Anda di halaman 1dari 11

KIMIA DASAR

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

DISUSUN OLEH :
PUTRI OKTAVIANI ( G 201 19 024)
NADIRA PERMATASARI (G 401 19 050)
NIKEN PRASTIKA WENGKAU ( G 811 19 070)

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN


UNIVERSITAS TADULAKO

OKTOBER, 2019
Sifat-Sifat Koligatif Larutan

Larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat. Zat yang jumlahnya
lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut atau solut, sedangkan zat yang jumlahnya
lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut atau solven. Komposisi zat
terlarut dan pelarut dalam larutan dinyatakan dalam konsentrasi larutan, sedangkan proses
pencampuran zat terlarut dan pelarut membentuk larutan disebut pelarutan atau solvasi.

Konsentrasi larutan menyatakan secara kuantitatif komposisi zat terlarut dan pelarut di dalam
larutan. Konsentrasi umumnya dinyatakan dalam perbandingan jumlah zat terlarut dengan
jumlah total zat dalam larutan, atau dalam perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah
pelarut. Contoh beberapa satuan konsentrasi adalah molar, molal, dan bagian per juta (part
per million, ppm). Sementara itu, secara kualitatif, komposisi larutan dapat dinyatakan
sebagai encer (berkonsentrasi rendah) atau pekat (berkonsentrasi tinggi).

Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak tergantung pada macamnya zat terlarut
tetapi semata-mata hanya ditentukan oleh banyaknya zat terlarut (konsentrasi zat terlarut).
Hukum Roult merupakan dasar dari sifat koligatif larutan. Keempat sifat itu ialah:
1. Penurunan tekanan uap relatif terhadap tekanan uap pelarut murni.
2. Peningkatan titik didih
3. Penurunan titik beku
4. Gejala tekanan osmotik.

Sifat koligatif larutan dapat dibedakan menjadai dua macam, yaitu sifat larutan nonelektrolit
dan elektrolit. Hal itu disebabkan zat terlarut dalam larutan elektrolit bertambah jumlahnya
karena terurai menjadi ion-ion, sedangkan zat terlarut pada larutan nonelektrolit jumlahnya
tetap karena tidak terurai menjadi ion-ion, sesuai dengan hal-hal tersebut maka sifat
koligatif larutan nonelektrolit lebih rendah daripada sifat koligatif larutan elektrolit. Larutan
merupakan suatu campuran yang homogen dan dapat berwujud padatan, maupun cairan.
Akan tetapi larutan yang paling umum dijumpai adalah larutan cair, dimana suatu zat tertentu
dilarutkan dalam pelarut berwujud cairan yang sesuai hingga konsentrasi tertentu.
Banyaknya partikel dalam larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan dan sifat larutan itu
sendiri. Namun sebelum itu kita harus mengetahui hal- hal berikut:
• Molar, yaitu jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan
• Molal,yaitu jumlah mol zat terlarut dalam 1 kg larutan
• Fraksi mol, yaitu perbandingan mol zat terlarut dengan jumlah mol zat pelarut dan zat
terlarut.

Berikut penjelasan lengkap sifat-sifatnya, yaitu:


1. Penurunan Tekanan Uap
Jika zat terlarut bersifat non-volatil (tidak mudah menguap; tekanan uapnya tidak dapat
terukur), tekanan uap dari larutan akan selalu lebih rendah dari tekanan uap pelarut murni
yang volatil. Secara ideal, tekanan uap dari pelarut volatil di atas larutan yang mengandung
zat terlarut non-volatil berbanding lurus terhadap konsentrasi pelarut dalam larutan.
Hubungan dalam sifat koligatif larutan ini dinyatakan secara kuantitatif dalam hukum Raoult:
tekanan uap dari pelarut di atas larutan, Plarutan sama dengan hasil kali fraksi mol dari
pelarut, Xpelarut dengan tekanan uap dari pelarut murni, P°pelarut. Penurunan tekanan uap,
ΔP, yaitu P°pelarut−Plarutan berbanding lurus terhadap fraksi mol dari Xterlarut.

Contoh Soal :
Tentukan penurunan tekanan uap jenuh larutan 10% massa glukosa (C6H12O6) dalam air, jika
diketahui tekanan uap air pada suhu 250C adalah 24 mmHg!

Diketahui:

gr glukosa = 10% = 10/100 x 100 gr = 10 gr


n glukosa = 10/180 = 0,055 mol

gr air = massa total – massa glukosa = 100 – 10 = 90 gr

n air = 90/18 = 5 mol

P0 = 24 mmHg

Ditanyakan: ∆P …?

Jawaban:

Xt = nt /(np + nt) = 0,055/(5 + 0,055)

Xt = 0,055/5,055 = 0,01

∆P = P0 . Xt = 24 x 0,01 = 0,24 mmHg

2. Kenaikan Titik Didih


Titik didih dari suatu larutan adalah temperatur ketika tekanan uapnya sama dengan tekanan
eksternal. Oleh karena terjadinya penurunan tekanan uap larutan oleh keberadaan zat terlarut
non-volatil, dibutuhkan kenaikan temperatur untuk menaikkan tekanan uap larutan hingga
sama dengan tekanan eksternal. Jadi, keberadaan zat terlarut dalam pelarut mengakibatkan
terjadinya kenaikan titik didih; titik didih larutan, Tb, lebih tinggi dari titik didih pelarut
murni, Tb°. Kenaikan titik didih, ΔTb, yaitu Tb−Tb° berbanding lurus terhadap konsentrasi
(molalitas, m) larutan, sebagaimana:

di mana :
Kb = Konstanta kenaikan titik didih molal (dalam satuan °C/m)
m = olalitas larutan.
ΔTb = Kenaikan titik didih.

Contoh soal :
Natrium hidroksida 1,6 gram dilarutkan dalam 500 gram air. Hitung titik didih larutan
tersebut! (Kb air = 0,520C/m, Ar Na = 23, Ar O = 16, Ar H = 1)

Pembahasan:
Diketahui:
gr = 1,6 gr
p = 500 gr
Kb = 0,520C/m
Ditanyakan: Tb ….?
Jawaban:

3. Penurunan Titik Beku


Pada larutan dengan pelarut volatil dan zat terlarut non-volatil, hanya partikel-partikel pelarut
yang dapat menguap dari larutan sehingga meninggalkan partikel-partikel zat terlarut. Hal
serupa juga terjadi dalam banyak kasus di mana hanya partikel-partikel pelarut yang memadat
(membeku), meninggalkan partikel-partikel zat terlarut membentuk larutan yang
konsentrasinya lebih pekat. Titik beku dari suatu larutan adalah temperatur di mana tekanan
uap larutan sama dengan tekanan uap pelarut murni. Pada temperatur ini, dua fasa – pelarut
padat dan larutan cair – berada dalam kesetimbangan.
Oleh karena terjadinya penurunan tekanan uap larutan dari tekanan uap pelarut, larutan
membeku pada temperatur yang lebih rendah dibanding titik beku pelarut murni — titik beku
larutan (Tf), lebih rendah dari titik beku pelarut murni (Tf0). Dengan kata lain, jumlah
partikel-partikel pelarut yang keluar dan masuk padatan yang membeku per satuan waktu
menjadi sama pada temperatur yang lebih rendah. Sifat koligatif larutan berupa penurunan
titik beku (ΔTf), yaitu Tf0 – Tf berbanding lurus terhadap konsentrasi (molalitas, m) larutan,
sebagaimana:

di mana :
Kf = konstanta penurunan titik beku molal (dalam satuan °C/m)
m = Molalitas larutan.
ΔTf = Penurunan titik beku

Contoh Soal
Sebanyak 8 gram suatu zat yang memiliki Mr 246 dilarutkan ke dalam 125 gram benzene.
Jika Tf benzene 5,40C dan Kf benzene 5,100C kg/mol maka pada suhu berapakah larutan
tersebut akan membeku?

Pembahasan:
Diketahui:
gr zat = 8 gr
Mr = 246
p = 125 gr
Tf = 5,40C
Kf = 5,100C kg/mol
Ditanyakan: Tf larutan …?
Jawaban:

4. Tekanan Osmosis
Ketika dua larutan dengan konsentrasi yang berbeda dipisahkan oleh suatu membran
semipermeabel — membran yang hanya dapat dilewati partikel pelarut namun tidak dapat
dilewati partikel zat terlarut—maka terjadilah fenomena osmosis. Osmosis adalah peristiwa
perpindahan selektif partikel-partikel pelarut melalui membran semipermeabel dari larutan
dengan konsentrasi zat terlarut yang lebih rendah ke larutan dengan konsentrasi zat terlarut
yang lebih tinggi.
Tekanan osmosis didefinisikan sebagai tekanan yang diberikan untuk menahan perpindahan
netto partikel pelarut dari larutan dengan konsentrasi pelarut tinggi menuju larutan dengan
konsentrasi pelarut rendah. Bila tekanan eksternal sebesar tekanan osmosis diberikan pada
sisi larutan, maka ketinggian pelarut dan larutan akan kembali seperti semula.
Tekanan osmosis ( π ), berbanding lurus terhadap jumlah partikel zat terlarut, n, dalam suatu
volum larutan tertentu, V—yang merupakan molaritas (M), sebagaimana:

di mana :
R = Konstanta gas ideal (0,0821 L.atm/mol.K)
T = Temperatur (dalam satuan K).
M = Molaritas
N = Jumlah partikel zat terlarut
V = Volume larutan

Contoh soal :
Tekanan osmotik larutan yang mengandung 36 gram glukosa (Mr=180) dalam 1 liter larutan
pada suhu 27°C adalah ..... (R = 0,082 L.atm.mol-1K-1).

Jawab:
Diketahui :
m = 36 gram
Mr = 180
V=1L
R = 0,082 L.mol/(atm.K)
T = 27 °C = 27 + 273 = 300 K
Ditanya : π = ?
Penyelesaian :
M = (m/Mr) x (1/V)
M = (36/180) x (1/1) = 36/180 = 0,2 mol/L

π = M.R.T
π = 0,2 x 0,082 x 300
π = 4,92 atm
Jadi tekanan osmotik larutan tersebut adalah 4,92 atm

Sifat Koligatif Larutan Nonelektrolit


Sifat koligatif larutan non elektrolit sangat berbeda dengan Sifat koligatif larutan elektrolit,
disebabkan larutan non elektolit tidak dapat mengurai menjadi ion-ion nya. Maka Sifat
koligatif larutan non elektrolit dapat di hitung dengan menghitung tekanan uap, titik didih,
titik beku, dan tekanan osmosis. Menurut hukum sifat koligatif, selisih tekanan uap, titik
beku, dan titik didih suatu larutan dengan tekanan uap, titik beku, dan titik didih pelarut
murninya, berbanding langsung dengan konsentrasi molal zat terlarut. Larutan yang bisa
memenuhi hukum sifat koligatif ini disebut larutan ideal. Kebanyakan larutan mendekati
ideal hanya jika sangat encer. Meskipun sifat koligatif melibatkan larutan, sifat koligatif tidak
bergantung pada interaksi antara molekul pelarut dan zat terlarut, tetapi bergatung pada
jumlah zat terlarut yang larut pada suatu larutan. Sifat koligatif terdiri dari penurunan tekanan
uap, kenaikan titik didih, penurunan titik beku, dan tekanan osmotik

Sifat Koligatif Larutan Elektrolit


Larutan elektrolit memperlihatkan sifat koligatif yang lebih besar dari hasil perhitungan
dengan persamaan untuk sifat koligatif larutan nonelektrolit di atas. Perbandingan antara sifat
koligatif larutan elektrolit yang terlihat dan hasil perhitungan dengan persamaan untuk sifat
koligatif larutan non elektrolit, menurut Van’t Hoff besarnya selalu tetap dan diberi simbol i
(i = tetapan atau faktor Van’t Hoff ). Dengan demikian dapat dituliskan: i = sifat koligatif
larutan eklektrolit dengan kosentrasi m / sifat koligatif larutan nonelektrolit dengan kosentrasi
m

Keterangan:
n = jumlah seluruh ion zat elektrolit (baik yang + maupun -)
α = derajat ionisasi larutan elektrolit (untuk elektrolit kuat α = 1)

Semakin kecil konsentrasi larutan elektrolit, harga i semakin besar, yaitu semakin mendekati
jumlah ion yang dihasilkan oleh satu molekul senyawa elektrolitnya. Untuk larutan encer,
yaitu larutan yang konsentrasinya kurang dari 0,001 m, harga i dianggap sama dengan
jumlah ion.
Asam dan Basa.

A. PENGERTIAN ASAM DAN BASA


Kata “asam” berasal dari bahasa Latin “acidus” yang berarti masam. Asam adalah suatu zat
yang dapat memberi proton (ion H+) kepada zat lain (yang disebut basa), atau dapat
menerima pasangan elektron bebas dari suatu basa. Atau Asam adalah zat (senyawa) yang
menyebabkan rasa masam pada berbagai materi. Contoh asam : jeruk nipis, lemon, dan
tomat. Basa adalah senyawa kimia yang menyerap ion hidronium ketika dilarutkan dalam air.
Basa memiliki pH lebih besar dari 7. Atau Basa adalah zat (senyawa) yang dapat bereaksi
dengan asam, menghasilkan senyawa yang disebut garam. Contoh basa : sabun mandi, sabun
cuci, sampo, pasta gigi, pupuk, obat mag. Secara kimia, asam dan basa saling berlawanan.

Asam dan basa sangat erat kaitannya dalam kehidupan kita, didalam tubuh manusia juga
terdapat keseimbangan asam basa untuk beradaptasi dan tetap menjaga fungsinya dengan
baik. Contohnya saja seperti asam lambung yang dapat membunuh mikroorganisme yang
terdapat pada makanan yang kita konsumsi. Begitu juga dengan gaya hidup kita sehari-hari
sangat sering dihadapkan dengan asam basa tersebut, seperti asam cuka, minuman bersoda,
jeruk, aki bersifat asam. Sedangkan sabun dan bahan pembuatan pupuk yang bersifat basa.
Beberapa hewan tertentu juga mempertahankan diri dengan menghasilkan basa, seperti
sengatan tawon.

C. SIFAT ASAM DAN BASA


1. Sifat-sifat asam yaitu :

 Rasanya masam/asam
 Bersifat korosif atau merusak
 Bila dilarutkan dalam air dapat menghasilkan ion H+ atau ion ion hidrogen dan ion
sisa asam yang bermuatan negatif. Peristiwa terurainya asam menjadi ion-ion dapat di
tuliskan sebagai berikut:

HA (aq)  H+ (aq) + A- (aq)


 Bila diuji dengan indikator kertas lakmus biru dapat mengubah lakmus tersebut
menjadi merah. Sedangkan jika diuji dengan indikator kertas lakmus yang berwarna
merah, kertas lakmus tersebut tidak akan berubah warna. Indikator adalah suatu alat
untuk menunjukkan suatu zat apakah bersifat asam maupun basa.

2. Sifat-sifat basa yaitu:

 Rasanya pahit
 Bersifat kaustik atau dapat merusak kulit
 Bila dilarutkan dalam air dapat menghasilkan ion OH- atau ion hidroksil dan ion
logam atau gugus lain yang bermuatan negatif. Apabila ion OH- hampir seluruhnya
dilepaskan atau ionisasinya sempurna, maka termasuk basa kuat atau dikatakan
memiliki derajat keasaman yang rendah dan begitu juga sebaliknya. Secara umum
peristiwa peruraian basa menjadi ion-ion dapat dituliskan sebagai berikut:

BOH (aq)  B+ (aq) + OH- (aq)

 Bila diuji dengan indikator yang berupa lakmus merah, maka akan mengubah warna
lakmus tersebut menjadi warna biru, sedangkan dengan kertas lakmus biru, tidak akan
mengubah warna kertas lakmus tersebut.

E. KESEIMBANGAN ASAM DAN BASA


Keseimbangan asam dan basa terdapat pada beberapa makhluk hidup, contohnya saja
manusia. Keseimbangan asam basa adalah homeostasis dari kadar hidrogen didalam tubuh.
Kadar normal ion hidrogen (H) didalam darah yaitu 4x10-8 atau dengan pH = 7,4.
Keseimbangan ini penting untk mengendalikan afinitas Hb terhadap O2 (kemampuan
mengikat), yang mana ketika terjadi gangguan keseimbangan asam dan basa di dalam tubuh,
maka akan mengganggu beberapa sistem seperti pernafasan dan pencernaan

Keadaan dimana konsentrasi ion hidrogen atau pH terlalu tinggi, disebut dengan asidosis,
sendangkan keadaan yang mana konsentrasi ion hidrogen atau pH terlalu rendah disebut
dengan alkalosis. Agar tidak terjadi dua kelainan tersebut maka diperlukan pengatur khusus,
yaitu:
 Sistem penyangga (buffer) asam-basa yang segera bergabung dengan asam atau basa
yang kemudian akan mencegah terjadinya perubahan pH atau konsentrasi ion
hidrogen yang berlebihan.
 Apabila konsentrasi ion hidrogen berubah, maka pusat pernafasan di otak akan
teransang atau terstimulasi untuk mengubah kecepatan pernafasan pada paru-paru,
yang akan mengakibatkan perubahan kecepatan pengeluaran karbondioksida dari
tubuh sehingga akan membuat konsentrasi ion hidrogen kembali normal.
 Perubahan konsentrasi ion hidrogen juga akan menyebabkan ginjal mengeluarkan urin
yang bersifat asam atau basa tergantung senyawa apa yang berlebih, sehingga
membantu konsentrasi ion hidrogen didalam cairan tubuh kembali nomal.
 Sistem buffer ini dapat bekerja dalam sepersekian detik untuk mencegah perubahan
konsentrasi ion hidrogen secara berlebihan. Sebaliknya sistem pernafasan
membutuhkan waktu 1-3 menit untuk menyesuaikan kembali konsentrasi ionhidrogen
setelah terjadinya perubahan mendadak. Kemudian ginjal yang merupakan komponen
pengatur asam-basa yang paling kuat, memerlukan waktu beberapa jam hingga lebih
dari 24 jam untuk menyesuaikan kembali konsentrasi ion hidrogen tersebut.

F. KEKUATAN ASAM DAN BASA


Suatu asam atau basa disebut kuat jika terurai sempurna (atau mendekati sempurna) di dalam
air, kekuatan ini disebut juga dengan kekuatan ionisasi.

Beberapa contoh asam kuat yaitu: HCl, HBr, H2SO4, HNO3, HI, HIO4, dan HbrO4.
Sedangkan beberapa contoh basa kuat yaitu: NAOH (natrium hidroksida), KOH (kalium
hidroksida), Ba(OH)2 dan juga yang berasal dari golongan alkali (golongan IA) seperti Na
dan K, dan logam alkali tanah (golongan IIA) seperti Mg, dan Ca.

Asam dan basa yang lemah tidak akan terurai atau terionisasi secara sempurna ketika
dilarutkan kedalam air. Contohnya asam lemah seperti HA. Sedangkan basa lemah contohnya
adalah NH4OH (ammonium hidroksida)

Anda mungkin juga menyukai