Anda di halaman 1dari 10

MAKROEKONOMI ISLAM-PEREKONOMIAN I: MAZHAB EKONOMI ISLAM

KONTEMPORER DAN SISTEM EKONOMI ISLAM

1. Pendahuluan
Salah satu pembahasan dalam ekonomi Islam adalah mazhab ekononomi Islam
kontemporer dan sistem ekonomi Islam. Kedua pembahasan ini penting karena memastikan
eksistensi ekonomi Islam. Mazhab ekonomi Islam kontemporer menunjukan eksistensi
ekonomi Islam seiring dengan perkembangan ekonomi di negara-negara Barat. Sistem
ekonomi Islam menunjukan bahwa ekonomi Islam memiliki value tersendiri dan tidak
sekadar ikut-ikutan dengan ekonomi kapitalis maupun sosialis pada level ideologi, teknis dan
individual.
Pada bagian pertama tulisan ini dibahas tiga mazhab ekonomi Islam kontemporer yang
eksis sejak abad 20. Mereka adalah mazhab Iqtishoduna, Mainstream dan Alternatif Kritis.
Pembahasan meliputi pemikiran, metode berfikir dan eksponennya. Pembahasan juga tentang
kemungkinan munculnya mazhab Anti Kriminalitas Ekonomi.

2. Mazhab Ekonomi Islam Kontemporer


Mazhab ekonomika Islam kontemporer adalah bagian dari sejarah pemikiran ekonomi
Islam yang membahas konsep ekonomi Islam di hadapan konsep ekonomi Barat. Yang ada di
hadapan mazhab ekonomi Islam kontemporer bukan sekadar ajaran agama Islam di bidang
perekonomian, namun juga konsep ekonomi Barat. Dengan demikian, ketika menggambarkan
ekonomi Islam, mazhab ekonomi Islam kontemporer harus memperhatikan konsep ekonomi
Barat.
Pemikiran yang terdapat pada Mazhab ekonomi Islam kontemporer berbeda dengan
pemikiran yang terdapat pada ekonomi Islam klasik. Keduanya sama-sama membahas
pemikiran ekonomi Islam, namun ekonomi Islam klasik menggambarkan ekonomi Islam
tanpa memperhatikan eksistensi ekonomi Barat, sedangkan mazhab ekonomi Islam
kontemporer membahas ekonomi Islam dengan memperhatikan eksistensi ekonomi Barat.
Selain itu, secara urutan waktu, yang pertama muncul adalah ekonomi Islam klasik: Jauh
sebelum abad 20. Selanjutnya, mulai abad 20 muncul mazhab ekonomi Islam kontemporer.

1
Mazhab Ekonomi Islam kontemporer terdiri atas mazhab Iqtishoduna, Mainstream dan
Alternatif Kritis. Setiap mazhab memiliki karakteristik dalam bentuk ide yang dikemukakan,
metode berfikir dan eksponen yang merepresentasikan mazhab tersebut.

2.1. Mazhab Iqtishoduna


Mazhab Iqtishoduna adalah mazhab yang menyatakan bahwa ekonomi Islam berbeda
dengan ekonomi Barat sebab ekonomi Islam memiliki konsep yang berbeda dengan konsep
Barat. Sebagai contoh mazhab Iqtishoduna memandang bahwa konsep konsep kelangkaan
dalam ekonomi Barat bertentangan dengan konsep Tuhan Maha Pemberi Rejeki.
Mazhab Iqtishoduna menggunakan metode berfikir normatif. Ajaran agama Islam di
bidang ekonomi adalah ajaran yang superior, sedangkan konsep ekonomi Barat adalah ajaran
yang inferior. Jika terdapat pertentangan keduanya, maka yang menjadi pemikiran ekonomi
adalah yang berasal dari ajaran agama Islam di bidang ekonomi.
Mazhab Iqtishoduna biasa direpresentasikan kepada Muhammad Baqir Sadr sebab
Beliau menulis buku berjudul Iqtishoduna. Namun sebenarnya yang memiliki pemikiran
bahwa ekonomi Islam berbeda dengan ekonomi Barat tidak hanya Beliau. Dari kalangan
Syi’ah mungkin hanya Baqir Sadr. Sedangkan dari kalangan Sunni ada Abul A’la al Maududi,
Sayyid Qutb, Yusuf Qardhawi dan Taqiyudin An Nabhani. (Aravik, 2018; Ubaidillah, 2015).

2.2. Mazhab Mainstream


Mazhab Mainstream adalah mazhab ilmu ekonomi Islam yang mengemukakan bahwa
konsep ekonomi Barat tidak bertentangan dengan ajaran agama Islam sebab konsep ekonomi
Barat telah banyak terjadi dan diaplikasikan di berbagai negara yang mayoritas penduduknya
beragama Islam. Sebagai contoh, mazhab Mainstream memandang bahwa konsep
kelangkaan, konsep ekonomi pasar dan intervensi pemerintah terhadap pasar telah terjadi dan
dilakukan oleh banyak negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam.
Mazhab Mainstream menggunakan metode pemikiran positivisme dan pasca
positivisme. Pertama, fakta dan realitas yang berpemikiran ekonomi Barat harus diobservasi
secara metode kuantitatif atau kualitatif. Kedua, hasil observasi dikaitkan dengan ajaran
agama Islam di bidang ekonomi sehingga dapat ditarik kesimpulan ajaran agama Islam yang
menjadi landasan fakta dan realitas tersebut.
Eksponen mazhab Mainstream memiliki karakteristik tertentu. Pertama, mereka
memiliki pengetahuan agama Islam yang bagus dan mengenyam pendidikan ekonomi Barat
hingga level doktoral. Kedua, mereka bergabung pada institusi IIIT yang berpusat di Arab
Saudi.

2.3. Mazhab Alternatif Kritis


Mazhab Alternatif Kritis adalah mazhab yang melakukan peninjauan ajaran agama
Islam berdasarkan perspektif Ekonomi Barat. Sebagai contoh, ajaran agama Islam tentang
mudhorobah yang diaplikasikan pada abad 18 dianggap tidak memunculkan akumulasi
modal, padahal pada waktu bersamaan ekonomi Barat memiliki konsep kapitalisme yang
menyebabkan akumulasi modal. Dengan demikian, mazhab Alternatif Kritis banyak
mengkritisi ajaran agama Islam dengan alat evaluasi ekonomi Barat. Eksponen Mazhab
Alternatif Kritis tidak banyak. Yang terkenal adalah Timur Kuran dan Jomo Kwame
Sundaram. Namun, yang sering menjalankan mazhab Alternatif Kritis adalah Timur Kuran.
Metode berfikir yang dipakai oleh mazhab Alternatif Kritis adalah metode kritik.
Asumsi yang dikemukakan adalah terdapat ajaran agama Islam di bidang ekonomi yang pada
saat ini dianggap relevan dan ada yang tidak relevan. Terhadap ajaran agama Islam di bidang
ekonomi yang tidak relevan diberikan suatu tinjauan.

ANTI
KRITIK THD
ASPEK MAZHAB IQTISHODUNA MAINSTREAM KRIMINALITAS
MAINSTREAM
EKONOMI

Kelangkaan, berbagai
PEMIKIRAN Kelangkaan dan Relasi negatif
konsep ekonomi dan
EKONOMI Kelangkaan berbagai konsep perekonomian dan
pertumbuhan
BARAT ekonomi kriminalitas
YANG ekonomi
DIBAHAS Ekonomi di berbagai Islam melarang
PEMIKIRAN
Tuhan Maha Pemberi negara dengan Pemikiran Islam di kriminalitas ekonomi:
EKONOMI
Rejeki penduduk mayoritas bidang ekonomi Riba, pencurian,
ISLAM
beragama Islam korupsi, dll

Normatif, Positivisme
Positivisme dan
METODE Normatif Kritik dan Pasca
Pasca Positivisme
Positivisme

Banyak pemikiran Islam: Menekan


Ekonomi Islam ada Ekonomi Barat tidak
Islam di bidang kriminailtas ekonomi
KESIMPULAN dan berbeda dengan bertentangan dengan
ekonomi yang tidak meningkatkan
ekonomi Barat ekonomi Islam
relevan perekonomian

Baqir Sadr, Abul A’la


al Maududi,Yusuf
Ekonom Islam pada Timur Kuran, J. M. Pengembangan
EKSPONEN Qardhawi dan
IRTI Sundaram Mazhab
Taqiyudin An
Nabhani

2.4. Mazhab Anti Kriminalitas Ekonomi


Mazhab anti kriminalitas ekonomi dapat menjadi mazhab baru dalam mazhab ekonomi
Islam kontemporer. Hal ini karena sudah merupakan suatu kelaziman dari pemikiran untuk
selalu berkembang. Jika tidak berkembang, maka pemikiran tersebut akan mati dan punah.
Oleh karena itu, dimunculkan pengembangan dari mazhab ekonomi Islam kontemporer
berupa mazhab anti kriminalitas ekonomi.
Mazhab anti kriminalitas ekonomi memiliki dua pemikiran inti. Pertama, pemikiran
tentang ajaran agama Islam yang melarang kriminalitas ekonomi. Contoh ajaran agama Islam
tentang larangan kriminalitas ekonomi: larangan riba, larangan mencuri, larangan korupsi,
larangan menyuap, larangan pencucian uang dan larangan memakan harta haram. Kedua,
pemikiran tentang hubungan negatif antara kriminalitas ekonomi dengan pertumbuhan
ekonomi. Semakin rendah kriminalitas ekonomi, semakin tinggi pertumbuhan ekonomi.
Metode yang digunakan mazhab anti kriminalitas ekonomi adalah metode normatif,
positivisme dan pasca positivisme. Metode normatif digunakan pada berbagai hal yang sudah
jelas menunjukan hubungan negatif antara kriminalitas ekonomi dan perekonomian,
sedangkan metode positivisme dan pasca positivisme digunakan ketika diperlukan suatu
pembuktian tentang fakta dan realitas terkait hubungan negatif antara kriminalitas ekonomi
dan perekonomian.

2.5. Kesimpulan Mazhab Ekonomi Islam Kontemporer


Sejarah pemikiran ekonomi Islam memiliki dua periode pemikiran. Pertama adalah
periode pemikiran ekonomi Islam klasik. Pada periode ini banyak dibahas tentang ajaran
agama Islam di bidang ekonomi. Kedua adalah periode pemikiran ekonomi Islam
kontemporer. Pada periode ini banyak dibahas ajaran agama Islam di bidang ekonomi yang
terkait pemikiran ekonomi Barat yang sedang berkembang.
Sejarah pemikiran ekonomi Islam kontemporer membahas empat mazhab: Mazhab
Iqtishoduna, Mainstream, Alternatif Kritis dan Anti Kriminalitas Ekonomi. Mazhab
Iqtishoduna, mainstream dan Alternatif Kritis merupakan mazhab utama dalam mazhab
ekonomi Islam kontemporer, sedangkan mazhab anti kriminalitas ekonomi merupakan
mazhab pengembangan yang menunjukan eksistensi mazhab ekonomi Islam kontemporer.
Setiap mazhab ekonomi Islam kontemporer memiliki karakteristik dan eksponen yang
menunjukan eksistensi masing-masing mazhab ekonomi Islam kontemporer dan perbedaan
dengan yang lain. Karakteristik yang ada pada mazhab ekonomi Islam kontemporer
menunjukan bagaimana dua hal penting berinteraksi dan mendominasi. Dua hal penting
tersebut adalah ajaran agama Islam tentang ekonomi dan konsep ekonomi Barat.

3. Sistem Ekonomi Islam


Sistem ekonomi Islam adalah susunan ekonomi yang sesuai dengan ajaran agama
Islam. Terdapat dua hal penting dalam sistem ekonomi Islam. Pertama adalah susunan dalam
sistem ekonomi Islam. Kedua adalah kesesuaian dengan ajaran agama Islam. Susunan sistem
ekonomi Islam berupa sistem ekonomi Islam pada level ideologi, teknis dan individu.
Kesesuaian dengan ajaran agama Islam diperoleh dengan cara perbandingan dengan sistem
ekonomi yang lain. Demikian juga diperoleh melalui adanya dalil-dalil ajaran agama Islam
yang mendukung.

3.1. Sistem Ekonomi Islam Level Ideologi


Sistem ekonomi Islam pada level ideologi memiliki inti berupa bagaimana perlakuan
terhadap harta individu. Sistem ekonomi Islam mengakui harta individu, namun tidak
menganggap semua harta sebagai harta individu. Ada harta miliki umum dan ada harta milik
negara.
Sistem ekonomi Islam pada level ideologi yang membahas pemilikan harta individu
berbeda dengan sistem ekonomi kapitalisme dan sosialisme/komunisme. Sistem ekonomi
Islam mengakui harta milik individu, umum dan negara. Sistem ekonomi kapitalisme hanya
mengakui harta milik individu dan sistem ekonomi sosialisme hanya mengakui harta milik
negara.
Property
Sosialisme Islam Kapitalisme
Right/Pemilikan
Pemilikan
Tidak mengakui Mengakui Mengakui
Individu
Pemilikan
Mengakui Mengakui Tidak mengakui
Bersama
Pemilikan
Mengakui Mengakui Mengakui
Negara

3.2. Sistem Ekonomi Islam Level Teknis


Sistem ekonomi Islam pada level teknis membahas peran negara dan swasta dalam
penyediaan barang ekonomi dan barang publik secara profesional dan tidak serakah.
Pemerintah menyediakan barang publik secara profesional. Pemerintah juga tidak serakah
dengan merebut hak swasta menyediakan barang ekonomi. Swasta menyediakan barang
ekonomi secra profesional. Swasta juga tidak serakah dengan cara merebut hak pemerintah
dalam menyediakan barang publik. Jika berminat menyediakan barang publik, maka swasta
menyediakan barang publik untuk membantu pemerintah dan tidak berorientasi mencari
keuntungan melalui penyediaan barang publik.

Penyediaan barang Penyediaan barang


ekonomi publik

Profesional dan tidak Tidak profesional dan


Swasta
serakah serakah

Tidak profesional dan Profesional dan tidak


Pemerintah
serakah serakah

Ajaran agama Islam memerintahkan untuk bekerja profesional dan melarang serakah.
Ajaran tersebut harus dilakukan oleh semua pihak, termasuk pemerintah dan swasta. Dalil
bekerja profesional dan tidak serakah:
Perintah bekerja profesional:
1. Dari Aisyah r.a., sesungguhnya Rasulullah s.a.w. bersabda: “Sesungguhnya Allah
mencintai seseorang yang apabila bekerja, mengerjakannya secara profesional”.
2. Rasulullah SAW bersabda : “Jika sebuah urusan diberikan kepada yang bukan
ahlinya, maka tunggulah kehancurannya” (HR Bukhori).
Larangan serakah
1. Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya (dengan cara
haram), niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia
dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang
yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa
yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan
2. Tidak akan bergeser kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat nanti sampai ditanya
tentang empat perkara: (1) tentang umurnya untuk apa dia habiskan, (2) tentang
ilmunya, sejauh mana dia amalkan, (3) tentang hartanya, dari mana dia dapatkan dan
untuk apa harta tersebut dibelanjakan, dan (4) tentang tubuhnya, untuk apa dia
gunakan." (HR. At-Tirmidzi disohihkan Al-Albany dalam Ash-Shohihah, 946)

Sistem ekonomi Islam pada level teknis dapat dibandingkan dengan berbagai model
yang menggambarkan peran ekonomi pemerintah dan swasta. Sistem ekonomi Islam pada
level teknis adalah model ideal. Model yang lain adalah model Hatta, model BAU dan model
Pendulum. Karakteristik masing-masing sebagai berikut (Agung Riyadi, 2015):
– Model Hatta: Swasta besar untuk ekonomi besar, koperasi ekonomi kecil dan
pemerintah/BUMN barang publik
– Model BAU: Swasta dan pemerintah melakukan hal yang dipandang paling
bermanfaat
– Model Pendulum: Kadang swasta dominan-pemerintah tidak dominan, dan
kadang pemerintah dominan-swasta tidak dominan
– Model Ideal: Swasta menyediakan barang ekonomi dan pemerintah
menyediakan barang publik/bebas dengan ciri-ciri bekerja professional karena
pembagian kerja yang jelas dan tidak ada keserakahan.

Kegiatan Ekonomi Left Islam Right


Swasta Tidak Dominan Ideal dan Proporsional Dominan
Pemerintah Dominan Ideal dan Proporsional Tidak Dominan

Sistem ekonomi Islam pada level teknis berbeda dengan sistem ekonomi yang bersifat
left (condong ke kiri) yang menunjukan dominasi pemerintah dalam perekonomian dan right
(condong ke kanan) yang menunjukan dominasi swasta dalam perekonomian. Sistem
ekonomi Islam menganut pemikiran bahwa swasta menyediakan barang ekonomi dan
pemerintah menyediakan barang publik di mana swasta dapat membantu menyediakan
barang publik jika tidak ada orientasi mencari keuntungan. Swasta dan pemerintah berkerja
secara profesional dan tidak serakah.

3.3. Sistem Ekonomi Islam Level Individu


Sistem ekonomi Islam pada level individu mengatur individu dalam pemilikan harta
individu. Terdapat dua pokok. Pertama dari segi keyakinan. Harus ada keyakinan bahwa pada
dasarnya semua harta milik Tuhan Yang Maha Esa. Demikian juga harus ada keyakinan
bahwa harta individu diberikan kepada manusia di mana manusia harus memiliki sifat
amanah terhadap harta yang diberikan Tuhan. Kedua, dari segi pemanfaatan harta pemberian
Tuhan. Harta harus dimiliki dan digunakan sesuai ajaran agama Islam. Harta harus dijaga,
dirawat dan tidak boleh diterlantarkan. Apabila sudah tidak digunakan dapat diberikan pada
orang lain dan disimpan yang rapi. Harta yang sudah usang dibuang ke tempat pembuangan
akhir/tempat sampah. Dalil harta individu adalah amanah Tuhan Yang Maha Esa kepada
individu: “Tidak akan bergeser kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat nanti sampai
ditanya tentang empat perkara: (1) tentang umurnya untuk apa dia habiskan, (2) tentang
ilmunya, sejauh mana dia amalkan, (3) tentang hartanya, dari mana dia dapatkan dan untuk
apa harta tersebut dibelanjakan, dan (4) tentang tubuhnya, untuk apa dia gunakan." (HR. At-
Tirmidzi disohihkan Al-Albany dalam Ash-Shohihah, 946).”
Sistem ekonomi Islam pada level individu berbeda dengan sistem ekonomi kapitalisme
pada level individu. Sebab landasan pemilikan dalam sistem ekonomi Islam adalah amanah
Tuhan sedangkan landasan pemilikan individu kapitalisme adalah kebebasan pemilikan.
Selain itu, sistem ekonomi Islam pada level individu menutup peluang menterlantarkan harta
individu, sedangkan pemilikan individu kapitalisme membuka peluang menterlantarkan harta
individu atas nama kebebasan pemilikan.

3.4. Kesimpulan Sistem Ekonomi Islam


Sistem ekonomi Islam tersusun dari sistem ekonomi pada level ideologi, teknis dan
individu. Sistem ekonomi Islam level ideologi menggambarkan bagaimana perolehan,
pemilikan dan penggunaan harta pemilikan individu, umum dan negara, sistem ekonomi
Islam level teknis menunjukan negara harus menyediakan barang publik dan swasta
menyediakan barang ekonomi secara profesional dan tidak serakah. Sistem ekonomi Islam
pada level individu menunjukan bahwa individu memperoleh, memiliki dan menggunakan
harta individu sesuai amanah yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa.
Sistem ekonomi Islam dapat dibandingkan dengan sistem ekonomi Lain. Sistem
ekonomi Islam level ideologi dapat dibandingkan dengan sistem ekonomi kapitalisme dan
sosialisme/komunisme. Sistem ekonomi Islam level teknis dapat dibandingkan dengan sistem
ekonomi left dan right. Sistem ekonomi Islam level individu dapat dibandingkan dengan
sistem ekonomi kapitalisme level individu. Perbandingan tersebut menunjukan bahwa sistem
ekonomi Islam menjamin Tuhan YME telah memberikan rejeki kepada siapapun yang
dikehendakiNYA.
4. Daftar Pustaka
Agung Riyadi, P. B. S. (2015). Analisis sistem ekonomi campuran dalam perspektif islam.
Journal of Economics and Policy.
Aravik, H. (2018). Pemikiran Ekonomi Sayyid Qutb. Islamic Banking : Jurnal Pemikiran
Dan Pengembangan Perbankan Syariah. https://doi.org/10.36908/isbank.v3i2.43
Crone, P. (2014). Medieval Islamic Political Thought. In Medieval Islamic Political Thought.
https://doi.org/10.1163/004325309x12560449563289
Firdaningsih, F., Wahyudi, M. S., & Hakim, R. (2019). DELAPAN GOLONGAN
PENERIMA ZAKAT ANALISIS TEKS DAN KONTEKS. Equilibrium: Jurnal
Ekonomi Syariah. https://doi.org/10.21043/equilibrium.v7i2.5843
Kahf, M., & Al-Yafai, S. (2015). SOCIAL SECURITY AND ZAKĀH IN THEORY AND
PRACTICE. International Journal of Economics, Management and Accounting.
Lucas, R. E. (2002). The industrial revolution: Past and future. Lectures on Economic
Growth.
Muna, T. I., & Qomar, M. N. (2020). Relevansi Teori Scarcity Robert Malthus Dalam
Perspektif Ekonomi Syariah. SERAMBI: Jurnal Ekonomi Manajemen Dan Bisnis Islam.
https://doi.org/10.36407/serambi.v2i1.134
Nor, R. M. (2015). Success Factors for <i>Baitulmal</i> Management during the
Reign of Caliph Umar ibn Abdul Aziz. Open Journal of Social Sciences.
https://doi.org/10.4236/jss.2015.35013
RAHMAN, M. H. (2015). BAYT AL-MAL AND ITS ROLE IN ECONOMIC
DEVELOPMENT: A CONTEMPORARY STUDY. Turkish Journal of Islamic
Economics. https://doi.org/10.15238/tujise.2015.2.2.21-44
Riyadi, A., Santosa, P. B., Purwaningsih, Y., & Wardhono, A. (2019). Analysis of Islamic
teaching on economic growth: The natural economic growth concept. Humanities and
Social Sciences Reviews. https://doi.org/10.18510/hssr.2019.7381
Riyardi, A. (2007). HIPOTESIS PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI: PERSPEKTIF
ISLAM. Jurnal Ekonomi Pembangunan: Kajian Masalah Ekonomi Dan Pembangunan.
https://doi.org/10.23917/jep.v3i2.3928
Setyawan, A. A. (2019). No Title. In I. Susila, Triyono, I. Muzakar, & A. A. Setyawan (Eds.),
Membangun Ekonomi yang Mencerahkan (pp. 244–264). Muhammadiyah University
Press. https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/11506/e-
Book_Membangun Ekonomi yang Mencerahkan_349p.pdf?sequence=1%0D
Ubaidillah, A. (2015). Geneologi Istilah Ekonomi Islam: Sebuah Perdebatan. AKADEMIKA.
https://doi.org/10.30736/akademika.v9i2.62

Anda mungkin juga menyukai