Dan katakanlah: Segala puji bagi Alloh yang tidak mempunyai anak dan tidak mempunyai sekutu dalam
kerajaan-Nya dan Dia bukan pula hina yang memerlukan penolong dan agungkanlah Dia dengan pengagungan
yang sebesar-besarnya. (QS. Al Isro [17] : 111)
Dalam satu hari saja betapa sering kita mengucapkan takbir, Allohu Akbar, Alloh Maha Besar. Di bulan
Romadhon kemarin tentu lebih sering lagi kita menggemakan takbir. Apalagi semakin mendekati hari Idul Fitri.
Ketika kita bertakbir, misalnya takbir dalam sholat, maka sesungguhnya kita sedang mengakui betapa kecil dan
tidak berdayanya diri kita ini, dan Maha Besar Alloh lagi Maha Kuasa Alloh. Kita ini tiada daya, tiada upaya,
tiada kekuatan kecuali Alloh yang memberikan. Setiap helaan nafas kita tidak terjadi kecuali atas izin Alloh.
Saudaraku, kalau kita bertakbir sedangkan dalam hati kita masih ada perasaan diri ini besar, besar karena
pangkat, besar karena jabatan, besar karena gelar atau besar karena harta kekayaan, merasa besar karena
pengalaman, merasa besar karena popularitas, maka pada saat itu lisan dengan hati kita tidak sejalan. Jika
lisan dan hati tidak sejalan atau bersebrangan maka inilah sinyal bahaya. Jika hal ini terbiasa maka kita bisa
terjebak pada keadaan niat yang tidak lillaahitaala.
Maka, latihlah hati kita untuk mengikuti apa yang lisan kita ucapkan. Juga latihlah lisan kita untuk
mengucapkan apa yang hati niatkan. Jadikan keduanya satu kesatuan yang saling menguatkan ketika berdzikir
dalam takbir. Bertakbirlah sembari mengakui di dalam hati bahwa semua yang kita miliki hakikatnya hanya
titipan dan semua milik Alloh dan akan kembali kepada-Nya. Semoga Alloh Swt. membimbing kita untuk selalu
berada dekat dengan-Nya. Barangsiapa yang dekat dengan Alloh maka pasti selamat hidupnya. InsyaaAlloh.
Akhirul kalam, Kultum Ramadhan: Hikmah Dalam Takbir
Subhaanaka Allaahumma wabihamdika asyhadu an laa-ilaaha illaa Anta astaghfiruka wa-atuubu ilaik.
Wassalamu alaikum warohmatullahi wabarokaatuh