antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia
kepada Allah dan rasulnya, jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian.
Yang demikian itu lebih baik bagimu dan lebih baik akibatnya.
ْاعلَ ْم أَ َّن َما ُي ِري ُد هَّللا ُ أَن
ْ ض َما أَ ْن َزل َ هَّللا ُ إِلَ ْي َك َفإِنْ َت َولَّ ْوا َف
ِ اح َذ ْر ُه ْم أَنْ َي ْفتِ ُنو َك عَنْ َب ْع َ اح ُك ْم َب ْي َن ُه ْم ِب َما أَ ْن َزل َ هَّللا ُ َواَل َت َّت ِب ْع أَهْ َو
ْ اء ُه ْم َو ْ َوأَ ِن
َاس َل َفاسِ قُون ِ ِيرا مِنَ ال َّن ً ض ُذ ُنوبِ ِه ْم َوإِنَّ َكث ِ ُيصِ ي َب ُه ْم بِ َب ْع
Terjemah : Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang
diturunkan Allah dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu
terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebagian kamu dari sebagian
apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling dari hokum yang telah
diturunkan Allah, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan
أَطِ ي ُعوا sangat sering berulang dalam Al-Qur’an. Kata berulang sampai 79 kali dengan segala
perubahan katanya. Khusus untuk kata di atas berulang sampai 19 kali.[1] Mengapa kami
memilih kata tersebut untuk dikaji, kata tersebut merupakan inti dari ayat tersebut.
Kemudian kata selanjutnya yang kami teliti adalah kata اح ُك ْم
ْ yang merupakan potongan dari
ayat 49 surah An-nisa. Kata ini berulang sampai 7 kali dan berulang sampai 203 kali dengan
Menurut hemat kami bahwa meneliti ayat yang berkaitan dengan taat dan hukum merupakan hal
yang sangat menarik, karna sebagian besar isi dalam Al-Qur’an membahas tentang hukum. Itu
berarti membahas tema ini sama halnya membahas sebagian besar isi dalam Al-Qur’an. Buktinya
saja ayat-ayat yang berkaitan dengan tema ini begitu banyak. Kami dapat mengambil
kesimpulan bahwa berulang sampai beberapa kali karna begitu pentingnya dalam masyarakat.
Pada Ayat 59 surat An-nisa dan ayat sesudahnya masih berhubungan erat dengan ayat ayat
yang lalu, mulai dari ayat yang memerintahkan untuk beribadah kepada Allah serta berbakti
masyarakatyang adil dan makmur, taat kepada Allah dan Rasul serta tunduk kepada ulil Amri,
menyelesaikan perkara berdasrkan nilai-nilai yang diajarkan oleh Al-Qur’an dan Sunnah
Ketika menafsrkan QS Al-imran ayat 35 Prof Quraish Shihab mengemukakan bahwa kalau
diamati ayat-ayat Al-Qur’an yang memerintahkan taat kepada Allah dan rasulnya, ditemukan
dua redaksi yang berbeda.[3] Sekali perintah taat kepada Allah dirangkaikan perintah taat
kepada Rasul tanpa mengulangi kata taatilah seperti pada QS. Al-imran ayat 35 dan pada surat
An-nisa ayat 59 kata taatilah diulangi , masing-masing sekali ketika memerintahkan taat kepada
Para pakar Al-Qur’an menerangkan bahwa apabila perintah taat kepada Allah dan Rasulnya
digabung dengan menyebut dengan hanya satu kali kata taatilah, maka hal itu mengisyaratkan
bahwa ketaatan yang dimaksud adalah ketaatan yang diperintahkan Allah , baik yang
diperintahkan secarea langsung di dalam Al-Qur’an maupun perintahnya yang dijelaskan oleh
Rasul menyangkut hal-hal yang bersumber dari Allah, bukan beliau perintahkan secara
langsung. Adapun bila perintah taat diulangi, maka disitu rasul mempunyai wewenang serta hak
untuk ditaati walaupun tidak ada dasarnya dari Al-Qur’an.[4] Itu sebabnya perintah taat kepada
ulil amri tidak disertai kata taat karena mereka tidak memiliki hak untuk ditaati bila ketaatan
Pendapat ulama berbeda tentang makna kata ulil Amri . dari segi bahasa kata Uli adalah
bentuk jamak dari Wali yang berarti pemilik atau yang mengurus dan menguasai. Bentuk jamak
dari kata tersebut menunjukkan bahwa kalau mereka banyak. Sedangkan kata Al-amriadalah
perintah atau urusan . dengan demikian ulil Amri adalah orang yang berwewenang mengurus
Perlu dicatat bahwa kata Al Amru berbentuk makrifat.. ini menjadikan banyak ulama membatasi
persoalan aqidah.[7]
Dari penjelasan ulama di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa taat terhadap ulil amri hanya
taat karena adanya pelimpahan wewenang hokum yang berguna untuk mengatur kesejahteraan
rakyat. Berbeda dengan ketaatan terhadap Allah dan Rasulnya. Kemudian arti taat bukan berarti
menerimah mentah-mentah perintah tersebut. Tetapi kritis dan ikhlas sepenuh hati
melakukannya.
Di lain pendapat pada ayat ini dengan sendirinya menjelaskan bahwa masyarakat manusia, dan
di sini dikhususkan masyarakat orang yang beriman, mestilah tunduk kepada peraturan.
Peraturan yang maha tinggi ialah peraturan Allah. Inilah yang pertama kali wajib ditaati.[8]Allah
telah menurunkan peraturan itu dengan mengutus rasul-rasul dan penutup segala rasul itu
adalah Nabi Muhammad SAW. Rasul-rasul membawa undang-undang tuhan yang termaktub di
dalam kitab-kitab suci seperti taurat, zabur, injil, dan Al-Qur’an. Maka isi kitab suci itu semua
pokoknya ialah untuk kesalamatan dan kebahagiaan kehidupan manusia. Ketaatan kepada Allah
mengenai tiap-tiap diri manusia walaupun ketika tidak ada hubungannya dengan manusia lain.
Umat beriman disuruh terlebih dahulu taat kepada Allah, sebab apabila dia berbuat baik,
bukanlah semata-mata karena takut terhadap manusia dan bukann pula karena semata-mata
mengharapkan keuntungan duniawi dan jika dis meninggalkan berbuat suatu pekerjaan yang
tercela, bukan pula takut terhadap ancaman manusia. Dengan taat kepada Allah menurut
agama, berdasar iman kepada tuhan dan hari akhirat manusia dengan sendirinya menjadi baik.
Dia merasa bahwa siang dan malam tidak lepas dari penglihatan dan pengamatan tuhan.[9]
Kemudian itu orang yang beriman diperintahkan pula taat kepada Rasul. Sebab taat kepada
rasul adalah merupakan lanjutan dari taat kepada Allah. Banyak perintah tuhan yang wajib
ditaati, tetapi tidak dapat dijalankan tanpa melihat contoh yang teladan. Maka contoh teladan itu
adalah rasul. Derngan taat kepada Rasul barulah sempurna beragama. Sebab banyak orang
yang percaya kepada Tuhan tetapi dia tidak beragama. Sebab dia tidak percaya kepada Rasul.
Maka dapatlah disimpulkan bahwa perintah taat kepada Allah dan Rasul itu dengan teguh
Menurut pendapat Prof Hamka bahwa kata minkum pada ayat 59 surat An-nisa mempunyai dua
arti yaitu, pertama di antara kamu yang kedua daripada kamu.[11] Maksudnya yaitu yang
berkuasa itu adalah dari kamu juga, naik dan terpilih atas kamu juga dan kamu mengakui
kekuasaannya.
Sejak Rasulullah berhijrah dari Makkah ke Madinah, sehari setelah sampai di Madinah itu telah
berdiri suatu kekuasaan atau pemerintahan islam yang Nabi sendiri yang memegang tampuk
pemerintahan itu. Di kiri kanannya berdirilah beberapa pembantu. Pembantu utama ialah para
Urusan kenegaraan dibagi dua bahagian. Yang mengenai agama semata-mata dan yang
mengenai urusan umum. Urusan semata-mata menunggu wahyu dari tuhan tetapi urusan umum
seumpama peran dan damai ,membangunkan tempat beribadat dan bercocok tanam diserahkan
kepada kamu sendiri. Tetapi dasar utamanya adalah syura yaitu permusyawaratan. Dari hasil
syura ialah menjadi keputusan yang wajib ditaati oleh seluruh orang beriman. Yang bertugas
Supaya ketaatan kepada Ulil Amri itu dapat dipertanggungjawabkan , urusan-urusan duniawi
Tentang Ulil Amri setengah ulam berpendapat bukan ulama agama saja bahkan termasuk juga
Abduh berpendapat di zaman modern kita ini direktur-direktur pengusaha besar, professor,
sarjana di berbagai bidang, wartawan dan lain-lain yang terkemuka di masyarakat adalah Ahlul
Halli Wal Aqdi (ahli mengikat dan menguraikat ikat). Berhak diajak bermusyawarah.[15]
Oleh sebab itu maka jelaslah bahwa islam memberikan lapangan luas sekali tentang siapa yang
patut dianggap Ulil amri, yang patut diajak musyawarah pemungutan suara atau kepala
pemerintahan saja menunjuk siapa yang patut, yaitu lalu diakui dan ditaati oleh orang banyak.
Dari sinilah penulis mencoba memaparkan bahwa inti dari ayat ini adalah kesejahteraan
terhadap suatu Negara, apabila urusan urusan itu adalah urusan kenegaraan maka urusan itu
juga menjadi urusan keagamaan. Karena memperjuangkan Negara adalah hal yang
diperintahkan oleh agama. Sesuai dengan kebutuhan masyarakat sekarang yang lebih
membutuhkan penjelasan peersoalan-persoalan kenegaraan maka hal yang paling urgen yang
perlu dibahas dalam hal ini adalah pemerintah dan pemerintahan. Pemerintahan sekarang
sangat berkaitan erat dengan agama, karena negaralah yang menjadi penggerak utama dalam
masyarakat.
Begitu pentingnya persoalan Negara sampai ketika nabi wafat maka pemakamannya ditunda
sampai ada pemimpin yang menggantikan beliau. Begitupula ketika Abu Bakar yang berwasiat
Namun bagaiman ketika seorang Ulil Amri yang berlaku zalim maka itupula harus ditindak keras,
Seperti yang dialami oleh Negara kita sekarang yang pemerintahan yang terombang-ambing
sehingga lahirlah ketidak jelasan terhadap Negara ini. Contohnya saja dalam hal keadilan,
Negara kita masih jauh dari nilai-nilai keadilan. Bayangkan seorang nenek yang mengambil sebiji
buah coklat dihukum sampai beberapa bulan sedangkan koruptor yang mengambil uang rakyat
atau Negara yang sampai teriliunan dan miliaran begitu alur dan lambat dalam menanganinya.
Ketika memutuskan sebuah perkara itupun tidak sesuai dengan hukuman yang seharusnya
diterimah. Maka dari itu hendaklah kita sebagai umat mampu mengikuti dengan baik apa yang
menjadi aturan Allah, Rasul dan para ulil Amri. Sehingga Negara kita damai, aman, dan sentosa.
Sekali lagi melalui ayat ini, Allah mengulangi perintahnya menetapkan hokum sesuai dengan apa
yang diturunkannya, yang telah diperintahkannya pada ayat yang lalu. Ayat yang lalu
menunjukkan konsekuensi turunnya petunjuk ilahi, dan perintah pada ayat ini adalah karaena
apa yang telah diturunkan itu merupakan kemaslahatan manusia. Perintah ini ditekankan, karena
orang-orang yahudi dan yang semacam mereka tidak henti-hentinya berupaya menarik hati
Kemudian potongan ayat yang berarti: supaya mereka tidak memalingkanmu dari
sebagian apa yang telah diturunkan kepadamu,ayat ini menekankan kewajiban berpegan teguh
terhadap apa yang diturunkan Allah secara utuh dan tidak mengabaikannya walau sedikitpun.. di
sisi lain hal ini mengisyaratkan bahwa lawan-lawan umat islam senantiasa berusaha
memalingkan umat islam dari ajaran islam walaupun hanya sebagian saja.[16] Dengan
meninggalkan sebagian ajarannya, keberagaman umat islam akan runtuh. Karena sel-sel ajaran
isalam sedemikian terpadu, mengaitkan sesuatu yang terkecil sekalipun dengan Allah SWT.
