Anda di halaman 1dari 9

Tradisi Seputar Kematian dan Dalilnya

Oleh :
Maulidiyah Rahma (071910033)
Mifta Mar’atus Selvia (071910034)
Talqin Mayit

01 Pengertian 02 Hukum Bacaan Talqin Mayit


Talqin mayit adalah • Sunnah, menurut madzhab Imam Syafi’i hukumnya sunnah, maka bagi yang
mengingatkan kembali menghendaki boleh dilakukan talqin mayit. Salah satu dalil yang menjadi
sesuatu kepada orang yang dasar adalah surat Adz-Zariyat ayat 55 “Dan tetaplah memberi peringatan,
sedang sakaratul maut karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang
atau kepada orang yang beriman”.
baru saja dikubur dengan
kalimat tertentu • Mubah, Menurut Syekh Ibnu Taimiyyah, mentalqin mayit setelah dikubur
hukumnya mubah atau boleh. Beliau berkata: “Mentalqin mayit setelah
kematiannya itu tidak wajib, berdasarkan ijma’, juga tidak termasuk
perbuatan yang masyhur di kalangan umat Islam pada masa Nabi shallallahu
alaihi wasallam dan para khalifahnya. Tetapi hal itu diceritakan dari sebagian
sahabat, seperti Abi Umamah dan Watsilah bin Al-Asqa’

• Menurut sebagian ulama mazhab Maliki, mentalqin mayit hukumnya makruh.


Artinya, perbuatan yang dirasakan jika meninggalkannya itu lebih baik
daripada mengerjakannya. Syekh Abdul Wahab Al-Baghdadi Al-Maliki berkata
“Begitu pula dimakruhkan, menurut imam Malik, mentalqin mayit setelah
diletakkan di dalam kubur.”
Persaksian Untuk Jenazah
Setiap terdapat orang yang meninggal, setelah melaksanakan shalat janazah,
tokoh masyarakat setempat meminta kesaksian para hadirin dengan
mengatakan, “Apakah mayit ini orang baik?”, atau pertanyaan yang sejenis.
Tradisi demikian bukanlah asal-asalan sebab memang terdapat dalil yang
secara jelas menegaskan atas kebenaran tradisi tersebut. Salah satunya adalah
hadits yang diriwayatkan oleh sahabat Abu Hurairah:

“Tidak ada orang muslim yang meninggal lalu tiga orang tetangga
terdekatny menyaksikan kebaikan padanya kecuali Allah berfirman
“Sungguh Aku telah menerima persaksian hamba-hambaku atas apa
yang mereka tahu dan Aku telah ampuni pada mayit apa yang Aku
ketahui” (HR. Ahmad).”
Masalah Seputar Pahala Bacaan Untuk Mayit

Tidak terdapat riwayat yang sah dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam (yang
menerangkan) bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca al Qur`an dan
memberikan pahalanya untuk kerabat beliau yang sudah meninggal ataupun untuk
orang lain

Menurut Madzhab Syafi’i, pahala bacaan tidak akan sampai kepada mayit karena bukan
hasil usaha mayit tetapi hasil usaha orang yang hidup, maka pahalanya hanya akan sampai
pada orang yang hidup saja. Adapun Madzhab Hambali bependapat bahwa pahala bacaan
akan sampai kepada mayit. Adapun jenis ibadah lainnya, yang telah diterangkan oleh dalil
yang shahih tentang sampainya pahala amalan tersebut kepada mayit, maka hal itu wajib
diterima, seperti shadaqah atas nama mayit, mendo’akannya, menghajikannya.
Tradisi Ziarah Kubur
1 2
Ziarah kubur adalah mengunjungi kuburan dengan maksud Hukum melaksanakan ziarah kubur untuk kaum laki-laki,
untuk mengambil pelajaran terkait dengan kematian dan ulama fiqih tidak ada pertentangan mengenai hukumnya,
kehidupan akhirat serta mendoakan mayit agar dosa-dosanya yakni sunnah. Namun, untuk perempuan ulama fiqih
diampuni oleh Swt. berselisih pendapat ada yang mengatakan sunnah
bagi berempuan, seperti halnya laki-laki dan makhruh bagi
perempuan. Sebagaimana dalam sabda Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam, "Aku dulu pernah melarang
kalian untuk berziarah kubur, maka ziarahilah (sekarang)!
Karena sesungguhnya ziarah kubur dapat mengingatkan
3
kalian akan kematian." (HR Muslim dari Abu Buraidah).
Hikmah ziarah kubur
adalah berziarah kubur
dapat mengingatkan
kita akan kematian dan
meringankan siksa bagi
para ahli kubur
Tradisi Ziarah Kubur

4 Ketentuan untuk berziarah kubur:


• Niat untuk mendoakan para ahli kubur
• Tidak diperbolehkan bahkan diharamkan untuk
menyembah dan meminta minta kepada mereka yang
sudah meninggal dunia atau menjadikannya sebagai
wasilah kepada Allah SWT
• Mengucapkan salam kepada para ahli kubur baik ketika
memasuki area makam ataupun ketika meninggalkan
area pemakaman
• Tidak menduduki kuburan dan berperilaku sopan
Tradisi Tahlil 7 Hari dan 40
Hari
Tahlilan merupakan kegiatan membaca serangkaian ayat Al-Qur’an dan kalimat thayyibah
(tasbih, tahmid, tahlil, dan takbir). Tahlilan biasanya dilaksanakan pada hari-hari tertentu,
seperti tujuh hari berturut-turut dari kematian seseorang, hari ke-40, ke-100, atau ke-
1000-nya. Tahlilan juga sering dilaksanakan secara rutin pada malam Jumat atau malam-
malam tertentu lainnya

Mayoritas ulama membolehkan pengkhususan waktu tertentu untuk beribadah atau


membaca Al-Qur’an dan kalimat thayyibah, seperti malam Jumat atau setelah
melaksanakan shalat lima waktu. Mereka berpegangan kepada hadis riwayat Ibnu Umar:

Dari Ibnu Umar radhiyallahu anhuma, ia berkata:


Nabi shallallahu alaihi wasallam selalu mendatangi
masjid Quba’ setiap hari Sabtu, dengan berjalan kaki
dan berkendara. Abdullah ibnu Umar radhiyallahu
anhuma juga selalu melakukannya.
Tradisi Tahlil 7 Hari dan 40 Hari
Para ulama sepakat bahwa bersedekah untuk mayit berupa pemberian makanan
untuk peserta tahlilan.hukumnya boleh, dan pahala sedekah sampai kepadanya.
Mereka berpedoman pada hadits riwayat Aisyah radhiyallahu anha:

“Seseorang mendatangi Nabi sallallahu alaihi


wasallam, lalu berkata: “Hai Rasulullah.
Sesungguhnya ibuku meninggal dalam keadaan tiba-
tiba, dan belum berwasiat. Saya rasa seandainya
sebelum meninggal dia sempat berbicara, dia akan
bersedekah. Apakah dia mendapatkan pahala jika
saya bersedekah untuknya?” Rasul bersabda: “Ya.”  
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai