Anda di halaman 1dari 2

RIWAYAT HIDUP SANTA TERESA

DARI KALKUTA

Tanggal 4 September 2016, Bunda Teresa resmi dinyatakan sebagai santa atau orang suci
dalam gereja Katolik. Perayaan misa kanonisasi Bunda Teresa sebagai santa dipimpin oleh Paus
Fransiskus di Vatikan.
Bunda Teresa lahir dengan nama Agnes Gonxha Bojaxhiu pada tahun 1910 di Skopje,
sekarang ibukota Republik Makedonia. Keluarganya beretnis Albania, penganut Katolik.
Di awal usia 12 tahun, Agnes memutuskan masuk biara di India. Pada usia 19 tahun, dia
bergabung dengan Ordo Iris dari Loreto. Di sini Agnes belajar bahasa Inggris. Dan ia kemudian
dikirim bertugas ke India tahun 1929.
Agnes memberi nama dirinya sebagai Bunda Teresa, terinspirasi dari biarawati suci
Theresa dari Lisieux, saat ia memulai mengajar di satu sekolah di Darjeeling, kota yang berada
di kaki pegunungan Himalaya.
Di tengah perseteruan komunal sehubungan cengkeraman penjajahan Inggris di India
tahun 1946, ia mendengar "panggilan" untuk membantu para orang miskin dan papa yang hidup
di antara mereka.
Setelah 10 tahun membantu orang-orang melarat di tempat-tempat kumuh di Kalkuta,
India, di antaranya 100 ribu orang tunawisma, Bunda Teresa kemudian membuka rumah sakit di
lahan milik kuil Hindu di Kalighat. Setelah itu, ia melanjutkan dengan membangun rumah untuk
anak-anak yang dibuang dari keluarganya dan penderita lepra.
Bunda Teresa berkarya di seluruh India dan sejak itu namanya mulai dikenal. Seorang
jurnalis penganut agnostik Malcom Muggeridge membuat film tentang kepedulian Bunda Teresa
tahun 1970. Film itu menarik perhatian dunia Barat.
"Kata-kata tidak mampu menyatakan tentang betapa saya berterimakasih padanya," kata
Muggerige yang kemudian mengimani Katolik.
Bunda Teresa merupakan pendukung kehidupan. Ia tegas menolak aborsi dan
kontrasepsi. Ia menegaskan di hadapan satu konferensi di Oxford tahun 1988 bahwa perempuan
yang mendukung aborsi atau kontrasepsi tidak pantas mengadopsi anak. "Perempuan seperti itu
tidak memiliki cinta kasih," tegas Bunda Teresa.
Bunda Teresa mendirikan kongreasinya sendiri yang diberi nama Missionaris Cinta Kasih
pada 7 Oktober 1950.Kongresasi ini bertumbuh dengan jumlah biarawati mencapai 4.000 orang
di 123 negara. Mereka melayani orang-orang melarat dan sekarat di pemukiman-pemukiman
kumuh di 160 kota di dunia.
Tahun 1979, Bunda Teresa dianugerahi Nobel Perdamaian. Saat penganugerahan itu ia
meminta perayaan makan malam mewah dibatalkan dan memohon diberikan kepada orang-orang
melarat di Kalkuta.
Pada 5 September 1997, Bunda Teresa meninggal setelah menderita serangan jantung.
Pemerintah India mengadakan upacara khusus pemakamannya. Makam Bunda Teresa berada di
dalam kompleks Missionaris Cinta Kasih dan menjadi salah satu tempat peziarahan bagi semua
agama dan kepercayaan.
Lima tahun setelah kematian Bunda Teresa, Paus Yohanes Paulus II mendeklarasikan
dimulainya proses penganugerahan orang suci kepada Bunda Teresa.
Bukan tanpa kritik perjalanan Bunda Teresa. Seorang feminis terkenal Germaine Greer
menjuluki Bunda Teresa sebagai feminis imperialis. Penulis Christopher Hitchens mengkritik
Bunda Teresa karena berteman dengan beberapa diktator seperti Duvaliers dari Haiti dan Enver
Hoxha dari Albania.
Namun Bunda Teresa teguh dengan pendiriannya bahwa siapa saja yang menawarkan
cintakasih kepada orang-orang melarat harus diterima tanpa memperhatikan hal itu.
Bunda Teresa meninggalkan sebuah catatan tentang keyakinan imannya, harapan, dan
cintakasihnya yang luar biasa yang diberi judul "Come be My Light."
Bunda Teresa yang hanya memiliki dua helai pakaian sari selama hidupnya merupakan
simbol cinta kasih bagi siapa saja yang tidak dicintai dan tak diinginkan. Ia disapa sebagai ibu
bagi orang-orang miskin dan melarat.

Anda mungkin juga menyukai