Anda di halaman 1dari 9

PERTUMBUHAN EKONOMI ISLAM

1. Pendahuluan
Pertumbuhan ekonomi Islam adalah kemajuan ekonomi Islam. Ekonominya adalah
ekonomi Islam di mana dari waktu ke waktu ekonomi tersebut mengalami peningkatan dan
kemajuan. Dengan demikian, ada dua hal penting dalam pertumbuhan ekonomi Islam: (1)
Ekonomi Islam dan (2) Kemajuan ekonomi.
Terdapat tiga hal yang dapat dibahas dari pertumbuhan ekonomi Islam. Pertama adalah
jenis-jenis pertumbuhan ekonomi Islam, kedua adalah ekonomi Islam yang menjadi sumber
pertumbuhan ekonomi Islam dan ketiga adalah perbedaan konsep pertumbuhan ekonomi
Islam dengan konsep lain. Jika ketiga hal tersebut telah dianalisis, maka akan dipahami
pertumbuhan ekonomi Islam.

2. Jenis-jenis Pertumbuhan Ekonomi Islam


Jenis-jenis pertumbuhan ekonomi Islam dapat dibagi dua. Pertama adalah jenis
petumbuhan ekonomi Islam berdasarkan tingkatannya: Pertumbuhan alamiah ekonomi Islam,
pertumbuhan normal ekonomi Islam dan pertumbuhan tinggi ekonomi Islam. Kedua adalah
jenis pertumbuhan ekonomi Islam dilihat dari manfaatnya: Pertumbuhan ekonomi Islam
untuk indikator kemajuan kegiatan produksi, pertumbuhan ekonomi untuk indikator
kesejahteraan, dan pertumbuhan ekonomi Islam untuk perencanaan ekonomi.
Pertumbuhan alamiah ekonomi Islam adalah pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi
dari pertumbuhan penduduk, walaupun tidak setinggi pertumbuhan normal ekonomi Islam,
Gp< Gn < Gnn, di mana Gp adalah pertumbuhan penduduk, Gn adalah pertumbuhan alamiah
ekonomi Islam dan Gnn adalah pertumbuhan normal ekonomi Islam.
Pertumbuhan alamiah ekonomi Islam memiliki karakteristik yang menunjukan terdapat
suatu perekonomian Islam yang mandiri yang mengalami kemajuan produksi. Jika mengacu
pada masa Nabi Muhammad SAW, maka perekonomian yang mandiri tersebut tidak
mengandalkan akselerasi ekonomi, namun mengandalkan menekan kriminalitas ekonomi,
mengatasi krisis ekonomi dan memiliki surplus sosial (Riyadi et al., 2019).
Dalil yang menunjukan perekonomian alamiah menekan kriminalitas ekonomi di
antaranya adalah sabda Beliau SAW untuk menekan kasus pencurian: “Sesungguhnya
kehancuran umat-umat sebelum kalian adalah oleh perbuatan mereka sendiri. Ketika salah
seorang yang memiliki kedudukan dan jabatan tinggi mencuri, mereka membiarkan atau
tidak menghukumnya. Namun, ketika ada seorang yang rendah, lemah dari segi materi,
ataupun orang miskin yang tidak memiliki apa-apa, dan orang-orang biasa, mereka
menghukumnya. Ketahuilah, demi Zat yang jiwa Muhammad berada dalam kuasaNYA,
seandainya Fatimah putri Muhammad mencuri, aku akan memotong tangannya.'' (HR
Bukhari)
Dalil yang menunjukan bahwa Nabi SAW tidak menetapkan harga pada saat krisis
pangan adalah: “Harga meroket pada masa Rasulullah saw lalu mereka (para sahabat)
berkata: “Ya Rasulullah tetapkanlah harga untuk kami”. Maka Beliau bersabda:
“sesungguhnya Allahlah yang Maha Menentukan Harga, Maha Menggenggam, Maha
Melapangkan dan Maha Pemberi Rezki dan aku sungguh ingin menjumpai Allah dan tidak
ada seorang pun dari kalian yang menuntutku karena kezaliman dalam hal darah dan harta.”
(HR at-Tirmidzi, Ibn Majah, Abu Dawud, ad-Darimi, Ahmad). Adapun penyelesaian krisis
pangan pada waktu itu terjadi secara alamiah. Petani di sekitar Madinah menjual sebagian
bahan pangan ke Madinah karena harga bahan pangan di sana lebih mahal. Pasokan bahan
pangan tersebut akhirnya menyebabkan harga dan penjualan sebagaimana biasanya. Krisis
pangan terselesaikan.
Surplus sosial yang dikandung perekonomian alamiah adalah bagian pendapatan yang
telah dikurangi surplus ekonomi atau tabungan. Ss= Y-C-S di mana Ss adalah surplus sosial,
Y adalah pendapatan, C adalah konsumsi, S adalah surplus ekonomi berupa tabungan.
Pertumbuhan normal ekonomi Islam adalah pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi
dari pertumbuhan alamiah ekonomi Islam, namun tidak setinggi pertumbuhan tinggi ekonomi
Islam, Gn< Gnn < Gh di mana Gn adalah pertumbuhan ekonomi alamiah, Gnn adalah
pertumbuhan normal ekonomi Islam dan Gh adalah pertumbuhan tinggi ekonomi Islam.
Pertumbuhan normal ekonomi Islam memiliki dua karakteristik. Karakteristik pertama
adalah kelanjutan dari pertumbuhan alamiah ekonomi Islam. Karakteristik ini menunjukan
keterkaitan antara pertumbuhan alamiah dan pertumbuhan normal ekonomi Islam.
Karakteristik kedua adalah menonjolkan aspek kualitas ekonomi. Hal ini dimaknai dari Al
Quran surat Al Baqarah ayat 148: “Maka berlomba-lombalah dalam kebaikan” yang berarti
bersaing dalam hal yang baik karena mengharap ridlo Tuhan Yang Maha Esa. Dampak dari
implementasi ayat ini di bidang ekonomi adalah menonjolnya aspek kualitas ekonomi pada
perekonomian normal ekonomi Islam.
Pertumbuhan tinggi ekonomi Islam adalah pertumbuhan ekonomi setelah dan lebih
tinggi dari pertumbuhan normal ekonomi Islam, Gh > Gnn, di mana Gh adalah pertumbuhan
tinggi ekonomi Islam dan Gnn adalah pertumbuhan normal ekonomi Islam. Pertumbuhan
ekonomi tinggi yang Islami memiliki dua karakteristik. Pertama, kelanjutan dari pertumbuhan
alamiah dan normal ekonomi Islam. Kedua, memiliki suatu akselerasi ekonomi. Contoh
akselerasi ekonomi yang pernah terjadi adalah industrialisasi. Namun akselerasi ekonomi
juga bisa dalam bentuk kependudukan, institusi atau mobilitas. Selain itu, fakta yang terjadi
adalah akselerasi ekonomi dapat dipicu dengan kebijakan fiskal dan moneter.
Jenis pertumbuhan ekonomi dilihat dari aspek pemanfaatannya terdiri atas tiga hal.
Pertama, pertumbuhan ekonomi yang dimanfaatkan sebagai indikator perubahan produksi.
Aktivitas produksi yang meningkat dapat diketahui melalui pertumbuhan ekonomi yang
tinggi. Kedua, pertumbuhan ekonomi yang dimanfaatkan sebagai indikator kesejahteraan.
Perekonomian yang sejahtera dapat diketahui dari pertumbuhan ekonominya. Ketiga,
pertumbuhan ekonomi sebagai asumsi perencanaan ekonomi. Apa yang akan dilakukan suatu
perekonomian tegantung dari pertumbuhan ekonomi yang ingin dicapai.

  Manfaat Pertumbuhan ekonomi

Indikator
Indikator Asumsi Perencanaan
Peningkatan
Kesejahteraan Ekonomi
Produksi
Perencanaan ekonomi untuk
membentuk dasar perekonomian
Alamiah, Kuantitas produksi
dengan asumsi pertumbuhan
Gn meningkat, tingkat
Kuantitas ekonomi pada level alamiah dan
(Gp<Gn< kriminalitas rendah,
produksi untuk mencapai indikator
Gnn < tidak terjadi krisis dan
peningkatan produksi dan
Gh) terdapat surplus sosial
kesejahteraan pada level
alamiah
Perencanaan ekonomi untuk
Kuantitas dan kualitas memperkuat dasar
Normal, Kuantitas dan produksi meningkat, perekonomian dengan asumsi
Level Gnn kualitas tingkat kriminalitas pertumbuhan ekonomi
Pertumbuhan (Gnn< produksi rendah, tidak terjadi diasumsikan pada level normal
ekonomi Gh) meningkat krisis dan terdapat dan untuk mencapai indikator
surplus sosial peningkatan produksi dan
kesejahteraan pada level normal
Kuantitas dan kualitas Perencanaan ekonomi untuk
produksi meningkat mengembangkan perekonomian
Kuantitas dan
tajam, tingkat dengan asumsi pertumbuhan
kualitas
Tinggi kriminalitas rendah, ekonomi diasumsikan pada level
produksi
(Gh) tidak terjadi krisis, tinggi dan untuk mencapai
meningkat
terdapat surplus sosial indikator peningkatan produksi
tajam
dan terdapat dan kesejahteraan pada level
akselerasi ekonomi tinggi

Jika jenis pertumbuhan ekonomi berdasarkan tingkatannya digabungkan dengan jenis


pertumbuhan ekonomi didapatkan suatu konfigurasi sistematis perencanaan ekonomi Islam.
Terdapat perencanaan ekonomi untuk membentuk dasar hingga mengembangkan
perekonomian Islam. Setiap perencanaan ekonomi Islam dilandasi oleh pertumbuhan
ekonomi sebagai indikator produksi dan kesejahteraan. Adapun dalil perencanaan ekonomi
dapat diambil dari surat Al-Hasyr ayat 18: “Hai orang-orang beriman, bertakwalah kepada
Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuat untuk hari esok
dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Pembentuk Pertumbuhan Ekonomi Islam


Pembentuk pertumbuhan ekonomi Islam adalah berbagai hal yang menyebabkan
perekonomian Islam ada dan meningkat. Jika berbagai hal tersebut ada dan meningkat maka
terjadi pertumbuhan ekonomi Islam. Berbagai hal pembentuk pertumbuhan ekonomi tersebut
adalah permintaan yang Islami, penawaran dan faktor produksi yang Islami, kelembagaan
yang Islami dan keuangan yang Islami.
Berbagai hal pembentuk pertumbuhan ekonomi tersebut harus sesuai agama Islam
sehingga memunculkan pertumbuhan ekonomi Islami. Sebagai contoh adalah sisi permintaan
konsumsi. Pembentuk pertumbuhan ekonomi bukan hanya permintaan konsumsi ekonomi,
namun juga knsumsi sosial. Contoh lain permintaan investasi. Pembentuk pertumbuhan
ekonomi bukan pengeluaran investasi kapitalisme, namun pengeluaran investasi musyarokah
dan mudhorobah. Semua unsur pembentuk pertumbuhan ekonomi harus sesuai agama Islam.

Permintaan Konsumsi: (1) Konsumsi ekonomi: Pembelian barang halal (2) Konsumsi sosial: Zakat, Infak dan sedekah
Investasi: (1) Individual dan (2) Bersama (Mudhorobah dan musyarokah)

Pemerintah: (1) untuk memenuhi kebutuhan pokok masyarakat dan (2) Menyediakan barang publik

Perdagangan antar negara

Sisi faktor Kewirausahaan, sumber daya alam, tenaga kerja dan barang modal
produksi dan
penawaran
Kemajuan Teknologi

Hukum dan kebijakan yang adil

Hak pemilikan individu, umum dan negara


Institusi Jaminan kehidupan

Persaingan sehat

Mata uang standar logam mulia


Moneter
Manajemen moneter

Kemajuan Teknologi
Kemajuan teknologi adalah perkembangan teknologi yang mutakhir. Kemajuan
teknologi tidak hanya berupa kemajuan teknologi fisik, namun juga kemajuan cara berfikir,
manajemen dan administrasi. Kemajuan teknologi adalah salah satu pembentuk pertumbuhan
ekonomi Islam. Kemajuan teknologi membentuk pertumbuhan ekonomi Islam melalui
dukungan terhadap faktor produksi. Kemajuan teknologi mendukung tenaga kerja
membentuk pertumbuhan ekonomi Islam. Kemajauan teknologi mendukung barang modal
membentuk pertumbuhan ekonomi Islam.
Terdapat ajaran agama Islam yang mensiratkan perlunya kemajuan tenologi. Di
antaranya adalah surat Ar Rahman ayat 33 dan surat Al Haadiid ayat 25. Surat Ar Rahman
ayat 33 menunjukan pentingnya teknologi sebab itu termasuk kekuatan nyata yang dapat
digunakan manusia menmbus penjuru langit dan bumi. Allah SWT berfirman: “Wahai
golongan jin dan manusia! Jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan
bumi, maka tembuslah. Kamu tidak akan mampu menembusnya kecuali dengan kekuatan
nyata (dari Allah). Surat Al Haadiid ayat 25 menunjukan logam sebagai kemajuan teknologi
karena logam kuat dan bermanfaat bagi manusia sehingga dapat digunakan menolong agama
Allah SWT dan para RasulNYA. Termasuk menolong secara sembunyi-sembunyi. Allah SWT
berfirman: “Sungguh, Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan bukti-bukti yang nyata
dan kami turunkan bersama mereka kitab dan neraca (keadilan) agar manusia dapat berlaku
adil. Dan Kami menciptakan besi yang mempunyai kekuatan, hebat dan banyak manfaat bagi
manusia, dan agar Allah mengetahui siapa yang secara tersembunyi menolongNya dan
rasul-rasul-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat dan Maha Perkasa.

Perbandingan Konsep Pertumbuhan Ekonomi


Konsep pertumbuhan ekonomi Islam berbeda dengan berbagai konsep pertumbuhan
ekonomi yang ada. Konsep ini berbeda dengan konsep pertumbuhan ekonomi menurut
mazhab sejarah pertumbuhan ekonomi. Konsep ini juga berbeda dengan konsep pertumbuhan
ekonomi Keynesian dan konsep pertumbuhan ekonomi klasik dan neokalsik.
Konsep pertumbuhan ekonomi Islam dapat menerima konsep tahapan pertumbuhan
ekonomi sebagaimana dikemukakan mazhab sejarah ekonomi. Namun, konsep pertumbuhan
ekonomi Islam tidak dapat menerima konsep bahwa tahap pertama pertumbuhan ekonomi
adalah tahap perekonomian tidak menggunakan uang sebab uang sudah ditunjukan dalam Al
Quran ada sejak masa lalu. Sebagai contoh pada masa lalu jauh sebelum masa kenabian Nabi
Muhammad SAW sudah ada ‘Ashabul Kahfi’ yang setelah tertidur ratusan tahun berencana
membeli makanan pokok dengan uang yang dimilikinya. Uangnya tersebut ternyata uang
yang sudah tidak laku. Jadi perekonomian uang sudah ada sejak zaman dahulu. Konsep
pertumbuhan ekonomi Islam juga tidak dapat menerima jika perekonomian pertanian
dianggap tradisional sedangkan perekonomian industri dianggap modern. Konsep
pertumbuhan ekonomi Islam menganggap bahwa pertanian dan industri dapat tradisional dan
dapat pula modern.
Konsep pertumbuhan ekonomi Islam juga berbeda dengan konsep pertumbuhan
ekonomi Keynesian. Keduanya menerima sumber pertumbuhan dari sisi pengeluaran untuk
permintaan, namun konsep pertumbuhan ekonomi Islam mensyaratkan sumber pertumbuhan
ekonomi Islam harus pengeluaran permintaan yang sesuai agama Islam. Pengeluaran
konsumsi, investasi, negara dan antar negara harus sesuai ajaran agama Islam.
Konsep pertumbuhan ekonomi Islam juga berbeda dengan konsep pertumbuhan
ekonomi Klasik/neoklasik. Keduanya menerima sumber pertumbuhan ekonomi dari sisi
faktor produksi dan kemajuan teknologi, namun konsep pertumbuhan ekonomi Islam
mensyaratkan sumber pertumbuhan ekonomi Islam sumber daya dan kemajuan teknologi
yang Islami. Sebagai contoh, modal individu dan modal bersama harus sesuai agama Islam.

Kesimpulan Pertumbuhan Ekonomi Islam


Pertumbuhan ekonomi Islam adalah perekonomian Islam yang semakin maju.
Pertumbuhan ekonomi Islam dapat dilihat dari dua aspek. Pertama, aspek tingkatan
pertumbuhan ekonomi. Kedua, aspek manfaat pertumbuhan ekonomi. Menggabungkan kedua
aspek pertumbuhan ekonomi, dapat ditemukan bahwa pertumbuhan ekonomi Islam dapat
dijadikan asumsi untuk membentuk perekonomian Islam dari tingkat dasar hingga
pengembangan perekonomian Islam.
Sumber pertumbuhan ekonomi Islam adalah ekonomi permintaan, penawaran dan
faktor produksi, institusi dan moneter yang sesuai ajaran agama Islam. Teknologi juga
merupakan sumber kemajuan ekonomi sebab membantu produktivitas faktor produksi.
Konsep pertumbuhan ekonomi Islam dapat dibandingkan dengan konsep pertumbuhan
ekonomi Mazhab Sejarah Ekonomi, Mazhab Keynes dan Mazhab Klasik dan Neoklasik.
Terdapat kesamaan, namun juga terdapat perbedaan diametris substansial antara konsep
pertumbuhan ekonomi Islam dengan konsep lain pertumbuhan ekonomi.

Daftar Pustaka
Agung Riyadi, P. B. S. (2015). Analisis sistem ekonomi campuran dalam perspektif islam.
Journal of Economics and Policy.
Aravik, H. (2018). Pemikiran Ekonomi Sayyid Qutb. Islamic Banking : Jurnal Pemikiran
Dan Pengembangan Perbankan Syariah. https://doi.org/10.36908/isbank.v3i2.43
Crone, P. (2014). Medieval Islamic Political Thought. In Medieval Islamic Political Thought.
https://doi.org/10.1163/004325309x12560449563289
Firdaningsih, F., Wahyudi, M. S., & Hakim, R. (2019). DELAPAN GOLONGAN
PENERIMA ZAKAT ANALISIS TEKS DAN KONTEKS. Equilibrium: Jurnal Ekonomi
Syariah. https://doi.org/10.21043/equilibrium.v7i2.5843
Kahf, M., & Al-Yafai, S. (2015). SOCIAL SECURITY AND ZAKĀH IN THEORY AND
PRACTICE. International Journal of Economics, Management and Accounting.
Lucas, R. E. (2002). The industrial revolution: Past and future. Lectures on Economic
Growth.
Muna, T. I., & Qomar, M. N. (2020). Relevansi Teori Scarcity Robert Malthus Dalam
Perspektif Ekonomi Syariah. SERAMBI: Jurnal Ekonomi Manajemen Dan Bisnis Islam.
https://doi.org/10.36407/serambi.v2i1.134
Nor, R. M. (2015). Success Factors for &lt;i&gt;Baitulmal&lt;/i&gt; Management during the
Reign of Caliph Umar ibn Abdul Aziz. Open Journal of Social Sciences.
https://doi.org/10.4236/jss.2015.35013
RAHMAN, M. H. (2015). BAYT AL-MAL AND ITS ROLE IN ECONOMIC
DEVELOPMENT: A CONTEMPORARY STUDY. Turkish Journal of Islamic Economics.
https://doi.org/10.15238/tujise.2015.2.2.21-44
Riyadi, A., Santosa, P. B., Purwaningsih, Y., & Wardhono, A. (2019). Analysis of Islamic
teaching on economic growth: The natural economic growth concept. Humanities and Social
Sciences Reviews. https://doi.org/10.18510/hssr.2019.7381
Riyardi, A. (2007). HIPOTESIS PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI: PERSPEKTIF
ISLAM. Jurnal Ekonomi Pembangunan: Kajian Masalah Ekonomi Dan Pembangunan.
https://doi.org/10.23917/jep.v3i2.3928
Setyawan, A. A. (2019). No Title. In I. Susila, Triyono, I. Muzakar, & A. A. Setyawan (Eds.),
Membangun Ekonomi yang Mencerahkan (pp. 244–264). Muhammadiyah University Press.
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/11506/e-Book_Membangun
Ekonomi yang Mencerahkan_349p.pdf?sequence=1%0D
Ubaidillah, A. (2015). Geneologi Istilah Ekonomi Islam: Sebuah Perdebatan. AKADEMIKA.
https://doi.org/10.30736/akademika.v9i2.62
Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai