PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia diciptakan saling keterkaitan satu dengan lainnya.Dalam artian, manusia
membutuhkan manusia lainnya untuk menjalani hidupnya.baik dalam hal yang bersifat kecil
dan terlebih dalam hal yang begitu penting.
Namun tidak ada orang yang paling berjasa dalam hidup kita selain orang tua kita
sendiri. Mereka memberikan kasih sayang yang sungguh luar biasa kepada kita sejak kita
lahir hingga kapan pun mereka akan tetap memberikan kasih sayangnya kepada kita.
Tanpa sedikit pun mengeluh mereka membesarkan kita dengan penuh kesabaran,
memberi makan kita dengan penuh keikhlasan, mendidik kita dengan penuh cinta, dan
banyak lagi jasa-jasa orang tua yang tidak akan pernah akan terbalas.
Lalu apa yang akan kita lakukan untuk membalas semua kebaikannya?
Allah memerintahkan kita sebagai orang muslim untuk berbakti kepada mereka.
Sebagaimana firman-Nya ;
“ Dan kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-bapaknya” (Al
Ankabut 8).
B. Tujuan Penulisan
Dalam makalah ini kami mencoba memaparkan hal-hal yang seringkali terlupakan
oleh seorang anak, yaitu keikhlasan dan kesadaran akan pentingnya berbakti kepada kedua
orang tua. Kami sadari masiah jauh mencapai suatu kesempurnaan dalam pembuatan makalah
ini.Untuk itu, kami harapkan tegur sapa akrab, berupa kritik maupun saran kepada kami
untuk kedepannya.
BAB II
PEMBAHASAN
BERBAKTI KEPADA KEDUA ORANG TUA
A. Makna Berbakti kepada Kedua Orang Tua.
Makna berbakti kepada kedua orang tua yakni berusaha membalas semua yang telah
diberikan kedua orang tua kita, meskipun semua kebaikan mereka tidak akan pernah bisa
terbalas oleh seorang anak. Oleh karena itu kita harus berusaha sebisa mungkin membuat
orang tua kita bangga membuat mereka bahagia.
Tanpa sedikit pun mengeluh mereka membesarkan kita dengan penuh kesabaran,
memberi makan kita dengan penuh keikhlasan, mendidik kita dengan penuh cinta, dan tentu
saja masih banyak lagi jasa-jasa orang tua yang tidak akan pernah akan terbalas.
Selain itu sebagai anak kita harus mentaati semua yang diperintahkan oleh kedua orang tua
kita namun dalam batasan tidak keluar dari aturan-aturan Allah SWT.dan Rasul-Nya.
“Seseorang datang kepada Rasulullah SAW. dan bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah
yang berhak mendapat perlakuan baik ? Rasulullah SAW. menjawab, “ ibumu.” Ia bertanya,
kemudian siapa lagi ?beliau menjawab “ ibumu “. Kemudian siapa lagi ? beliau menjawab “
ibumu”. Ia menjawab lagi kemudian Rasulullah menjawab, “ ayahmu ”. HR. al-Bukhariy.
Takhrij Hadits.
Selain Imam al-Bukhoriy yang meriwayatkan hadits diatas ,Imam Ahmad, Imam Muslim,
Imam Abu Daud, Imam at-Tirmidzi, dan Imam Ibnu majah pun meriwayatkan juga. Matan
diatas adalah yang dicatat oleh Imam al-Bukhariy dalam kitab adab, Babul Birri wa Shilah
dengan sanad sebagai berikut; Kata beliau, telah menceritakan kepada kami Quttaybah bin
Said, telah menceritakan kepada kami Jarir, dari ‘Umarah bin al-Qa’qa, bin Syubrumah,
dari Abi Zur’ah, Dari Abu Hurayrah r.a. Imam Muslim meriwayatkan hadits ini melalui
sanad yang sama, dengan matan yang berbeda namun sema’na.
Imam Abu Daud dan at-Tirmidzi juga meriwatkan hadits yang semakna. Diterima dari Bahiz
bin Hakim dari bapaknya dari kakeknya yaitu Mu’awiyyah bin Haydah. Ia bertanya kepada
Rasulullah Saw,
“Kepada siapa saya harus berbuat baik?” Jawab Rasulullah Saw, “Ibumu, kemudian
ibumu, kemudian ibumu, kemudian ayahmu, kemudian keluarga paling dekat kemudian
keluarga yang dekat...”
Melihat susunan sanad yang dilalui Imam Abu daud dan Imam at-Tirmidzi, Imam
Ibnu Hajar al-‘Asqalani juga memperkirakan bahwa seorang yang bertanya kepada
Rasulullah Saw.yang dimaksud oleh Abu Hurayrah itu adalah Mu’awiyyah bin Haydah.
Rasulullah SAW. mengulangi kewajiban berbakti kepada ibu hingga tiga kali
sedangkan kepada ayah hanya satu kali. Hal itu disebabkan derita seorang ibu lebih besar dari
pada ayah dan kasih sayang yang diberikannyua juga lebih besar daripada ayah.Belum lagi
jika dibandingkan dengan beratnya mengandung, kontraksi, melahirkan, berjaga malam dan
masih banyak lagi.
Jadi, dari keterangan diatas bahwasanya seorang anak dianjurkan lebih mengutamakan
seorang ibu ketimbang ayah, yang dilihat dari pengorbanan seorang ibu lebih besar dari
pengaorbanan seorang ayah.
“ Surga terletak dibawah telapak kaki para ibu “
A. Terjamah
15. Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu
bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah
payah (pula). mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga
apabila dia Telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: “Ya Tuhanku,
tunjukilah Aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang Telah Engkau berikan kepadaku dan
kepada ibu bapakku dan supaya Aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai;
berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya
Aku bertaubat kepada Engkau dan Sesungguhnya Aku termasuk orang-orang yang berserah
diri”.
16. Mereka Itulah orang-orang yang kami terima dari mereka amal yang baik yang Telah
mereka kerjakan dan kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka, bersama penghuni-
penghuni surga, sebagai janji yang benar yang Telah dijanjikan kepada mereka.
B. Asbabun Nuzul
Sementara ulama berpendapat bahwa ayat di atas turun menyangkut Sayyidina Abu Bakar r.a
saat usia beliau mencapai 40 tahun. Beliau telah bersahabat dengan Nabi SAW, sejak
berumur 18 tahun dan Nabi ketika itu berumur 20 tahun. Mereka sering kali berpergian
bersama antara lain dalam perjalanan dagang ke Syam. Beliau memeluk Islam pada usia 38
tahun dikala Nabi baru beberapa saat mendapat wahyu pertama, dan dua tahun setelah itu
Abu Bakar r.a berdo’a dengan kandungan ayat di atas. Sayyidina Abu Bakar memperoleh
kehormatan dengan keIslaman ibu bapak dan anak-anaknya.Menurut al-Quthubi tidak
seorang sahabat Nabipun yang ayah, ibu, anak-anak lelaki dan perempuan memeluk Islam
kecuali Abu Bakar r.a.[1]
Tafsir
Ayat 15 pada surat Al-Ahqaf memerintahkan manusia supaya berbuatbaik kepada kedua
orang tua dengan kebaikan apa saja yang tidak terikat oleh persyaratan tertentu. Pesan ini
dating dari pencipta manusia, dan mungkin pesan ini hanya diberikan kepada jenis
manusia.Tidak diketahui dengan pasti apakah didunia burung, binatang, serangga dan
selainnya ada kewajiban bahwa yang besar mesti mengasihi yang kecil.Namun menurut
pengamatan, binatang hanya dibebeni tugas secara naluriah.Yaitu binatang ang besar
memelihara binatang yang kecil.Hal ini berlaku pada beberapa jenis binatang saja.Maka, ayat
tadi mungkin hanya berlaku bagi manusia.
Redaksi kalimat dan untaian kata-kata pada ayat itu mempersoonifikasikan penderitaan,
perjuangan, keletihan dan kepenakan.“ Ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan
melahirkannya dengan susah payah pula. “Dia bagaikan orang sakit yang berjuang dengan
dirundung kemalangan, memikul beban berat, bernafas dengan susah payah, dan tersengl-
sengal. Itulah gambaran saat dia mengandung, terutama menjelang kelahiran anak.Itulah
gambar perslinaan, kelahiran, dan aneka kepedihan.
Kedewasaan dicapai pada usia sekitar 30 hinggga 40 tahun. Usia 40 merupakan puncak
kematangan dan kedewasaan. Pada usia ini sempurnalah segala potensi dan kekuatan,
sehinggga manusia memiliki kesiapan untuk merenung dan berfikir secara tenang dan
sempurna. Pada usia ini fitrah yang lurus lagi sehat mengacu pada apa yang ada dibalik
kehidupan dan sesudahnya, mulai merenungkan tempat kembali dan akhirat.
“Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat engkau yang telah engkau berikan
kepadaku dan kepada ibu bapakku.” Inilah seruan qalbu yang mersakan nikmat Tuhannya,
yang memandang agung dan besar atas nikmat yang merasakan nikmat Tuhannya, yang
memandang agung dan besar atas nikmat yang telah dilimpahkan kepada dirinya dan orang
tuanya pada masa lalu, sedang dia merasa usaha untuk mensyukurinya sangatlah minim dan
kecil. Hamba tersebut memohon kepada Rabbnya kiranya dia membantu dalam menghimpun
segala kekuatannya, “ Tunjukanlah kepadaku… “ Yakni, agar dia bangkit melaksanakan
kewajiban bersyukur sehingga kekuatan dan himmahnya tidak terpacah kedalam berbagai
kesibukan yang melupakan kewajiban yang besar ini.
“Serta supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang engkau ridha” Ini adalah permohonan
lain. Dia memohon pertolongan agar mendapat taufik untuk beramal saleh sehingga dengan
kesempurnaan dan kebaikan amal, dia meraih keridhaan-Nya, lalu Dia ridha kepadanya.
“Berikan kebaikan kepadaku denagn (memberi kebaikan) kepada anak cucuku.”Inilah
permohonan ketiga berupa keinganan hati seorang mukmin agar amal shalehnya sampai
kpada keturunannnya dan agar Qalbunya merasa senang jika keturunannya beribadah kepada
Allah dan mencari keridhaan-Nya.Do’a itupun merupakan permohonan syafaat untuk
bertaubat dan berserah diri.
Adapun sikap Tuhan kepada hamba demikian, maka dijelaskan dalam surat Al-Ahqaf ayat
16, dimana balasan itu memperhitungkan amal yang paling baik. Aneka keburukan itu
diampuni dan dimaafkan.Mereka kembali kesurga bersama para penghuninya yang
utama.Itulah pemenuhan janji suci yang dijanjikan kepada mereka didunia. Allah tidak akan
mengingkari janji-Nya. Itulah balasan yang melimpah, banyak dan besar.[2]
Munasabah (Kewajiban berbuat baik kepada ibu bapak):
Pada ayat-ayat yang lalu diterangkan bahwa orang-orang yang beriman kepada Allah, lalu
istikomah dalam beriman dan melaksanakan ibadah, akan memperoleh kebahagian surga di
akherat dan kekal didalamnya sebagi balasan atas amal mereka di dunia. Pada ayat-ayat ini
diterangkan perntah Allah kepada manusia agar berbuat baik kepada ibu bapaknya yang telah
membesarkan dan memelihara dengan susah payah.Seoarng anak yang baik dan soleh adalah
disamping ia beribadah kepada Allah, juga selalu berbakti kepada ibu bapaknya dan berdo;a
kepada Allah agar keduanya selalu mendapat rahmat dan karunianya. Anak yang demikian
termasuk penghuni surga.[3]
5. Aspek Tarbawi
1. 13. Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi
pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”.
2. Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-
bapanya; ibunya Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-
tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun[1180]. bersyukurlah kepadaku dan
kepada dua orang ibu bapakmu, Hanya kepada-Kulah kembalimu.
3. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang
tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya,
dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang
kembali kepada-Ku, Kemudian Hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan
kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan.
B. Asbabun Nuzul
Kami tidak menemukan asbabun nuzulnya.
C. Tafsir
Ayat di atas merupakan nasihat Lukman kepada anaknya.Lukman melarang anaknya dari
berbuat syirik, dia memberikan alasan atas larangan tersebut bahwa kemusyrikan itu adalah
kazaliman.Pernyataan Lukman tentang hakikat ini di perkuat dengan dua tekanan.Pertama,
mengawalinya dengan larangan berbuat syirik dan alasannya.Kedua, dengan
huruf inna “sesungguhnya” dan huruf la “benar-benar”.
Nasihat seorang ayah kepada anaknya adalah bebas dari segala syubhat dan jauh dari segala
prasangka.Sesungguhnya perkara tauhid dan larangan berbuat syirik merupakan perkara lama
yang selalu di serukan oleh orang-orang yang di anugrahkan oleh Allah diantara manusia.
Tidak ada kehendak lain di baliknya melainkan kebaikan semata-mata, dan sama sekali tidak
menghendaki selain yang demikian. Inilah pengaruh jiwa yang di maksudkan dalam ayat di
atas.“… Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lamah yang bertambah-tambah, dan
menyapihnya dalam dua tahun… “.
Ayat ini menggambarkan nuansa pengorbanan yang agung dan dahsyat.Seorang ibu dengn
tabiatnya harus menaggung beban yang amat berat dan lebih kompleks. Namun, luar biasa, ia
tetap menganggungnya dengan senang hati dan cinta yang lebih dalam, lembut dan halus.
Walapun satu tarikan nafas dalam proses kehamilan dan kelahirannya, tetap tidak dapat di
balasoleh seorang anak. Pasalnya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah lemah.
Dari sela-sela nuansa gambaran yang di liputi dengan kasih sayang itu, Al- Qur’an
mengarahkan agar bersyukur kepada Allah sebagai pemberi nikmat yang pertama.Kemudian
berterima kasih kepada kedua orang tua sebagai dua orang yang menjadi sarana nikmat itu
pada urutan berikutnya.Al-Qur’an menggambarkan urutan kewajiban-kewajiban.Jadi, yang
pertama bersyukur kepada Allah kemudian berterima kasih kepada orang tua. “Jika
keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada
pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya…”
Hingga bila orang tua menyentuh titik syirik ini, jatuhlah kewajiban taat kepadanya, dan
ikatan aqidah harus mengalahkan dan mendominasi segala ikatan lainnya. Walaupun kedua
orang tua telah mengeluarkan segala upaya, usaha, tenaga, pandangan yang memuaskan
untuk menggoda anaknya agar menyukutukan Allah dimana ia tidak mengetahui tentang
ketuhanannya (dan setiap yang disembah selain Allah pasti tidak memiliki sifat ketuhanan,
karena itu camkanlah), maka pada saat itu anak diperintahkan agar jangan taat. Dan perintah
itu berasal dari Allah sebagai pemilik hak pertama dalam ketaatan.Namun, perbedaan aqidah
dan perintah dari Allah agar tidak taat kepada orang tua dalam perkara yang melanggar
aqidah, tidaklah menjatuhkan hak kedua orang tua dalam bermuamalah dengan baik dan
menjalin hubungan yang memuliakan mereka.
Surat Luqman ayat 15 berisi bahwa Allah menyuruh supaya berbuat baik kepada ibu bapak
dan menurut apa-apa perintahnya, tetapi jika keduanya menyuruh kamu, supaya kafir
(mempersekutukan) Allah, maka janganlah turuti perintahnya itu. Dalam pada itu hendaklah
kamu bergaul dengan dia menurutnya patutnya juga, dan tidak boleh kamu memusuhinya
atau durhaka kepadanya.Pendeknya perkataan ibu, bapak itu wajib untuk dituruti, selama
tidak melanggar peraturan agama Islam.
D. Munasabah
Nasehat lukman kepada anaknya (ayat 12-19) pada ayat-ayat yang lalu diterangkan
bahwa Allah telah menciptakan langit, gunung-gunung dan bintang-bintang, serta
menurunkan hujan yang dengannya tumbuh berbagai macam tanaman dan tumbuh-
tumbuhan.Semua itu merupakan nikmat nyata yang dilimpakan Allah untuk manusia.Pada
ayat berikut ini diterangkan nikmat-nikmat Allah yang tidak tampak, berupa hamba-hamba-
Nya yang memiliki ilmu, hikmah, dan kebijaksanaan seperti Lukman. Dengan pengetahuan
itu, ia telah sampai kepada kepercayaan yang benar dan budi pekerti yang mulia, tanpa
adanya Nabi yang menyampaikan dakwah kepadanya. Oleh lukman kepercayaan dan budi
pekerti yang mulia itu diajrkan kepada putranya agar menjadi hamba yang soleh dimuka
bumi.[4]
6. Aspek Tarbawi
Larangan berbuat syirik atau menyekutukan Allah, karena kemusyrikan itu adalah
kezaliman yang besar
Hendaklah bersyukur kepada Allah sebagai pemberi nikmat yang pertama, kemudian
berterima kasih kepada kedua orang tua sebagai dua orang yang menjadi sarana
nikmat itu pada urutan berikutnya.
Jika kedua orang tua memaksa untuk menyekutukan Allah maka janganlah menuruti
perintahnya.
Hendaklah bergaul kepada orang tua dan tidak boleh memusuhi atau durhaka
kepadanya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Akhlak terhadap orang tua merupakan akhlak yang sangat penting, hingga dosa dari
berbuat durhaka kepada orang tua berada di tingkat kedua setelah dosa menyekutukan Allah.
Ibu merupakan orang tua yang wajib kita hormati, atas apa yang telah beliau berikan
kepada kita dari mengandung kita selama sekitar 9 bulan 10 hari hingga sekarang. Penerapan
dalam akhlak menghormati orang tua sangat diperlukan karena itu merupakan kewajiban kita
sebagai seorang muslim, cara menghormati orang tua ang masih hidup dapat dimulai dari hal-
hal yang kecil, contohnya: Berbakti dengan melaksanakan nasehat dan perintah yang baik
dari keduanya, selalu melaksanakan perintah orangtua dan masih banyak yang lainnya.
Dan untuk berbakti kepada orangtua yang sudah meninggal ada beberapa cara yang
dapat dilakukan contohnya: Merawat Jenazahnya, menyambung silaturahmi dengan
kerabatnya, dan juga masih banyak yang lainnya.
Diantara sebab-sebab seseorang durhaka kepada orang tua diantaranya adalah bodoh
dan tidak mengetahui keutamaan orang tua serta adanya sifat pilih kasih terhadap yang
lainya.
Sementara akibat-akibat bagi orang yang mendurhakai orang tua sebagai contoh:
Allah akan mengutuk dan Allah akan menyegerakan azab serta Allah akan murka
kepadanya.Untuk mngatasi anak yang sering membantah kepada orang tuanya bisa dilakukan
dengan berbagai cara,diantaranya meningkatkan kasih sayang dan perhatian terhadap anak
serta arahkanlaah anak kepada pergaulan yang baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA