Anda di halaman 1dari 23

Nama : Nihal Salsabilla Arisya Purbiono

NIM : 2110313320023
Mata Kuliah : Akuntansi EMKM

“Resume Materi Kewajiban Jangka Panjang”


Buku “Dasar-Dasar Akuntansi” Jilid 2 Oleh Al Haryono Jusup
Materi Bab 5

1. Wesel Jangka Panjang


Wesel jangka panjang sering disebut juga wesel angsuran setiap angsuran dalam wesel jangka
panjang meliputi pembayaran bunga dan angsuran atas sebagian pokok pinjaman. Wesel
angsuran mengijinkan peminjaman untuk mengembalikan pinjaman dengan cara diangsur
secara periodik. Biasanya angsuran tersebut meliputi bunga yang sudah menjadi beban sampai
dengan saat angsuran dan sebagian dari pokok pinjaman.

Contoh: Misalkan pada tanggal 31 Desember 2010, PT Fujiyama meminjam uang sebesar Rp
60.000.000,00 dengan menarik promes dengan bunga 12%. Promes tersebut akan dilunasi
dengan enam kali angsuran tahunan.

Jurnal yang diperlukan :

2010 Kas Rp 60.000.000


Des.31 Utang Wesel Rp 60.000.000
(Untuk mencatat penarikan pinjaman promes)

Penentuan besarnya angsuran dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:

a) Jumlah angsuran tidak sama besar


Jumlah angsuran atas pokok pinjaman sama besarnya tetapi beban bunga yang harus dibayar
pada angsuran yang satu tidak sama dengan angsuran lainnya. Hal ini disebabkan oleh pokok
pinjaman yang semakin lama semakin menurun, sehingga bunga yang harus dibayar juga
semakin menurun.
Contoh:

Promes yang ditarik oleh PT. Fujiyama harus diangsur tiap tanggal 31 Desember. Dengan
demikian besarnya angsuran tahunan terdiri atas pokok pinjaman Rp 10.000.000,00 (1/6 x
Rp60.000.000,00) ditambah bunga sampa dengan angsuran dibayar

Contoh jurnal untuk pembayaran angsuran pertama dan ke-2 :

2011 Utang Wesel Rp 10.000.000


Des.31 Beban Bunga Rp 7.200.000
Kas Rp 17.200.000

(Untuk mencatat angsuran promes Rp 60.000.000,00 x


12%)

2012 Utang Wesel Rp 10.000.000


Des.31 Beban Bunga Rp 6.000.000
Kas Rp 16.000.000

(Untuk mencatat angsuran promes Rp 50.000.000,00 x


12%)

*Angsuran pokok tetap sama, namun beban bunga menurun karena saldo pokok pinjaman juga
menurun dengan persenan tetap sama besar

b) Jumlah angsuran sama besar


Penetapan angsuran dengan cara ini didasarkan pada konsep nilai sekarang. Penerapan konsep ini
dapat dilakukan dengan mudah, karena telah tersedia rumus-rumus dan tabel-tabel yang siap
digunakan baik dalam buku literatur mata kuliah akuntansi keuangan maupun manajemen
keuangan.
Contoh : Apabila Wesel Rp 60.000.000,00 dengan bunga 12% per tahun, akan diangsur setiap
akhir tahun selama 6 Tahun, maka nilai nominal tersebut harus kita bagi dengan faktor diskonto
(table hal.242), Berdasarkan table tersebut, kolom 12% dan baris 6, faktor diskonto nya adalah Rp
4.1114. Sehingga Perhitungan angsuran per tahun adalah :
Rp 60.000.000 : Rp 4.1114 = Rp 14.594.000,00 per tahun ( nilai dibulatkan). Angsuran tersebut
terdiri atas pokok pinjaman dan bunga.
Pada table pembagian bunga dibawah terlihat tiap tahun bunga dalam angsuran semakin kecil, dan
angsuran pokok semakin besar.Kemudian bunga (12%) dihitung dari saldo pokok pinjaman yang
ada pada awal tahun.

TABEL PEMBAGIAN BUNGA DAN POKOK PINJAMAN DALAM TIAP ANGSURAN

(a) Saldo ( c ) Beban (d) bagian pokok


Akhir (b) Angsuran ( e ) Saldo akhir
awal pokok bunga periode pinjaman (b) - (
periode periodik pokok pinjaman
pinjaman ini (a) x 12% c)
Rp Rp Rp Rp Rp
31/12/2011 60.000.000 14.594.000 7.200.000 7.394.000 52.606.000
Rp Rp Rp Rp Rp
31/12/2012 52.606.000 14.594.000 6.313.000 8.281.000 44.325.000
Rp Rp Rp Rp Rp
31/12/2013 44.325.000 14.594.000 5.319.000 9.275.000 35.050.000
Rp Rp Rp Rp Rp
31/12/2014 35.050.000 14.594.000 4.206.000 10.388.000 24.662.000
Rp Rp Rp Rp Rp
31/12/2015 24.662.000 14.594.000 2.959.440 11.634.560 13.027.440
Rp Rp 14.590.000 Rp Rp
31/12/2016 13.027.000 * 1.563.000 13.027.000 Rp -
* selisih 4000 karena pembulatan

Contoh Jurnal untuk pembayaran angsuran pertama:


2011 Utang Wesel Rp 7.394.000
Des.31 Beban Bunga Rp 7.200.000
Kas Rp 14.594.000

(Untuk mencatat angsuran pertama utang wesel)

2. UTANG OBLIGASI
Seperti halnya wesel, obligasi juga disertai dengan surat janji tertulis untuk membayar bunga dan
pokok pinjaman (nilai nominal). Nilai nominal obligasi dan tingkat bunga obligasi dicantumkan
pada surat obligasi. Bunga obligasi per tahun dihitung dengan mengalikan persentase bunga
terhadap nilai nominal. Kebanyakan bunga obligasi dibayar secara setengah tahunan (setap enam
bulan sekali). Tanggal pelunasan obligasi harus ditetapkan denga pasti dan dicantumkan pada surat
obligasi. Nilai nominal adalah nilai yang harus dilunasi pada tanggal jatuh obligasi tersebut.
Perbedaan antara utang obligasi dengan utang wesel
Apabila perusahaan (atau perorangan) meminjam uang dengan menanik promes, biasanya
pinjaman tersebut diperoleh dari satu kreditur, misalnya sebuah bank. Berbeda dengan utang
wesel, pengeluaran obligasi biasanya meliputi jumlah lembar obligasi yang besar dan dijual kepada
masyarakat, bukan kepada orang per orang. Dengan demikian sumber pemberi pinjaman obligasi
adalah masyarakat luas yang jumlahnya bisa mencapai ratusan atau bahkan ribuan orang.

Perbedaan antara obligasi dan saham

Saham adalah bukti kepemilikan dan penyetoran modal pada suatu perseroan,Sebagai contoh bila
seseorang memiliki 1000 lembar saham suatu perseroan dari 10.000 lembar saham beredar
perusahaan tersebut,maka orang tersebut mempunyai hak kepemilikan sebesar 1/10 dari total
perusahaan.Sedangkan obligasi tidak merupakan bukti kepemilikan atas perusahaan.Obligasi
adalah bukti bahwa pemegang surat tersebut telah memberi pinjaman kepada perusahaan yang
mengeluarkan obligasi yang bersangkutan.

Mengapa perusahaan mengeluarkan obligasi

Obligasi tidak mendatangkan pertambahan jumlah pemilik karena obligasi adalah


pinjaman.Kreditur tidak mengganggu hak pemilikan perusahaan dan juga tidak mengganggu
pembagian keuntungan perusahaan. Namun demikian obligasi mengharuskan perusahaan
membayar bunga yang akan menjadi beban perusahaan. Keuntungan potensial jika perusahaan
mengeluarkan obligasi adalah meningkatnya laba perusahaan,sehingga bagian laba untuk
pemegang saham juga akan meningkat.
PEMENUHAN KEBUTUHAN DANA DENGAN SAHAM ATAU OBLIGASI

Rencana A Rencana B

Laba sebelum bunga dan sebelum pajak Rp900.000.000,00 Rp900.000.000,00

Kurangi beban bunga obligasi 10% (Rp100.000.000,00)

Rp900.000.000,00 Rp800.000.000,00

Laba sebelum pajak penghasilan 35% (315.000.000,00) (280.000.000,00)

Laba bersih Rp585.000.000,00 Rp520.000.000,00

Laba per lembar saham

Rencana A (300 000 lbr) Rp1.950,00

Rencana B (200 000 lbr) Rp2.600,00

laba per lembar saham akan lebih tinggi jika perusahaan memenuhi kebutuhan dana dengan cara
mengeluarkan obligasi.Hal ini disebabkan karena dalam penentuan laba kena pajak,bunga obligasi
dapat dikurangkan terhadap laba sehingga pajak penghasilan menjadi lebih kecil.

a) JENIS JENIS OBLIGASI

 Obligasi Berseri
 Obligasi Sinking Fund
 Obligasi Atas Nama dan Obligasi Atas Tunjuk
 Obligasi Dengan Jaminan Dan Obligasi Tanpa Jaminan

b) PENERBITAN OBLIGASI

Apabila perusahaan mengeluarkan obligasi,maka obligasi tersebut biasanya di jual kepada suatu
perusahaan penjamin emisi yang disebut underwriter.Selanjutnya penjamin emisi inilah yang
menjual obligasi kepada masyarakat.Dokumen atau akta yang memuat hak kewajiban perusahaan
serta pemegang obligasi disebut perjanjian obligasi yaitu merupakan suatu kontrak tertulis antara
perusahaan penerbit obligasi dengan para pemegang obligasi.Setiap pemegang obligasi akan
menerima sertifikat obligasi yang merupakan bukti bahwa perusahaan mempunyai hutang
terhadap pemegang obligasi tersebut.

c) PERDAGANGAN OBLIGASI

Pemegang obligasi bisa mengubah obligasi yang dimilikinya menjadi tang dengan cara menjual
obligasi tersebut sebesar harga pasar yang berlaku pada saat penjualan di pasar modal. Harga
obligasi dinyatakan dalam kurs yang merupakan persentase dari nilai nominal obligasi.
Selembar obligasi bernilai nominal Rp 100.000,00 dengan kurs 97 berarti bahwa harga jual
obligasi tersebut 97% dari nilai nominal atau Rp 97.000,00.

d) PENENTUAN NILAI PASAR OBLIGASI

Nilai sekarang atau nilai suatu obligasi adalah nilai pada harga tersebut obligasi di jual di pasar
modal.Dengan demikian,harga pasar merupakan fungsi dari tiga faktor untuk menentukan nilai
sekarang,yaitu : (1) jumlah rupiah yang akan diterima(2) jangka waktu hingga uang sejumlah
tersebut diterima dan (3) tingkat bunga pasar.

Tingkat bunga pasar adalah tingkat bunga yang diminta investor untuk meminjamkan dana yang
dimilikinya.

3. AKUNTANSI UNTUK PENERBITAN OBLIGASI

Untuk memahami akuntansi tentang obligasi,perlu memahami beberapa istilah yang telah
disinggung di atas yaitu :

1. Nilai nominal obligasi yaitu nilai yang tercantum pada surat obligasi

2. Tanggal jatuh adalah tanggal obligasi yang bersangkutan akan dilunasi

3. Bunga obligasi adalah bunga per tahun yang akan dibayar kepada pemegang obligasi

4. Tanggal bunga adalah tanggal pembayaran bunga obligasi, umumnya dibayar secara tengah
tahunan (per 6 bulan).

Contoh bunyi obligasi : “Disetujui untuk menerbitkan obligasi senilai Rp 8.000.000.000,00


bunga 9% jangka waktu 20 tahun tertanggal 1 Januari 2012, dengan pembayaran bunga seiap
tanggal 1 Juli dan 1 Januari”
Seandainya seluruh obligasi terjual sebesar nilai nominalnya, maka perusahaan akan membuat
jurnal sebagai berikut:

2012 Kas…………………………..... Rp8.000.000.000,00


Jan. 1 Utang Obligasi…………….. Rp8.000.000.000,00
(untuk mencatat penerbitan obligasi,
9%, 20 tahun, sebesar nilai pari)

Apabila pada tanggal 1 Juli 2012, Perusahaan membayar bunga obligasi untuk periode 6 bulan (1
Januari 2012 sampai 1 Juli 2012), maka jurnal yang dibuat untuk mencatat transaksi pembayaran
bunga obligasi adalah sebagai berikut:

2012 Beban Bunga……………………..... Rp360.000.000,00


Jul. 1 Kas……………….…………….. Rp360.000.000,00
(untuk mencatat pembayaran bunga
6 bulan)

Pada saat obligasi dilunasi (tanggal 1 Januari 2032), perusahaan akan membuat jurnal sebagai
berikut:

2032 Utang Obligasi…………………..... Rp8.000.000.000,00


Jan. 1 Kas…………………………….. Rp8.000.000.000,00
(untuk mencatat pelunasan obligasi
pada tanggal jatuh)

4. OBLIGASI DIJUAL DIANTARA DUA TANGGAL BUNGA


sering terjadi bahwa penjualan obligasi dilakukan setelah tanggal penerbitannya sehingga transaksi
tersebut terjadi antara dua tanggal bunga. Dalam situasi seperti itu, timbul masalah yang berkaitan
dengan bunga sejak tanggal pembayaran bunga terakhir sampai saat terjadi transaksi penjualan
yang biasa disebut bunga berjalan. Jika penjualan obligasi dilakukan diantara dua tanggal bunga,
maka bunga berjalan harus dibebankan kepada pembeli obligasi. Namun pada tanggal bunga,
pembeli akan menerima bunga untuk 6 bulan, sehingga beban bunga akan dikembalikan kepada
pembeli obligasi. Sebagai contoh, misalkan Perusahaan menjual obligasi pada tanggal 1 Maret
sehingga nilai nominalnya, yaitu Rp100.000,00. Bunga obligasi tersebut adalah 9%, tanggal bunga
1 Januari dan 1 Juli. Dalam situasi di atas, timbul masalah bunga berjalan. Periode yang termasuk
dalam periode bunga berjalan dapat dilihat dalam bagan berikut.

yang menjadi hak pembeli obligasi adalah selama periode B (1 Maret – 1 Juli), sedangkan bunga selama
periode A (bunga berjalan) selama 2 bulan, bukan hak pembeli obligasi. Akan tetapi pada tanggal 1
Juli, perusahaan penerbit obligasi akan membayar bunga untuk satu periode pembayaran bunga, yaitu
untuk 6 bulan atau sebesar Rp4.500,00 (Rp100.000,00 x 9% x 6/12). Oleh karena itu agar pembeli
obligasi menerima bunga tidak melebihi haknya (4 bulan), maka pada saat penjualan, pembeli akan
dibebani bunga selama 2 bulan atau Rp1.500,00 (Rp100.000,00 x 9% x 2/12), yang nantinya akan
dikembalikan pada saat pembeli menerima bunga dari perusahaan.

Jurnal yang dibuat pada saat pembelian obligasi sebagai berikut.

Mar 1 Kas……………………………….. Rp101.500,00


Utang Bunga………………….. Rp 1.500,00
Utang Obligasi………………... 100.000,00
(Penjualan obligasi Rp100.000,00,
9%, bunga berjalan 2 bulan)
Jurnal yang akan dibuat pada saat perusahaan membayar bunga obligasi sebagai berikut.

Jul 1 Utang Bunga.…………………….. Rp 1.500,00


Beban Bunga…………………….. 3.000,00
Kas………….………………... Rp 4.500,00
(Pembayaran bunga obligasi untuk
periode 6 bulan)

5. TINGKAT BUNGA OBLIGASI


Tingkat bunga obligasi dinyatakan secara pasti dan tercantum dalam perjanjian obligasi
maupun dalam sertifikat obligasi. Tingkat bunga ini disebut tarif bunga kontrak. Meskipun bunga
biasanya dibayar setiap 6 bulan, namun persentase bunga dinyatakan dalam persentase untuk satu
tahun. Contoh :bila perusahaan mengeluarkan obligasi bernilai Rp1.000,00, bunga 8%, dan
pembayaran bunga dilakukan setengah tahunan, maka jumlah bunga yang harus dibayar untuk
satu tahun adalah Rp80,00 (Rp1.000,00 x 8%), dan setiap setengah tahun perusahaan akan
membayar bunga sebesar Rp40,00 (Rp80,00 : 2 atau Rp1.000,00 x 8% x 6/12).

Umumnya perusahaan penerbit obligasi akan menawarkan tingkat bunga kontrak sebesar
tingkat bunga pasar yang diperkirakan berlaku pada tanggal penerbitan obligasi. Apabila taksiran
perusahaan sesuai dengan kenyataan dan tingkat bunga kontrak sama dengan tingkat bunga pasar
pada tanggal obligasi diterbitkan, maka obligasi itu dapat dijual sebesar nilai pari/nominal. Namun
dalam praktik, tingkat bunga kontrak seringkali tidak sesuai dengan tingkat bunga pasar.
Akibatnya obligasi sering dijual dengan harga lebih rendah dari nilai nominal atau juga dijual
dengan harga diatas harga nominal, sehingga timbul diskonto obligasi dan premi obligasi.

6. PENJUALAN OBLIGASI DENGAN DISKONTO


Diskonto atas uang obligasi terjadi apabila perusahaan menerbitkan dan menjual obligasi yang
tingkat bunga kontraknya lebih rendah daripada tingkat bunga pasar, apabila tingkat bunga lebih
rendah daripada bunga pasar, investor hanya akan bersedia untuk membeli obligasi tersebut
dengan harga dibawah nilai nominalnya.
Contoh: pada tanggal 1 Januari 2010, perusahaan mengeluarkan obligasi bernilai nominal
Rp100.000.000.000,00, bunga 8%, dengan jangka waktu 10 tahun. Pada saat obligasi akan
diterbitkan, tingkat bunga pasar yang berlaku adalah 9%.
Dalam situasi tersebut, investor tidak akan bersedia membeli obligasi itu karena tingkat
bunganya lebih rendah daripada tingkat bunga pasar. Agar investor bersedia membeli, maka
harga obligasi harus diturunkan. Dengan kata lain, dalam situasi seperti di atas, obligasi hanya
akan laku dijual apabila harga jual obligasi lebih rendah daripada nilai nominalnya.
Selisih antara nilai nominal dengan harga jual yang lebih rendah dari niai nominal,
disebut diskonto
Dalam contoh di atas, jika obligasi dijual dengan harga Rp93.492.000.000,00, maka diskontonya
adalah Rp6.508.000.000,00

Jurnal untuk mencatat transaksi penjualan obligasi dengan diskonto adalah sebagai
berikut:

2010
Jan 1 Kas…………………………… Rp93.492.000.000,00
Diskonto Obligasi………......... Rp6.508.000.000,00
Utang Obligasi…………… Rp100.000.000.000,00
(Penjualan obligasi, bunga 8%,
jangka waktu 10 tahun)
Seandainya perusahaan menyusun neraca pada tanggal penjualan obligasi di atas, maka obligasi
tersebut akan dicantumkan pada kelompok utang jangka panjang dengan cara sebagai berikut:

Neraca (sebagian)
Utang Jangka Panjang:
Obligasi, 8%, tanggal jatuh
1 Januari 2010…………………………………… Rp100.000.000.000,00
Diskonto Obligasi, atas darar tingkat
bunga pasar yang berlaku pada
tanggal penerbitan obligasi, 9%......................................... 6.508.000.000,00
--------------------------
Rp93.492.000.000,00
--------------------------
Diskonto obligasi yang dilaporkan dalam neraca, adalah jumlah diskonto yang belum diamortisasi
(masih akan diamortisasi di masa yang akan datang). Saldo diskonto obligasi dikurangi terhadap
nilai nominal obligasi, sehingga dapat ditentukan nilai buku obligasi.
7. AMORTISASI DISKONTO
Dalam contoh di atas, perusahaan menerima kas dari hasil penjualan obligasi sebesar
Rp93.492.000.000,00, tetapi 10 tahun kemudian harus melunasi obligasi tersebut sebesar nilai
nominalnya, yaitu Rp100.000.000.000,00. Diskonto yang timbul sebesar Rp6.508.000.000,00
merupakan beban pemakaian dana sebesar Rp93.492.000.000,00 , timbul karena tingkat bunga
kontrak lebih rendah dari tingkat bunga pasar.

karena manfaat pemakaian pinjaman obligasi berlangsung selama beberapa tahun, maka
beban ini juga harus disebarkan pada periode-periode yang memperoleh manfaat dari pinjaman
tersebut. Oleh karena itu, setiap periode akuntansi selama masa pinjaman obligasi harus mendapat
bagian beban yang layak. Pengalokasian beban ini dapat dilakukan dengan dua metoda sebagai
berikut.

a) METODA GARIS LURUS


Dalam metoda ini, diskonto dialokasikan dalam jumlah yang sama untuk setiap periode.
Apabila ditetapkan pada contoh sebelumnya, maka diskonto obligasi sebesar Rp6.508.000.000,00
dialokasikan semala 10 tahun dengan alokasi per tahun sebesar Rp650.000.000,00 (catatan: angka
ini adalah pembulatan,aslinya Rp 650.800.000 tetapi pada amortisasi yang terakhir disesuaikan
seperti yang terlihat pada tabel halaman 261). Pencatatan amortisasi diskonto biasanya
dilakukan bersamaan dengan pencatatan transaksi pembayaran bunga. Oleh karena itu
amortisasi dilakukan dua kali dalam satu tahun, masing-masing sebesar Rp325.000.000,00.(
Rp650.000.000,00 : 2).

Jurnal untuk amortisasi obligasi pada tanggal 1 Juli 2010 (tangal pembayaran bunga)
sebagai berikut:

2010
Juli 1 Beban Bunga………………………… Rp325.000.000,00
Diskonto Obligasi………………... Rp325.000.000,00
(Untuk mencatat amortisasi diskonto
obligasi)
Pada tanggal yang sama perusahaan juga membuat jurnal untuk mencatat transaksi pembayaran
bunga sebagai berikut:
2010
Juli 1 Beban Bunga………………………… Rp4.000.000.000,00
Kas……………...………………... Rp4.000.000.000,00
(Untuk mencatat pembayaran bunga
obligasi)
Apabila digabung:

2010
Juli 1 Beban Bunga………………………… Rp4.325.000.000,00
Diskonto Obligasi………………... Rp 325.000.000,00
Kas……………………………….. Rp4.000.000.000,00
(Untuk mencatat pembayaran bunga
dan amortisasi diskonto obligasi)

Oleh karena pembayaran bunga dan amortisasi berlangsung dalan jangka waktu yang panjang dan
akan berpengaruh pada nilai buku obligasi yang berubah setiap 6 bulan, maka biasanya perusahaan
membuat suat tabel seperti terlihat dalam contoh di halaman 261. Dalam tabel tersebut terlihat
beban bunga yang dicatat perusahaan, amortisasi diskonto, dan sebagainya. berapa hal penting
yang dapat disimpulkan dari tabel berkut adalah:

1. Obligasi dijual dengan diskonto Rp6.508.000.000,00. Nilai buku obligasi pada awal
periode 1 adalah sama dengan harga jual obligasi yaitu Rp93.492.000.000,00
(Rp100.000.000.000,00 - Rp6.508.000.000,00).
2. Beban bunga yang dicatat terdiri dari bunga yang dibayar kepada pemegang obligasi
ditambah beban bunga yang berasal dan amortisasi diskonto obligasi.
3. Bunga yang dibayar kepada pemegang obligasi tiap periode bunga, dihitung dengan
mengalikan nilai nominal obligasi dengan tingkatbunga kontrak untuk 6 bulan (Rp
100.000.000.000,00 x 8% x6/12 Rp4.000.000.000,00)
4. Amortasi diskonto tiap periode bunga adalah Rp6.508 000.000.00 20 - Rp325.400.000,00
(dibulatkan menjadi Rp325.000.000.00, tetapi akibat pembulatan ini akan disesuaikan pada
amortisasi yang ke-20)
5. Diskonto yang belum diamortisasi pada akhir tiap periode, ditetapkan dengan
menurangkan amortisasi pada periode tersebut terhadap saldo diskonto yang belum
diamortisasi pada awal periode.
6. Nilai buku obligasi akhir periode ditetapkan dengan mengurangkan saldo diskonto yang
belum diamortisasi pada akhir periode terhadap nilai nominal obligasi. Sebagai contoh nilai
buku ulang obtigasi pada akhir periode 1 adalah Rp 100.000.000.000,00 -
Rp6.183.000.000,00 = Rp93.817.000.000.00

PERHITUNGAN BIAYA BUNGA DAN AMORTISASI DISKONTO OBLIGASI


DENGAN METODA GARIS LURUS
(Dalam Jutaan Rupiah)
Nilai buku Beban Bunga yang Diskonto Nilai buku
Periode awal Bunga yang di yang belum Akhir Periode
periode dicatat bayarkan Amortisasi di
kepada amortisasi
Pemegang
Obligasi
1….. Rp93.492 Rp4.325 Rp4.000 Rp.325 Rp6.183 RP93.814
2….. 93.817 4.325 4.000 325 5.858 94.142
3….. 94.142 4.325 4.000 325 5.533 94.467
4….. 94.467 4.325 4.000 325 5.208 94.792
5….. 94.792 4.325 4.000 325 4.883 95.117
6….. 95.117 4.325 4.000 325 4.558 95.442
7….. 95.442 4.325 4.000 325 4.233 95.767
8….. 95.767 4.325 4.000 325 3.908 96.092
9….. 96.092 4.325 4.000 325 3.583 96.417
10….. 96.417 4.325 4.000 325 3.258 96.742
11….. 96.742 4.325 4.000 325 2.933 97.067
12….. 97.067 4.325 4.000 325 2.608 97.392
13….. 97.392 4.325 4.000 325 2.283 97.717
14….. 97.717 4.325 4.000 325 1.958 98.042
15….. 98.042 4.325 4.000 325 1.633 98.367
16….. 98.367 4.325 4.000 325 1.308 98.692
17….. 96.692 4.325 4.000 325 983 99.017
18….. 99.017 4.325 4.000 325 658 99.342
19….. 99.342 4.325 4.000 325 333 99.667
20….. 99.667 4.325 4.000 333*) -0- 100.000

*Disesuaikan sebagai akibat pembuatan amortisasi periode-periode sebelumnya

b) METODA TARIF BUNGA EFEKTIF

jumlah beban bunga yang dicatat pada setiap periode akan berubah-ubah, untuk menghitun jumlah
beban bunga di setia periode, maka kita harus mengalikan nilai buku obligasi awal periode dengan
suatu tingkat bunga konstan yaitu bunga pasar yang pada saat obligasi di terbitkan. dalam metoda
ini yang berperan penting adalah tingkat bunga pasar. setelah beban bunga periode yang
bersangkutan dihitung, kita dapat menentukan jumlah diskonto yang akan diamortisasi pada
periode tersebut, Jumlah diskonto yang akan diamortisasi dikurangi dengan jumlah bunga yang di
bayar dari beban bunga periode yang bersangkutan.

dalam metoda Tarif bunga efektif berlaku hal-hal berikut:

1. Jumlah beban bunga yang dicatat adalah hasil perkalian saldo nilai buku utang obligasi awal
periode dengan tingkat bunga pasar (bunga efektif) untuk 6 bulan atau 4,5% (9% x 6/12).
Sebagai contoh, beban bunga yang dicatat pada periode 1 adalah Rp93.492 x 4,5% = Rp4.207
dan pada periode 2 adalah Rp93.699 x 4,5% = Rp4.216 (semua angka dinyatakan dalam jutaan
rupiah)
2. Diskonto obligasi yang harus diamortisasi setiap periode ditetapkan dengan mengurangkan
jumlah bunga yang dibayar kepada pemegang obligasi dari jumlah beban bunga yang dicatat.

contoh jurnal untuk mencatat pembayaran bunga obligasi dan amortisasi diskonto obligasi pada
akhir periode ke-1 sebagai berikut:
2010 Beban Bunga………………………………………. Rp4.207.000.000.00
Juli Rp.207.000.000.00
Diskonto obligasi……………………………
1 4.000.000.000.00
Kas…………………………………………………..
(Untuk mencatat pembayaran bunga dan amortisasi
diskonto obligasi)

PERHITUNGAN BIAYA BUNGA DAN AMORTISASI DISKONTO OBLIGASI


DENGAN METODA GARIS LURUS
(Dalam Jutaan Rupiah)
Nilai Buku Beban Bunga yang Amortisasi Diskonto Nilai Buku
Periode Awal Bunga yang di bayarkan yang Belum Akhir
periode dicatat kepada di amortisasi Periode
pemegang
obligasi
1….. Rp 93.492 Rp4.207 Rp4.000 Rp207 Rp6.301 93.699
2….. 93.699 4.216 4.000 216 6.085 93.915
3….. 93.915 4.226 4.000 226 5.859 94.141
4….. 94.141 4.236 4.000 236 5.623 94.377
5….. 94.377 4.247 4.000 247 5.376 94.624
6….. 94.624 4.258 4.000 258 5.118 94.882
7….. 94.882 4.270 4.000 270 4.848 95.152
8….. 95.152 4.282 4.000 282 4.566 95.434
9….. 95.434 4.295 4.000 295 4.271 95.729
10….. 95.729 4.308 4.000 308 3.963 96.037
11….. 96.037 4.322 4.000 322 3.641 96.359
12….. 96.359 4.336 4.000 336 3.305 96.695
13….. 96.695 4.351 4.000 351 2.954 97.046
14….. 97.046 4.367 4.000 367 2.587 97.046
15….. 97.046 4.384 4.000 384 2.203 97.797
16….. 97.797 4.401 4.000 401 1.802 98.198
17….. 98.198 4.419 4.000 419 1.383 98.617
18….. 98.617 4.438 4.000 438 945 99.055
19….. 99.055 4.457 4.000 457 488 99.512
20….. 99.512 4.488* 4.000 488 / 100.000

*Disesuaikan sebagai akibat pembulatan pada periode-periode sebelumnya.

8. PENJUALAN OBLIGASI DENGAN PREMI


Apabila perusahaan menawarkan penjualan obligasi dengan tingkat bunga kontrak yang lebih
tinggi dari tingkat bunga pasar pada tingkat risiko terentu, maka obligasi tersebut akan dijual
dengan premi Selisih lebih antara harga jual obligasi dengan nilai nominal obligasi disebut preml
obligasi.

Contoh,pada tanggal 1 Mei, perusahaan menjual obligasi yang seluruhnya bernilai


Rp.100.000.000.000.00 Bunga 11%, jangka waktu 10 tahun, dengan tanggal bunga 1 Mei dan 1
November. Pada saat obligasi diterbitkan tingkat bunga pasar adalah 10%, sehingga obligasi
ditawarkan dengan harga Rp 106.232.000.000,00. Dengan demikian dalam transaksi penjualan
obligasi ini timbul premi sebesar Rp6.232.000.000,00 (Rp106.232.000.000,00 - Rp
100.000.000.000,00). Jurnal untuk mencatat transaksi penjualan obligasi dengan premi adalah
sebagai berikut

2010 Kas…………………………..... Rp106.232.000.000.00


Mei 1
Utang Obligasi…………….. Rp100.000.000.00
Premi Obligasi………………………
(penjualan obligasi dengan premi 6233.000.000.00
pada tanggal penerbitan Obligasi)

Seandainya Perusahaan menyusun neraca pada tanggal penjualan obligasi, maka utang obligasi
dan premi obligasi akan dicantumkan dalam neraca dengan cara berikut:

Utang Jangka Panjang


Utang obligasi 11% tanggal
Jatuh 1 Mei 2010…………………………………………………Rp100.000.000.000.00
Tambah, premi yang belum diamortisasi
Atas dasar tingkat bunga pasar
Yang berlaku pada tanggal penerbitan
obligasi (10%) ……………………….………………………………….. 6.232,000.000.00

Rp 106.232.000.000.00

a) AMORTISASI PREMI
Dalam contoh di atas, perusahaan menerima kas sebesar Rp 106.232.000.000,00 dari
penjualan obligasi. Padahal pada tanggal jatuh obligasi, perusahaan hanya membayar sebesar
Rp 100.000.000.000,00. Ini berarti bahwa premi sebesar Rp6.232.000.000,00 merupakan
pengurang atas beban pemakaian dana sebesar Rp 106.232.000.000,00. Premi tersebut harus
diamortisasi selama jangka waktu obligasi, dan dengan demikian akan mengurangi beban
bunga pada setiap periode bunga. Tabel berikut menunjukkan beban bunga dan amortisasi
premi tiap periode bunga dengan menggunakan metoda bunga efektif.

Bunga yang
Beban
Nilai Buku dibayarkan Premi yang Nilai buku
Bunga
Periode Awal kepada Amortisasi belum di akhir
yang
Periode pemegang amortisasi periode
dicatat
obligasi
1 Rp106.232 Rp5.312 Rp5.500 Rp188 Rp6.044 Rp106.044
2 106,044 5,302 5,500 198,00 5,846 105,846
3 105,846 5,292 5,500 208,00 5,638 105,638
4 105,638 5,282 5,500 218,00 5,420 105,420
5 105,420 5,271 5,500 229,00 5,191 105,191
6 105,191 5,260 5,500 240,00 4,951 104,951
7 104,951 5,248 5,500 252,00 4,699 104,699
8 104,699 5,235 5,500 265,00 4,434 104,434
9 104,434 5,222 5,500 278,00 4,156 104,156
10 104,156 5,208 5,500 292,00 3,864 103,864
11 103,864 5,193 5,500 307,00 3,557 103,557
12 103,557 5,178 5,500 322,00 3,235 103,235
13 103,235 5,162 5,500 338,00 2,897 102,897
14 102,897 5,145 5,500 355,00 2,542 102,542
15 102,542 5,127 5,500 373,00 2,169 102,169
16 102,169 5,108 5,500 392,00 1,777 101,777
17 101,777 5,089 5,500 411,00 1,366 101,366
18 101,366 5,068 5,500 432,00 934 100,934
19 100,934 5,047 5,500 453,00 481 100,481
20 100,481 5,019* 5,500 481,00 -o- 100,000

Contoh Jurnal : ( untuk periode pertama )

2010 Beban Bunga Rp5.312.000.000


Rp
Nov. 1 Premi Obligasi 188.000.000
Rp
Kas 5.500.000.000

(Untuk mencatat pembayaran bunga dan amortisasi premi


obligasi)

9. UTANG BUNGA
Akhir periode akuntansi diperlukan penyesuaian. Misalkan, obligasi diterbitkan pada
tanggal 1 Mei 2010, dan bunga pertama kali dibayar dan dicatat pada tanggal 1 November 2010.
Pada tanggal 31 Desember 2010, bunga selama 2 bulan (November dan Desember 2010) telah
terutang. Oleh karena itu, pada tanggal 31 Desember perlu dibuat penyesuaian untuk mencatat
bunga yang telah terutang tersebut. Pencatatan amortisasi premi dan diskonto biasanya dilakukan
bersamaan dengan pencatatan bunga. Dengan demikian, pada tanggal 31 Desember, perusahaan
selain membuat penyesuaian untuk beban bunga, juga melakukan amortisasi untuk periode 2
bulan.

Jurnal penyesuaian apabila dilakukan secara terpisah untuk mencatat bunga terutang dan
amortisasi premi selama 2 bulan adalah sebagai berikut:
2010
Des 31 Beban bunga Rp 1.833.000.000,00
Utang bunga Rp 1. 833.000.000,00
(untuk mencatat beban bunga
selama 2 bulan)

2010
Des 31 Premi obligasi Rp 66.000.000,00
Utang bunga Rp 66.000.000,00
(untuk mencatat amortisasi premi
obligasi selama 2 bulan)
amortisasi premi untuk periode enam bulan ke-2 adalah Rp 198.000.000,00. Oleh karena itu
amortisasi untuk 2 bulan adalah 2/6 × Rp 198.000.000,00 = Rp 66.000.000,00.
Apabila digabung :
2010
Des 31 Beban bunga Rp 1.767.000.000,00
Premi obligasi Rp 66.000.000,00
Utang bunga Rp 1.833.000.000,00
(untuk mencatat penyesuaian
beban bunga dan amortisasi premi
obligasi selama 2 bulan)

Dengan adanya jurnal penyesuaian yang dilakukan pada tanggal 31 Desember 2010, maka jurnal
yang harus dibuat pada tanggal 1 Mei 2011 akan menjadi sebagai berikut:

2011
Mei 1 Utang bunga Rp 1.833.000.000,00
Beban bunga Rp 3.535.000.000,00
Premi obligasi Rp 132.000.000,00
Kas Rp 5.500.000.000,00
(untuk mencatat amortisasi premi
obligasi selama 2 bulan)

10. PELUNASAN SEBELUM TANGGAL JATUH TEMPO


Obligasi yang dapat dilunasi sebelum tanggal jatuh oleh perusahaan penerbitnya, disebut callable
bonds. lebih menguntungkan bagi perusahaan untuk menarik (melunasi) obligasi dari peredaran,
dan kemudian menerbitkan obligasi yang baru dengan tingkat bunga kontrak baru.
contoh, misalkan sebuah perusahaan menerbitkan obligasi dengan nilai nominal seluruhnya Rp
1.000.000.000,00. Setelah pembayaran bunga dicatat pada suatu tanggal bunga tertentu, premi
yang belum diamorisasi berjumlah Rp 12.000.000,00. Pada tanggal tersebut perusahaan
memutuskan untutk membeli 1/10 dari obligasi yang beredar. Kurs obligasi yang berlaku pada
saat itu adalah 98.5 (artinya 98.5% dan nilai nominal).
Jurnal untuk mencatat penarikan kembali obligasi diatas adalah sebagai berikut:

Apr. 1 Utang obligasi Rp 1.000.000.000,00


Premi obligasi Rp 1.200.000,00
Laba penghentian obligasi… Rp 2.700.000,00
Kas………………………… Rp 98.500.000,00
(untuk mencatat penghentian
obligasi)
Dalam contoh transaksi penarikan kembali obligasi di atas, perusahaan memperoleh laba Rp
2.700.000,00 karena harga beli obligasi dibursa lebih rendah Rp 2.700.000,00 daripada nilai buku
obligasi tersebut dalam pembukuan perusahaan.

11. OBLIGASI SINKING FUND


Apabila perjanjian obligasi secara khusus menyebutkan sinking fund obligasi harus
dibentuk oleh perusahaan, maka perusahaan penerbit biasanya diharuskan untuk melakukan
penyetoran kas secara periodic kepada trustee yang mengurusi sinking fund. Misalkan perusahaan
menerbitkan obligasi yang nilai nominal seluruhnya berjumlah Rp 1.000.000.000,00 dengan
jangka waktu 10 tahun. Perjanjian obligasi menentukan perusahaan menytor kas setiap akhir tahun
selama jangka waktu obligasi. Dengan anggapan bahwa trustee akan dapat menginvestasikan dana
tersebut dengan hasil bersih pertahun sebesar 8% (setelah dikurangi beban), maka perusahaan
harus menyetoran sebesar Rp 69.029.000,00 setiap tahun.Pada table hal.271 Haryono Jusup
penyetoran akan menyediakan dana yang cukup untuk melunasi obligasi pada tanggal jatuh.
Apabila perusahaan membuat sinking fund melalui penyetoran secara periodik, maka
jurnal yang harus dibuat untuk mencatat setiap penyetoran adalah sebagai berikut:

Des 31 Sinking fund obligasi Rp 69.029.000,00


kas Rp 69.029.000,00
(untuk mencatat setoran sinking
fund tahunan)
Bedasarkan laporan tersebut, perusahaan mencatat penerimaan pendapatan sinking fund dalam
pembukuannya dan melaporkannya dalam laporan laba-rugi. Sebagai contoh , pada akhir tahun
ke-1 perusahaan menyetor Rp 69.029.000,00 dan diperoleh bunga 8%. Perusahaan penerbit
obligasi akan mencatat penerimaan pendapatan pada akhir tahun ke-2 sebagai berikut:

Des 31 Sinking fund obligasi Rp 5.522.000,00


Pendapatan sinking fund Rp 5.522.000,00
(untuk mencatat pendapatan
sinking fund tahun ini)

Pada umumnya, kas yang diterima dari hasil pencairan investasi sinking fund sedikit lebih
besar atau lebih kecil daripada jumlah yang harus dibayar kepada para pemegang obligasi. Apabila
kas yang dihasilkan lebih besar, maka kelebihannya disetorkan kepada perusahaan, dan sebaliknya
apabila kurang, maka kekurangannya harus ditutup oleh perusahaan. contoh, apabila pencairan
investasi sinking fund yang disediakan untuk melunasi utang obligasi Rp 1.000.000.000,00
menghasilkan kas sebesar Rp 1.001.325.000,00, maka trustee akan menggunakan Rp
1.000.000.000,00 untuk membayar para pemegang oblisasi dan kelebihannya sebesarnya Rp
1.325.000,00 dikembalikan kepada perusahaan selanjutnya perusahaan akan mencatat pelunasan
obligasi dan penerimaan kelebihan kas sebagai berikut:

Jan 1 Kas Rp 1.325.000,00


Utang obligasi…………. Rp 1.000.000.000,00
Sinking fund obligasi…... Rp 1.001.325.000,00
(untuk mencatat pelunasan obligasi
dan sinking fund)
12. PERUBAHAN OBLIGASI MENJADI SAHAM
Apabila obligasi diubah menjadi saham, maka hal itu berarti bahwa perusahaan mengubah utang
menjadi modal sendiri. Dalam prinsip akuntansi diatur tentang pengukuran kontribusi untuk
saham yang akan dikeluarkan, yaitu nilai buku obligasi yang akan dikonversi menjadi nilai buku
saham yang dikeluarkan sebagai pengganti obligasi tersebut. Sebagai contoh, misalkan: (1)
perusahaan mengeluarkan obligasi yang nilai nominal seluruhnya berjumlah Rp
1.000.000.000,00, diskonto yang belum diamortisasi berjumlah Rp 8.000.000,00; (2) Obligasi
diubah menjadi saham dengan ketentuan obligasi senilai (nominal) Rp 1.000.000.000,00 akan
menjadi 90 lembar saham @ Rp10.000,00 (nilai nominal saham); (3) Obligasi yang akan diubah
menjadi saham bernilai nominal Rp100.000.000,00.
Jurnal untuk mencatat perubahan obligasi menjadi saham diatas adalah sebagai berikut:

Mei 1 Utang obligasi Rp 100.000.000,00


Diskonto obligasi Rp 800.000,00
Modal saham biasa Rp 90.000.000,00
Agio saham biasa Rp 9.200.000,00
(untuk mencatat pelunasan obligasi
dan sinking fund)
nilai buku obligasi sebesar Rp 99.200.000,00 ditetapkan sebagai nilai setoran modal, padahal nilai
nominal saham pengganti obligasi tersebut hanya Rp 90.000.000,00, sehingga perusahaan dapat
kelebihan sebesar Rp9.200.000,00 yang dibukukan dengan menggunakan akun Agio Saham Biasa.

13. PENYAJIAN DALAM LAPORAN KEUANGAN


PT ANUGERAH
NERACA (sebagian)
Kewajiban jangka panjang
Utang obligasi,10% jatuh tempo 2017… Rp 1.000.000.000,00
Dikurangi: diskonto utang obligasi…… Rp 80.000.000,00
Rp 920.000.000,00
Utang wesel,11%,jatuh tempo 2023 dijamin dengan gedung dan peralatan Rp 500.000.000,00
pabrik…………………………………….
Utang sewa guna………………………. Rp 440.000.000,00
Rp 1.860.000.000,00

Anda mungkin juga menyukai