Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

AGAMA ISLAM 1

‘’PERBUATAN TERCELA DAN DOSA BESAR’’

D
I
S
U
S
U
N

Oleh:
Kelompok IV
Nama       : Jum Juli Anggraini
Cindy Indah Pertiwi
M. Musa
M. Al-Haddad
Septian Nugraha
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami sampaikan ke hadiran Allah SWT, karena berkat


kemurahanNya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang
diharapkan. Tak lupa pula sholawat dan salam senantiasa tercurahkan
atas Nabi-Nya dan Rasul-Nya Muhammad SAW, keluarganya,
sahabatnya dan pengikutnya yang selalu berjuang menjalankan syari’at
Islam sampai hari kiamat.
Dalam makalah ini kami membahas sesuai dengan judul “Perilaku
Tercela dan Dosa Besar”, yaitu suatu tingkah laku yang dilakukan
masyarakat. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas kuliah Agama
Islam 1 dan dalam rangka memperdalam pemahaman masalah perilaku
tercela dan dosa besar yang sangat penting untuk menghindarinya dalam
melakukan sesuatu dalam kehidupan sehari-hari, suatu tingkah laku yang
dapat menjadikan pribadi yang buruk dan tidak mendapatkan keridhoan
dari Allah SWT.
Demikian makalah ini kami buat semoga berguna dan bermanfaat
untuk kita semua,, amiin…!
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
B.   Rumusan Masalah
BAB II PEMBAHASAN

A.  PERILAKU TERCELA
1.                Pengertian Perilaku Tercela

B.   DOSA BESAR
2.                Pengertian Dosa Besar

C.  SEBAB GUGURNYA HUKUMAN BAGI PELAKU DOSA DAN


KEMAKSIATAN

BAB III PENUTUP


A.  Kesimpulan
B.   Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia dikaruniakan oleh Allah SWT berupa akal dan pikiran. Akal
digunakan manusia untuk berfikir, memikirkan sesuatu. Sedangkan
pikiran digunakan untuk menentukan sesuatu yang di pikirkan oleh akal.
Tetapi terkadang manusia sering tidak menggunakan akal dan fikirannya
dengan baik, dengan cara memikirkan sesuatu yang tidak semestinya di
pikirkan, dan juga tidak di pakai untuk mengembangkan sesuatu yang
ada di alam yang sebenarnya bisa menghasilkan ilmu dan pengetahuan
yang baru apabila kita dapat menggunakan dengan semestinya.
Manusia memang memiliki ke khilafan dalam setiap langkah,
perbuatan, maupun sifat dan tindak tanduk yang dijalaninya, karena
manusia juga mempunyai fitrah yang memiliki kekhilafan.
Suatu perbuatan yang di lakukan manusia, apabila keluar dari jalur
yang telah di tentukan oleh Allh SWT maka itu di katakan Dosa.
Perbuatan dosa sering di lakukan oleh manusia, karena manusia sering
tidak menyadari akan perbuatan yang di lakukannya karena manusia
lebih sering mengikuti hawa nafsunya dengan tidak memikirkan akibat
buruk dan apa yang di lakukannya.
     Sekalipun manusia di ciptakan Allah SWT untuk menjadi khalifah di
muka bumi ini, namun  karena sifatnya yang lemah, manusia tidak pernah
terlepas dari perilaku tercela dan dosa, kecuali orang-orang yang selalu
beriman dan senantiasa mendapat petunjuk dari Allah SWT. maka
segeralah melakukan taubat, karena Allah SWT senantiasa bersedia
memberi ampunan setiap waktu dan menerima taubat setiap saat.
Dalam pembahasan ini, penulis menjelaskan tentang perbuatan
tercelah dan dosa besar serta cara untuk menghindari dan menghapus
dosa besar.
B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil dari latar belakang masalah diatas, maka adapun
permasalahan-permasalahan yang akan di bahas dalam makalah ini
diantaranya adalah:
1.         Apakah pengertian perbuatan tercela itu ?
2.         Sebutkan macam-macam perbuatan tercelah !
3.         Apakah pengertian dosa besar itu ?
4.         Sebutkan macam-macam perbuatan tercelah !
5.         Bagaimana sebab gugurnya perbuatan tercela dan cara menghapus
dosa besar ?
BAB II
PEMBAHASAN

A. PERILAKU TERCELA

1.      Pengertian Perilaku Tercela


Perilaku tercelah adalah perilaku atau segalah perbuatan yang
bertentangan dengan ajaran agama islam.
Berikut ini adalah beberapa sikap atau perilaku yang tergolong
tercela adalah:
a)    Menghina
Sifat ini biasanya kita lakukan tanpa di sadari. Perilaku tercela ini
sangat dibenci Allah. Menghina mengandung pengertian bahwa
mengeluarkan kata-kata yang merendahkan dan menyakiti hati orang
lain. Termasuk mengolok-olok, mencela, mengutuk, memakai, dan
mengejek.
Sabda rasulullah:
 "cukuplah kejelekan seseorang jika ia menghina orang muslim"
(HR Muslim).
 "memaki sesama muslim itu kedurhakaan" (HR Muttafaq
'Alaih).
 "mukmin itu bukanlah pencela dan bukan pelaknat dan bukan
yang jelek perangi dan bukan yang kotor lidah" (HR Ibnu
mas'ud).
 "barang siapa mengejek saudaranya lantaran satu dosa, tidak
ia mati melainkan melakukan dosa itu" (HR Tirmidzi).

b)    Berburuk Sangka
Berburuk sangka adalah  menuduh atau  menyangka atau  memandang
orang lain dari satu segi. Selain hal itu, dalam buruk sangka, seseorang
sering menyembunyikan  kebaikan orang yang dilihatnya dan
membesarkan keburukan orang tersebut. Biasanya, seseorang sangat
pandai melihat kesalahan orang lain, tetapi sangat susah melihat
kesalahan sendiri. Nah, mengapa sikap ini perlu kita hindari?
Rasulullah bersabda:
 "jauhilah buruk sangka karena sesungguhnya perasangka itu
sedusta-dusta omongan" (HR Muttafaq 'Alaih).

c)    Hasud
Hasud atau Dengki merupakan sikap bathin keadaan hati, atau rasa
tidak senang, benci dan antipati terhadap orang lain yang mendapatkan
kesenangan, nikmat, memiliki kelebihan darinya. Sikap ini sebaiknya kita
hindari sebab dapat mendatangkan bencana yang sangat dahsyat.
Mengapa demikian?
Seseorang yang dengki terhadap orang lain akan merasa senang jika
orang lain mendapatkan kemalangan atau kesengsaraan.
firman allah:
 "jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati,
tetapi jika kamu tertimpa bencana, mereka bergembira
karenanya...(Q.S. Ali-imran/3 : 120).
Sikap hasud ini berbahaya karena dapat merusak nilai persaudaraan
atau menumbuhkan rasa permusuhan secara diam-diam. Hasud juga
dapat mendorong seseorang mencela, menjelek-jelekan, dan mencari-
cari kelemahan atau kesalahan orang lain dan menimbulkan prasangka
buruk.

d)   Serakah atau Tamak


Serakah atau tamak merupakan sikap tidak puas dengan yang
menjadi hak atau miliknya sehingga berupaya meraih yang bukan haknya.
rasulullah bersabda
 "jika seseorang sudah memiliki dua lembah emas, pastilah ia
akan mencari yang ketiganya sebagai tambahan dari dua
lembah yang sudah ada itu" (HR.Bukhari dan muslim).
Sikap serakah dapat mendorong orang mencari harta sebanyak-
banyaknya dan jabatan setinggi-tingginya, tanpa menghiraukan cara
halal atau haram, etis atau tidak etis.

e)    Dusta
Sikap ini merupakan sikap yang mengarah pada kemunafikan.
Mengapa demikian?
Sikap berdusta merupakan ciri kaum munafik. hal ini sesuai dengan
Sabda rasulullah:
 "bahwa terdapat tiga sikap yang termasuk pada munafik, yaitu
dusta, khianat, dan ingkar janji.
Hadist menyebutkan: "jauhilah kedustaan karena sesungguhnya
kedustaan itu memimpin kepada kedurhakaan dan kedurhakaan
membawa ke neraka" (HR Muttapaq 'alaih).

f)     Sombong
Sombong atau takabur, yakni merasa bangga pada diri sendiri,
merasa paling baik atau paling hebat, dan merasa paling benar sehingga
menolak kebenaran dan merendahkan orang lain.
allah berfirman:
 "Akan aku palingkan dari tanda-tanda (kekuasaan-ku) orang-orang
yang menyombongkan diri dibumi tanpa alasan yang benar" (QS. al-
a'raf/7 : 146).

g)    Bergunjing (gibah)
Bergunjing merupakan sebuah sikap yang selalu membicarakan
kejelekan atau aib orang lain, atau menyebut masalah orang lain yang
tidak disukainya.
Allah mengidentikan gibah dengan memakan daging mayat
saudaranya sendiri.
firman allah:
 "apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging
saudaranya? Tentu kamu merasa jijik" (Q.S. Al-hujurat
meskipun kejelekan atau kekurangan orang lain itu faktual, benar-
benar terjadi alias sesuai dengan kenyataan, tetap saja itu gibah.
Meskipun demikian, tidak selamanya gibah itu dilarang. AL-HASAN
sebagaimana dikutip imam Al-GHAJALI menyebutkan, "ada tiga
golongan tidak termasuk menggunjing jika menyebut aib mereka, yaitu
orang yang mengikuti hawa nafsu, orang fasik yang melakukan kefasikan
secara terang-terangan dan pemimpin yang menyeleweng".
Memperingatkan sesama muslim atas kejahatan seseorang pun termasuk
gibah yang dibolehkan.

B.       DOSA BESAR

1. Pengertian Dosa Besar

Para ulama berbeda pendapat dalam dan membedakannya dengan


dosa kecil. Akan tetapi, mayoritas mereka memilih bahwa dosa besar
adalah setiap kemaksiatan yang bersekuensi hadd (hukuman), atau
ancaman neraka, atau laknat atau murka Allah. Pandangan itu di
riwayatkan dari Ibnu Abbas..semoga Allah meridoinya...dan Hasan AI-
Bashri...rahimahullah.
Abu Hamid Al-Ghazali mengatakan, “setiap kemaksiatan yang di
lakukan seseorang dengan tidak disertai perasaan takut, wanti-wanti
dan penyesalan, misalnya orang yang meremehkan perbuatan dosa dan
berani membiasakannya, maka sikap itu justru termasuk dosa besar.”
Sedangkan kesalahan yang terjadi karena keseleo lidah karena tidak
terkontrolnya jiwa serta karena kevakuman kesadaran akan adanya
pengawasan Allah SWT, sembari tidak terlepas dari penyesalan, maka
hal itu tidaklah menghilangkan sifat adalah (integritas) dan tidak
termasuk dosa besar.
Apabila kita ingin mengetahui perbedaan dari dosa besar dan dosa
kecil, maka kita lihat dari mafsadat (bahaya) nya suatu perbuatan dosa
tersebut dan nash yang sudah ditentukan.
2.      Macam-macam Dosa Besar
Allah SWT dan Rasul SAW mewanti-wanti kita agar tidak
terjerumus kedalam kemaksiatan yang akhirnya menjadikan dosa,
sekecil apapun kemaksiatan tersebut, jangan kita meremehkannya
karena itu akan mengakibatkan buruk bagi kita. Maka dari itu kita harus
membekali diri dan lebih meningkatkan ketaqwaan terhadap Allah SWT.
Serta dapat menjauhi segala apa yang dilarang / di haramkan-Nya.
Firman Allah SWT:
“Barang siapa melakukan keburukan maka pasti ia akan dibalasnya
dengannya dan dia tidak akan mendapatkan selain Allah SWT pembela
dan penolong bagi dirinya”. (Q.S An-nisa :123)
Rasulullah SAW telah banyak menyebutkan beberapa kemaksiatan
sebagai hal-hal yang membinasakan dalam beberapa hadits dalam daftar
dosa-dosa besar. Di antaranya hadits salah satunya adalah:
‫ وقتل النّفس التى ح ّرم هللا االّ با‬,‫سحر‬
ّ ‫ وال‬,‫ "الشّرق باهللا‬:‫سبع الموبقات" قالوا يا رسول هللا وما هن؟ قال‬ ّ ‫ال‬
ّ
‫ وق**دف المحص**نات المؤمن**ات الغ**افالت" اخرج**ه‬,‫ واكل مال الي**تيم والتّ**ولى ي**وم ال ّزح**ف‬,‫ واكل ال ّربا‬,ّ‫الحق‬
.‫البخارى والمسلم‬
“Abu Hurairah    r. a berkata: Nabi SAW bersabda: tinggalkanlah
tujuh dosa yang dapat membinasakan, sahabat bertanya: apakah itu ya
Rasulullah? Nabi SAW menjawab: “Syirik mempersekutukan Allah,
Berbuat sihir (tenung}, membunuh jiwa yang di haramkan Allah kecuali
dengan hak, Makan harta riba, Makan harta anak yatim, melarikan diri
dari perang jihad saat berperang, dan menuduh wanita mu‘minat yang
sofat (berkeluarga) dengan zina “. (Bukhari Muslim)
Dari hadits di atas di sebutkan bahwa ada tujuh dosa besar. Di
bawah ini penulis akan menjelaskan dari ke tujuh dosa besar tersebut:
1.  Syirik (Menyekutukan Allah)
Syirik menurut bahasa adalah persekutuan atau bagian, sedangkan
menurut istilah agama adalah mempersekutukan Allah SWT dengan
selain Allah (makhluk-Nya). Sebagian ulama berpendapat bahwa syirik
adalah kufur atau satu jenis kekufuran.
Syirik di katagorikan sebagai dosa paling besar yang tidak akan di
ampuni Allah SWT. Firman Allah :
“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni orang yang menyekutukan-Nya
dan (Tuhan mengampwu) dosa selain itu bagi orang yang di kehendaki
oleh-Nya... “ (Q.S An-nisa :48)
Selain ayat di atas, banyak ayat Al-Qur’an dan hadits lainnya yang
menerangkan tentang syirik tersebut. Adapun beberapa contoh
perbuatan syirik, antara lain :
a. Dukun yang mengaku bisa merubah nasib manusia dan menolak
malapetaka,
b.  Ahli perbintangan atau ramalan,
c.  Mempercayai benda-benda pusaka,
d.  Jiarah Kubur yang bertujuan meminta berkah kepada orang yang telah
meninggal dunia.

2. Berbuat Sihir (Tenung)


Kemampuan orang-orang kafir atau para penjahat-atas izin Allah
SWT melakukan sesuatu yang luar biasa, dinamakan sihir. Para Ulama
menegaskan, bahwa melakukan sihir itu haram hukumnya, oleh karena
sihir itu bersifat merusak dan segala sesuatu yang merusaka dilarang
OLEH Islam. Sihir dikatakan merusak, sebab sasaran sihir antara lain :
a.   Mempengaruhi hati dan badan seseorang, untuk di sakiti atau di bunuh,
b.   Memusnahkan harta benda seseorang,
c.   Memutuskan ikatan kasih sayang seseorang dengan suami istri atau
anak atau dengan anggota keluarga lainnya.
Firman Allah SWT:
“Mereka mempelajari dari kedua malaikat ini, ada apa dengan sihir itu,
mereka dapat menceraikan antara seorang suami dengan istrinya. Dan
para tukang sihir itu tidaklah memberi madarat dengan sihirnya kepada
seorangpun, kecuali dengan izin Allah “. (Q.SA1-Baqarah :102)
Mayoritas manusia yang mudah terkena ilmu sihir adalah
perempuan, terutama ketika mereka sedang Haid. Roh jahat biasanya
melihat kepada tabi’at tabi’at yang dapat di kalahkan (lemah) dan jiwa-
jiwa yang hina (kotor). Jika pada kaum perempuan, anak-anak, khusna,
dan manusia tidak tahan uji, dan apabila kepribadiannya dan tabi’atnya
rusak, dia akan menginginkan kepada hal-hal yang membahayakan
dirinya, menikmati bahaya itu, bahkan merindukannya. Bila telah
demikian, rusaklah akalnya, agamanya, akhlaknya, badannya dan
hartanya.

3.  Membunuh Jiwa Yang Di Haramkan


Membunuh  ialah suatu tindakan yang di lakukan oleh seseorang
dengan cara meniadakan nyawa orang lain. Membunuh merupakan suatu
tindakan atau perbuatan yang menjurus ke dalam hal yang tidak baik,
karena menghilangkan nyawa orang lain, yang sebenarnya belum saatnya
untuk di hilangkan.
Para ahli fikih berpendapat bahwa sifat pembunuhan yang di kenai
qishas
adalah pembunuhan yang di sengaja. Pembunuhan di bagi menjadi tiga
yaitu :
a.  Pembunuhan dengan di sengaja.
Seperti dalam firman Allah SWT:
“Dengan di berlakukannya hukum qishas, namun dapat hidup, hati orang-
orang yang berakal, mudah-mudahan kamu takut dalam melakukan
pembunuhan “. (Q.S Al-baqarah :179)
Dari ayat di atas, dapat di simpulakan bahwa si pembunuh harus di
hukum qishas.
b. Pembunuhan tidak di sengaja.
Orang yang membunuh di wajibkan membayar denda ringan.
Pembunuhan
tidak di sengaja ini di lakukan oleh orang-orang yang tidak bermaksud
melakukan pembunuhan. Yaitu seperti tidak di sengajanya dia melempar
suatu barang, dengan tidak di sangka kena seseorang hingga orang
tersebut mati. Firman Allah SWT dalam Q.S An-nisa ayat 192 yang
artinya:
c.  Pembunuhan seperti sengaja.
Yaitu pembunuhan terhadap orang yang di lindungi hukum, sengaja
dalam melakukannya tetapi memakai alat ayng tidak mematikan.
Maksudnya pemukulan yang terjadi adalah orang yang di pukul ternyata
mati. Dalam jenis pembunuhan seperti ini tidak perlu di lakukan qishas,
tetapi hanya di kenakan diyat.

4.  Memakan Harta Riba


Arti riba menurut bahasa lebih atau bertambah. Pengertian
syara’nya adalah akad yang terjadi pertukaran benda sejenis tanpa di
ketahui sama atau tidak, tambahan atau takarannya. Hal ini sering
terjadi dalam pertukaran bahan makanan, perak dan emas. Untuk
menghindari riba maka apabila mengadakan jual beli sejenis, di tetapkan
syarat:
a.  Sama timbangan dan ukurannya
b.  Di lakukan serah terima saat itu juga
c.  Secara tunai

Ulama berpendapat bahwa riba ada empat macam :


a.   Riba Fadholi, yaitu pertukaran barang sejenis yang tidak sama
timbangannya
b.   Riba Qardhi, yaitu pinjam meminjam dengan syarat harus memberi
kelebihan saat pengembalikannya
c.   Riba Iyadh, yaitu akad jual beli barang sejenis dan sama timbangannya,
namun si penjual dan si pembeli, berpisah saat melakukan serah terima
d.   Riba Nasha, yaitu akad jual beli dengan pengerahan barang beberapa
waktu kemudian
Apapun macamnya riba, hukumnya haram dan di larang oleh agama.
Firman Allah SWT:
Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba “. (Q.S Al-
Baqarah.275).
5.      Memakan Harta Anak Yatim
Anak yatim adalah anak yang di tinggal mati oleh ayahnya ketika ia
masih kecil atau dengan kata lain, di tinggal mati oleh orang yang
menanggung nafkahnya. Memelihara anak yatim dan menyelamatkan
hartanya, dalam syari’at Islam merupakan kewajiban. Sehingga apabila
anak yatim yang hidupnya terlantar dan tidak terarahkan maka kita
selaku umat Islam yang ada di sekitarnya apabila tidak merawatnya
maka kita termasuk orang-orang yang mendustakan agama.
Firman Allah SWT:
“Tahukah kamu orang yang mendustakan agama?, ItuLah orang yang
menghardik anak yatim “. (Q.S Al- Maun :1-2)
Sabda Rasulullah SAW:
“santunilah anak-anak yatim, serta usaplah kepala mereka dan berilah
makanan seperti yang engkau makan, niscaya hati engkau menjadi
lembut dan hajat engkau akan terpenuhi “.
Yang di maksud anak yatim adalah merawat dan memenuhi
kebutuhannya sehari-hari, serta mendidiknya. Dan apabila anak yatim
tersebut memiliki harta benda peninggalan orang tuanya,  orang yang
memeliharanya bisa memanfaatkan harta benda tersebut sebatas untuk
memenuhi kebutuhan si anak yatim. Dan apabila si anak telah dewasa
maka sisa harta bendanya harus di serahkan kepadanya. Tetapi apabila
sebaliknya jika orang tersebut yang memelihara memakan hartanya
maka Ia telah berbuat Dzalim.
Sabda Rasulullah SAW:
“Allah membangkitkan suatu kaum dan kuburan mereka dengan bara
apai dan perut meraka dan mulut-mulut mereka menyemburkan
api  neraka. Oleh karena itu mereka memakan harta anak yatim  “. (H.R
Abu Hurairab)
6. Menuduh Wanita Mu’minat Yang Sopan (Berkeluarga) Dengan Berzina
Melontarkan tuduhan zina kepada seseorang adalah yang di larang
oleh Islam, karena selain dapat merusak nama baik orang yang di tuduh
juga dapat menjatuhkan kehormatan keluarganya. Orang yang menuduh
berzina baik pria / wanita ditetapkan hukuman dera sebanyak 80 kali,
sedangkan bagi budak di kenakan separuhnya yaitu 40 kali.
Firman Allah SWT:
“Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat
zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah
mereka (yang menuduh) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu
terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. Dan mereka itulah
orang-orang yang fasik’ (Q.SAn-nur :4)
Adapun syarat dalam nenetapkan hukuman dera yaitu:
Syarat bagi kadzif (penuduh)
a.  Sudah baligh
b.  Berakal sehat
c.  Bukan orang tua dan tertuduh

Syarat bagi maqdzuf (tertuduh)


a.  Islam
b. Baligh
c. Berakal sehat
d. Merdeka
e. Iffah

Hukuman dera dapat gugur dan penuduhnya apabila:


 Penuduh dapat mendatangkan empat saksi, dengan demikian dapat di
jatuhi hukuman zina
 Penuduh dapat pengampunan dan petuduh setelah tuduhannya tidak
terbukti
 Panuduh bersumpah li’an apabila penuduh dan tertuduh sepasang
suami istri
 Melarikan Diri Dari Perang (Jihad) Saat Berperang
Islam mewajibkan umatnya untuk memelihara, menjaga,
mempertahankan
dan membela agamanya jika Islam di serang dan di perangi musuh, maka
umat Islam di wajibkan untuk berperang. Dan apabila tentara Islam
telah ada di medan perang, haram bagi mereka mundur dan lari dari
peperangan tersebut.
Firman Allah SWT:
“barang siapa membelakangi mereka (mundur) di waktu itu, kecuali
berbelok untuk (siasat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan
pasukan lain, maka sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa
kemurkaan dari Allah, dan tempatnya ialah neraka jahanam, dan amal
buruklah tempat kediaman itu “. (Q.S Al-anfal :16)
Sulaiman Rasjid, dalam bukunya Fiqih Islam (1989 :417)
menyebutkan bahwa para ulama berpendapat bahwa hukuman dan
berperang adalah fardu ‘ain bagi setiap orang islam, tetapi yang lebih
berhak hukum berperang itu ialah fardu kifayah, artinya wajib bagi
setiap orang Islam. Akan tetapi apabila sebagian dan orang Islam telah
mengerjakannya serta telah cukup bilangannya menurut hajat, maka
terlepaslah kewajiban tersebut.
Orang yang melarikan diri dari peperangan berarti orang tersebut
telah berkhianat kepada Allah SWT dan telah dianggap sebagai orang
tidak meyakini Allah lagi.

C. SEBAB GUGURNYA HUKUMAN BAGI PELAKU DOSA DAN


KEMAKSIATAN

Supaya kita dapat menghindari dari perbuatan dosa, sudah


menjadi kita untuk menjauhi perbuatan kemaksiatan dan mengarahkan
segala kekuatan untuk menjaga diri dari perbuatan tersebut yang telah
Allah dan Rasul sebutkan.
Dan jika seseorang telah terjerumus dalam kemaksiatan tersebut,
maka
Allah telah membuka pintu rahmat-Nya agar dia selamat dari hukuman,
jika mereka ikhlas dan bertaqwa.
Pensejarah Al-Aqidah Ath-thahawiyah mengatakan bahwa siksa
jahanam
bisa gugur dari orang yang melakukan kesalahan dengan sepuluh alasan.
Alasan-alasan itu adalah:
 Taubat
Ialah penyebab diampunkannya dosa-dosa dan penyebab tidak di
per1akukannya hukuman atas dosa itu. Yang di maksud taubat disini
adalah taubat yang nashuha yakni taubat yang tulus, muncul dari lubuk
hati dan bukan karena hanya komat-kamit mulut; taubat yang di sertai
dengan rasa penyesalan terhadap dosa yang telah di lakukan denga
tekad untuk tidak mengulanginya.
Firman Allah SWT:
“Kecuali mereka yang telah taubat dan mengadakan perbaikan dan
menerangkan ‘kebenaran,), maka terhadap mereka itu akan    di terima
taubatnya dan akulah yang maha penerima taubat dan maha Penyayang “.
(Q.S Al-baqarah :160)
 Istighfar (memohon ampun)
Istighfar masuk ke dalam makna taubat, kelebihan taubat dan
istighfar adalah bahwa di antara esensi taubat adalah bertekad untuk
menjauhi kemaksiatan di masa mendatang.
Firinan Allah SWT:
Dan Allah tidak akan menyiksa mereka padahal mereka meminta ampun
“. (Q.SA1-anfal :33)
 Melaksanakan kebaikan-kebaikan Firman Allah SWT:
“Sesungguhnya kebaikan-kebaikan itu menghapuskan keburukan-
keburukan “. (Q.S Huud :114)
 Tertimpa musibah-musibah dunia
Sabda Rasulullah SAW:
‫ما يصيب املسلم من نصب وال وصب وال هم والحزن وال ادى وال عم‬
.‫الشوكة يتشاكها االكفر اهلل هبا من خطاياه‬
ّ ‫حىت‬ 
“Tidaklah menimpa seorang muslim keletihan, keperatan, kebingungan,
kesulitan, kesedihan, bahkan hingga dunia yang menusuknya, melainkan
dengan itu semua Allah menghapuskan kesalahan-kesalahannya
(Mutaffaq Alaih)
 Siksa kubur
 Kesulitan dan kedasyatan hari kiamat
 Syafa’at dari orang yang memperoleh izin memberikan syafa’af
Pemaapan dari Yang Maha Pengasih dan Penyayang melalui syafa’at.
Sebagai mana firman Allah SWT:
“Dan Dia akan mengampuni dosa selain syirik bagi orang yang Dia
kehendaki “. (‘Q.S An-nisa :48 dan 116)
 Do’a orang-orang mukmin dan permohonan ampun mereka kepada
Allah selama orang itu hidup dan setelah mati
Padhol yang di persembahkan kepada hamba yang mukmin baik pahala
dan shadaqah, membaca Al-Qur’an, haji atau yang lainnya.

BAB III
PENUTUP
A.   Kesimpulan.
Dari penjelasan materi, akhirnya dapat diambil kesimpulan bahwa
hal-hal yang berkaitan dengan perilaku tercela dan dosa besar adalah
sebagai berikut:
1.      beberapa sikap atau perilaku yang tergolong tercela: Menghina,
berburuk sangkah, hasud, serakah atau tamak, dusta, sombong dan
bergunjing (gibah).
2.      Pengertian dosa besar adalah segala perbuatan yang pelakunya
diancam dengan api neraka, laknat atau murka Allah di akherat atau
mendapatkan hukuman had di dunia. Sebagian ulama menambahkan
perbuatan yang nabi meniadakan iman dari pelakunya, atau nabi
mengataan ‘bukan golongan kami’ atau nabi berlepas diri dari pelakunya.
3.      Ada Tujuh macam dosa besar : Memakan harta anak yatim, memakan
riba, menuduh perempuan sholeh berbuat zina, lari dari medan perang,
membunuh, syirik dan sihir atau tenung. Diantara dosa besar yang
ketujuh tersebut enam diantaranya bisa diampuni oleh Allah SWT
dengan bertaubat kepada Allah sebenar-benar taubat, kecuali Syirik
(menduakan Allah) ini tidak akan diampuni oleh Allah dan akan mendapat
siksa nantinya di Akhirat.

B. Saran 
Demikianlah makalah ini, Akhirnya kepada Allah jua-lah kita
berharap, disini kami sangat berharap mudah-mudahan Makalah  ini
berguna bagi kita semua sehingga dapat meningkatkan ilmu
pengetahuan, keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT, agar
memperoleh keselamatan di dunia dan akhirat.
Untuk itu kritik dan masukan yang bersifat membangun dari teman-
teman sangat kami harapkan.

DAFTAR PUSTAKA
 Drs. M. Thalib. Dosa besar. Penerbit : Gema Risalah Press.
 Frey- three.blogspot.com januari 2012.
 Rahmat Syafe’i, 2003, Al-Hadits: Aqidah, Akhlak, Sosial dan Hukum,
Bandung: CV Pustaka Setia
 Ramdhandata.googlecode.com
 Al Hafizd Ibnu Hajar Al’Asqalani dan Hamim Thohari Ibnu M.
Dailini. Bulughul Maram,  Yogyakarta: Ar-Birr Press.

Anda mungkin juga menyukai