Anda di halaman 1dari 13

LUKISAN BERKAH KARYA BUDIANA

Judul Karya: "Berkah"


Nama Seniman: Budiana
Bahan: Minyak di atas Kanvas
Ukuran: 110 cm x 140 cm
Tahun Pembuatan: 2014

1. Deskripsi
Karya lukis oleh Budiana yang berjudul “Berkah” masih
memvisualisasikan bentuk dari tradisi lukisan dengan ciri
khasnya yang khas, yaitu figur manusia yang memiliki tubuh
yang bertubuh subur. Materi subjeknya merupakan gambar
tentang pasangan suami-istri dengan tubuh yang bertali tanpa
alas kaki yang sedang memboyong orang-orang bertelevisi
dengan telapak tangan yang menggunakan sepeda ontel. Secara
umum suasananya tampak memenuhi badan sepeda yang
terasa sempit dan menjadi kecil karena tidak sebanding dengan
postur tubuh anak-anak yang terlihat besar dan pinggiran kota
tersebut. Namun demikian, di dalam lukisan tersebut dapat
dibagi menjadi beberapa bagian. Suasana pertama, Telihatlah
figur suami yang berhasil untuk menahan beban keempat agar
tetap seimbang dan menoleh ke belakang untuk memastikan
bahwa semua anak-anak telah mendapatkan dan pada posisi
aman. Suasana kedua, dilihat dari posisi figur anak yang duduk
di atas pengendara sepeda dan yang duduk di tempat duduk
dengan penggerak wajah yang penuh mendukung untuk
memegang tangan di atas agar tidak terlepas dan terjatuh.
Suasana ketiga, patung istri / ibu yang sedang duduk di bagian
belakang (tempat duduk penumpang) sepeda yang telah
ditempati oleh kuda yang lain. Serta suasana keempat, figur
anak yang terlihat terjepit di antara saudaranya yang
menghimpitnya dari depan dan belakangnya, namun terlihat
tidak mampu melakukan apa-apa. Suasana kedua, dilihat dari
posisi figur anak yang duduk di atas pengendara sepeda dan
yang duduk di tempat duduk dengan penggerak wajah yang
penuh mendukung untuk memegang tangan di atas agar tidak
terlepas dan terjatuh. Suasana ketiga, patung istri / ibu yang
sedang duduk di bagian belakang (tempat duduk penumpang)
sepeda yang telah ditempati oleh kuda yang lain. Serta suasana
keempat, figur anak yang terlihat terjepit di antara saudaranya
yang menghimpitnya dari depan dan belakangnya, namun
terlihat tidak mampu melakukan apa-apa. Suasana kedua,
dilihat dari posisi figur anak yang duduk di atas pengendara
sepeda dan yang duduk di tempat duduk dengan penggerak
wajah yang penuh mendukung untuk memegang tangan di atas
agar tidak terlepas dan terjatuh. Suasana ketiga, patung istri /
ibu yang sedang duduk di bagian belakang (tempat duduk
penumpang) sepeda yang telah ditempati oleh kuda yang lain.
Serta suasana keempat, figur anak yang terlihat terjepit di
antara saudaranya yang menghimpitnya dari depan dan
belakangnya, namun terlihat tidak mampu melakukan apa-apa.
figur istri / ibu yang sedang duduk di bagian belakang (tempat
duduk penumpang) sepeda yang telah ditempati oleh pihak
yang lain. Serta suasana keempat, figur anak yang terlihat
terjepit di antara saudaranya yang menghimpitnya dari depan
dan belakangnya, namun terlihat tidak mampu melakukan apa-
apa. figur istri / ibu yang sedang duduk di bagian belakang
(tempat duduk penumpang) sepeda yang telah ditempati oleh
pihak yang lain. Serta suasana keempat, figur anak yang terlihat
terjepit di antara saudaranya yang menghimpitnya dari depan
dan belakangnya, namun terlihat tidak mampu melakukan apa-
apa.
2.Analisis Formal
Tampilan visual dengan bentuk figuratif, tertata, dan rapi, sesuai
dengan konsep tradisi, namun tidak mengusung konsep
dekoratif, namun objek materialinya memiliki bentuk yang
menyerupai gaya lukisan kamasan. Menggunakan warna gelap
tidak terlalu menarik dalam lukisan ini, tetapi Budiana
memainkan garis untuk membuat visual dua dimensinya.
Keberadaan garis dalam lukisan ini, pada saat dibuat sebagai
penegas bentuk, sehingga bentuknya dapat dikenali dengan
baik. Garis-garis yang ada terlihat cukup luwes, lemah gemulai
diambil bentuk yang berirama. Garis-garis ini mendeskripsikan
batas-batas atau kontras dari nada gelap, warna atau tekstur
yang terjadi sepanjang batas-batas bentuk tersebut. Bangun
(spasi) pada lukisan ini disebabkan karena warna dan juga
disetujui oleh garis. Hal ini dapat disetujui pada figur-figurnya,
selain menggunakan warna-warna, seperti: coklat, kream
(kuning oker), hijau, putih dan warna hitam yang hadir dalam
lukisan ini yang menunjukkan sesuai dengan permintaan yang
ada yang lainnya. Namun, lukisan ini juga dipertegas dengan
adanya garis yang membentuk bentuk dan batas dari bentuk
dan bentuk anatomi. Warna latar belakang pada lukisan ini
terlihat kontras dengan figur sebagai objek materinya, Namun,
hal ini bertentangan dengan fositif, karena warnanya
mendukung dan memberi ruang perhatian lebih pada objek
materinya, karena warna backgroun-nya malah lebih hangat.
Ikhtisar komposisi karya Budiana ini terbukti mampu menghibur
pengunjung untuk berfikir tentang pertentangan di masyarakat
saat ini. seperti: coklat, kream (kuning oker), hijau, putih dan
hitam yang hadir dalam lukisan ini yang menunjukkan tanda
pada bentuk yang menentukan bentuk atau benda satu dengan
yang lain. Namun, lukisan ini juga dipertegas dengan adanya
garis yang membentuk bentuk dan batas dari bentuk dan
bentuk anatomi. Warna latar belakang pada lukisan ini terlihat
kontras dengan figur sebagai objek materinya, Namun, hal ini
bertentangan dengan fositif, karena warnanya mendukung dan
memberi ruang perhatian lebih pada objek materinya, karena
warna backgroun-nya malah lebih hangat. Ikhtisar komposisi
karya Budiana ini terbukti mampu menghibur pengunjung
untuk berfikir tentang pertentangan di masyarakat saat ini.
seperti: coklat, kream (kuning oker), hijau, putih dan hitam yang
hadir dalam lukisan ini yang menunjukkan tanda pada bentuk
yang menentukan bentuk atau benda satu dengan yang lain.
Namun, lukisan ini juga dipertegas dengan adanya garis yang
membentuk bentuk dan batas dari bentuk dan bentuk anatomi.
Warna latar belakang pada lukisan ini terlihat kontras dengan
figur sebagai objek materinya, Namun, hal ini bertentangan
dengan fositif, karena warnanya mendukung dan memberi
ruang perhatian lebih pada objek materinya, karena warna
backgroun-nya malah lebih hangat. Ikhtisar komposisi karya
Budiana ini terbukti mampu menghibur pengunjung untuk
berfikir tentang pertentangan di masyarakat saat ini. Putih serta
warna hitam yang hadir dalam lukisan ini yang menunjukkan
tanda pada bentuk yang menentukan bentuk atau benda satu
dengan yang lainnya. Namun, lukisan ini juga dipertegas dengan
adanya garis yang membentuk bentuk dan batas dari bentuk
dan bentuk anatomi. Warna latar belakang pada lukisan ini
terlihat kontras dengan figur sebagai objek materinya, Namun,
hal ini bertentangan dengan fositif, karena warnanya
mendukung dan memberi ruang perhatian lebih pada objek
materinya, karena warna backgroun-nya malah lebih hangat.
Ikhtisar komposisi karya Budiana ini terbukti mampu menghibur
pengunjung untuk berfikir tentang pertentangan di masyarakat
saat ini. Putih serta warna hitam yang hadir dalam lukisan ini
yang menunjukkan tanda pada bentuk yang menentukan
bentuk atau benda satu dengan yang lainnya. Namun, lukisan
ini juga dipertegas dengan adanya garis yang membentuk
bentuk dan batas dari bentuk dan bentuk anatomi. Warna latar
belakang pada lukisan ini terlihat kontras dengan figur sebagai
objek materinya, Namun, hal ini bertentangan dengan fositif,
karena warnanya mendukung dan memberi ruang perhatian
lebih pada objek materinya, karena warna backgroun-nya malah
lebih hangat. Ikhtisar komposisi karya Budiana ini terbukti
mampu menghibur pengunjung untuk berfikir tentang
pertentangan di masyarakat saat ini. Warna latar belakang pada
lukisan ini terlihat kontras dengan figur sebagai objek
materinya, Namun, hal ini bertentangan dengan fositif, karena
warnanya mendukung dan memberi ruang perhatian lebih pada
objek materinya, karena warna backgroun-nya malah lebih
hangat. Ikhtisar komposisi karya Budiana ini terbukti mampu
menghibur pengunjung untuk berfikir tentang pertentangan di
masyarakat saat ini. Warna latar belakang pada lukisan ini
terlihat kontras dengan figur sebagai objek materinya, Namun,
hal ini bertentangan dengan fositif, karena warnanya
mendukung dan memberi ruang perhatian lebih pada objek
materinya, karena warna backgroun-nya malah lebih hangat.
Ikhtisar komposisi karya Budiana ini terbukti mampu menghibur
pengunjung untuk berfikir tentang pertentangan di masyarakat
saat ini.