Menurut sepengetahuan kami, bahwa setiap ayat yang turun pasti terkhusus kepada Nabi. Dari
sinilah kita dapat menyimpulkan bahwa Rasul saja yang kita anggap ma’shum menerimah ayat
ini apa tah lagi kita sebagai umat yang jauh dari kesempurnaan. Di sisi lain ayat ini membuktikan
Kemudian lanjutan ayat selanjutnya yaitu maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah hendak
menimpakan musibah kepada mereka,merupakan hiburan kepada Nabi SAW. Yang menghadapi
keengganan orang yahudi dan nasrani menerimah ajakan beliau. Selanjutnya penggalan kata
selanjutnya pada potongan ayat tersebut, sengaja dicantumkan untuk mengisyaratkan bahwa
penyampaian hakikat itu adalah sebagai pengajaran kepada Nabi dan siapapun tentang
kehendak Allah dalam pengertian di atas, sehingga karena itu merupakan kehendaknya, maka
bahwa sebagian dosa mereka yang lain, Allah abaikan karena memang rahmatnya sedemikian
luas dan pengampunannya sedemikian besar, sehingga sebagian dosa manusia diampuni sesuai
dengan firmannya.[18]
Muhammad bin ishak meriwayatkan dari ibnu Abbas berkata: terjadi percakapan anatara Ka’ab
bin Asad dan Abdullah bin Syiria dan Syas bin Qais mereka berkata: marilah pergi menemui
Muhammad kalau dapat mempengaruhi atau menyelewenkan dia dari agamanya maka mereka
dating kembali dan berkataya Muhammad anda telah mengetahui bahwa kami pendeta, guru
dari kaum yahudi dan terkemuka di antara mereka dan bila kami ikut kepadamu pasti orang
yahudi mengikuti kami dan tidak ada yangt menentang kami dan kini terjadi sengketa antara
kami dengan suku yang lain kami akan mengajak mereka bertahkim kepadamu jika kamu
berjanji memenangkan kami, kami akan percaya kepadamu namun Nabi menolak.[20]
Memenangkan yang salah dan mengalahkan yang benar adalah hokum jahiliyyah yang sekarang
lebih favorit disebut hokum rimba. Siapa yang kuat, kaya dan punya kekuasaan maka itulah
yang menang. Pengaruh karena ketinggian kedudukan , karena dia pemuka agama, karena
mungkin bangsawan, karena dia disegani menjadikan semuanya menjadi fakta utama di dalam
mempertimbangkan hokum.
Di sinilah terasa beratnya memikul tugas menjadi ulama dalam islam. Disamping memperdalam
ilmu tentang hokum, memperluas ijtihad, hendaklah pula ulama kita meniruulama pelopor zaman
dahulu.
Melihat inti dari ayat ini adalah bagaiman menegakkan hokum setegas-tegasnya, mampu
menentukan kebenaran dan kesalahan. Dalam hal ini mampu berlaku adil terhadap semua
golongan tanpa memandang bulu warna dan martabat. Suatu perkara yang melanda Negara kita
sekarang adalah banyaknya terjadi KKN yang mana banyak membuat Negara ini melarat dan
tertinggal jauh dari Negara-negara maju lainnya. Tugas kita sebagai penerus bangsa harus
1. B. Munasabah ayat.
Berbicara soal munasabah ayat, tentu saja kita akan membahas dan berusaha mekorelasikan
ayat ini sesuai dengan makna, kandungan dan asbabun nuzul ayat tersebut.
Berdasarkan asbabun nuzul, ayat 59 surat An-nisa turun mengenai Abdullah bin Hudzafah bin
Qais sewaktu di utus oleh nabi memimpin suatu pasukan tempur. Ini diriwayatkan oleh Imam
Ad-dawudi berkata: riwayat ini mereka menyalah gunakan nama Ibni Abbas, karena
sesungguhnya Abdullah bin Hudzafah ketika berangkat dan keluar bersama pasukannya, ia
marah-marah, lalu ia menyalakan api dan berkata: terjunlah kalian, maka sebagian mereka
banyak yang menolak dan sebagian lagi banyak yang terjun ke dalamnya. Ad-dawudi berkata
lagi: sekiranya ayat ini diturunkan sebelumnya, mengapa dikhususkan pada Abdullah bin
Hudzafah untuk mentaatinya bukan yang lain.[22] Ini berarti bahwa ayat ini turun karna adanya
Kemudian sebabb turun ayat 49 surat Al-maidah, diriwayatkan oleh ibnu ishak yang bersumber
dari ibni Abbas bahwa Ka’ab bin Usaid Abdullah bin suraya dan Saisy bin Qais berkata: pergilah
kamu tau bahwa kami adalah pendeta-pendeta Yahudi, orang-orang terhormat, ketika kami
mengikuti jejakmu maka orang yahudi akan mengikuti jejakmu ketika kamu memenangkan kami
Ketika kita mekorelasikan ayat ini maka pada ayat pertama turun karna penolakan atas orang
yang tidak mau turun peran dan ayat kedua adalah perintah untuk berlaku adil terhadap semua
perkara. Nah letak kesesuaian ayat tersebut adalah bagaiman seorang rakyat menaati atas
perintah Allah, Rasul dan para pemimpin mereka. Kemudian sebaliknya para pemimpin tersebut
bagaimana berlaku adil terhadap rakyat-rakyatnya tanpa memandang bulu dan warna. Ketika
para rakyat yang disimbolkan dalam asbabun nuzul adalah pasukan mampu untuk menaati
aturan-aturan yang telahh ditetapkan oleh pemerintah begitupun pemerintah mampu untuk
berlaku adil terhadap raklyatnya, maka apa yang disebutkan opleh akhir ayat ke 59 surat An-nisa
yaitu keutamaan dan akibat yang baik dapat terealisasikan. Keutamaan menurut hemat kami
dalam hal ini adalah adanya keseimbangan antara pemerintah dan rakyat biasa. Kemudian
Inilah korelasi di antara dua ayat tersebut. Bagaimana sesorang pemimpin mampu berklaku adil
kita ini semua menginginkan hal tersebut, maka dari itu hendaklah kita mampu merubah diri kita
masing-masing minimal dengan merubah paradigma kita, cara berpikir kita, sehingga kita dapat
bersaing dengan Negara- Negara yang lebih maju daripada Negara kita. Kita mampu berubah
A. Kesimpulan
Dari kedua ayat yang kami bahas di atas, kami dapat menyimpulkan bahwa inti dari ayat
tersebut adalah:
1. Umat mampu taat kepada perintah Allah SWT dengan segala keikhlasan tanpa ada kata
tidak mau.
2. Bagaimana umat taat terhadap apa yang diperintahkan oleh Rasul, karena menaati Rasul
adalah merupakan sebagian daripada perintah Allah.
3. Taat terhadap ulil amri, karena ulil amri merupakan pelanjut amanah Rasul-rasul, maka
menaatinya adalah hal yang wajib. Di zaman sekarang, ulil amrilah yang sangat berperang
dalam kesejahteraan rakyatnya.
4. Selain untuk taat terhadap Allah, Rasul dan ulil amri, juga diwajibkan bagaimana kita
berlaku adil terhadap semua perkara sebagaimana yang telah dilakukan oleh Nabi. Hal ini
sangat diperlikan bagi seorang ulil amri.
B. SARAN
Tak ada manusia yang sempurna, sebagaimana dalam ungkapan “manusia tidak lupuh dari
kesalahan dan kehilafan”, olehnya itu, setelah berusaha keras melakukan yang terbaik kita
hanya bisa bertawaqqal kepada Allah sehingga kalau ada kesalahan kami menunggu kritik dan
sarannya, dan benarnya itu datangya daari Allah swt. Lebih dan kurangnya mohon dimaafkan