Anda di halaman 1dari 16

i

TUGAS KLIPING SBK


KRITIKAN SUATU KARYA SENI RUPA

Anggota :

1. DIAN FEBRIANTO
2. VEGI ELENA
3. GITA GUTAWA
4. ARIF FAHRURROZI

Guru Pembimbing :

IRA LISTRIYANI, S.Kom

SMA N 2 ABUNG SEMULI


LAMPUNG UTARA
T.P 2022-2023
ii

DAFTAR ISI

1. KRITIK KARYA SENI RUPA MASIH ADA HARAPAN.......................... 1

2. KRITIK KARYA SENI RUPA BUDIANA.............................................. 4

3. KRITIK KARYA SENI RUPA IRONI DALAM SARANG......................... 5

4. KRITIK KARYA SENI RUPA MIMPI BELAKA...................................... 9


1

1. KRITIK KARYA SENI RUPA MASIH ADA HARAPAN

Judul : Harmonis
Pelukis : Ahmad Savic A
Tahun 2009
Media : cat air

Bentuk (form) dan tanda (symbol) yang digunakan dalam karya


Karya seni lukis milik Ahmad Savic ini merupakan lukisan yang sekiranya mengungkapkan
bentuk sebuah pohon. Tak terdapat pohon lain disekitarnya sebagai background ataupun subjek
figuran. Hanya sebuah tiang listrik yang menemani dan tampak berdekatan, namun subjek yang
lebih ditekankan adalah pohon tersebut. Bentuk dari pohon ini tidak sederhana, banyak sekali
ranting yang menjadi cabang dari bawah hingga ke atas. Tidak dapat ditebak pohon apakah ini,
yang jelas bentuk cabang-cabang yang banyak ini menandakan merupakan pohon yang beranting
banyak. Bukan pohon rimbun nan hijau sebab dari bentuk daun-daunnya yang ekspresif terdapat
secara acak pada ranting yang banyak. Namun dapat dilihat dari bentuk pohon ini yang
menjulang ke atas hingga tak terlihat ujung batangnya merupakan pohon yang besar. Bentuk
ranting-ranting pohon yang meliuk-liuk ini makin terlihat jelas bahwa sedang diambil
perspektifnya dari bawah.

Pohon menyimbolkan sebuah kehidupan yang utuh dan pasti, kepastian ini tergambar dari
karakter pohon yang pada umumnya memiliki batang yang kuat. Sesuatu yang berhubungan
dengan alam artinya hidup dan pohon merupakan salah satu bagian dari alam. Sedangkan tiang
listrik adalah penyangga dari listrik sendiri seolah-olah menjadi simbol dari sesuatu yang lain,
lain dari sesuatu yang hidup. Listrik merupakan sesuatu yang tidak hidup dan dapat mematikan.
Apalagi listrik itu dapat mematikan sebuah pohon pada kejadian tertentu.
2

Warna yang digunakan bukan merupakan warna asli dari sebuah pohon, Savic menggunakan
warna-warna campuran seperti warna orange, kuning dan biru. Hal ini membuat lukisan yang
dibuatnya menjadi estetis dan menarik. Warna pohon yang pada umumnya hijau dan coklat
menjadi lebih bervariasi. Meski jika Savic menggunakan warna-warna ini sebagai background
nuansa, warna-warna inipun masih menjadi unsur estetik dalam karyanya.

Kesan yang anda peroleh dari hasil pengamatan


Dalam lukisan ini meskipun hanya terdapat sebuah subjek pohon dan tiang listrik namun
memiliki makna yang lebih dalam. Bukan sekedar indahnya pohon yang berdiri di dekat tiang
listrik namun lebih dari itu. Kesan rimbun tidak diperoleh namun dari pohon itu sendiri dapat
mengesankan besar dan tinggi, begitu pula pada tiang listriknya yang menggambarkan tentang
ketinggian. Hal yang berdampingan ini menggugah perasaan tertentu yang tercipta dalam hati,
seperti pada unsur-unsur yang sama antara pohon dengan tiang listrik. Ada garis-garis yang
menjadi perpaduan keserasian yang mengesankan keharmonisan satu sama lain. Persamaan
ketinggian menjadi hal yang indah ketika dilihat dari sisi bawah, hal ini sangat terlihat pada
penunjukan bahwa subjek ini berada pada posisi tinggi. Seolah-olah mengesankan pada sesuatu
yang unggul dan tinggi. Selain itu seolah hanya dari perspektif bawah dapat melihat segala
sesuatu yang harmonis. Seperti yang terlihat pada perpaduan garis kabel dan garis-garis yang
terbentuk dari ranting pohon. Penyatuan ujung pohon dengan ujung tiang listrik menjadi
penyatuan suatu hubungan yang kukuh yang terbentuk dari sesuatu yang kuat yaitu pada karakter
batang pohon dengan batang tiang listrik. Bercak-bercak daun yang tidak dimiliki oleh tiang
listrik menjadi penghias antara jalinan pohon dengan tiang listrik. Keseluruhan lukisan ini
mencerminkan sebuah keharmonisan yang tak terduga.

Penilaian anda terhadap gagasan, teknik dan media yang digunakan dalam kaitannya
dengan ekspresi yang dihasilkan
Menarik sekali lukisan ini mendapatkan gagasan dari sebuah pohon yang pada dasarnya menyatu
dengan alam namun Savic menampilkan dalam keadaan berada di perkotaan. Bukan menjadi
sosok pohon yang paling mendominasi keadaan kering di kota namun gagasannya dalam
menampilkan subjek utama adalah merupakan bentuk keharmonisan yang unik.

Teknik yang digunakan dalam lukisan ini adalah teknik aquarel, merupakan teknik yang tepat
untuk lukisan pada media kertas aquarel. Cat air yang digunakanpun sesuai dengan
penggambaran nuansa yang diharapkan. Teknik pelukisan wet on wet menjadikan pembentukan
warna nuansa membaur dengan warna kertas. Sehingga gradasi hilang yang tercipta dalam
lukisan ini berhasil menjadi background yang indah.

Media kertas memang merupakan media yang tepat ketika menggunakan cat jenis cat air.
Apalagi kertas yang digunakan memiliki tekstur yang kuat sehingga menunjang pada teknik.
Tekstur kertas ini memberikan peleburan warna menjadi sempurna, air yang digunakan Savic ini
mampu teresap sempurna pada kertas walaupun ada beberapa detail bagian yang kurang
diperhatikan.
3

Kesimpulan atau solusi untuk perbaikan karya atau peningkatan apresiasi


Penyatuan bentuk menjadi hal yang patut diperhatikan sebab menjadi hal utama dalam lukisan
ini. Meskipun Savic menggunakan ekspresi yang kuat namun perspektif perlu diperhatiakn
terutama pada pendekatan antara tiang listriik dan pohon. Pemberian sedikit detail pada bagian
tertentu akan menambah keindahan lukisan ini. Seperti pada tiang listrik yang kurang
diperhatikan karena teralalu memperhatikan tonjolan bentuk pohon. Sedangkan pohonnya sendiri
boleh juga jika ditambahkan sedikit daun-daun yang sama agar karakter pohon lebih kuat.
Namun demikian lukisan ini sudah cukup baik dilihat dari segi ekspresi, hanya perlu
pengembangan teknik saja jika ingin membuat karya berikutnya. Akan lebih baik lagi jika
lukisan ini di kemas dalam figura yang simpel dan elegan.
Menyatakan sebuah pohon tidak perlu menunjukkan keseluruhan bentuk pohon tersebut, bentuk
visualisasi hanya menjadi subjek dari inti lukisan. Makna yang terkandung dalam lukisan ini
lebih ditekankan daripada perwujudan. Sedangkan perwujudan estetis yang ekspresif disini lebih
ditekankan daripada bentuk utuh. Lukisan ini memperlihatkan ekspresi yang tinggi dalam
pembentukannya. Keestetisan menjadi tampilan unggulan yang paling menonjol dan itulah yang
merupakan sisi indah dari sebuah keharmonisan.

Keharmonisan bukan merupakan suatu yang terdiri atas segala hal yang sama, namun terdiri atas
hal yang berbeda jauh. Sisi indah dari keharmonisan adalah kesamaan hal kecil yang tak terduga
dan berjalan begitu saja. Seperti segala sesuatu yang alami, ada kesenjangan yang dapat terlihat
dengan jelas dan gamblang namun ada jembatan lembut yang menyatukan keindahan dari sebuah
jalinan. Perbedaan kecil dapat menjadi penghias yang mengkukuhkan sebuah hubungan,
terkadang sesuatu yang menjadi pembeda itu adalah justru menjadi penyatu.
4

2. LUKISAN BERKAH KARYA BUDIANA

Judul Karya : “Berkah”


Nama Seniman : Budiana
Bahan : Oil on Kanvas
Ukuran : 110 cm x 140 cm
Tahun Pembuatan : 2014

1. Deskripsi

Karya lukis oleh Budiana yang berjudul “Berkah” masih memvisualisasikan bentuk dari
lukisan tradisi dengan ciri khasnya tersendiri, yaitu figur manusia yang memiliki tubuh yang
subur. Material subjeknya merupakan gambar tentang sepasang suami istri dengan tubuh yang
subur tanpa alas kaki sedang berusaha memboyong keempat orang anaknya yang telihat subur
pula dengan menggunakan sepeda ontel. Secara umum suasananya tampak sesak memenuhi
badan sepeda yang terasa sempit dan menjadi kecil karena tidak sebanding dengan postur tubuh
anak-anak yang terlihat besar dan subur tersebut. Namun suasana dalam lukisan tersebut dapat
dibagi menjadi beberapa bagian. Suasana pertama, telihat ekspresi figur suami berusaha untuk
menahan beban keempat anaknya agar tetap seimbang dan menoleh ke belakang untuk
memastikan bahwa semua anak-anaknya telah mendapatkan dan pada posisi aman (meskipun
berdesakan). Suasana kedua, dilihat dari posisi figur anak yang duduk pada kemudi sepeda dan
yang duduk pada tempat duduk pengemudi dengan ekspresi wajah yang penuh kekhawatiran
berusaha untuk memegang tangan ayahnya agar tidak terlepas dan terjatuh. Suasana ketiga, figur
istri/ibu yang sedang menempatkan anaknya pada bagian belakang (tempat duduk penumpang)
sepeda yang telah ditempati oleh anaknya yang lainnya. Serta suasana keempat, figur anak yang
terlihat terjepit diantara kedua saudaranya yang menghimpitnya dari depan dan belakangnya,
namun terlihat tidak mampu berbuat apa-apa.

Dalam lukisan Budiana ini, unsur tradisinya sangat kental, dilihat dari pemberian
aksesoris busana pada figur suami istri serta anak-anaknya tersebut yang menggunakan busana
khas Jawa, yaitu penggunaan baju batik, kemben batik, serta blankong penutup kepala yang
dikenakan oleh suami dan keempat orang anak tersebut. Busana ini menyiratkan bahwa figur-
figur yang ditampilkan oleh Budiana tersebut merupakan figur orang pedesaan (ndeso). Lukisan
ini didominasi dengan warna kulit (coklat), kream (yellow oker), hijau serta warna hitam
menjadi garis tepi pada setiap objek gambar.
5

2. Analisis Formal
Refresentasi visual tampilan dengan bentuk figuratif, tertata, dan rapi, sesuai dengan konsep
tradisi, meskipun tidak mengusung konsep dekoratif, namun objek materinya memiliki bentuk
menyerupai lukisan gaya kamasan. Penggunaan gelap terang warna tidak terlalu mencolok dalam
lukisan ini, tetapi Budiana memainkan garis untuk membentuk visual dua dimensinya.
Keberadaan garis dalam lukisan ini, pada dasarnya berfungsi sebagai penegas bentuk, sehingga
bentuknya dapat dikenali dengan baik. Garis-garis yang ada terlihat cukup luwes, lemah gemulai
mengikuti bentuk yang berirama. Garis-garis tersebut mendeskripsikan batas-batas atau kontras
dari nada gelap terang, warna atau tekstur yang terjadi sepanjang batas-batas bentuk tersebut.
Bangun (space) pada lukisan ini terjadi karena dibatasi oleh warna dan juga dibatasi oleh garis.
Hal ini dapat diidentifikasi pada figur-figurnya, selain menggunakan warna-warna, seperti:
coklat, kream (yellow oker), hijau, putih serta warna hitam yang hadir dalam lukisan ini yang
menunjukkan suatu tanda pada bentuk yang membedakan ciri bentuk atau benda satu dengan
yang lainnya. Tetapi lukisan ini juga dipertegas dengan adanya garis yang membentuk wujud dan
batas dari bentuk dan anatomi tubuhnya. Warna background pada lukisan ini terlihat kontras
dengan figur sebagai objek materinya, Namun, hal ini justru bernilai fositif, karena warnanya
mendukung dan memberi ruang perhatian lebih pada objek materinya, karena warna backgroun-
nya cenderung lebih lembut. Keseluruhan komposisi karya Budiana ini terlihat mampu
menghibur penonton untuk berfikir tentang permasalahan di masyarakat saat ini.

3. Interpretasi

Setiap karya seni pasti mengandung makna, membawa pesan yang ingin disampaikan
kepada masyarakat penontonnya, sehingga dibutuhkan interpretasi atau penafsiran untuk
memaknainya yang sebelumnya didahului dengan mendeskripsikan. Dalam mendeskripsikan
suatu karya seni, pendapat setiap orang dalam membaca karya seni bisa saja sama, namun dalam
menafsirkan pasti akan berbeda karena akan melibatkan perbedaan paradigma atau sudut
pandang.

Dapat diidentifikasi, bahwa Budiana dalam berkarya selalu mengambil isu-isu yang
tidak jauh dari lingkungan sosialnya. Hubungannya terhadap kegelisahan sosial, yang menjadi
isu sosial bangsa ini selalu saja mampu menggugah perasaan dan kreatifitasnya untuk
mewujudkan kegelisahan-kegelisahannya tersebut menjadi sebuah bentuk karya seni. Dengan
menampilkan visualisasi figuratif dalam lukisan, ini menandakan bahwa Budiana sedang
berusaha untuk menjalin komunikasi dengan masyarakat. Menyampaikan ide gagasan dengan
materi dan bentuk yang sederhana merupakan strategi yang tepat mengingat apa yang ingin
disampaikan Budiana bukanlah semata-mata hanya sekedar pemenuhan kepuasan estetisnya,
namun lebih kepada pesan sosial kepada masyarakat. Dalam hal ini jelas bahwa, Budiana
berusaha untuk mengungkapkan rasa kritisnya terhadap masyarakat Indonesia, terutama
masyarakat yang masih awam (ndeso). Begitu banyak mitos yang tersebar dan hidup ditengah
masyarakat, meskipun pengaruh modernitas dan teknologi telah berkembang di tengah-tengah
masyarakat, namun tak sedikit yang masih mempercayai dan melakoninya hingga saat ini. Salah
satu mitos kepercayaan itu diungkap Budiana dalam karya ini, yaitu “Banyak anak, banyak
rezeki”. Mitos/kepercayaan ini telah ada sejak zaman dahulu, entah siapa yang pertama kali yang
mengungkapkannya. Entah benar atau tidak, namun mitos ini seakan telah mendarah daging
dalam kehidupan berkeluarga, menganggap semakin banyak anak, maka akan semakin banyak
rezeki yang akan didapatkan.

Hal inilah yang mungkin bisa saja menjadi dasar penciptaan karya “Berkah” Budiana.
Dengan berbekal pengalaman sosial dan estetis, ia mencoba menvisualisasikan mitos tersebut
dari sudut pandang yang berbeda dengan pengungkapan bentuk figur sebuah keluarga. Dimana
6

Budiana tidak tanggung-tanggung mewujudkan figur-figur dalam keluarga tersebut dengan


tubuh-tubuh yang subur (gemuk). Meskipun keluarga tersebut terlihat sederhana namun jelas
mereka hidup berkecukupan terutama dengan masalah isi perut mereka seperti tidak kekurangan,
bahkan cenderung lebih. Inilah figur atas mitos “Banyak anak, banyak rezeki” yang ada dibenak
Budiana. Namun terlepas dari itu semua, tentu realitas yang ada tidak sebanding dengan apa
yang ditampilkan oleh Budiana dalam karyanya ini. Budiana seolah inin memberi penyadaran
kepada masyarakat, untuk berpikir dan bertidak sesuai dengan kenyataan, bukan hanya sekedar
mendengar omongan yang belum tentu benar dan bermanfaat bagi kita.

4. Penilaian
Penilaian sebuah karya seni bukan berbicara mengenai baik atau buruk, salah atau
benar, melainkan mengenai pemaknaan yang ditampilkan tersebut meyakinkan atau tidak.
Penilaian keindahan suatu karya seni tidak hanya berdasar objek yang dilukis tetapi menyangkut
isi dan makna. Karya seni tidak terlahir begitu saja, selalu berkaitan berdasarkan pengalaman-
pengalaman yang pernah dirasakan sebagai sumber inspirasi potensial, berupa pengalaman
estetik. Hasil karya representasi dari emosi-emosi yang berkembang dalam masyarakat seperti
karya Budiana, yang ingin merepresentasikan kemelut yang terjadi di tengah-tegah masyarakat
Indonesia, termasuk merupakan keresahannya mengenai hal tersebut.

Banyak memiliki anak, tidak ada jaminan akan memberikan hidup yang lebih baik,
bahkan bisa membuat pusing. Pepatah “Banyak anak, banyak rezeki” memang benar adanya.
Tapi banyak orang yang salah mengartikan. Banyak orang yang terjebak dengan pepatah ini.
Dengan harapan akan bertambah rejekinya, banyak pasangan suami istri yang tidak peduli
dengan jumlah anggota keluarga yang akan dimiliki dan berpikir bahwa setiap anak merupakan
karunia Tuhan yang dititipkan kepada mereka. Sehingga banyak diantara mereka yang cenderung
masa bodoh tanpa memikirkan masa depan anak-anaknya, yang tentunya dengan banyaknya
anak yang dimiliki akan semakin banyak tanggungan dan biaya yang harus dikeluarkan oleh
mereka untuk memberi makan dan biaya sekolah mereka. Tentunya, hal ini akan menjadi sulit
dengan keadaan perekonomian yang pas-pasan, sehingga menyebabkan kehidupannya semakin
terpuruk dengan beban yang dipikulnya. Adanya mitos seperti ini menjadi penghambat terbesar
bagi program KB yang dicanangkan oleh pemerintah Indonesia untuk menekan laju
pertumbuhan penduduk yang semakin membludak. Dengan membludaknya pertumbuhan
penduduk akan menyebabkan semakin sempitnya lapangan pekerjaan, sehingga kemiskinan pun
akan semakin meningkat, anak-anak mereka pun akan rentan terkena penyakit, terutama terhadap
gizi buruk akibat dari kurangnya asupan nutrisi.

Karya yang diciptakan Budiana ini, seolah menyindir sekelompok masyarakat tertentu
yang masih setia dengan kepercayaan “Banyak anak, banyak rezeki”. Budiana ingin
menunjukkan bahwa apa yang mereka bayangkan tidak seindah kenyataan yang ada. Banyak hal
yang harus dipertimbangkan dalam membangun rumah tangga. Memang betul bahwa, setiap
anak yang dititipkan kepada kita akan membawa berkahnya masing-masing. Namun sebagai
manusia yang cerdas haruslah kritis dan intropeksi diri apakah keluarga yang dibina memiliki
dasar yang kuat terutama dalam hal perekonomian, agar tidak menyesal dikemudian hari.
7

3. KRITIK KARYA SENI RUPA IRONI DALAM SARANG

Karya Lukis Mulyo Gunarso

“Ironi Dalam Sarang”


 
Judul karya : Ironi dalam Sarang
Nama Seniman : Mulyo Gunarso
Bahan : Cat Akrilik dan pensil di atas Kanvas
Ukuran : 140 cm x 180 cm
Tahun Pembuatan
: 2008

1. Deskripsi Karya

Karya lukis oleh Gunarso yang berjudul “Ironi dalam Sarang” masih divisualisasikan dengan
metaforanya yang khas yaitu bulu-bulu meski tidak sebagai figure sentralnya.

Material subjeknya merupakan gambar tentang semut-semut yang mengerumuni sarang burung
dan diatasnya dilapisi lembaran koran, didalamnya terdapat berbagai macam makanan seperti, beras
putih, yang diberi alas daun pisang di atasnya terdapat seekor semut, bungkusan kertas seolah dari koran
bertuliskan ulah balada tradisi, potongan dari sayuran kol, satu butir telur dan juga makanan yang
dibungkus plastik bening, disampingya juga terdapat nasi golong, seperti ingin menggambarkan
makanan untuk kenduri. Selain itu di dalam sarang juga terdapat kerupuk dan jajanan tradisional yang
juga dibungkus plastik bening, dan entah mengapa diantara sejumlah makanan yang berbau tradisional
juga terdapat sebuah apel merah, minuman soda bermerek coca-cola yang tentunya bukan
menggambarkan produk dalam negeri. Tumpahan coca-cola menjadi pusat krumunan semut yang
datang dari segala penjuru.

Medium lukisan Gunarso adalah cat akrilik yang dikerjakan di atas kanvas berukuran 140 cm x
180 cm dengan kombinasi pensil pada backgroundnya membentuk garis vertikal. Teknik yang
digunakan dominan ialah dry brush yaitu teknik sapuan kuas kering. Bentuk atau form dari karya
8

Gunarso ialah realistik dengan gaya surealisme. Proses penciptaannya terlihat penuh persiapan dan
cukup matang tercermin dari hasil karyanya yang rapi, rumit, dan tertata. Gunarso sepertinya asyik
bermain-main dengan komposisi.bagaimana ia mencoba menyampaikan kegelisahanya dalam bentuk
karya dua dimensi yang menyiratkan segala kegelisahan melalui torehan kuas di kanvas dengan pilihan
warna- warna yang menjadi karakter dalam karya lukisnya.

2. Analisis

Makna atau isi karya seni selalu disampaikan dengan bahasa karya seni, melalui tanda atau
simbol. Ungkapan rupa dan permainan simbol atau tanda tentu tidak datang begitu saja, ada api tentu
ada asap. Begitu juga ketika kita menganalisis sebuah karya, perlu tahu bagaimana asap itu ada, dengan
kata lain, bagaimana kejadian yang melatarbelakangi penciptaan karya. Pada dasarnya tahapan ini ialah
menguraikan kualitas unsur pendukung ‘subject matter’ yang telah dihimpun dalam deskripsi.

Representasi vsual ditampilkan dengan bentuk realis yang terencana, tertata dan rapi, sesuai
dengan konsep realis yang menyerupai bentuk asli suatu objek.Permainan garis pada background
dengan kesan tegak, kuat berbanding terbalik dengan bulu-bulu yang entah disadarinya atau tidak.
Penggunaan gelap terang warna juga telah bisa memvisualisasikan gambar sesuai nyata, tetapi Gunarso
tidak memainkan tekstur disana. Kontras warna background dengan tumpahan coca-cola yang justru
jadi pusat permasalahan justru tak begitu terlihat jelas agak mengabur, begitu juga dengan kerumunan
semut-semut sedikit terlihat mengganggu, tetapi secara keseluruhan komposisi karya Gunarso terlihat
mampu sejenak menghibur mata maupun pikiran kita untuk berfikir tentang permasalahan negri ini.
9

4. KRITIK KARYA SENI RUPA “MIMPI BELAKA”

Judul : Mimpi Belaka


Bahan : Mix media pada kanvas
Ukuran : 70 cm x 60 cm
Tahun : 2014
Karya : Muhammad Galang Irnanda (Galang Koko)

A. Deskripsi Karya
Lukisan berjudul “ Mimpi Belaka” ini merupakan karya seniman muda Muhammad
Galang Irnanda, atau sering disapa dengan nama Galang Koko. Karya ini dibuat pada tahun
2014 dengan ukuran 70cm x 60 cm, menggunakan mix media yang terdiri atas cat minyak dan
gambar cetak pada kanvas. Lukisan tersebut menampilkan subject matter seorang manusia.
Unsur warna pada subject matter mengunakan warna ungu muda dan tua. Pada background,
terdapat warna putih, merah tua, merah muda, jingga, biru tua, biru muda, hijau kekuningan,
coklat tua, coklat muda, kuning, dan hitam.

B. Analisis dan Interprestasi Karya


Karya lukisan “Mimpi Belaka” ini merupakan salah satu karya yang dipamerkan dalam
pameran bertajuk “Pekan Wisper Kreatif” yang diselenggarakan di gedung Wisma Perdamaian,
Semarang. Terdapat unsur seni rupa yang lain pada lukisan tersebut yaitu berupa garis dan
tekstur. Jenis garis yang terdapat pada subject matter adalah garis lengkung atau tak beraturan
pada subjek manusia, garis tipis putus-putus dan garis-garis semu yang tercipta akibat dari
pertemuan antara dua warna atau lebih pada backgraound. Sedangkan tekstur yang digunakan
dalam lukisan ini adalah tekstur kasar/tak rata pada background dan tekstur halus pada subject
matter. Lukisan ini mempunyai keseimbangan asimetris, dan juga terdapat irama yang dinamis.
Dari segi teknik pembuatan, lukisan ini digarap dengan teknik kolase (menempel) dan
sapuan kuas pada kanvas. Maksudnya, seniman mengambil gambar print out (gambar cetak)
yang dipotong mengikuti pola gambar lalu ditempelkan pada kanvas. Kemudian pada tepi
gambar diberi warna sehingga tidak terlihat gambar cetak yang tertempel pada kanvas.
Background dibuat dengan teknik sapuan kuas secara ekspresif dengan permainan warna
analogus yang dicampur dengan warna putih sehingga menghasilkan warna-warna yang soft.
10

Warna pada background dibuat dengan sapuan warna yang tebal denga sedikit
minyak/pengencer sehingga tercipta tekstur yang kasar.
Teknik tersebut bukan merupakan sesuatu hal yang baru. Banyak pelukis-pelukis di
Semarang yang menggunakan teknik tersebut. Selama ini Galang Koko selalu melakukan
eksplorasi media dan teknik. Karya terdahulu Galang Koko selalu menggunakan media cat
akrilik pada kanvas dan kayu dengan gaya ekspresif.
Merasa tidak cocok dengan media tersebut Galang Koko mencoba untuk menggunakan
media cat minyak dengan tenik sapuan kuas yang halus dan menghasilkan karya yang realistik
dan surrealistik. Tak cukup puas dengan hal itu dia melakukan eksplorasi media dengan teknik
mix media, yaitu mencampurkan beberapa media untuk melukis.
Banyak karya Galang koko yang menggunakan teknik mix media dan teknik kolase
antara cat minyak dan berbagai macam media yang ada di sekitarnya misalnya berupa kayu,
seng, ranting pohon, peralatan rumah tangga, sampah daur ulang ,yang nantinya akan di
tempelkan pada kanvas. Hal ini dilakukan galang koko sebagai upaya untuk pencarian jati
dirinya dalam berkarya seni lukis mengingat dirinya adalah seorang seniman muda.
Subject matter dalam lukisan ini yaitu seorang laki-laki yang terlihat dari belakang ,
hanya memakai celana pendek dan berambut panjang. Dengan posisi dalam keadaan duduk
dengan kepala yang menunduk. Terlihat seseorang yang sedang merenung, gelisah, dan
bingung. Seperti sedang memikirkan atau menginginkan suatu hal. Perwujudan sosok seorang
laki-laki berambut panjang ini merupakan sosok diri Galang Koko sendiri. Dalam lukisan ini
Galang Koko ingin memperlihatkan seorang pemalas yang mempunyai banyak harapan. Ia
ingin merespons keadaan disekitarnya, bahwa banyak orang yang mempunyai mimpi untuk
mekalukan/memperoleh suatu hal, tapi tidak ada suatu tindakan yang ia lakukan. Sehingga hal
itu hanya menjadi sebatas mimpi dan omong kosong belaka. Ini merupakan ungkapan perasaan
yang dia alami sendiri. Yang menyebabkan muncul suatu perasaan bingung dan gelisah.
Perasaan itu diungkapkan pada subject matter yang diberi warna ungu muda dan ungu tua.
Warna ungu mengandung makna kegelisahan, murung dan menyerah.
Harapan/mimpi dalam lukisan direpresentasikan dengan background dengan corak
abstrak. Karena pada umumnya harapan berbentuk abstrak, tidak tampak, namun diyakini
bahkan terkadang dibatin dan dijadikan sugesti agar terwujud. Namun ada kalanya harapan
tertumpu pada seseorang atau sesuatu. Harapan adalah bentuk dasar dari kepercayaan akan
sesuatu yang diinginkan akan didapatkan atau suatu kejadian akan berbuah kebaikan di waktu
yang akan datang. Pada praktiknya banyak orang mencoba menjadikan harapannya menjadi
nyata dengan cara berdoa atau berusaha. Terdapat warna putih doniman yang keluar dari kepala
sosok manusia tersebut, melambangkan sebuah harapan yang datang dari pikiran seseorang.
Dalam lukisan ini terdapat juga tulisan-tulisan yang berisikan harapan-harapan yang
diinginkannya. Berkenaan dengan itu semua sehingga muncullah sebuah judul “Mimpi
Belaka”. Kata “mimpi” disini merupakan pengganti dari kata “harapan”. Mimpi tidak hanya
terjadi saat orang sedang tidur saja, tapi mimpi mempunyai beberapa macam jenis yang salah
satunya adalah mimpi sebagai harapan. Dan kata “Belaka” mempunyai makna ”hanya atau
sebatas”.
C. Penilaian Karya
Lukisan yang berjudul “Mimpi Belaka” ini mempunyai nilai estetik yang cukup tinggi.
Dilihat dari peletakan subject matter di bagian bawah dan menyisakan ruang kosong yang
11

cukup banyak, dan diisi dengan pemberian warna-warna soft. Sehingga mengarahkan mata
apresiator/pengamat kepada subject matter atau sosok manusia, sebagai point of interest. Judul
yang diambil sangat relevan dengan kontens lukisan tersebut. Lukisan ini mengandung pesan
sosial yang sangat baik, yaitu jika kita memiliki sebuah mimpi atau harapan hendaknya diraih
dengan suatu tindakan yang pasti, agar harapan itu dapat tercapai. Bukan hanya berharap
namun tidak ada tindakan apapun. Dalam lukisan ini terdapat juga kekurangan yaitu penulisan
harapan-harapan yang kurang jelas untuk dibaca. Dan perwujudan seseorang yang mempunyai
harapan tanpa tindakan belum dapat ditangkap oleh apresiator/ pengamat. Apresiator akan
lebih menafsirkan sosok tersebut sedang meratapi nasib akan suatu musibah yang ditimpanya.
Dilihat dari teknik dan media yang digunakan karya lukis ini bergaya kontemporer. Dapat
ditengarahi bahwa lukisan ini merupakan lukisan yang cukup bagus karena mengandung pesan
yang baik untuk disampaikan kepada masyarakat namun kurang komunikatif dalam
penyampaian pesannya.
Istilah seni yang tidak dimengerti
a. Permainan warna analogus adalah permainan tingkatan warna dari gelap ke terang dalam
urutan beberapa warna misalnya urutan dari biru, biru kehijauan, hijau, hijau kekuningan
b. Subject matter adalah rangsangan cipta seniman dalam usahanya menciptakan bentuk-
bentuk yang menyenangkan.
c. Point of interest atau pusat perhatian adalah suatu objek yang dijadikan unsur penonjolan
bentuk.
d. Bergaya kontemporer adalah gaya kekinian, modern atau lebih tepatnya adalah sesuatu
yang sama dengan kondisi waktu yang sama atau saat ini. Jadi lukisan kontemporer adalah
karya yang secara tematik merefleksikan situasi waktu yang sedang dilalui.
e. Relevan secara umum berarti kecocokan. Relevan adalah bersangkut paut, berguna secara
langsung.
f. Teknik sapuan kuas secara ekspresif adalah teknik untuk mendapatkan kesan gerak yang
dinamis dan ekspresif serta menggunakan warna-warna coklat muda dan coklat tua.
g. Irama yang dinamis adalah dimana irama lebih bervariasi karena ada beberapa elemen yang
berulang-ulang dari suatu irama.

Jenis kritik yang digunakan dalam karya ini:


Jenis kritik yang digunakan adalah kritik populer. Kritik populer adalah kritik seni
populer ditujukan untuk konsumsi massa/umum. Tanggapan yang disampaikan melalui kritik
jenis populer ini biasanya bersifat umum saja lebih kepada pengenalan atau publikasi sebuah
karya. Umumnya digunakan gaya bahasa dan istilah-istilah sederhana.
Dalam kritik lukisan ini hanya dijelaskan mengenai suatu mimpi yaitu jika kita
memiliki sebuah mimpi atau harapan hendaknya diraih dengan suatu tindakan yang pasti, agar
harapan itu dapat tercapai. Bukan hanya berharap namun tidak ada tindakan apapun.
Pendekatan yang digunakan dalam karya ini:
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan semiotika karena melalui apresiasi karya
seni rupa dilakukan dengan menilai kandungan berbagai tanda yang ingin disampaikan seorang
perupa kepada penikmatnya. Berdasarkan hal tersebut dapat dibuat berbagai tafsir atas karya
yang dilihat.
12

Unsur-unsur kritik yang diulas dalam karya ini yaitu:


a. Deskripsi Karya
b. Analisi dan Interprestasi Karya
c. Penilaian Karya
Aspek yang digunakan dalam karya ini
A. Aspek Visual
lukisan ini digarap dengan teknik kolase (menempel) dan sapuan kuas pada kanvas.
Maksudnya, seniman mengambil gambar print out (gambar cetak) yang dipotong mengikuti
pola gambar lalu ditempelkan pada kanvas. Kemudian pada tepi gambar diberi warna
sehingga tidak terlihat gambar cetak yang tertempel pada kanvas. Background dibuat
dengan teknik sapuan kuas secara ekspresif dengan permainan warna analogus yang
dicampur dengan warna putih sehingga menghasilkan warna-warna yang soft. Warna pada
background dibuat dengan sapuan warna yang tebal denga sedikit minyak/pengencer
sehingga tercipta tekstur yang
B. Aspek Keterampilan
Aspek keterampilam dari karya ini bisa dilihat dari lukisan Galang Koko melakukan
eksplorasi media dengan teknik mix media, yaitu mencampurkan beberapa media untuk
melukis. Banyak karya Galang koko yang menggunakan teknik mix media dan teknik
kolase antara cat minyak dan berbagai macam media yang ada di sekitarnya misalnya
berupa kayu, seng, ranting pohon, peralatan rumah tangga, sampah daur ulang ,yang
nantinya akan di tempelkan pada kanvas. Hal ini dilakukan galang koko sebagai upaya
untuk pencarian jati dirinya dalam berkarya seni lukis mengingat dirinya adalah seorang
seniman muda.

C. Aspek Konseptual
Aspek konseptual dari lukisan ini yaitu seorang laki-laki yang terlihat dari belakang ,
hanya memakai celana pendek dan berambut panjang. Dengan posisi dalam keadaan duduk
dengan kepala yang menunduk. Terlihat seseorang yang sedang merenung, gelisah, dan
bingung. Seperti sedang memikirkan atau menginginkan suatu hal. Perwujudan sosok
seorang laki-laki berambut panjang ini merupakan sosok diri Galang Koko sendiri. Dalam
lukisan ini Galang Koko ingin memperlihatkan seorang pemalas yang mempunyai banyak
harapan. Ia ingin merespons keadaan disekitarnya, bahwa banyak orang yang mempunyai
mimpi untuk mekalukan/memperoleh suatu hal, tapi tidak ada suatu tindakan yang ia
lakukan. Sehingga hal itu hanya menjadi sebatas mimpi dan omong kosong belaka. Ini
merupakan ungkapan perasaan yang dia alami sendiri. Yang menyebabkan muncul suatu
perasaan bingung dan gelisah. Perasaan itu diungkapkan pada subject matter yang diberi
warna ungu muda dan ungu tua. Warna ungu mengandung makna kegelisahan, murung dan
menyerah.

D. Aspek Kreativitas
13

Harapan/mimpi dalam lukisan direpresentasikan dengan background dengan corak


abstrak. Karena pada umumnya harapan berbentuk abstrak, tidak tampak, namun diyakini
bahkan terkadang dibatin dan dijadikan sugesti agar terwujud. Namun ada kalanya harapan
tertumpu pada seseorang atau sesuatu. Harapan adalah bentuk dasar dari kepercayaan akan
sesuatu yang diinginkan akan didapatkan atau suatu kejadian akan berbuah kebaikan di
waktu yang akan datang. Pada praktiknya banyak orang mencoba menjadikan harapannya
menjadi nyata dengan cara berdoa atau berusaha. Terdapat warna putih doniman yang
keluar dari kepala sosok manusia tersebut, melambangkan sebuah harapan yang datang dari
pikiran seseorang. Dalam lukisan ini terdapat juga tulisan-tulisan yang berisikan harapan-
harapan yang diinginkannya. Berkenaan dengan itu semua sehingga muncullah sebuah
judul “Mimpi Belaka”. Kata “mimpi” disini merupakan pengganti dari kata “harapan”.
Mimpi tidak hanya terjadi saat orang sedang tidur saja, tapi mimpi mempunyai beberapa
macam jenis yang salah satunya adalah mimpi sebagai harapan. Dan kata “Belaka”
mempunyai makna ”hanya atau sebatas”.
Kesimpulan

Pengetahuan tentang karya seni rupa lukis itu sangat penting untuk mengembangkan
kreativitas. Seperti halnya lukisan dari Muhammad Galang Irnanda (Galang Koko) yang berjudul
“Mimpi Belaka”, yang mengajarkan kita bahwa lukisan itu tidak hanya dinilai dari segi wujud,
tetapi dari segi penafsiran. Lukisan ini mengajarkan kita bahwa betapa pentingnya usaha dalam
mencapai impian karena separuh impian dapat tercapai dengan tindakan bukan khayalan. Tujuan
pembuatan karya seni salah satunya adalah untuk mengekspresikan jiwa seniman tersebut sehingga
timbul kesan yang dapat dipetik dari karya tersebut.

Saran
Pengamatan karya seni rupa amatlah penting karena hal ini dapat mengajarkan kita
bagaimana membaca ekspresi seni lukis tersebut sehingga kita dapat menangkap makna yang
terkandung dan menerapkannya dalam kehidupan. Selain itu pendidikan seni rupa amatlah penting
karena dapat mengembangkan bakat dan kreatifitas siswa sehingga dapat menggali potensi siswa
dalam menciptakan karya seni yang kemudian dipamerkan di muka publik untuk mendapat apresiasi
dan membangkitkan motivasi generasi muda dalam berkarya.
14

Anda mungkin juga menyukai