Anda di halaman 1dari 7

Bu Guru, Maaf Guruku

Sengaja aku tidak masuk Suci dan iklas bantuan mu


Menahan lara kau sayat kejam Dari kita buta menjadi tau
Jika harga diriku sebatas angka-angka Suci dan ikhlas pengorbanan mu
Nominal tinggi kau tak mampu membeli tiada ternilai jasa baik mu
Lupakan saja dan jangan anggap aku ada Engkau laksana lampu di dalam kegelapan
Sebuah isyarat damai akan aku terima Yang menerangi alam kalbuku
Mata dibalik dua mata Engkau bagaikan angin
Kenapa harus memandang aku Yang selamanya berbisik tentang kebaikan
Jika baris terakhir menjadi penutup Namamu selamanya bergelora
Usaikan saja kelasku hari itu Dalam hatiku
Aku tidak ingin lagi datang Jasa dan benih yang engkau tanam
Aku senang tidak akan kembali Kini udah tumbuh bersemi
Taman bermain tak seindah mimpi-mimpi
Bidadari menjadi bertaring dengan kuku panjang
Kasih? ku pikir itu berlebihan
Ku benci banyak mata mengawasi

Pahlawan Tanpa Lencana Majulah Terus Siswa Indonesia


Pagi yang indah deruan angin menerpa wajah Dengar, dengar, dengarlah isi tulisan ini
Dingin menyelimuti cara penuh keikhlasan Hanya kepadamu harapan ku sandangkan
Renungan cuma untuk sebuah kejayaan Hanya kepadamu cita- cita dipertaruhkan
Berfikir cuma untuk sebuah keberhasilan Tak tersedia sesuatu yang tak barangkali bagimu
Tiada lafaz seindah tutur katamu Bangkitlah melawan arus yang tetap mendera
Tiada penawar seindah senyuman mu Kuasailah dirimu bersama sikap optimis
Tiada hari tanpa sebuah bakti Paculah laju kudamu sekencang-kencangnya
Menabur benih kasih tanpa rasa lelah Lawanlah bebatuan terjal yang mengusik di jalanan
Hari demi hari begitu cepat berlalu Ingat, Engkau adalah harapan, engkau adalah jaman
Tiada rasa jenuh terpancar di muka mu depan
Semangat mu tetap berkobar Masa depan tersedia di tanganmu
Memberikan kasih sayang tak ada rasa jemu Harapan terpendam tersedia di pundakmu
Jika engkau bakal melangkah pergi Nasib bangsa engkau yang menentukan
Ku tau langkahmu penuh pengorbanan
Jika dirimu udah tak ada dirimu kan selamanya di
kenang
Kau adalah pahlawan tanpa lencana
Pahlawan Tanpa Tanda Jasa Hanya ucapan terakhir dari mulutku
Di hari pendidikan nasional ini
Pahlawan tanpa tanda jasa
Gempitakanlah selamanya jiwamu
Ialah Guru
wahai pejuang pendidikan Indonesia
Yang edukatif ku
Yang membekali ku ilmu
Dengan tulus dan sabar Buku
Senyummu mengimbuhkan dorongan untuk kami Kau tempatku menabur ilmu...
Menyongsong jaman depan yang lebih baik kau jendela di hidupku...
Setitik peluhmu kau tempatku goreskan jutaan pena...
Menandakan sebuah perjuangan yang amat besar namun, terkadang orang mengabaikannya...
Untuk murid-muridnya kau tertumpuk deraian debu...
Terima kasih Guru
Perjuanganmu amat artinya bagiku Buku...
Tanpamu ku tak bakal mengerti tentang dunia ini kau tempatku berbagi rasa....
Akan selamanya ku panjatkan doa untukmu meski engkau hanya diam membisu...
Terimakasih Guruku lembaran demi lembaran yang terisi...

Pahlawan Pendidikan Tertancap keindahan ilmu menawan...


terselip kata demi kata...
Jika dunia kita yang dulu kosong
yang mengisi hari-harimu...
tak dulu kau isi
Mungkin cuma tersedia warna hampa, gelap
Buku...
tak sanggup apa-apa, tak sanggup kemana-mana
kau tempatku goreskan pena...
Tapi kini dunia kita penuh warna
goresan pena kini tertancap di badanmu...
Dengan goresan garis-garis, juga kata
jutaan kata kini terlukis di badanmu...
Yang dulu cuma menjadi mimpi
Kini menjadi keluar bukan kembali mimpi
Kau tempatku lukiskan keindahan...
Itu sebab kau yang mengajarkan
kau tempatku berbagi kesakitan....
Tentang mana warna yang indah
Tentang garis yang harus dilukis
Buku...
Juga tentang kata yang harus dibaca
kau yang mengajariku arti kehidupan...
Terimakasih guruku dari hatiku
tiada pantas hidup ini kulewati...
Untuk seluruh pejuang pendidikan
tanpa engkau di sisiku...
Dengan pendidikanlah kita sanggup memperbaiki
bangsa
Kau guru yang hanya bisa diam membisu...
Dengan pendidikanlah nasib kita sanggup dirubah
namun, kau memberikan jutaan ilmu yang tersimpan
Apa yang tak barangkali kau jadikan mungkin
di setiap lembaran...
Apa Kabar Pendidikan Negeriku Pesan Dari Guru
Sampai kini saya tidak tahu Dengan tertatih-tatih
Apakah titel sarjana nan dibangga-banggakan ku kayuh sepeda tua itu
ayahku dulu dengan nafas terengah-engah
Dapat menyambung lambungku, istriku dan anak- ku sandarkan di pagar tua
anakku
Tujuh Belas tahun sudah segudang uang di lumbung Anakku, aku datang
keringat ayah-ibuku tak bawa mobil mewah
Kuhabiskan di meja pendidikan tak bawa rupiah
Namun saya tetap tidak mampu memberi anak-
anakku sesuap makan Tapi aku punya cinta
cintaku begitu besar
Tujuh belas tahun sudah kuhabiskan waktuku di lebih dari sepeda tua itu
ruang gerah sekolah dan kuliah tahukah kau
Namun tidak memberiku otak brilian dan aku sangat menyayangimu
keterampilan nan sepadan
Aku hanya terampil menyontek garapan temanku Ini daerah terpencil
Aku hanya terampil membajak dan menjiplak karya tapi jangan kau berpikiran kerdil
negeri orang
Bangkitlah ...
Aku terampil mencuri ide-ide bukannya mencipta Berjuanglah ...
Apa kabar pendidikan negeriku
Adakah kini kau sudah berbenah Kau harus bisa taklukkan
Sehingga anak cucuku akan bisa merasai sekolah gedung-gedung pencakar langit itu
nan indah hancurkan kebodohanmu
Dan masa depan nan cerah?
Bangkit dari tidurmu
raih mimpi
gapai prestasi

Aku hanya orang tua


yang tak berarti apa-apa
tapi aku punya cinta

Cinta untukmu begitu besar


lebih dari sepeda tua itu
Tak Mau Jadi Orang Bodoh Jangan Malas Membaca
Seorang anak kecil Sesobek kertas sudah diberikan
Berjalan dengan kaki telanjang seuntai tulisan pula berada di dalamnya
Menapaki jalan berbatu duhai anak yang malang
Terasa sakit menusuk kaki mengapa engkau diam saja?

Aku ini juga manusia Mengapa kertas itu cuma kau simpan?
Yang punya nyawa sungguh tidak sedikit angan-angan terpendam
Sama sepertimu ilmu maha luas sudah tertuliskan
Yang punya rasa tapi sayang kau enggan membaca
Sama sepertimu
Dunia demikian luas ilmu pula demikian terbentang
Tapi kau tak punya hati sungguh dunia sudah bicara,
Kau punya mata kau mau tahu isiku?
Tapi tak melihat kau mau mengerti apa menyangkut dunia ini?
Kau punya telinga
Tapi tak mendengar Malang beribu malang kau enggan membaca
Kau punya segalanya duhai anak yang malang
Tapi tak merasa bangkitlah kini
pengetahuan luas sudah menantimu
Lihat dirimu lawanlah jiwa kotormu itu
Uang kau hambur-hamburkan tuk mencapai impianmu
Lari dari gudang ilmu
Tak kau ingat begitu banyak tetesan peluh
Dan air mata yang membasahi tubuh itu

Aku beda dengan kau


Aku tak punya sepertimu
Tapi aku tak mau jadi orang bodoh sepertimu
Aku ingin punya banyak ilmu
Aku adalah aku
Bukan kau
Guruku Pahlawanku Ibu Guruku Tersayang
Sinar pagi yang cerah.. Ibu Guru
membuat aku bergegas untuk berangkat sekolah kau yang telah mendidikku
sungguh senang hari ini kau yang telah menasehati ku
demi mendapat ilmu dalam keadaan bingung
aku rela berjalan kaki
untuk meraih suksesku Ibu Guru
engkau adalah pahlawanku
Gurulah yang memberiku ilmu engkau bagaikan penyelamatku
Gurulah yang menyemangatiku engkau tulus mengajariku
Gurulah yang membimbingku
Ibu Guru
Tanpa ilmu aku takkan sukses terima kasih atas semua jasamu
tidak ada guru tidak ada pula ilmu aku sayang padamu
seperti kau menyayangiku
Terima kasih guru
kaulah guru terhebat bagiku Pahlawan Pendidikan
kaulah pahlawanku
Jika dunia kami yang dulu kosong
pahlawan tanpa tanda jasa tak pernah kau isi
mungkin hanya ada warna hampa, gelap
tak bisa apa-apa, tak bisa kemana-mana
Jika suatu saat nanti aku sudah menjadi sepertimu
tapi kini dunia kami penuh warna
aku akan memberikan ilmu yang kau berikan kepada
ku Dengan goresan garis-garis, juga kata
yang dulu hanya jadi mimpi
untuk mereka yang membutuhkanku
kini mulai terlihat bukan lagi mimpi
itu karena kau yang mengajarkan
Guru jasamu akan selalu kukenang tentang mana warna yang indah
tentang garis yang harus dilukis
juga tentang kata yang harus dibaca

Terimakasih guruku dari hatiku


untuk semua pejuang pendidikan
dengan pendidikanlah kita bisa memperbaiki bangsa
dengan pendidikanlah nasib kita bisa dirubah

Apa yang tak mungkin kau jadikan mungkin


hanya ucapan terakhir dari mulutku
di hari pendidikan nasional ini
gempitakanlah selalu jiwamu wahai pejuang
pendidikan Indonesia
Taman Ilmu Waktu Yang Kusesali
Musim kemarau panas berkepanjangan Begitu cepat waktu berlalu
Musim penghujan hujan berdatangan Tak terasa perjumpaan ku sudah berlalu
Itulah hebatnya dirimu Sangat cepat ,Sangat menyesal ,Sangat kecewa

Panas hujan tetap untuk kau berdiri Teringat dalam Memori yang lalu
Kau hanya tumpukan bata merah Menangis mengingat masa-masa yang lalu
Melukiskan canda tawa & kebahagiaan bersamamu
Tulang mu hanya dari besi
Sepanjang waktu berlalu
Seindah dirimu namamu sama Kenapa kami baru menaruh perhatian pada Guru
Seburuk bentukmu tidak kurangi gunamu Saat Guru tetah tiada
Kaulah taman kehidupan Karena di panggil oleh Sang Maha Kuasa
Tempat tertanam berjuta ilmu
Begitu kejamnya kami melupakan jasa mu
Bunga merekah terlahir darimu Maafkan kami guru
Hiruk pikuk pendidikan tertelan olehmu Yang telah menggoreskan tinta hitam,di dalam
Tanpamu semua tampak bodoh hidupmu
Andaikan waktu dapat terulang
Alangkah indahnya¡. Kami berjanji akan memberikan yang terbaik
Jika dirimu berdiri dimana-mana bagimu
Tanpa ada beda di desa dan kota
Tangisan kami hanya untukmu
Sayangnya kau bukan manusia Saat kami tak mengerti,
Kakimu tertanam di bumi Guru yang akan menjelaskannya
Tak bisa jalan kemana-mana Saat kami membuat kesalahan,
Guru yang menasihatinya
Saat kami mengingatmu,
Kau telah tiada

Jasamu kan abadi bersemayam di hati kami


Begitu besar perhatianmu pada kami
Yang selama ini menyusahkanmu
Hanya kata TERIMA KASIH & MAAF untuk Mu
Ayo membaca Pahlawan Kehidupan
Sesobek kertas telah diberikan Ku lihat kau berbuat
Seuntai tulisan juga berada di dalamnya Ku dengar kau berbicara
Ku rasakan kau merasakan
Duhai nak nan malang Mata binar tak khayal menjadi panutan
Kenapa engkau diam saja? Sejuk terasa haluan kata ¨C katamu
Kenapa kertas itu hanya kau simpan? Menjadi sugesti pada diri kami
Hingga jiwa ini tak sanggup berlari
Sungguh banyak asa terpendam Menjauhi jalan hakiki
Ilmu maha luas telah tertuliskan Lelah dirimu tak kau risaukan
Namun sayang kau malas membaca Hiruk pikuk kehidupan mengharu biru
Itu jasa tentang pengabdian
Dunia begitu luas ilmu pun begitu terbentang Bukan jasa tentang perekonomian
Sungguh global telah berkata, Semangatmu menjadi penghidupan
Kau ingin tahu isiku? Untuk kami menjalani kehidupan
Kau ingin mengeri apa tentang global ini? Jangan pernah kau bosan
Jadi haluan panutan
Malang beribu malang kau malas membaca Meski pertiwi dalam kesengsaraan
Duhai anak nan malang Kaulah pelita cahaya kehidupan
Terima kasih untukmu
Bangkitlah sekarang
Wawasan luas telah menantimu Sang pahlawan kehidupan
Lawanlah jiawa kotormu itu

Tuk mencapai impianmu

Anda mungkin juga menyukai