KE - 9
Nataijul Ibadah (Hasil Ibadah)
A. Pengantar
Ibadah kepada Allah Ta’ala hendaknya tidak sekedar dipahami sebagai
praktek ritual belaka. Ia harus memiliki pengaruh-pengaruh positif ke dalam jiwa
manusia yakni tumbuhnya ketundukan dan kepasrahan kepada-Nya. Dengan kata
lain, suatu amalan ibadah dapat disebut sebagai ibadah yang baik, benar, utuh, atau
sempurna (al-‘ibadatus salimah) jika membawa pengaruh-pengaruh yang positif
pada jiwa.
Pembahasan materi ini bermanfaat untuk melengkapi pengetahuan Anda
dengan berbagai keutamaan dan dalil-dalil agar mampu menerapkannya dan
mengamalkannya pada kehidupan kita sehari-hari guna memperoleh kebahagiaan
didunia maupun diakhirat kelak.
Hakikat Ibadah
Ibnu Taimiyah berkata: “makna asal dari kata ibadah adalah tunduk, namun
ibadah yang diperintahkan oleh syariat adalah perpaduan antara ketaatan sempurna
dan kecintaan yang sempurna. Ibnu Qoyyim mengatakan bahwa ibadah adalah
gabungan antara ketaatan yang penuh dan cinta yang sempurna. Maka yang taat
kepada Allah tapi tidak cinta kepada-Nya maka ia belum dikatakan beribadah.
ٌ شي ُت ُك ْم َو َأ ْم َو
ال ُ ان َآب ُاؤ ُك ْم َو َأ ْب َن ُاؤ ُك ْم َوإ ْخ َو ُان ُك ْم َو َأ ْز َو
َ ِ اج ُك ْم َو َع َ َ ْ ْ ُ
قل ِإن ك
ْ ِ ِ
ُ
َ اقْْفت ُم َ َ َ ْ
وه ا ه ي
ُ َ َ َ ِّ َ ْ ُ ْ َ َّ َ َ َ َ ْ َ ْ َ ُ َ َ َ َ َ َ َ َ ْ َ ْ َ ٌ َ َ َ
ول ِه
ِ و ِتجارة تخشون كسادها ومس ِاكن ترضونها أحب ِإليكم ِمن اللْ ورس
َو ِج َه ٍاد
َ َّ َ ُّ َ َ ه ُّ َ َ ْ َ ه ْ َ َ َّ َ َ َ ََ
ْقْْ َّب ُصوا حتْْ يأ ي ِتْْ ا للْ ِبأم ِرِه ۗ وا للْ ل َ
ي ِف س ِب ِيل ِه ي
َْ َ ْ َْ َْ
اس ِقر َيِ يه ِدي القوم ال
ف
Artinya: “Katakanlah: “jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara,
isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan
yang kamu khawatiri kerugiannya,dan tempat tinggal yang kamu sukai adalah lebih
kamu cintai dari Allah dan rasulNya dan dari berjihad di jalanNya. Maka
tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusannya, dan Allah tidak member
petunjuk kepada orang-orang yang fasik”. (QS At Taubah 24)
Dan yang mencintai Allah tapi tidak taat kepadaNya maka ia belum dikatakan
beribadah kepada Allah. “katakanlah jika kamu benar-benar mencintai Allah,
ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu, Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Ali Imran 31)
Ibadah yang shahih akan menghasilkan dan melahirkan sikap dan perilaku
yang positif dalam kehidupan sehari-hari yang menjadi bekal dan pegangan dalam
mengemban amanah sebagai hamba Allah khususnya tugas da’wah. Ibadah yang
benar (al-ibadatus salimah) akan membawa pengaruh-pengaruh yang positif pada
jiwa kita diantaranya:
1. Semakin teguhnya keimanan (al-iman).
Allah Ta’ala menyeru kita untuk selalu istiqamah menjaga keimanan. Dia
berfirman,
Muslim meriwayatkan dari Umar ra. dia berkata: “Tatkala kami tengah duduk
bersama Rasulullah SAW. tibatiba datang seorang lelaki yang mengenakan pakaian
sangat putih, berambut sangat hitam, tidak nampak padanya tanda-tanda bahwa dia
seorang yang sedang safar, dan tak ada seorang pun dari kami yang mengenali orang
tersebut. Dia lalu duduk di hadapan Nabi SAW. dengan menempelkan lututnya ke
lutut beliau dan meletakkan kedua telapak tangannya di atas paha beliau. Setelah itu
dia bertanya: “Wahai Muhammad, tolong beri tahukan kepadaku apa itu Islam?
Rasulullah SAW. lalu menjawab: Islam adalah engkau bersaksi bahwa tiada ilah
yang berhak untuk diibadahi, kecuali Allah, dan bahwa Muhammad adalah utusan
Allah: engkau mendirikan shalat, engkau menunaikan zakat: engkau berpuasa pada
bulan Ramadhan: dan engkau menunaikan ibadah haji ke Baitullah jika mampu.'
Dia berkata: "Engkau benar.' Kami merasa heran, sebab dia bertanya, namun dia
pula yang membenarkannya. Dia berkata lagi: Tolong beri tahukan kepadaku apa
itu iman?' Rasul menjawab: 'Iman adalah engkau beriman kepada Allah, para
1
Lihat Tafsir Ibnu Katsir
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, hari akhir, dan engkau beriman
kepada gadar Allah, yang baik maupun yang buruk'. Dia pun lalu berkata: “Engkau
benar.' Dia bertanya lagi: Tolong beri tahukan kepadaku apa itu ihsan? Rasul
menjawab: Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seolah engkau melihat-
Nya: dan jika engkau tak bisa melihatnya, engkau yakin bahwa Allah pasti
melihatmu.' Selanjutnya, dia berkata: Tolong beri tahukan kepadaku kapan
datangnya hari Kiamat.' Rasul menjawab: Yang ditanya tidak lebih tahu daripada
yang bertanya.' Dia berkata lagi: Kalau begitu, tolong beri tahukan kepadaku tanda-
tanda hampir tibanya hari Kiamat.' Rasul menjawab: Tanda-tarrdanya adalah ketika
budak wanita telah melahirkan tuannya: ketika engkau telah menyaksikan orang-
orang yang sangat fakir telah bermegah-megahan dalam membangun tempat
tinggal. Selanjutnya, orang tersebut meninggalkan kami. Tidak lama berselang,
Rasul lalu bertanya kepadaku: Wahai 'Umar, tahukah engkau siapa laki-laki yang
bertanya tadi?" Aku menjawab: 'Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.' Rasul
menjawab: 'Dia adalah Jibril yang sengaja mendatangi kalian untuk mengajarkan
agama kalian.”
Maksud “budak wanita telah melahirkan tuannya” adalah seorang wanita telah
melahirkan anak tuannya dari hubungan pergundikan dan sudah membudayanya hal
ini, sebab jika tidak dikatakan membudaya, kejadian seorang wanita yang
melahirkan anak tuannya dari hubungan pergundikan sudah pernah terjadi, baik
pada zaman Nabi SAW. masih ada, zaman Shahabat, maupun zaman sesudah
mereka. 2
2. Semakin kuatnya penyerahan diri dan ketundukkan kita kepada Allah Ta’ala
(al-Islam).
Di saat kita melakukan ibadah, hakikatnya, saat itu kita sedang melakukan
kristalisasi kesadaran diri terhadap keagungan Allah Ta’ala (as-syu’ur bi
‘adzhamatillah) dan banyaknya nikmat yang diberikan oleh-Nya kepada kita
2
Lihat: Mukhtashor Riyaadushshaalihiin (hal.30)
(assyu’ur bi katsrati ni’amillah). Maka, semakin banyak beribadah akan semakin
kuatlah syu’ur kita; dan semakin berserah dirilah kita kepada-Nya.
Sebagai muslim, kita pun memiliki keyakinan, semakin kuat komitmen
ibadah, semakin kuat pula dukungan dan pertolongan Allah Ta’ala kepada kita. Hal
ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
َ َ ُ ْ َ َ َ َ ْ َ َ ا ْح َفظ
هللا ت ِجد ُه ت َجاهك ِا ْحف ِظ، هللا َي ْحفظك ِ ِ
Artinya: “Jagalah Allah maka Dia akan menjagamu, jagalah Allah maka
kamu akan mendapati-Nya dihadapanmu“. (HR at-Tirmidzi no. 2516, Ahmad
[1/293] dan lain-lain, dinyatakan shahih oleh imam at-Tirmidzi dan syaikh alAlbani
dalam “Shahihul jaami’ish shagiir” no. 7957).
Orang mukmin adalah orang yang selalu menghadap Rabbnya dan memohon
kepada-Nya agar musibah yang menimpa dirinya disingkirkan, karena dia yakin
seyakin-yakinnya bahwa kendali segala urusan ada di tangan Allah .ﷻAllah lah
yang memberi manfaat dan memberi mudharat. Karenanya, dia tak mau berpaling
kepada selain Dia. 5
3. Memperkokoh ihsan.
3
Lihat: Jaami’ul uluumi wal hikam, Ibnu Rajab (hal. 229)
4
Lihat: Tasliyat Ahl Al-Masho’ib, (hal.226)
5
Lihat: Salwaa AL-Haziin, (hal. 166)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang apa itu ihsan.
ه
َ َ َ ُ َّ َ ُ َ َ ْ ُ َ ْ َ ْ َ ُ َ َ َ َّ َ َ َ َّ َ ُ ْ َ ْ َ
أن تعبد اللْ كأنك تراه ف ِإن لم تكن تراه ف ِإن ه يراك
Artinya: “Kamu beribadah kepada Allah seakan-akan kamu melihatNya; jika
kamu tidak dapat melihatNya maka sesungguhnya Dia melihatmu.” (HR.
BukhariMuslim).
ْ ْ
ش ِْْ ِْْ ال ُمخ ِب ِت َي َ َفإ َل ُه ُك ْم إ َل ٌه َواح ٌد َف َل ُه َأ ْسل ُموا َو
ب
ِ ِ ِ ِ ِ
Artinya: “Maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah
dirilah kamu kepada-Nya. Dan, berilah kabar gembira kepada orang-orang yang
ُ َ َُ َ َّ
merendahkan diri (kepada Allah).” (Al-Hajj, 22: 34). آمنوا َوع ِملوا ه الذين
ِ ِإن
ُ َّ ْ ُ َ ْ َ َ َ ُ ْ ِّ َ َ َ ُ َ ْ َ َ
اب ال َجن ِة ه ْمات وأخبتوا ِإلْ رب ِهم أول ِئك أصح َ َّ
ِ الص ِالح
َ ُ َ
ِف َيها خ ِالدون
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amalamal shalih dan merendahkan diri kepada Rabb mereka, mereka itu adalah
penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya.” (QS. Hud, 11: 23).
Ikhbat menurut pengertian bahasa artinya permukaan tanah yang rendah. Atas
dasar pengertian bahasa ini pula Ibnu Abbas radhiyallahu anhu dan Qatadah
mengartikan lafazh mukhbitin di dalam ayat Al-Qur’an sebagai orang-orang yang
merendahkan diri.
Sedangkan menurut Mujahid, mukhbit artinya orang yang hatinya merasa
tenang bersama Allah. Karena menurut pendapatnya, khabtu artinya tanah yang
stabil. Menurut Al-Akhfasy, mukhbitin artinya orang-orang yang khusyu’. Menurut
Ibrahim An-Nakha’y, artinya orang-orang yang shalat dan ikhlas. Menurut Al-
Kalby, artinya orang-orang yang hatinya lembut. Menurut Amr bin Aus, artinya
orang-orang yang tidak berbuat zhalim, dan jika dizhalimi tidak membalas.
2. Jauhilah apa yang telah dilarang oleh Allah, niscaya engkau akan menjadi
orang yang paling zuhud.
ه ه
ُ ُ ْ َ َ ُ َ َ ِّ َ َ َ ْ َ َ َ ْ َ َ
ومن يتوكل علْ اللْ فهو حسبه
Artinya: “Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah
akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS. At-Thalaq, 65 : 3)
6
Lihat: Merendahkan Diri (Ikhbat), http://www.fimadani.com
7
Lihat: Nashaihul ‘ibaad (hal.65)
Mengenai tawakkal ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda,
ه
ً ْ ُ َ ْ َ َّ ُ ُ َ َ ُ َ َ َ ُّ َ َّ
، تغدو ِخ َماصا، ْهللا َحق ت َوك ِل ِه ل َرزقك ْم ك َما ي ْرزق الطري ْ
َ َ َل ْو َأ َّن ُك ْم تت َوكل ْون ع
ل
َ َ ُ َ َ
ِ
ً َ َ
وت ُر ْو ُح ِبطانا
Artinya: “Seandainya kalian bertawakkal kepada Allah dengan
sungguhsungguh tawakkal kepada-Nya, sungguh kalian akan diberikan rizki oleh
Allah sebagaimana Dia memberikan rizki kepada burung. Pagi hari burung
tersebut keluar dalam keadaan lapar dan pulang di sore hari dalam keadaan
kenyang.” (HR. Ahmad)
Semua sikap itu akan muncul dalam diri jika kita beribadah dengan benar
kepada-Nya.
8
Lihat: https://muslim.or.id/30-tawakkal.html
Bersikap Optimis dan Tawakkal, yakni berbesar hati dan bertekad kuat bahwa
akhirnya segala urusan akan baik, -insyaallah-.
Salah satu tuntutan ibadah kepada Allah Ta’ala adalah lahirnya al-mahabbah
kepada-Nya di atas segalanya. Allah Ta’ala berfirman,
ْ َ َ َ ْ ٌ َ ْ َ َ ْ ُ ُ َ ِ َ َ ْ ُ ُ َ َْ َ ْ ُ ُ َ ْ َ ْ ُ ُ َ َْ َ ْ ُ ُ َ َ َ ْ ْ ُ
اقْْف قل ِإن كان آباؤكم وأبناؤكم و ِإخوانكم وأزواجكم وع ِشيتكم وأموال
َ ُُي
تموها ه
ول ِه س ِّ ب إ َل ْي ُك ْم م َن
ُ الل َْ َو َر َّ َوت َج َار ٌة َت ْخ َش ْو َن َك َس َاد َها َو َم َساك ُن َت ْر َض ْو َن َها َأ َح
ِ ِ ِ ِ ِ
َ
و ِجه ٍاد َ
َ ُّ َ َ ه ُّ َ َ ْ َ ه ْ َ َّ َ َ ََ
للْ ال َي ْه ِدي قْْ َّب ُصوا َحتْْ َيأ ي ِتْْ ا للْ ِبأم ِرِه وا َ
ي ِف س ِب ِيل ِه ي
َْ َ ْ َْ
اس ِقر َي ِ القوم الف
Artinya: “Katakanlah: ‘Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara,
isteriisteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan
9
Lihat At-Thorig ila Ash-Shihhah An-Nafsiyah 'inda Ibni Al-Qayyim Al-Jauziyah, karya Prof. "Abdul
"Aziz Al-Ahmad.
yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah
lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka
tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.’ Dan Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (QS. At-Taubah, 9: 24)
Maka, jika ibadah kita benar, akan lahirlah keindahan dan kenikmatan
mahabbah kepada-Nya. Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ُ ُ ََ ُ َ ُ َ َْ
َ ول ُه ْ ْ َ َ َ َّ ُ ْ َ ٌ َ َ
ب َّ أح أن يكون هللا ورس:يه َو َجد ِب ِه َّن َح َلْ َوة ِالْْ ْي َم ِان
ِ ثالث من كن ِف
َ ُ َ ْ َ َ َ ْ َ ْ َ َ َ ِّ َّ ُ ُّ ُ َ َ ْ َ ْ َّ ُ ْ َ َ َ ُ َ َ َّ ْ َ
وأن يكره أن يعود ي ِف ا،ْ وأن ي ِحب المرء ال ي ِحبه إال ِلل،ِإلي ِه ِمما سواهما
َْ َ ُْ ْ
لكف ِر َب ْعد أن
َّ َ َ ْ َْ ْ َ ُ ْ ُ ُ َ َ َْ
ك َما َيك َر ُه أن ُيقذف ي ِف النا ِر،هللا ِمنه أنقذه
Artinya: “Tiga sifat yang jika ada pada diri seseorang, ia akan meraih
manisnya iman: (1) Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dari selain keduanya, (2)
Ia mencintai seseorang, tidaklah mencintainya melainkan karena Allah, (3) Ia
membenci untuk kembali kepada kekafiran -setelah Allah menyelamatkannya
darinya- sebagaimana ia benci apabila dilempar ke dalam api.” (Hadits Muttafaq
‘Alaihi)
7. Ketujuh dan kedelapan, memupuk khauf (rasa takut) dan raja’ (pengharapan)
kepada Allah Ta’ala.
Menurut al-Ghazali Khauf dan Raja‟ merupakan dua konsep yang berkaitan
antara satu dengan yang lainnya. Keduanya menurut al-Ghazali bagaikan dua sayap
yang dapat menerbangkan seorang sufi menuju maqam berikutnya. Raja‟ adalah
10
Al-Faroj ba’da Asy-Syiddah karya Ibnu Abi Ad-Dun-ya, (hal.22)
harapan yang ditujukan kepada Allah setelah melakukan seluruh sarana kebajikan.
Harapan ini mengandung permohonan agar Allah menerima (maqbul atau mabrur)
kebajikan yang telah dilakukannya. Sebaliknya khauf adalah perasaan cemas, takut
dan khawatir manakala sarana kebajikan yang dilakukan tersebut tidak terima
(mardud) oleh Allah. Khauf dan Raja‟ dalam tasawuf menurut al-Ghazali ini dapat
menjadi hal dan dapat menjadi maqam.11 Jika cepat hilangnya disebut dengan hal,
sedangkan bila dapat bertahan lebih lama disebut maqam. Sehingga manusia
senantiasa berada di jalan yang lurus, tidak terjerumus ke dalam keputusan ataupun
merasa aman dari azab Allah. Khauf menurutnya ibarat kepedihan dan kebakaran
hati disebabkan terjadinya hal yang tidak disukai di masa depan. Hal ini senada
dengan pendapat al-Qusyairy bahwa khauf berkaitan dengan kejadian yang akan
datang, sebab seseorang hanya merasa takut jika apa yang dibenci tiba dan yang
dicintai sirna.12
Jika kita beribadah dengan benar, akan muncul dalam diri kita khauf (rasa
takut) jangan-jangan ibadah kita tidak diterima dan tidak diridhoi-Nya. Meskipun
begitu kita pun akan senantiasa memunculkan raja’ (pengharapan) terhadap
kemurahan, pengampunan dan kasih sayang Allah Ta’ala.
Khauf dan Raja’ ini hendaknya tumbuh seimbang dalam diri seorang muslim.
Jangan sampai khauf menyebabkan manusia putus asa dari rahmat dan ampunan
11
Dr.H. Muzakkir, MA. Tasawuf Jalan Mudah Menuju Tuhan, (Medan: Perdana Publising, 2012), h.
98-99
12
Al-Qusyairy An-Naisabury, 123
13
M.Iqbal Irham, MA, Membangun Moral Bangsa melalui Akhlaq Tasawuf, (Ciputat, Pustaka Al-
Ihsan: 2012), h. 183
Allah Ta’ala, dan jangan sampai raja’ menyebabkan manusia menganggap remeh
ancaman dan siksa-Nya,
َ ْ َ َ ٌ َ َّ َ ُ ْ َْ َ ُ ْ ْ َ َ َْ
َول ْو َي ْعل ُم الك ِاف ُر، َما ط ِم َع ِب َجن ِت ِه أ َحد، هللا ِم َن ال ُعق ْو َب ِة
ِ لو ي ْعل ُم ا ُلمؤ ِمن ما ِعند
ٌ َ َ َّ َ ْ َ َ َ َ َّ هللا ِم َن َْ َ
ما قنط ِمن جن ِت ِه أحد، الر ْح َم ِة ِ ما ِعند
Artinya: “Seandainya seorang mukmin mengetahui siksa yang ada di sisi
Allah, maka dia tidak akan berharap sedikitpun untuk masuk syurga. Dan
seandainya orang kafir mengetahui rahmat yang ada di sisi Allah, maka dia tidak
akan berputus asa sedikitpun untuk memasuki Syurga-Nya.” (HR. Muslim)
Tidak ada gunanya bersedih Hati, sebab ingat bahwasanya tidak ada gunanya
berkeluh kesah dan menyesalai musibah yang telah terjadi, dan bahwa itu justru
menambah penderitaan dan sakit hari, karena taqdir Allah pasri berlaku tanpa diragukan.
Jadi, bersedih hati dan menyesal justru membuat musibah terasa semakin berat dalam hati
dan kepedihan menjadi berlipat ganda. Sebaliknya, dengan bersabar dan memohon pahala
Allah, maka semua akan menjadi kecil, bahkan mungkin tidak terasa sama sekali. 15
Dalam kaitan ini berkatalah ‘Ali bin Abu Thali bra.: “Sesungguhnya jika kamu
bersabar, maka taqdir apapun yang berlaku pada dirimu, kamu akan mendapat pahala
karenanya. Sebaliknya, jika kamu berkeluh-kesah, maka taqdir akan tetap berlaku pada
dirimu, sedang kamu berdosa.”16
14
Lihat As-Silsilah Ash-Shahihah, (no. 714.)
15
Lihat: Nashaihul ‘ibaad (hal.135)
16
Minhaj Al-Abidin karya Al-Ghazali, (hal.239)
Al-Ghazali mendefinisikan khauf sebagai sesuatu tang tidak disukai yang akan
terjadi di masa mendatang. Dengan khauf, berhasillah dalam hati ini kelayuan,
kekhusyukan, kehinaan diri dan ketenangan. Khauf adalah seperti cemeti, yaitu
membawa kepada amal perbuatan. Faedah khauf adalah hati-hati, takwa, mujahadah,
ibadah, fikir, dzikir dan sebab-sebab lain yang menyampaikan kepada Allah. Dan setiap
yang demikian, membawa kehidupan serta kesehatan badan dan kesejahteraan akal.
Sedangkan raja‟ adalah sesuatu yang ditunggu dan disukai di masa mendatang. Al-
Ghazali menyatakan bahwa sesungguhnya Rasulullah Saw. telah menyebut sebab-sebab
raja‟ dan kebanyakan daripadanya supaya dapat mengobat serangan takut yang ekstrem,
yang membawa kepada keputusan atau sifat-sifat lain yang melemahkan. Semangat raja‟
dapat menguatkan hati dan mencintai kepada Allah yang kepadaNyalah harapan.17
Sarana kita untuk kembali dan mendekat kepada Allah Ta’ala adalah dengan
beribadah kepada-Nya. Maka, jika kita senantiasa beribadah kepada-Nya, akan
tumbuhlah suasana taubat dalam keseharian kita. Sikap taubat inilah diantaranya
yang menjadi ciri orang-orang yang sempurna keimanannya. Allah Ta’ala
berfirman,
َ ْ ْ َ ُ َّ َ ُ َّ َ ُ َّ َ ُ َ ْ َ ُ َ ْ َ ُ َّ
الْ ِم ُرون اجدون
ِ الت ِائبون الع ِابدون الح ِامدون الس ِائحون الر ِاكعون الس
ُْ َ ْ
وفِ ِبالمعر
17
Al-Ghazali, Ihya‟ Ulum al-din terj. Prof Ismail Yakub, Ihya‟ Al-Ghazali, jilid VII, (Jakarta: C.V.
Faizan, 1985), h. 66-68.
ْ ْ َ ُ َ ْ َ َ ْ ُ ْ َ َ ُ َّ َ
ِّ ون ل ُح ُدود ا ه
َ لل َْ َو
ش ِْْ ِْْ ال ُمؤ ِم ِنر َي
ِ ب ِ ِ والناهون ع ِن المنك ِر والح ِافظ
Artinya: “Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang beribadat,
yang memuji, yang melawat, yang ruku’, yang sujud, yang menyuruh berbuat
ma’ruf dan mencegah berbuat munkar dan yang memelihara hukum-hukum Allah.
َ ْ ُّ َ ُّ
الدع ُاء ُمخ ال ِع َباد ِة
Artinya: “Doa adalah inti ibadah“. (HR. Tirmidzi)18
َُ َ ُ ُ َ ُّ
الع َبادة
ِ الدعاء هو
Artinya: “Do’a adalah sesuatu yang sangat mendasar dalam ibadah” (HR.
Abu Dawud)
Jika kita membiasakan diri beribadah kepada-Nya, maka akan terbiasalah kita
menyeru dan memohon kepada-Nya. Dengan begitu kita tidak akan termasuk ke
dalam golongan orang-orang yang menyombongkan diri kepada-Nya. Allah Ta’ala
berfirman, ه
18
Syaikh Al-Albani mendhaifkan hadits ini.
َ ُ ُ َْ َ َ
َ ون َج َه َّن َم َداخر َ َ ْ َ َ ُ ْ َ ْ َ َ َّ
ين ِ ِ لخ ديس ْ تِ ي اد بعِ نع ونْ ْ ك
ِ ِي تسي ينالذ
ِ ن ِإ
Arinya: “Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari
menyembah-Ku akan masuk Jahannam dalam keadaan hina dina.” (QS.
AlMu’min, 40: 60)
10. Terwujudnya sikap khusyu’ (lembut, tenang, tunduk, dan kerendahan diri di
hadapan Allah Ta’ala).
19
https://muslim.or.id/13989-meraih-khusyu-dalam-ibadah-1.html
Nya berikut ini,
َ َ ْ َ َ َ َّ ٌ َ َ َ َ َّ َ َ َّ َ ْ ْ ُ َ ْ َ
َّ وا ب
ه ر ع
ِ اش
ِ خ ال ْ لع ال إِ ةيتِ كل ا هنإ و ةِ الالصو ْ ِْ واست ِعين ِ ِي
الّص
َ َ َ ُ ُّ ي ِ
الذين يظنون ِ
َ ُ َ ْ َ ْ ُ َّ َ َ ْ ِّ َ ُ َ ُّ ُ َّ َ
أنهم مالقو رب ِهم وأنهم ِإلي ِه ر ِاجعون
Artinya: “Dan mintalah pertolongan (kepada) Allah dengan sabar dan
sholat. Dan sesungguhhya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi
orangorang yang khusyu’ , (yaitu) orang-orang yang menyakini, bahwa mereka
akan menemui Rabb-nya dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.” (QS. Al-
Baqarah, 2 : 45 -46)
َ َْ َ َ َْ َ َ ْ ُْ َ َ ْ ُْ َ َ ْ ُْ َ َ ْ ُ ْ َّ
اتِ ات والق ِان ِت ي والق ِانت ِ ات والمؤ ِم ِت ي والمؤ ِمن ِ ِإن المس ِل ِمر ي والمس ِلم
َ َ ْ َ َ َ ْ َ َّ َ َ َّ َ الصاد َق َّ الصادقر َي َو َّ َو
ات ِ ات والخا ِش ِعر ي والخ ِاشع ِ ات والص ِاب ِرين والص ِاب َر ِ ِ ِِ
ِّ َ ْ
َوال ُمت َصد ِقر َي
َ َ ْ َ ْ ُ َ ُ َ َ ْ َ الصائ َم َّ َ َ َّ َ َو ْال ُم َت َص ِّد َق
ِ ات والح ِاف ِظر ي ف ُرَوجهم والح ِافظ
ات ِ ِ َ ات والص ِائ ِمر ي و ِ
ًالل َْ َل ُه ْم َم ْغف َر ًة َوأ ْج ًرا َعظيما َّ َ ً ِ َ َ َّ َ
ُّ الذاك َرات أ َع َّد َّ َ
ِ ِ ِ ِ و ا ي
ت ِ ك ْ الل ين ر
ِ ِ و
اك الذ
ه ه
Artinya: “Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan
perempuan yang mu’min, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam keta’atannya,
laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki
dan perempuan yang khusyu’, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki
dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara
kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah,
Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar” (QS.
AlAhzab, 33: 35).
Dari uraian poin-poin di atas dapat disimpulkan bahwa al-‘ibadatus salimah
(ibadah yang benar) akan menghasilkan pengaruh yang positif pada jiwa kita, yakni
tertanamnya at-taqwa (ketakwaan). Allah Ta’ala berfirman,
َّ ه
والل أعلم بالصواب
DAFTAR PUSTAKA