Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

, NILAI-NILAI DEMOKRASI DALAM KRISTEN

Diajukan Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah


STUDI AGAMA-AGAMA

Dosen Pengampu:
Drs. Faridi, M.Si

Disusun Oleh:

Astrid Nirmalasari Sutikno (201310010311001)


Dimas Ramadhani Kurniawan (2013100103110
Gufran (2013100103110
M. Taqiuddin Akram (201310010311010)
Marga Kusuma (201310010311017)
Putri Septiana Ilahaniah (201310010311058)
`

PRODI TARBIYAH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
TAHUN 2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat dan
kasih- Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah Belajar dan Pembelajaran yang
berjudul “Nilai-Nilai Demokrasi Dalam Kristen”. Didalam makalah ini
menjelaskan tentang bagaiman nilai-nilai demokrasi menurut iman kristen.

Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan membantu teman-
teman dalam memahami mata kuliah studi agama dan dapat menambah wawasan
serta bermanfaat didalam kehidupan sehari-hari. Akhir kata, kritik dan saran dari
teman-teman sangat kami harapkan demi kemajuan dan kesempurnaan makalah ini.

Malang, 28
Oktober 2016

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demokrasi sebagai satu gejala masyarakat yang berhubungan erat dengan
perkembangan negara, mempunyai sifat yang berjenis-jenis, masing-masing
terlihat dari sudut kemasyarakatan yang ditinjaunya.
Dalam iman Kristen, demokrasi memiliki makna ketika kasih menjadi
motivasi dan keadilan menjadi tujuan.Tradisi Kristen menekankan bahwa
setiap manusia memiliki martabat untuk menjadi seorang pelaku moral yang
bebas. Kebebasan itu diungkapakan dalam bentuk keputusan dan tindakan
pribadi yang memungkinkan kehidupan bersama dapat berlangsung. Di
samping itu juga manusia memiliki martabat sebagai seorang pekerja (pelayan)
yang memungkinkan kehidupan bersama menjadi nyata. Menurut iman
Kristen, kasih dapat dinyatakan bila setiap orang memberikan dirinya bagi
pelayanan dalam masyarakat.
Setiap orang Kristen wajib berperan aktif dalam kehidupan demokrasi. Hal
ini dapat diwujudkan antara lain dengan turut berpartisipasi aktif dalam pemilu,
menjadi anggota partai politik, turut serta aktif dalam pengambilan keputusan
yang mengatur kehidupan bersama, dan bentuk-bentuk kegiatan politik
lainnya.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dipaparkan dalam makalah ini
adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian demokrasi?
2. Apa saja bentuk-bentuk demokrasi?
3. Bagaimana demokrasi menurut ajaran kristen?
4. Apakah hak asasi manusia itu?
5. Bagaimana hak asasi manusia menurut kristen?
6. Bagaimana pandangan Kristiani terhadap demokrasi?
7. Bagaimana contoh demokrasi dalam Alkitab?
8. Bagaimana persinggungan nilai-nilai demokrasi dan ajaran
Kristiani?

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui pengertian demokrasi
2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk sistem demokrasi
3. Untuk mengetahui sistem demokrasi yang dianut oleh ajaran Kristen
4. Untuk mengetahui pengertian Hak Asasi Manusia (HAM)
5. Untuk mengetahui HAM menurut agama Kristen
6. Untuk mengetahui pandangan Kristiani terhadap demokrasi
7. Untuk mengetahui contoh demokrasi yang terdapat dalam Alkitab
8. Untuk mengetahui persinggungan dan nilai demokrasi apa saja yang
terdapat pada agama Kristen
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Demokrasi
Demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan politik yang
kekuasaan pemerintahannya berasal dari rakyat, baik secara langsung atau
melalui perwakilan. Istilah ini berasal dari bahasa Yunani dēmokratía
"kekuasaan rakyat", yang dibentuk dari kata dêmos "rakyat" dan (Kratos)
"kekuasaan".1
Secara etimologi, demokrasi berasal dari bahasa Yunani,
(demokratia), yang berarti “kekuasaan rakyat.”2 Demokrasi dapat diartikan
sebagai kekuasaan yang diselenggarakan oleh sebagian besar rakyat, baik
secara langsung maupun melalui perwakilan yang dipilih oleh rakyat.
Sistem demokrasi berbeda dengan sistem monarki maupun sistem
aritokrasi. Sistem pemerintahan monarki memberikan kekuasaan hanya
oada satu individu saja, sedangkan sistem pemerintahan aristokrasi
menyerahkan pemerintahan untuk diatur oleh segelintir orang dari
kelompok elit yang dianggao memiliki keistimewaan.
Menurut Saut Sirait, “prinsio yang mendasari demokrasi adalah
kesadaran tentang adanya kecakapan yang berbeda dan keyakinannya
bahwa tidak semua orang dapat memerintah.”3
Dalam sistem demokrasi, rakyat memiliki kedaulatan penuh untuk
menentukan dan mengatur sendiri kehidupan mereka. Definisi demokrasi
yang secara luas dikenal oleh masayarakat adalah seperti definisi yang
disampaikan oleh Abraham Lincoln, “the government of the people, by the
people and for the people”. Demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat,
oleh rakyat dan untuk rakyat. Sedangkan Ir. Joko Widodo, dalam depat

1
Jokowi, demokrasi adalah mendengarkan suara rakyat” http://tribunnewa.com/pemilu-
2014/2014/06/10/jokowi-demokrasi-adalah mendengarkan-suara -rakyat. Jum’at 28
Oktober 2016 5.27 WIB.
2
“Demokrasi”, http://id.wikipedia.org/wiki/Demokrasi
3
Saut Sirait, Politik Kristen di Indonesia Suatu Tinjauan Etis (Jakarya: BPK Gunung Mulia,
2011), hlm. 34,
capres 2014, mendefinisikan demokrasi sebagai mendengarkan suara
rakyat, dan melaksanakannya.4 Dengan demikian yang menjadi pusat dari
demokrasi adalah rakyat itu sendiri.
Demokrasi adalah pelaksanaan kedaulatan penuh di tangan rakyat.
Namun demikian, tidak serta merta bahwa rakyat memegang kebebasan
yang mutlak. Kebebasan secara mutlak hanya akan berakibat pada
terjadinya anarkisme atau yang lebih dikenal sebagai tirani mayoritas
dimana kelompok mayoritas akan bertindak sewenang-wenang, karena
demokrasi diartikan sebagai kekuasaan di tangan rakyat mayoritas semata.
Demokrasi di dalamnya mengandung prinsip-prinsip yang harus
ditegakkan, sehingga terwujud suatu sistem pemerintahan bagi kebaikan
dan kesejahteraan rakyat secara kseluruhan.
Franz Magnis-Suseno mengemukakan prinsip-prinsip dasar negara
demokrasi yang disebutnya dalam lima gugus ciri hakiki negara dalam
demokratis, yaitu: negara hukum, pemerintah yang di bawah kontrol
masyarakat, pemilihan umum yang bebas, prinsip mayoritas, dan adanya
jaminan terhadap hak-hak demokratis.5
Hukum merupakan suatu prinsip yang fundamental dalam suatu
negara, bukan hanya negara demokrasi saja namun juga dalam bentuk
negara lainnya seperti monarki atau aristokrasi. Perbedaan hukum di negara
demokrasi dengan negara yang menganut bentuk pemerintahan selain
demokrasi adalah bahwa di negara demokrasi setiap warga negara memiliki
kedudukan yang sama di depan hukum.
Hukum dalam negara demokrasi menjamin hak-hak asasi warga
negara. Pemerintah yang terpilih tidak akan dapat bertindak sewenang-
wenang, dan sebaliknya rakyat juga tidak dapat dihukum tanpa alasan yang
jelas. Oleh sebab itu ada pemisahan antara kekuasaan legislatif, eksekutif
dan yudikatif. Legislatif adalah lembaga yang berisi perwakilah rakyat

4
“Jokowi: Demokrasi adalah mendengarkan suara rakyat”, http://www/tribunnews.com/pemilu-
2014/2014/06/10/jokowi-demokrasi-adalah-mendengar-suara-rakyat, Selasa, 25 Oktober 2016
5
Franz Magnis-Suseno SJ, Mencari Sosok Demokrasi: Sebuah Telaah Filosofis (Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 1995), hlm. 58.
untuk merancang hukum, eksekutif adalah lembaga yang menjalankan
hukum, sedangkan yudikatif berperan menjada tegaknya hukum.
Hukum mendistribusikan kekuasaan kepada ketiga lembaga
tersebut, sehingga tidak terjadi kekuasaan hanya ada pada tangan seseorang
atau sekelompok orang saja. Hal tersebut akan menghindarkan terjadinya
penyalahgunaan kekuasaan.
Negara demokrasi juga membuka ruang bagi adanya kontrol
masyarakat terhadap pemerintah. Secara tidak langsung kontrol dari
masyarakat tersebut dijalankan melalui parlemen yang merupaka lembaga
perwakilan rakyat. Di Indonesia, parlemen dapat membuat panitia khusus
untuk menginvestigasi permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam
penyelenggaraan pemerintah. Parlemen juga dibagi dalam dua kelompok,
yaitu kelompok pendukung pemerintah dan kelompok oposisi terhadap
pemerintah. Keberadaan oposisi tersebut adalah untuk mengimbangi
pemerintah agar tidak mengambil kebijakan yang menyimpang oleh karena
kekuasaan yang dipegangnya terlalu besar.
Kontrol secara langsung dari masyarakat terhadap pemerintah atau
para politisi adalah melalui kritik yang disampaikan secara langsung oleh
masyarakat. Dalam negara demokrasi, demonstrasi adalah suatu cara yang
umum dipakai untuk menyampaikan kritik. Warga diberi kebebasan untuk
berunjuk rasa menyampaikan pemikiran mereka sepanjang masih dalam
batas hukum yang berlaku. Kontrol masyarakat, menurut Nazaruddin
Sjamsudin, selain berguna untuk menghindarkan penyalahgunaan
kekuasaan juga merupakan bentuk partisipasi masyarakat dalam politik.6
Pilar penting lainnya dalam negara demokrasi adalah adanya
pemilihan umum (pemilu). Pemilihan umum memang tidak hanya
diselenggarakan di negara demokratis saja, namun demikian ada asas-asas
yang mendasar dari pelaksanaan pemilu yang dapat disebut sebagai pemilu
yang demokratis. Asas pemilu ini disebut luber jurdil (langsung, umum,
bebas, rahasia, jujur dan adil).

6
Nazaruddin Sjamsudin, Dinamika Sistem Politik Indonesia (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 1993), hlm. 187.
Dalam perkembangannya, demokrasi menjadi suatu tatanan yang
diterima dan dipakai oleh hampir seluruh negara di dunia. Ciri-ciri suatu
pemerintahan demokrasi adalah sebagai berikut:
1. Adanya keterlibatan warga negara (rakyat) dalam pengambilan
keputusan politik, baik langsung maupun tidak langsung (perwakilan).
2. Adanya pengakuan, penghargaan, dan perlindungan terhadap hak-hak asasi
rakyat (warga negara).
3. Adanya persamaan hak bagi seluruh warga negara dalam segala bidang.
4. Adanya lembaga peradilan dan kekuasaan kehakiman yang independen
sebagai alat penegakan hukum.
5. Adanya kebebasan dan kemerdekaan bagi seluruh warga negara.
6. Adanya pers (media massa) yang bebas untuk menyampaikan informasi dan
mengontrol perilaku dan kebijakan pemerintah.
7. Adanya pemilihan umum untuk memilih wakil rakyat yang duduk di
lembaga perwakilan rakyat.
8. Adanya pemilihan umum yang bebas, jujur, adil untuk menentukan
(memilih) pemimpin negara dan pemerintahan serta anggota lembaga
perwakilan rakyat.
9. Adanya pengakuan terhadap perbedaan keragamaan (suku, agama,
golongan, dan sebagainya).

2. Bentuk-bentuk Demokrasi
Secara umum bentuk demokrasi ada 2, yaitu
1. Demokrasi langsung
Demokrasi langsung merupakan suatu bentuk demokrasi dimana
setiap rakyat memberikan suara atau pendapat dalam menentukan suatu
keputusan. Dalam sistem ini, setiap rakyat mewakili dirinya sendiri dalam
memilih suatu kebijakan sehingga mereka memiliki pengaruh langsung
terhadap keadaan politik yang terjadi
2. Demokrasi perwakilan
Dalam demokrasi perwakilan, seluruh rakyat memilih perwakilan
melalui pemilihan umum untuk menyampaikan pendapat dan mengambil
keputusan bagi mereka.
3. Demokrasi di Indonesia
Negara Indonesia bertujuan melindungi dan mengsejahterakan
rakyat sesuai dengan pembukaan UUD 1945. Sehingga Indonesia
menetapkan bahwa Indonesia akan menganut sistem demokrasi pancasila.
Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang mengutamakan musyawarah
mufakat. Demokrasi Pancasila merupakan demokrasi konstitusional dengan
mekanisme kedaulatan rakyat dalam penyelenggaraan negara dan
penyelengaraan pemerintahan berdasarkan konstitusi yaitu Undang-undang
Dasar 1945.

Prinsip pokok demokrasi Pancasila adalah sebagai berikut:


1. Perlindungan terhadap hak asasi manusia.
2. Pengambilan keputusan atas dasar musyawarah.
3. Peradilan yang merdeka berarti badan peradilan (kehakiman)
merupakan badan yang merdeka, artinya terlepas dari pengaruh
kekuasaan pemerintah dan kekuasaan lain contoh Presiden, BPK,DPR
atau lainnya.
4. Adana partai politik dan organisasi sosial politik karena berfungsi untuk
menyalurkan aspirasi rakyat.
5. Pelaksanaan Pemilihan Umum.
6. Kedaulatan adalah ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-
Undang Dasar (pasal 1 ayat 2 UUD 1945).
7. Keseimbangan antara hak dan kewajiban.
8. Pelaksanaan kebebasan yang bertanggung jawab secara moral kepada
Tuhan YME, diri sendiri, masyarakat, dan negara ataupun orang lain.
9. Menjunjung tinggi tujuan dan cita-cita nasional.
10. Pemerintahan berdasarkan hukum.

3. Demokrasi Menurut Iman Kristen


Apabila kita berbicara mengenai demokrasi, maka kita tidak dapat
memisahkannya dengan negara. Dalam kisah Penciptaannya, negara
memang tidak disebut. Walaupun demikian, Allah menciptakan manusia
sebagai individu sekaligus mahluk sosial. Setelah manusia jatuh ke dalam
dosa, munculah fenomena yang lain. Di dalam kejadian 11 kita membaca
tentang kelahiran bangsa-bangsa. Kisah ini segera diikuti oleh kejadian 12
mengenai pemilihan Abraham. Di bagian ini dikatakan bahwa Allah akan
membentuk sebuah bangsa yang besar, bangsa plihan Allah sendiri. Tetapi,
Israel kemudian tidak disebut sebagai “bangsa”, tetapi sebagai “umat”.
“Umat” menekankan kasamaan kedudukan antara manusia, yang satu tidak
menguasai yang lain sebab semuanya diikat oleh ketaatan kepada Allah saja.
Dengan demikian, para ahli perjanjian Lama menyimpulkan bahwa “umat”
adalah sebuah masyarakat teokratis yang demokratis.
Dari uraian mengenai bangsa Israel, kita mengetahui bahwa pada
awalnya pemerintahan teokratis yang dipimpin Allah mengandung gaya
demokrasi. Kuncinya adalah di dalam sistem pemerintahan tersebut terdapat
kesamaan kedudukan antar-manusia dan tidak ada yang saling menguasai.
Inilah prinsip demokrasi. Inilah juga yang menjadi prinsip kristiani. Selama
berabad-abad para politikus, flsuf, dan rohaniawan setuju bahwa
kekristenan ibarat ibu yang melahirkan sistem demokrasi. Kekristenan
memberi dasar konsep imago Dei dalam diri setiap manusia. Demokrasi
mengaturnya dan mengakui persamaannya pada diri setiap manusia.
Gregory Vlastos menjelaskan bahwa ada hubungan iman Kristen
dan demokrasi. Dalam iman Kristen, demokrasi memiliki makna ketika
kasih manjadi motivasi dan keadilan menjadi tujuan.
Tradisi Kristen menekankan bahwa setiap manusia memiliki
martabat untuk menjadi seorang pelaku moral yang bebas. Kebebasan itu
diungkapakan dalam bentuk keputusan dan tindakan pribadi yang
memungkinkan kehidupan bersama dapat berlangsung. Di samping itu juga
manusia memiliki martabat sebagai seorang pekerja (pelayan) yang
memungkinkan kehidupan bersama menjadi nyata. Menurut iman Kristen,
kasih dapat dinyatakan bila setiap orang memberikan dirinya bagi pelayanan
dalam masyarakat.
Berdasarkan hal di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa setiap
orang Kristen wajib berperan aktif dalam kehidupan demokrasi. Hal ini
dapat diwujudkan antara lain dengan turut berpartisipasi aktif dalam pemilu,
menjadi anggota partai politik, turut serta aktif dalam pengambilan
keputusan yang mengatur kehidupan bersama, dan bentuk-bentuk kegiatan
politik lainnya.
Memang, haruslah diakui bahwa dalam pengambilan keputusan
yang mengatur kehidupan bersama. Iman Kristen menegaskan bahwa
semua kuasa berasal dan hanya milik Allah. Kuasa adalah pemberian Allah
yang harus dipertanggungjawabkan dalam pelayanan masyarakat. Oleh
karena itu, setiap orang Kristen yang terlibat dalam berbagai kegiatan politik
wajib menyuarakan suara kenabian. Suara kenabian itu didasarkan pada
nilai-nilai universal, yaitu: menegakkan keadilan, menyatakan kebenaran,
menghormati kebebasan yang bertanggung jawab, memperjuangkan
kesetaraan, dan mempraktikan kasih terhadap semua orang.
Kelemahan yang selama ini terjadi adalah orang Kristen cenderung
menghidari keterlibatan dalam aktivitas yang “berbau” politik. Politik
hanya dianggap sebagai urusan orang-orang tertentu saja, yang terlibat di
partai politik ( anggota DPR/DPRD ), atau pemerintah. Warga gereja
lainnya merasa sudah cukup kalau menjadi “penonton” saja. Padahal, sadar
atau tidak, di dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara semua warga
Negara akan menanggung dampak dari setiap keputusan politik yang
ditetapkan. Dengan berpartisipasi aktuf dalam kegiatan politik, orang
Kristen turut menata kehidupan bersama, sekaligus merupakan upaya kita
untuk mewujudkan nilai-nilai demokrasi yang sesuai dengan iman Kristen.

4. Pengertian HAM (Hak Asasi Manusia)


Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak dasar yang dimiliki oleh
setiap pribadi manusia secara kodrati sebagai anugerah dari Tuhan,
mencangkup hak hidup, hak kemerdekaan/kebebasan dan hak memiliki
sesuatu. Ini berarti bahwa sebagai anugerah dari Tuhan kepada makhluknya,
hak asasi tidak dapat dipisahkan dari eksistensi pribadi manusia itu sendiri.
Hak asasi tidak dapat dicabut oleh suatu kekuasaan atau oleh sebab-sebab
lainnya, karena jika hal itu terjadi maka manusia kehilangan martabat yang
sebenarnya menjadi inti nilai kemanusiaan.
Hak asasi manusia ini selalu dipandang sebagai sesuatu yang
mendasar, fundamental dan penting. Oleh karena itu, banyak pendapat yang
mengatakan bahwa hak asasi manusia itu adalah “kekuasaan dan keamanan”
yang dimiliki oleh setiap individu dan wajib dihormati, dijunjung tinggi dan
dilindungi oleh negara hukun, Pemerintahan, dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Walau
demikian, bukan berarti bahwa perwujudan hak asasi manusia dapat
dilaksanakan secara mutlak karena dapat melanggar hak asasi orang lain.
Memperjuangkan hak sendiri sampai-sampai mengabaikan hak orang lain,
ini merupakan tindakan yang tidak manusiawi. Kita wajib menyadari bahwa
hak-hak asasi kita selalu berbatasan dengan hak-hak asasi orang lain.
Macam-Macam HAM
1. Hak asasi pribadi (personal right), contohnya : hak mengemukakan
pendapat, hak memeluk agama, hak beribadah,dan hak kebebasan
berorganisasi/berserikat.
2. Hak asasi ekonomi (property right), contohnya : hak memiliki sesuatu,
hak membeli dan menjual, hak mengadakan suatu perjanjian/kontrak,dan
hak memilih pekerjaan.
3. Hak asasi untuk mendapatkan pengayoman dan perlakuan yang sama
dalam keadilan hukum dan pemerintahan (right of legal equality).
Contohnya : hak persamaan hokum, hak asas praduga tak bersalah, hak
untuk diakui sebagai WNI, hak ikut serta dalam pemerintahan, hak untuk
dipilih dan memilih dalam pemilu, dan hak mendirikan partai politik.
4. Hak asasi politik (political right). Contohnya : hak untuk diakui sebagai
WNI, hak ikut serta dalam pemerintahan, hak untuk dipilih dan memilih
dalam pemilu, dan hak mendirikan partai politik.
5. Hak asasi sosial dan budaya (social and cultural right). Contohnya : hak
untuk memilih pendidikan, hak mendapat pelayana kesehatan, dan hak
mengembangkan kebudayaan.
6. Hak asasi untuk mendapat perlakuan tata cara peradilan dan
perlindungan hokum (procedural right). Contohnya : hak mendapatkan
perlakuan yang wajar dan adil dalam
penggeledahan,penangkapan,peradilan, dan pembelaan hukum

5. HAM menurut Kristen


Pdt. Eka Darma Putera mengungkapkan bahwa HAM harus dikaji
dalam dua konsep;
1. Kedaulatan Allah Yang Universal
Allah berdaulat atas manusia, HAM bersumber dari Allah,
melanggar HAM berarti melanggar ketentuan Allah. Tidak ada
satu lembagapun atau satu orang pun termasuk
negaraberwenang membatalkan atau mengurangi hak-hak
tersebut, kecuali Allah itu sendiri. Teolog sekaligus filsuf,
Jurgen Moltman mengatakan, kedaulatan Allah didalam diri
manusia mencakup;
a. Dimensi individual : martabatnya sebagai manusia;
b. Dimensi sosial: hidup kebersamaan dengan manusia lain;dan
c. Dimensi futurologisnya: kesempatan untuk memiliki masa
depan.
2. Citra Allah Pada Diri Manusia. “Imago Dei”. (Kej 1:27)
Manusia secara unik memantulkan Allah di dalam
kehidupannya. Manusia menampilkan Allah yang bermartabat,
adil, benar, Allah yang bebas bertindak,dan kasih. Manusia
mencerminkannya itu, yaitu Setiap orang diciptakan sama, bdk
Galatia 3:28.
6. Demokrasi Dalam Pandangan Tokoh Kristen
Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam kekristenan demokrasi juga
akan lahir dan tumbuh di lingkungan kristen. Dalam hal ini, tokoh kristen
seperti Luther dan Yohanes Calvin juga telah menerapkan sistem demokrasi
meskipun tidak sepenuhnya menyeluruh. Luther melakukan pendobrakan
terhadap kekuasaan gereja karena pada saat itu dalam gereja telah
menjadikan kekuasaan tirani. Reformasi yang dilakukan oleh Luther adalah
sebagai tonggak lahirnya kebebasan individu dalam berdemokrasi. Hal
penting dalam pendobrakan Luther adalah mulai memisahkannya antara
kekuasaan gereja dengan negara.
Begitu juga dengan Yohanes Calvin dapat dikatakan sebagi tokoh
yang mendukung demokrasi. Meskipun dalam pandangannya dalam suatu
negara lebih setuju pada sistem pemerintahan yang aristokrasi. Dimana
dalam sistem pemerintahan aristokrasi kekuasaan dalam suatu negara
dipegang oleh segelintir orang elit yang dipandang istimewa. Dengan
aristokrasi menurut pendapat Yohanes Calvin adalah sebagai solusi yang
tepat karena dalam aristokrasi pemerintahan akan berada dalam beberapa
orang yang memiliki kemampuan dan sekaligus ada yang menjadi
penyeimbang sebagai kontrol atas satu dengan yang lainnya. Kendati
Yohanes Calvin cenderung untuk mendukung sistem Aristokrasi tetapi
paling tidak pemikiran Calvin sudah termasuk ke dalam demokrasi
perwakilan. Dimana dalam demokrasi perwakilan rakyat memilih wakil
untuk dijadikan sebagai penyambung lidah atau pendapat rakyat yang
diwakilkan oleh orang-orang elit istimewa. Demokrasi dengan sistem
perwakilan tersebut banyak tumbuh dan berkembang di negara-negara
tempat tradisi Calvinis yang paling kuat: Swiss, Belanda, Perancis, Inggris,
Skotlandia, dan New England.7

7. Contoh Demokrasi Dalam Alkitab

7
Andreas A. Yewangoe, Tidak Ada Negara Agama: Satu Nusa, Satu Bangsa (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2011), hlm. 136.
Apakah di Alkitab pernah dicatat bahwa Tuhan menghargai suara
rakyat?, pernahkah suara rakyat mempengaruhi Tuhan di dalam mengambil
ketentuan sehingga Tuhan kemudian mengabulkan suara rakyat ini?. Kalau
Tuhan tidak pernah menghargai rakyat, maka bagaimana kita dapat
menyatakan bahwa Alkitab menyetujui demokrasi. Alkitab pernah satu kali
mencatat hal ini, yaitu ketika orang Israel meminta seorang raja memerintah
mereka (1 Sam 8:22). Bukankah ketika rakyat Israel meminta seorang raja,
itu merupakan suatu bentuk demokrasi?
Permintaan orang Israel ini membuat Samuel sedih karena orang
Israel telah menolak Tuhan sebagai raja. Pada waktu itu ia mengadukan hal
ini kepada Tuhan, Tuhan tidak memerintahkan supaya menindas dan
menggilas orang Israel. Tuhan justru berkata agar Samuel jangan sedih, dan
supaya ia mengabulkan permintaan mereka. Di sinilah satu satunya kita
melihat bahwa Tuhan menghargai demokrasi.
Tuhan menghormati hak asasi manusia, bahkan Ia terkadang
menghargai hak manusia untuk melawan Tuhan. Manusia diberikan hak
kebebasan oleh Tuhan termasuk kemungkinan untuk melawan Tuhan. Itu
adalah hak yang diberikan oleh Tuhan. Sebagaimana seorang bapa
mengabulkan permintaan anak yang terhilang, yang menggunakan haknya
untuk melawan bapanya. Ia hanya mau harta dan tidak mau bapanya.
Demikian halnya manusia hanya mau anugerah, tetapi tidak mau Tuhan.
Anak itu pergi dengan hak asasi manusia, dan setelah menghamburkan
semuanya, ia akhirnya menjadi penjaga babi.
Waktu itu, ia baru sadar bahwa tidak seharusnya ia berada di dalam
kondisi semacam itu. Ia memutuskan untuk kembali ke rumah. Ketika
pulang, seharusnya ia tidak lagi mempunyai hak sebagai anak, karena hak
itu sudah ia ambil dan habiskan. Ia sendiri menyadari bahwa ia sudah tidak
mempunyai hak, sehingga ia berkata, “Bapa, aku telah berdosa terhadap
Sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa” (Luk
15:21). Tetapi ayah itu berkata, “Lekaslah bawa kemari jubah yang terbaik,
pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu
pada kakinya. Dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dan
marilah kita makan dan bersukacita. Sebab anakku ini telah mati dan
menhadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali” (Luk 15:22-
24). Walaupun kita pernah menginjak nginjak hak yang Tuhan berikan
kepada kita, tetapi ketika kita kembali, Tuhan tetap memberikan hak kepada
kita.
Di sini kita dapat melihat bahwa Tuhan bukan dictator, dan Ia tidak
menindas semua yang melawanNya. Tetapi, waktu kita memakai hak asasi
manusia untuk melawan Tuhan, maka itu berarti kita sedang membunuh hak
asasi kita sendiri, karena hak asasi kita hanya dapat terjamin di dalam tangan
Tuhan saja.
Ketika rakyat Israel menggunakan kuasa rakyat untuk menuntut
seorang raja, itu berarti mereka sedang meminta untuk menegakkan seorang
raja yang kemudian akan membunuh rakyat. Justru setelah mereka memakai
demokrasi, orang Israel kehilangan demokrasinya. Tuhan menyuruh
Samuel memberitahukan kepada orang Israel bahwa permintaan mereka itu
justru akan mengikat mereka (1 Sam 8:10-18). Di sini kita melihat adanya
suatu prinsip yang penting: Kebebasan diberikan kepada manusia, tetapi
juga disusul oleh peringatan.8

8. Persinggungan Nilai-nilai Demokrasi Dan Ajaran Kristiani


Semua sistem politik di dunia ini memang merupakan produk dari
manusia, bukan produk Allah, sehingga semua sistem politik di dunia ini,
termasuk dem
okrasi, juga pastilah bukan yang terbaik dan paling benar. Itulah
sebabnya ada juga teolog Kristen yang berpen-dapat bahwa tidak menjadi
masalah jika gereja hidup dalam berbagai konteks sistem politik. Stanley
Hauerwas (1981), misalnya, berpendapat bahwa semuanya sama saja,
sehingga gereja tidak perlu memilih satu sistem politik tertentu saja, seperti
misalnya demokrasi. Alasan-nya adalah bahwa di dalam Alkitab gereja
sudah menghadapi berbagai sistem. Demikian juga berdasarkan catatan

8
http://divinelife12.blogspot.co.id/2014/09/contoh-demokrasi-dalam-alkitab.html?m=1. Diakses
tanggal 25 Oktober 2016
sejarah. Baik sistem monarki atau kekaisaran, totalitarian, sosial-komunis
dan demokrasi, sudah dihadapi oleh gereja dan terbukti gereja dapat tetap
bertahan. Bukankah justru oleh ‘darah para martir gereja semakin maju?’
Lalu, mengapa kita mempersoalkan sistem politik, seperti demokrasi atau
tidak demokrasi? Biarlah gereja mengikuti konteksnya masing-masing.
Sekalipun pandangan pada paragraf di atas ada baiknya, namun dari banyak
sisi harus ditolak. Karena sistem politik sangat menentukan perlakuan
negara terhadap warga negara, maka sistem politik tidak boleh direlatifkan
begitu saja, menurut kemauan setiap orang. Anggota gereja adalah juga
warga negara yang seharusnya berpar-tisipasi karena juga berhak untuk
memikirkan sistem politik yang harus dianut oleh masyarakat di mana
mereka hidup. Oleh sebab itu, demokrasi harus didukung pelak-sanaannya
karena memiliki beberapa kelebihan. Salah satunya adalah karena
demokrasi mengakui ‘kebebasan’ manusia, sebagaimana terdapat dalam
Deklarasi WCC tahun 1948, yang mengakui bahwa bahwa manusia
diciptakan sebagai makhluk yang bebas dan memiliki tanggung jawab
kepada Tuhan dan sesamanya.9

9
http://reformata.com/news/view/4366/persinggungan-nilai-nilai-demokrasi-dan-ajaran-kristiani
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Demokrasi merupakan sistem kekuasaan yang semakin popular di era
modern ini. Demokrasi adalah sistem kedaulatan rakyat, di mana rakyat yang
memegang kedaulatan tertinggi untuk mengatur dan menentukan jalannya
kehidupan bernegara. Dalam sejarah politik Indonesia, demokrasi sudah diterapkan
sejak kemerdekaan, dan pada kenyataannya adalah merupakan sistem yang
didukung oleh umat Kristen. Umat Kristen bahkan berpartisipasi aktif untuk
mendorong dan memajukan demokrasi. Namun demikian diperlukan suatu kajian
sejauh mana seharusnya umat Kristen terlibat dalam demokrasi.
Kajian yang dilakukan adalah meliputi apakah prinsip-prinsip demokrasi itu
sebenarnya, bagaimanakah pandangan Alkitab sebagai sumber kebenaran bagi
umat Kristiani, terhadap demokrasi, dan bagaimana juga pandangan tokoh-tokoh
Kristen terhadap demokrasi. Hasilnya disimpulkan bahwa umat Kristen patut untuk
mendorong penerapan demokrasi karena prinsip utama demokrasi adalah
perlindungan terhadap hak asazi manusia maupun terhadap keberagamaan. Namun
mengenai prinsip mayoritas dalam demokrasi, umat Kristen tetap harus bersikap
kritis, bahwa suara mayoritas tidak selalu merupakan kebenaran.

Saran
Melihat kejadian-kejadian seperti diatas pemerintah harus lebih transparan
pada penerapan demokrasi di Indonesia. Selain itu, perlunya toleransi umat
beragama. Fanatisme terhadap kepercayaan pribadi tidak bisa dipaksakan pada
orang lain. Karena itu, negara wajib melindungi pemeluk agama. Karena itu, negara
tidak boleh mentolerir pengerusakan tempat ibadah. Negara harus menindak tanpa
pandang bulu. Baik kekerasan yang mengatasnamakan agama dan pelanggaran
HAM.
Oleh sebab itu negara harus memiliki komitmen terhadap HAM. Maka
pemerintah sebagai penyelenggara negara harus mencegah dan menentang setiap
pelanggaran hal-hal di atas. Karena penegakan HAM salah satu fondasi dari pilar
demokrasi. Dan ketegasan negara sebagai pemilik otoritas mengadili seadil-adilnya
bagi mereka yang memaksakan kehendak terhadap agama lain. Hal ini harus
direalisasikan negara, jika tidak penegakan HAM tidak pernah akan ada atau malah
tetap sebagai negara demokrasi abu-abu. Hak menganut agama merupakan
kebebasan mengembangkan agamanya, bahkan mendirikan sekte (aliran) baru
harus dilindungi negara. Karena itu krustitusi negara harus menjamin kebebasan
untuk semua orang.
DAFTAR PUSTAKA
“Demokrasi”, http://id.wikipedia.org/wiki/Demokrasi
“Jokowi: Demokrasi adalah mendengarkan suara rakyat”,
http://www/tribunnews.com/pemilu-2014/2014/06/10/jokowi-demokrasi-adalah-
mendengar-suara-rakyat,
Andreas A. Yewangoe, Tidak Ada Negara Agama: Satu Nusa, Satu Bangsa
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011)
Franz Magnis-Suseno SJ, Mencari Sosok Demokrasi: Sebuah Telaah Filosofis
(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1995)
http://divinelife12.blogspot.co.id/2014/09/contoh-demokrasi-dalam-
alkitab.html?m=1
http://reformata.com/news/view/4366/persinggungan-nilai-nilai-demokrasi-dan-
ajaran-kristiani
Nazaruddin Sjamsudin, Dinamika Sistem Politik Indonesia (Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 1993)
Saut Sirait, Politik Kristen di Indonesia Suatu Tinjauan Etis (Jakarya: BPK
Gunung Mulia, 2011)

Anda mungkin juga menyukai