Dosen Pengampu:
Drs. Faridi, M.Si
Disusun Oleh:
PRODI TARBIYAH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
TAHUN 2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat dan
kasih- Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah Belajar dan Pembelajaran yang
berjudul “Nilai-Nilai Demokrasi Dalam Kristen”. Didalam makalah ini
menjelaskan tentang bagaiman nilai-nilai demokrasi menurut iman kristen.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan membantu teman-
teman dalam memahami mata kuliah studi agama dan dapat menambah wawasan
serta bermanfaat didalam kehidupan sehari-hari. Akhir kata, kritik dan saran dari
teman-teman sangat kami harapkan demi kemajuan dan kesempurnaan makalah ini.
Malang, 28
Oktober 2016
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demokrasi sebagai satu gejala masyarakat yang berhubungan erat dengan
perkembangan negara, mempunyai sifat yang berjenis-jenis, masing-masing
terlihat dari sudut kemasyarakatan yang ditinjaunya.
Dalam iman Kristen, demokrasi memiliki makna ketika kasih menjadi
motivasi dan keadilan menjadi tujuan.Tradisi Kristen menekankan bahwa
setiap manusia memiliki martabat untuk menjadi seorang pelaku moral yang
bebas. Kebebasan itu diungkapakan dalam bentuk keputusan dan tindakan
pribadi yang memungkinkan kehidupan bersama dapat berlangsung. Di
samping itu juga manusia memiliki martabat sebagai seorang pekerja (pelayan)
yang memungkinkan kehidupan bersama menjadi nyata. Menurut iman
Kristen, kasih dapat dinyatakan bila setiap orang memberikan dirinya bagi
pelayanan dalam masyarakat.
Setiap orang Kristen wajib berperan aktif dalam kehidupan demokrasi. Hal
ini dapat diwujudkan antara lain dengan turut berpartisipasi aktif dalam pemilu,
menjadi anggota partai politik, turut serta aktif dalam pengambilan keputusan
yang mengatur kehidupan bersama, dan bentuk-bentuk kegiatan politik
lainnya.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dipaparkan dalam makalah ini
adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian demokrasi?
2. Apa saja bentuk-bentuk demokrasi?
3. Bagaimana demokrasi menurut ajaran kristen?
4. Apakah hak asasi manusia itu?
5. Bagaimana hak asasi manusia menurut kristen?
6. Bagaimana pandangan Kristiani terhadap demokrasi?
7. Bagaimana contoh demokrasi dalam Alkitab?
8. Bagaimana persinggungan nilai-nilai demokrasi dan ajaran
Kristiani?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui pengertian demokrasi
2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk sistem demokrasi
3. Untuk mengetahui sistem demokrasi yang dianut oleh ajaran Kristen
4. Untuk mengetahui pengertian Hak Asasi Manusia (HAM)
5. Untuk mengetahui HAM menurut agama Kristen
6. Untuk mengetahui pandangan Kristiani terhadap demokrasi
7. Untuk mengetahui contoh demokrasi yang terdapat dalam Alkitab
8. Untuk mengetahui persinggungan dan nilai demokrasi apa saja yang
terdapat pada agama Kristen
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Demokrasi
Demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan politik yang
kekuasaan pemerintahannya berasal dari rakyat, baik secara langsung atau
melalui perwakilan. Istilah ini berasal dari bahasa Yunani dēmokratía
"kekuasaan rakyat", yang dibentuk dari kata dêmos "rakyat" dan (Kratos)
"kekuasaan".1
Secara etimologi, demokrasi berasal dari bahasa Yunani,
(demokratia), yang berarti “kekuasaan rakyat.”2 Demokrasi dapat diartikan
sebagai kekuasaan yang diselenggarakan oleh sebagian besar rakyat, baik
secara langsung maupun melalui perwakilan yang dipilih oleh rakyat.
Sistem demokrasi berbeda dengan sistem monarki maupun sistem
aritokrasi. Sistem pemerintahan monarki memberikan kekuasaan hanya
oada satu individu saja, sedangkan sistem pemerintahan aristokrasi
menyerahkan pemerintahan untuk diatur oleh segelintir orang dari
kelompok elit yang dianggao memiliki keistimewaan.
Menurut Saut Sirait, “prinsio yang mendasari demokrasi adalah
kesadaran tentang adanya kecakapan yang berbeda dan keyakinannya
bahwa tidak semua orang dapat memerintah.”3
Dalam sistem demokrasi, rakyat memiliki kedaulatan penuh untuk
menentukan dan mengatur sendiri kehidupan mereka. Definisi demokrasi
yang secara luas dikenal oleh masayarakat adalah seperti definisi yang
disampaikan oleh Abraham Lincoln, “the government of the people, by the
people and for the people”. Demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat,
oleh rakyat dan untuk rakyat. Sedangkan Ir. Joko Widodo, dalam depat
1
Jokowi, demokrasi adalah mendengarkan suara rakyat” http://tribunnewa.com/pemilu-
2014/2014/06/10/jokowi-demokrasi-adalah mendengarkan-suara -rakyat. Jum’at 28
Oktober 2016 5.27 WIB.
2
“Demokrasi”, http://id.wikipedia.org/wiki/Demokrasi
3
Saut Sirait, Politik Kristen di Indonesia Suatu Tinjauan Etis (Jakarya: BPK Gunung Mulia,
2011), hlm. 34,
capres 2014, mendefinisikan demokrasi sebagai mendengarkan suara
rakyat, dan melaksanakannya.4 Dengan demikian yang menjadi pusat dari
demokrasi adalah rakyat itu sendiri.
Demokrasi adalah pelaksanaan kedaulatan penuh di tangan rakyat.
Namun demikian, tidak serta merta bahwa rakyat memegang kebebasan
yang mutlak. Kebebasan secara mutlak hanya akan berakibat pada
terjadinya anarkisme atau yang lebih dikenal sebagai tirani mayoritas
dimana kelompok mayoritas akan bertindak sewenang-wenang, karena
demokrasi diartikan sebagai kekuasaan di tangan rakyat mayoritas semata.
Demokrasi di dalamnya mengandung prinsip-prinsip yang harus
ditegakkan, sehingga terwujud suatu sistem pemerintahan bagi kebaikan
dan kesejahteraan rakyat secara kseluruhan.
Franz Magnis-Suseno mengemukakan prinsip-prinsip dasar negara
demokrasi yang disebutnya dalam lima gugus ciri hakiki negara dalam
demokratis, yaitu: negara hukum, pemerintah yang di bawah kontrol
masyarakat, pemilihan umum yang bebas, prinsip mayoritas, dan adanya
jaminan terhadap hak-hak demokratis.5
Hukum merupakan suatu prinsip yang fundamental dalam suatu
negara, bukan hanya negara demokrasi saja namun juga dalam bentuk
negara lainnya seperti monarki atau aristokrasi. Perbedaan hukum di negara
demokrasi dengan negara yang menganut bentuk pemerintahan selain
demokrasi adalah bahwa di negara demokrasi setiap warga negara memiliki
kedudukan yang sama di depan hukum.
Hukum dalam negara demokrasi menjamin hak-hak asasi warga
negara. Pemerintah yang terpilih tidak akan dapat bertindak sewenang-
wenang, dan sebaliknya rakyat juga tidak dapat dihukum tanpa alasan yang
jelas. Oleh sebab itu ada pemisahan antara kekuasaan legislatif, eksekutif
dan yudikatif. Legislatif adalah lembaga yang berisi perwakilah rakyat
4
“Jokowi: Demokrasi adalah mendengarkan suara rakyat”, http://www/tribunnews.com/pemilu-
2014/2014/06/10/jokowi-demokrasi-adalah-mendengar-suara-rakyat, Selasa, 25 Oktober 2016
5
Franz Magnis-Suseno SJ, Mencari Sosok Demokrasi: Sebuah Telaah Filosofis (Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 1995), hlm. 58.
untuk merancang hukum, eksekutif adalah lembaga yang menjalankan
hukum, sedangkan yudikatif berperan menjada tegaknya hukum.
Hukum mendistribusikan kekuasaan kepada ketiga lembaga
tersebut, sehingga tidak terjadi kekuasaan hanya ada pada tangan seseorang
atau sekelompok orang saja. Hal tersebut akan menghindarkan terjadinya
penyalahgunaan kekuasaan.
Negara demokrasi juga membuka ruang bagi adanya kontrol
masyarakat terhadap pemerintah. Secara tidak langsung kontrol dari
masyarakat tersebut dijalankan melalui parlemen yang merupaka lembaga
perwakilan rakyat. Di Indonesia, parlemen dapat membuat panitia khusus
untuk menginvestigasi permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam
penyelenggaraan pemerintah. Parlemen juga dibagi dalam dua kelompok,
yaitu kelompok pendukung pemerintah dan kelompok oposisi terhadap
pemerintah. Keberadaan oposisi tersebut adalah untuk mengimbangi
pemerintah agar tidak mengambil kebijakan yang menyimpang oleh karena
kekuasaan yang dipegangnya terlalu besar.
Kontrol secara langsung dari masyarakat terhadap pemerintah atau
para politisi adalah melalui kritik yang disampaikan secara langsung oleh
masyarakat. Dalam negara demokrasi, demonstrasi adalah suatu cara yang
umum dipakai untuk menyampaikan kritik. Warga diberi kebebasan untuk
berunjuk rasa menyampaikan pemikiran mereka sepanjang masih dalam
batas hukum yang berlaku. Kontrol masyarakat, menurut Nazaruddin
Sjamsudin, selain berguna untuk menghindarkan penyalahgunaan
kekuasaan juga merupakan bentuk partisipasi masyarakat dalam politik.6
Pilar penting lainnya dalam negara demokrasi adalah adanya
pemilihan umum (pemilu). Pemilihan umum memang tidak hanya
diselenggarakan di negara demokratis saja, namun demikian ada asas-asas
yang mendasar dari pelaksanaan pemilu yang dapat disebut sebagai pemilu
yang demokratis. Asas pemilu ini disebut luber jurdil (langsung, umum,
bebas, rahasia, jujur dan adil).
6
Nazaruddin Sjamsudin, Dinamika Sistem Politik Indonesia (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 1993), hlm. 187.
Dalam perkembangannya, demokrasi menjadi suatu tatanan yang
diterima dan dipakai oleh hampir seluruh negara di dunia. Ciri-ciri suatu
pemerintahan demokrasi adalah sebagai berikut:
1. Adanya keterlibatan warga negara (rakyat) dalam pengambilan
keputusan politik, baik langsung maupun tidak langsung (perwakilan).
2. Adanya pengakuan, penghargaan, dan perlindungan terhadap hak-hak asasi
rakyat (warga negara).
3. Adanya persamaan hak bagi seluruh warga negara dalam segala bidang.
4. Adanya lembaga peradilan dan kekuasaan kehakiman yang independen
sebagai alat penegakan hukum.
5. Adanya kebebasan dan kemerdekaan bagi seluruh warga negara.
6. Adanya pers (media massa) yang bebas untuk menyampaikan informasi dan
mengontrol perilaku dan kebijakan pemerintah.
7. Adanya pemilihan umum untuk memilih wakil rakyat yang duduk di
lembaga perwakilan rakyat.
8. Adanya pemilihan umum yang bebas, jujur, adil untuk menentukan
(memilih) pemimpin negara dan pemerintahan serta anggota lembaga
perwakilan rakyat.
9. Adanya pengakuan terhadap perbedaan keragamaan (suku, agama,
golongan, dan sebagainya).
2. Bentuk-bentuk Demokrasi
Secara umum bentuk demokrasi ada 2, yaitu
1. Demokrasi langsung
Demokrasi langsung merupakan suatu bentuk demokrasi dimana
setiap rakyat memberikan suara atau pendapat dalam menentukan suatu
keputusan. Dalam sistem ini, setiap rakyat mewakili dirinya sendiri dalam
memilih suatu kebijakan sehingga mereka memiliki pengaruh langsung
terhadap keadaan politik yang terjadi
2. Demokrasi perwakilan
Dalam demokrasi perwakilan, seluruh rakyat memilih perwakilan
melalui pemilihan umum untuk menyampaikan pendapat dan mengambil
keputusan bagi mereka.
3. Demokrasi di Indonesia
Negara Indonesia bertujuan melindungi dan mengsejahterakan
rakyat sesuai dengan pembukaan UUD 1945. Sehingga Indonesia
menetapkan bahwa Indonesia akan menganut sistem demokrasi pancasila.
Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang mengutamakan musyawarah
mufakat. Demokrasi Pancasila merupakan demokrasi konstitusional dengan
mekanisme kedaulatan rakyat dalam penyelenggaraan negara dan
penyelengaraan pemerintahan berdasarkan konstitusi yaitu Undang-undang
Dasar 1945.
7
Andreas A. Yewangoe, Tidak Ada Negara Agama: Satu Nusa, Satu Bangsa (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2011), hlm. 136.
Apakah di Alkitab pernah dicatat bahwa Tuhan menghargai suara
rakyat?, pernahkah suara rakyat mempengaruhi Tuhan di dalam mengambil
ketentuan sehingga Tuhan kemudian mengabulkan suara rakyat ini?. Kalau
Tuhan tidak pernah menghargai rakyat, maka bagaimana kita dapat
menyatakan bahwa Alkitab menyetujui demokrasi. Alkitab pernah satu kali
mencatat hal ini, yaitu ketika orang Israel meminta seorang raja memerintah
mereka (1 Sam 8:22). Bukankah ketika rakyat Israel meminta seorang raja,
itu merupakan suatu bentuk demokrasi?
Permintaan orang Israel ini membuat Samuel sedih karena orang
Israel telah menolak Tuhan sebagai raja. Pada waktu itu ia mengadukan hal
ini kepada Tuhan, Tuhan tidak memerintahkan supaya menindas dan
menggilas orang Israel. Tuhan justru berkata agar Samuel jangan sedih, dan
supaya ia mengabulkan permintaan mereka. Di sinilah satu satunya kita
melihat bahwa Tuhan menghargai demokrasi.
Tuhan menghormati hak asasi manusia, bahkan Ia terkadang
menghargai hak manusia untuk melawan Tuhan. Manusia diberikan hak
kebebasan oleh Tuhan termasuk kemungkinan untuk melawan Tuhan. Itu
adalah hak yang diberikan oleh Tuhan. Sebagaimana seorang bapa
mengabulkan permintaan anak yang terhilang, yang menggunakan haknya
untuk melawan bapanya. Ia hanya mau harta dan tidak mau bapanya.
Demikian halnya manusia hanya mau anugerah, tetapi tidak mau Tuhan.
Anak itu pergi dengan hak asasi manusia, dan setelah menghamburkan
semuanya, ia akhirnya menjadi penjaga babi.
Waktu itu, ia baru sadar bahwa tidak seharusnya ia berada di dalam
kondisi semacam itu. Ia memutuskan untuk kembali ke rumah. Ketika
pulang, seharusnya ia tidak lagi mempunyai hak sebagai anak, karena hak
itu sudah ia ambil dan habiskan. Ia sendiri menyadari bahwa ia sudah tidak
mempunyai hak, sehingga ia berkata, “Bapa, aku telah berdosa terhadap
Sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa” (Luk
15:21). Tetapi ayah itu berkata, “Lekaslah bawa kemari jubah yang terbaik,
pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu
pada kakinya. Dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dan
marilah kita makan dan bersukacita. Sebab anakku ini telah mati dan
menhadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali” (Luk 15:22-
24). Walaupun kita pernah menginjak nginjak hak yang Tuhan berikan
kepada kita, tetapi ketika kita kembali, Tuhan tetap memberikan hak kepada
kita.
Di sini kita dapat melihat bahwa Tuhan bukan dictator, dan Ia tidak
menindas semua yang melawanNya. Tetapi, waktu kita memakai hak asasi
manusia untuk melawan Tuhan, maka itu berarti kita sedang membunuh hak
asasi kita sendiri, karena hak asasi kita hanya dapat terjamin di dalam tangan
Tuhan saja.
Ketika rakyat Israel menggunakan kuasa rakyat untuk menuntut
seorang raja, itu berarti mereka sedang meminta untuk menegakkan seorang
raja yang kemudian akan membunuh rakyat. Justru setelah mereka memakai
demokrasi, orang Israel kehilangan demokrasinya. Tuhan menyuruh
Samuel memberitahukan kepada orang Israel bahwa permintaan mereka itu
justru akan mengikat mereka (1 Sam 8:10-18). Di sini kita melihat adanya
suatu prinsip yang penting: Kebebasan diberikan kepada manusia, tetapi
juga disusul oleh peringatan.8
8
http://divinelife12.blogspot.co.id/2014/09/contoh-demokrasi-dalam-alkitab.html?m=1. Diakses
tanggal 25 Oktober 2016
sejarah. Baik sistem monarki atau kekaisaran, totalitarian, sosial-komunis
dan demokrasi, sudah dihadapi oleh gereja dan terbukti gereja dapat tetap
bertahan. Bukankah justru oleh ‘darah para martir gereja semakin maju?’
Lalu, mengapa kita mempersoalkan sistem politik, seperti demokrasi atau
tidak demokrasi? Biarlah gereja mengikuti konteksnya masing-masing.
Sekalipun pandangan pada paragraf di atas ada baiknya, namun dari banyak
sisi harus ditolak. Karena sistem politik sangat menentukan perlakuan
negara terhadap warga negara, maka sistem politik tidak boleh direlatifkan
begitu saja, menurut kemauan setiap orang. Anggota gereja adalah juga
warga negara yang seharusnya berpar-tisipasi karena juga berhak untuk
memikirkan sistem politik yang harus dianut oleh masyarakat di mana
mereka hidup. Oleh sebab itu, demokrasi harus didukung pelak-sanaannya
karena memiliki beberapa kelebihan. Salah satunya adalah karena
demokrasi mengakui ‘kebebasan’ manusia, sebagaimana terdapat dalam
Deklarasi WCC tahun 1948, yang mengakui bahwa bahwa manusia
diciptakan sebagai makhluk yang bebas dan memiliki tanggung jawab
kepada Tuhan dan sesamanya.9
9
http://reformata.com/news/view/4366/persinggungan-nilai-nilai-demokrasi-dan-ajaran-kristiani
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Demokrasi merupakan sistem kekuasaan yang semakin popular di era
modern ini. Demokrasi adalah sistem kedaulatan rakyat, di mana rakyat yang
memegang kedaulatan tertinggi untuk mengatur dan menentukan jalannya
kehidupan bernegara. Dalam sejarah politik Indonesia, demokrasi sudah diterapkan
sejak kemerdekaan, dan pada kenyataannya adalah merupakan sistem yang
didukung oleh umat Kristen. Umat Kristen bahkan berpartisipasi aktif untuk
mendorong dan memajukan demokrasi. Namun demikian diperlukan suatu kajian
sejauh mana seharusnya umat Kristen terlibat dalam demokrasi.
Kajian yang dilakukan adalah meliputi apakah prinsip-prinsip demokrasi itu
sebenarnya, bagaimanakah pandangan Alkitab sebagai sumber kebenaran bagi
umat Kristiani, terhadap demokrasi, dan bagaimana juga pandangan tokoh-tokoh
Kristen terhadap demokrasi. Hasilnya disimpulkan bahwa umat Kristen patut untuk
mendorong penerapan demokrasi karena prinsip utama demokrasi adalah
perlindungan terhadap hak asazi manusia maupun terhadap keberagamaan. Namun
mengenai prinsip mayoritas dalam demokrasi, umat Kristen tetap harus bersikap
kritis, bahwa suara mayoritas tidak selalu merupakan kebenaran.
Saran
Melihat kejadian-kejadian seperti diatas pemerintah harus lebih transparan
pada penerapan demokrasi di Indonesia. Selain itu, perlunya toleransi umat
beragama. Fanatisme terhadap kepercayaan pribadi tidak bisa dipaksakan pada
orang lain. Karena itu, negara wajib melindungi pemeluk agama. Karena itu, negara
tidak boleh mentolerir pengerusakan tempat ibadah. Negara harus menindak tanpa
pandang bulu. Baik kekerasan yang mengatasnamakan agama dan pelanggaran
HAM.
Oleh sebab itu negara harus memiliki komitmen terhadap HAM. Maka
pemerintah sebagai penyelenggara negara harus mencegah dan menentang setiap
pelanggaran hal-hal di atas. Karena penegakan HAM salah satu fondasi dari pilar
demokrasi. Dan ketegasan negara sebagai pemilik otoritas mengadili seadil-adilnya
bagi mereka yang memaksakan kehendak terhadap agama lain. Hal ini harus
direalisasikan negara, jika tidak penegakan HAM tidak pernah akan ada atau malah
tetap sebagai negara demokrasi abu-abu. Hak menganut agama merupakan
kebebasan mengembangkan agamanya, bahkan mendirikan sekte (aliran) baru
harus dilindungi negara. Karena itu krustitusi negara harus menjamin kebebasan
untuk semua orang.
DAFTAR PUSTAKA
“Demokrasi”, http://id.wikipedia.org/wiki/Demokrasi
“Jokowi: Demokrasi adalah mendengarkan suara rakyat”,
http://www/tribunnews.com/pemilu-2014/2014/06/10/jokowi-demokrasi-adalah-
mendengar-suara-rakyat,
Andreas A. Yewangoe, Tidak Ada Negara Agama: Satu Nusa, Satu Bangsa
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011)
Franz Magnis-Suseno SJ, Mencari Sosok Demokrasi: Sebuah Telaah Filosofis
(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1995)
http://divinelife12.blogspot.co.id/2014/09/contoh-demokrasi-dalam-
alkitab.html?m=1
http://reformata.com/news/view/4366/persinggungan-nilai-nilai-demokrasi-dan-
ajaran-kristiani
Nazaruddin Sjamsudin, Dinamika Sistem Politik Indonesia (Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 1993)
Saut Sirait, Politik Kristen di Indonesia Suatu Tinjauan Etis (Jakarya: BPK
Gunung Mulia, 2011)