3. Interpretasi
Setiap karya seni pasti mengandung makna, membawa
pesan yang ingin disampaikan kepada masyarakat penontonnya,
diperlukan interpretasi atau penafsiran untuk memaknainya
yang sebelumnya didahului dengan mendeskripsikan. Dalam
mendeskripsikan suatu karya seni, berpendapat setiap orang
dalam membaca karya seni bisa saja sama, namun dalam
menuangkan pasti akan berbeda karena akan membawa
perbedaan paradigma atau sudut pandang.

Dapat membantah, bahwa Budiana dalam membuat


selalu mengambil isu-isu yang tidak jauh dari lingkungan
sosialnya. Hubungannya dengan kegelisahan sosial, yang
menjadi isu sosial bangsa ini selalu mampu menggugah
perasaan dan kreativitasitasnya untuk mewujudkan
kegelisahan-kegelisahannya menjadi bentuk karya seni senior.
Dengan menampilkan visualisasi figuratif dalam lukisan, ini
menandakan Budiana sedang berusaha menjalin komunikasi
dengan masyarakat. Menyampaikan ide dengan bahan dan
bentuk yang sederhana merupakan strategi yang tepat
mengambil apa yang ingin disampaikan. Budiana menerima
hanya-mata hanya untuk memenuhi kepuasan estetisnya,
namun lebih kepada pesan sosial kepada masyarakat. Dalam hal
ini jelas itu, Budiana berusaha untuk mengungkapkan rasa
kritisnya terhadap masyarakat Indonesia, terutama masyarakat
yang masih awam (ndeso). Begitu banyak mitos yang tersebar
dan hidup ditengah masyarakat, meski dipertalikan modernitas
dan teknologi telah berkembang di tengah-tengah masyarakat,
namun tak sedikit yang masih mempercayai dan melakoninya
hingga saat ini. Salah satu mitos kepercayaan yang
mengungkapkan Budiana dalam karya ini, yaitu “Banyak anak,
banyak rezeki”. Mitos / kepercayaan ini telah ada sejak zaman
dahulu, entah siapa yang pertama kali yang diungkapkannya.
Entah benar atau tidak, namun mitos ini seakan telah mendarah
daging dalam kehidupan berkeluarga, menganggap semakin
banyak anak, maka akan semakin banyak rezeki yang akan
diperoleh. Begitu banyak mitos yang tersebar dan hidup
ditengah masyarakat, meski dipertalikan modernitas dan
teknologi telah berkembang di tengah-tengah masyarakat,
namun tak sedikit yang masih mempercayai dan melakoninya
hingga saat ini. Salah satu mitos kepercayaan yang
mengungkapkan Budiana dalam karya ini, yaitu “Banyak anak,
banyak rezeki”. Mitos / kepercayaan ini telah ada sejak zaman
dahulu, entah siapa yang pertama kali yang diungkapkannya.
Entah benar atau tidak, namun mitos ini seakan telah mendarah
daging dalam kehidupan berkeluarga, menganggap semakin
banyak anak, maka akan semakin banyak rezeki yang akan
diperoleh. Begitu banyak mitos yang tersebar dan hidup
ditengah masyarakat, meski dipertalikan modernitas dan
teknologi telah berkembang di tengah-tengah masyarakat,
namun tak sedikit yang masih mempercayai dan melakoninya
hingga saat ini. Salah satu mitos kepercayaan yang
mengungkapkan Budiana dalam karya ini, yaitu “Banyak anak,
banyak rezeki”. Mitos / kepercayaan ini telah ada sejak zaman
dahulu, entah siapa yang pertama kali yang diungkapkannya.
Entah benar atau tidak, namun mitos ini seakan telah mendarah
daging dalam kehidupan berkeluarga, menganggap semakin
banyak anak, maka akan semakin banyak rezeki yang akan
diperoleh. yaitu "Banyak anak, banyak rezeki". Mitos /
kepercayaan ini telah ada sejak zaman dahulu, entah siapa yang
pertama kali yang diungkapkannya. Entah benar atau tidak,
namun mitos ini seakan telah mendarah daging dalam
kehidupan berkeluarga, menganggap semakin banyak anak,
maka akan semakin banyak rezeki yang akan diperoleh. yaitu
"Banyak anak, banyak rezeki". Mitos / kepercayaan ini telah ada
sejak zaman dahulu, entah siapa yang pertama kali yang
diungkapkannya. Entah benar atau tidak, namun mitos ini
seakan telah mendarah daging dalam kehidupan berkeluarga,
menganggap semakin banyak anak, maka akan semakin banyak
rezeki yang akan diperoleh.

Hal inilah yang mungkin bisa saja menjadi hal yang


mendasarinya karya “Berkah” Budiana. Dengan berbekal
pengalaman sosial dan estetis, ia mencoba menvisualisasikan
mitos tersebut dari sudut pandang yang berbeda dengan
pengungkapan bentuk figur keluarga. Dimana Budiana tidak
bertanggung jawab mewujudkan figur-figur dalam keluarga
tersebut dengan tubuh-tubuh yang subur (gemuk). Meskipun
keluarga ini terlihat sederhana namun jelas mereka hidup
berkecukupan dengan masalah isi perut mereka seperti tidak
kekurangan, bahkan lebih membutuhkan. Inilah figur atas mitos
“Banyak anak, banyak rezeki” yang ada dibenak Budiana.
Namun, terlepas dari semua, Tentu saja ada yang sebanding
dengan apa yang disetujui oleh Budiana di dalam karyanya ini.
Budiana sebagai inin memberi penyadaran kepada masyarakat.
4.Penilaian
Penilaian tentang karya senior tidak membahas tentang
baik atau buruk, salah atau benar, tentang pemaknaan yang
disetujui sebelumnya atau tidak. Penilaian keindahan suatu
karya seni tidak hanya berdasar objek yang dilukis tetapi
mengandung isi dan makna. Karya seni tidak terlahir begitu
saja, selalu berkaitan dengan pengalaman-pengalaman yang
pernah dianggap sebagai sumber inspirasi, termasuk
pengalaman estetik. Hasil karya dari perwakilan-transisi yang
dikembangkan dalam masyarakat seperti karya Budiana, yang
ingin merepresentasikan kemelut yang terjadi di tengah-tegah
masyarakat Indonesia, termasuk merupakan keresahannya
mengenai hal tersebut.

Banyak yang punya anak, tidak ada yang bisa menjamin


hidup yang lebih baik, bahkan bisa bikin pusing. Pepatah
“Banyak anak, banyak rezeki” memang benar ada. Tapi banyak
orang yang salah mengartikan. Banyak orang yang terjebak
dengan pepatah ini. Dengan harapan akan bertambah rejekinya,
banyak pasangan suami-istri yang tidak peduli dengan jumlah
anggota keluarga yang akan menghitung dan memikirkan setiap
anak yang termasuk dewa yang dititipkan kepada mereka. Lebih
banyak mereka yang menghabiskan masa bodoh tanpa masa
depan anak-anak, yang setuju dengan banyak anak yang akan
mendapat lebih banyak tanggungan dan biaya yang harus
dikeluarkan oleh mereka untuk memberi makan dan biaya
sekolah mereka. Tentunya, hal ini akan menjadi sulit dengan
kondisi keuangan yang pas-pasan, Jadi menyebabkan
Kehidupannya semakin terpuruk dengan beban yang dipikulnya.
Adanya mitos seperti ini menjadi penghambat terbesar bagi
program KB yang dicanangkan oleh pemerintah Indonesia untuk
meningkatkan laju pertumbuhan penduduk yang semakin
membludak. Dengan membludaknya pertumbuhan penduduk
akan semakin mempersulit lapangan pekerjaan, semakin miskin
pun akan semakin meningkat, anak-anak mereka pun akan
rentan terhadap penyakit, semakin besar terhadap gizi yang
semakin meningkat akibat meningkatnya asupan nutrisi.

Karya yang diciptakan Budiana ini, seolah menyindir


masyarakat tertentu yang masih setia dengan kepercayaan
“Banyak anak, banyak rezeki”. Budiana ingin membuktikan apa
yang mereka pikirkan tidak seindah fantasi yang ada. Banyak hal
yang harus diselesaikan dalam membangun rumah tangga.
Memang betul, setiap anak dititipkan kepada kita akan
membawa berkahnya masing-masing. Namun demikian,
manusia yang cerdas haruslah kritis dan intropeksi diri apakah
keluarga yang dibina memiliki dasar yang kuat dalam hal
ekonomi, agar tidak disetujui dikemudian hari.

Anda mungkin juga menyukai