air itu belum
mendidih. Untuk dapat mendidih ( tekanan uap air mencapai 1 atm) maka
diperlukan suhu yang lebih tinggi. Besarnya kenaikan suhu itulah yang disebut
kenaikan titik didih.
Menurut hukum Roult, besarnya kenaikan titik didih larutan sebanding
dengan hasil kali molalitas larutan (m) dan kenaikan titik didih molalnya (Kb).
Dapat dirumuskan sebagai:
5
Δ Tb = Kb . m
Jika
M = n x 1000
P
Maka rumus diatas dapat dinyatakan sebagai berikut:
Tb = Kb ( n x 1000 )
p
Tb = besar penurunan titik beku
Kb = konstanta kenaikan titik didih
m = molalitas dari zat terlarut
n = jumlah mol zat terlarut
p = massa pelarut
Harga Kb bervariasi untuk masing-masing pelarut. Kb diperoleh dengan
mengukur kenaikan titik didih dari larutan encer yang molalitasnya diketahui
(artinya, mengandung zat terlarut yang diketahui jumlah dan massa molalnya).
Titik didih larutan merupakan titik didih pelarut murni ditambah dengan kenaikan
titik didihnya atau Tb = Tb + Tb (Oxtoby, 2001).
c. Penurunan titik Beku
Proses pembekuan suatu zat cair terjadi bila suhu diturunkan sehingga
jarak antar partikel sedemikian dekat satu sama lain dan akhirnya bekerja gaya
tarik menarik antar molekul yang sangat kuat. Adanya partikel-partikel dari zat
terlarut akan menghasilkan proses pergerakan molekul-molekul pelarut
terhalang, akibatnya untuk mendekatkan jarak antar molekul diperlukan suhu
yang lebih rendah. Perbedaan suhu adanya partikel-partikel zat terlarut disebut
penurunan titik beku. Pada saat zat konvalatil ditambahkan kedalam larutan
maka akan terjadi penurunan titik beku larutan tersebut.
Seperti halnya kenaikan titik didih, penurunan titik beku larutan sebanding
dengan hasil kali molalitas larutan dengan tetapan penurunan titik beku pelarut
(Kf) dinyatakan dengan persamaan:
ΔTf = Kf . m
Tf = Kf ( n x 1000 )
p
Tf = penurunan titik beku
Kf = tetapan ttitik beku molal
n = jumlah mol zat terlarut
p = massa pelarut
6
Titik beku larutan merupakan titik beku pelarut murni dikurangi dengan
penurunan titik bekunya. Pengukuran penurunan titik beku, seperti halnya
peningkatan titik didih, dapat digunakan untuk menentukan massa molar zat
yang tidak diketahui.
Partikel dalam larutan non elektrolit tidak sama dengan jumlah partikel
dalam larutan elektrolit, walaupun konsentrasi keduanya sama. Hal ini
dikarenakan larutan elektrolit terurai menjadi ion-ionnya, sedangkan larutan non
elektrolit tidak terurai menjadi ion-ion. Dengan demikian sifat koligatif larutan
dibedakan atas sifat koligatif larutan non elektrolit dan sifat koligatif larutan
elektrolit.
8
BAB III
PEMBAHASAN
Karena X1 = 1-X2 untuk larutan yang terdiri atas dua komponen, maka
hukum Roult dapat ditulis:
P larutan = X pelarut . P pelarut
99Jadi, perubahan tekanan uap pelarut berbanding lurus dengan fraksi mol
zat terlarut. Tanda negatif menyiratkan penurunan tekanan uap. Tekanan uap
selalu lebih rendah diatas larutan encer dibandingkan diatas pelarut murninya.
9
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. SARAN
Untuk itu, marilah kita sebagai penerus agama, bangsa, dan negara harus
lebih giat lagi memperdalam, menggali, mengkaji ilmu kepribadian, pengetahuan,
pengalaman, dan wawasan khususnya mata pelajaran Kimia, supaya di masa
yang selanjutnya, kita dapat memetik buah hasil jerih payah perjuangan
keilmuan kita, guna meningkatkan kemajuan diri kita, keluarga, masyarakat,
bangsa, negara, dan agama.
11
DAFTAR PUSTAKA