Anda di halaman 1dari 20

BAB 1

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Menyinggung sedikit tentang firqoh-firqoh dalam ilmu kalam yaitu


firqoh syiah, khawarij, mutazilah, qodariyah, jabariyah, murjiah dan
terakhir ahlus sunnah. Dalam bahasa firqoh atau golongan ialah perbedaan
pendapat dalam soal akidah (teologi) atau masalah-masalah ushuludiyah.
Berbeda dengan mazhab, mazhab ialah perbedaan pendapat masalah-
masalah hukum atau furuiyah. Dari penjelasan tersebut dapat kita ketahui
perbedaan dari keduanya yaitu firqoh membahas mengenai tauhid
sedangkan mazhab membahas mengenai fiqih.

2. RUMUSAN MASALAH
- Apa itu firqoh-firqoh dalam ilmu kalam ?

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Firqoh Dalam Ilmu Kalam
Menyinggung sedikit tentang firqoh-firqoh dalam ilmu kalam yaitu
firqoh syiah, khawarij, mutazilah, qodariyah, jabariyah, murjiah dan
terakhir ahlus sunnah. Dalam bahasa firqoh atau golongan ialah perbedaan
pendapat dalam soal akidah (teologi) atau masalah-masalah ushuludiyah.
Berbeda dengan mazhab, mazhab ialah perbedaan pendapat masalah-
masalah hukum atau furuiyah. Dari penjelasan tersebut dapat kita ketahui
perbedaan dari keduanya yaitu firqoh membahas mengenai tauhid
sedangkan mazhab membahas mengenai fiqih.1[1]

2.2Firqoh Khawarij
Khawarij adalah nama golongan yang diambil dari kata kerja bahasa
arab yaitu kharaja yang berarti telah keluar. Dari kata tersebut, khawarij
mempunyai arti mereka yang telah keluar dari golongan Ali ra., padahal
sebelumnya mereka adalah sebagai pengikut golongan Ali ra. Ini disebabkan
karena setelah perang shiffin antara Ali dan Muawiyah yang diakhiri dengan
genjatan senjata untuk mengadakan perundingan antara kedua belah pihak,
dan khawarij merupakan golongan yang tidak setuju adanya genjatan
senjata dan perundingan tersebut. Akhirnya khawarij keluar dari golongan Ali
dan akhirnya menjadi penentang Ali dan Muawiyah.
Mereka juga menyebutkan dirinya dengan beberapa nama yaitu :
1. Golongan Syurah (pembeli)
Yang berarti bahwa mereka membeli kehidupan diakhirat dengan
kehidupan duniawi. Maksudnya adalah mereka rela berkorban dirinya untuk
kepentingan keridhoan Allah SWT dan untuk kepentingan akhirat kelak , ini
didasarkan pada surah Al-Baqoroh ayat 207 dan An-Nisa ayat 74.

1[1] Teologi islam hal 71

2
2. Golongan Harura
Merupakan sebuah nama tempat disungai Furat di dekat kota Riqqah.
Ini disebabkan karena setelah perang shiffin dan memisahkan diri dari
golongan Ali ra mereka bertempat tinggal disana, karena mereka tidak mau
memasuki kota Kufah, disini mereka memilih Abdullah Ibn Wahb al-Rasidi
menjadi imam mereka sebagai penggati imam Ali bin Abi Thalib. Akhirnya
Abdur Rahman bin Muljam berhasil membunuh Ali pada 17 Ramdhan 40 / 24
Januari 6612[2].
3. Golongan Muhakkinah
Yang berarti orang-orang yang berpendapat bahwa tidak ada hukum
selain hukum dari Allah SWT3[3]. Berasal semboyan mereka yang terkenal La
Hukma Illa Lillah ( tiada hukum kecuali hukum Allah) atau La Hakama Illa
Allah ( tiada pembuat hukum kecuali Allah). Berdasarkan alasan inilah
mereka menolak keputusan Ali. Bagi mereka yang berhak memutuskan
perkara hanyalah Allah SWT, bukan abritase atau tahkim.
4.Golongan al- Mariqah
Nama ini di berikan oleh lawan-lawan mereka karena mereka dianggap
keluar dari agama. Sebagaimana digambarkan Rosulullah dalam sabdanya
akan keluar dari keturunan lelaki ini satu kelompok orang yang keluar dari
agama seperti keluarnya anak panah dari busurnya
Pada masa jayanya aliran ini mengalami perpecahan beberapa
golongan, tetapi dalam pandangan pokoknya pada pendirian yang sama
yaitu :
a. Ali, Utsman dan orang-orang yang ikut serta dalam perang Jamal 4[4] dan
setuju dalam perundingan Ali dan Muawiyah dihukumi orang kafir

2[2] Ensiklopedia Islam 47-48

3[3] Pemikiran Kalam hal 123-125

4[4] Perang antara Aisyah, Thalhah dan Zubair melawan Ali bin Abi Thalib

3
b. Setiap umat nabi Muhammad yang melakukan dosa besar dan sampai mati
belum bertaubat maka dihukumi kafir dan kekal di neraka. Namun terdapat
firqoh dalam khawarij yang menyebutkan dirinya golongan Najdah
menyebutkan bahwa orang yang demikian itu tidak dihukumi kafir mutlak
hanya kafir terhadap Allah SWT.
c. Khalifah menurut mereka tidak harus dari keturunan Nabi dan quraisy
d. Boleh keluar dari negara tersebut bila pemimpinya berbuat dzolim atau
khianat.
e. Mereka yang tidak mengamalkan ibadah dihukumi kafir. Iman itu bukan
hanya membenarkan dalam hati dan ikrar lisan saja melainkan amal ibadah
menjadi bagian dari iman
Khawarij terpecah-pecah menjadi beberapa golongan dari golongan yang
ekstrim dan golongan yang moderat, diantaranya yaitu :
A. Golongan Azariqoh
Pendapat mereka ialah bahwa orang-orang yang tidak sepaham dengan
Azariqoh dihukumi orang yang musyrik. Dan orang yang keluar dari golongan
Azariqoh juga dihukumi orang yang musyrik. Negara ataupun daerah yang
didalamnya terdapat orang selain golongan Azariqoh dihukumi negara atau
daerah kafir. Paham ini hampir sama dengan Al- Ajaridah.
B. Golongan Ibadiyah
Golongan ini berpendapat bahwa haram memakan dari makanan ahli kitab,
ini berlawanan dengan golongan islam lainnya yang membolehkan makan
makanan dari ahli kitab. Mereka juga mewajibkan mengqodlo puasa bagi
orang yang bermimpi disiang hari pada bulan Ramadhan. Mereka juga
membolehkan tayamum walaupun air banyak dan dapat memakai air.
Semua yang menentang hukum ini di hukumi kafir. Adapun pokok-pokok
pikiran aliran ini adalah ;
- Orang islam yang menentangnya bukan dihukumi musriyk juga bukan
mukmin, mereka menamakannya dengan kafir nikmat bukan kafir iktikad.
Karena mereka mereka itu tidak kufur kepada Allah tetapi bersalah disisi
Allah taala.

4
- Menerima kesaksian dari orang-orang yang menentang mereka,
mengawininya dan mewaris-warisinya.
- Tidak halal mengambil harta rampasan perang orang islam yang ikut
berperang kecuali kuda, senjata dan peralatan perang lainnya, tapi mereka
mengambalikan emas dna perak
- Orang yang mereka hukumi kafir maka darah mereka halal untuk di bunuh
kecuali yang berada di dalam gedung angkatan perang. Namun mereka tidak
umumkannya, mereka merahasiakan jika negeri orang yang menentangnya
dan darah mereka haram5[5].
C. Golongan Al Muhakkimah
Golongan ini dipandang sebagai golongan khawarij asli karena terdiri dari
pengikut Ali yang kemudian membangkang. Nama Al Muahkkimah berasal
dari semboyan mereka yaitu La Hukma Illa Lillah. Dalam golongan ini Ali,
Muawiyah dan semua orang yang menyetujui abitrase dituduh telah kafir
karena telah menyimpang dari ajaran islam, seperti yang tercantum dalam
surah al- Maidah ayat 44. Mereka juga menganggap kafir orang-orang yang
berbuat dosa besar.
D. Golongan As- Sufriyah
Pendapat yang penting adalah istilah kufr atau kafir mengandung dua
arti, yaitu kufr al nimah (mengingkari nikmat Tuhan) kafir tidak berarti keluar
dari islam dan kufr bi Allah (mengingkari Tuhan) taqiyyah 6[6] hanya boleh
dalam bentuk perkataan saja, tidak boleh dalam tindakan, terkecuali untuk
wanita diperbolehkan menikahi orang kafir dengan alasan untuk
keamanannya yang terancam.
E. Golongan An Najjat
Paham mereka bertentangan dengan al-Azariqah. Bagi an- Najjat dosa kecil
dapat meningkat menjadi dosa besar bila terus- menerus. Bagi mereka

5[5] Rochimah, M. Fill. I dkk. Ilmu kalam hal 36 - 38

6[6] Orang yang menyembunyikan identitas keimanannya demi keselamatannya

5
taqiyyah diperbolehkan mengucapkan kata-kata atau melakukan tindakan
yang bertentangan dengan keyakinannya.
Dan berikut ini merupakan beberapa golongan khawarij yang dianggap
keluar dri islam (Radikal), seperti yang dikemukakan oleh Abdul Qahir
sebagai berikut :
a. Golongan Yazidiyah, pengikut yazid
Mereka beranggapan bahwa menghalalkan mengawini cucu perempuannya
sendiri dan cucu kemenaknnnya baik dari pihak laki-lakitaupun perempuan.
Karena Al-Quran tidak menyebutkan mereka sebagai orang yang haram
dinikahi.
b. Golongan Maimuniyah
Mereka tidak mengakui surat Yusuf termasuk surat surat dalam Al-Quran.
Karena mereka menganggap surat Yusuf hanya sebagai dongeng belaka dn
tidak layak terdapat di kisah cinta dalam Al-Quran
c. Golongan Syabibiyah
Mereka beranggapan bahwa wanita boleh menjadi kepala negara dengan
syarat untuk kepentingan rakyat dan tidak bekerja sama dengan selain
golongan Syabibiyah

2.3 Firqoh Murjiah


Sama halnya dengan khawarij, murjiah juga timbul dari permasalahan
politik, sewaktu pusat pemerintahan islam pindah ke Damaskus. Dan aliran
ini timbul di Damaskus pada akhir abad pertama hijriah. Dari bahasa
murjiah mempunyai arti menunda atau mengembalikan. Menurut Al-
Syahrastani kata murjiah di ambil dari kata arjaa yang berarti
mengharapkan. Jadi murjiah adalah golongan atau mazhab yang
mendahulukan iman lalu amal, menunda persoalan hingga hari kiamat, dan
bisa juga golongan yang mengharapkan agar dosa-dosa diampuni dan
ditukar dengan kebaikan oleh Tuhan. Pemimpin Murjiah ini adalah Hasan bin
Bilal Al- Muzni, Abu Salat As Samman, Tsauban Dliror bin Umar.

6
Munculnya Murjiah pada saat ditengah-tengah pertentangan antara
Khawarij dan Syiah bertentangan dengan Muawiyah. Mereka bersifat netral
sehingga mereka tidak mau ikut campur dengan pertentangan yang terjadi
pada ketiga golongan tersebut7[7]. Dikarenakan murjiah berarti menunda,
golongan mereka tidak mau mengeluarkan pendapat tentang siapa yang
salah atau siapa yang benar dan menunda penyelesainya hingga hari
kiamat. Namun bagi murjiah golongan Ali dan Muawiyah masih dapat
dipercaya. Kelompok ini merupakan musuh besar golongan khawarij.
Paham Murjiah diatas dapat membawa suatu pemahaman bahwa yang
adalah iman sedang perbuatan merupakan soal lain. Iman cukup dalam hati
saja dan perbuatan kurang esensial, yang dimaksud adalah keyakinan yang
ada dalam hati itulah yang penting dan apa yang ada di hati manusia hanya
tuhan yang mengetahuinya disamping dengan manusia yang bersangkutan.
Perbuatan menurut pendapat mereka tidak mempunyai pengaruh terhadap
keyakinan. Dan iman seseorang tidak dapat dirusakkan oleh dosa yang
dilakukannya. Sikap ini pada satu sisi akan membawa kepada tingkat
fatalisme8[8], penundaan dan penyerahan urusan dosa besar kepada Allah
semata membawa implikasi jabariyah.
Setelah dari lapangan politik mereka kemudian berpindah ke
lapangann teologi yaitu persoalan dosa besar. Golongan ini mau tidak mau
memerhatiakan persoalan dosa besar yang ditimbulakn oleh khawarij.
Argumentasi yang mereka keuarkan dalam hal ini yaitu orang islam yang
berbuat dosa besar itu tetap mengakui bahwa tiada Tuhan selain Allah dan
bahwa nabi Muhammad adalah rosul-Nya, dengan kata orang seperti itu
tetap mengucapkan kedua syahdat yang menjadi dasar utama dari iman.

7[7] Harun nasution. Teologi Islam hal 22

8[8] Fatalisme adalah sikap seseorang dalam menghadapi permasalahan atau


hidup. Apabila paham seseorang dianggap sangat pasrah dalam segala hal, maka
inilah disebut fatalisme. Dalam paham fatalisme, seseorang sudah dikuasai oleh
nasib dan tidak bisa merubahnya.

7
Oleh karena itu orang yang berdosa besar menurut golongan ini tetap
mukmin dan bukan kafir.9[9]
Dalam golongan ini terbagi menjadi 2 golongan besar yaitu golongan
moderat dan golongan ekstrim, sebagai berikut :
1. Golongan murjiah moderat
Golongan ini berpendapat bahwa orang yang berdosa besar bukanlah
kafir dan tidak kekal dalam neraka tetapi akan dihukum sesuai dengan
besarnya dosa yang dilakukannya, dan ada kemungkinan bahwa tuhan akan
mengampuni dosanya dan masuk surga. Yang termasuk dalam golongan ini
yaitu al-Hasan Ibn Muhammad Ibn Ali Ibn Abi Thalib, Abu yusuf, Abu Hanifah
dan beberapa ahli hadist. Abu Hanifah dimasukkan dalam golongan murjiah
karena pendapat Abu Hanifah tentang pelaku dosa besar dan konsep iman
tidak jauh berbeda dengan kelompok murjiah moderat lainnya, pendapatnya
mengenai teologi yaitu pelaku dosa besar masih tetap mukmin, tetapi dosa
yang diperbuatnya bukan berarti tidak diampuni.
2. Golongan murjiah ekstrim
Golongan ini dipelopori Jahm Ibn Shafwan, menurutnya orang islam
yang percaya pada Tuhan kemudian mengatakan kafir secara lisan belumlah
menjadi kafir karena iman dan kufur terletak dalam hati bukan dalam bagian
lain dari tubuh manusia.10[10] Bahkan ada keterangan yang menyebutkan
orang itu tidak menjadi kafir walaupun ia menyembah berhala, menjalankan
ajaran agama lain, menyembah salib dan kemudian meninggal, orang orang
itu bagi Allah tetap mukmin yang sempurna. Menurut mereka iman itu
terletak dalam hati hanya tuhan yang mengetahui, timbullah dalam
pendapat mereka bahwa dalam melakukan maksiat atau perbuatan jahat
tidak merusak iman. Jika seorang mati dalam keadaan beriman, dosa-dosa
dan pekerjaan jahat yang dilakukannya tidak akan merugikan orang
11
tersebut. [11]
9[9] Afrizal M. Ibn Rusyd hal 24-25

10[10] Ibid 9. Hal 25

11[11] Al iraqi, al-manhaj. hal 51

8
Aliran murjiah, baik yang moderat maupun aliran ekstrim telah hilang dalam
sejarah sebagai golongan yang berdiri sendiri. Tetapi ajaran yang di
kemukakan golongan murjiah moderat mengenai iman dan kufur dapat juga
dijumpai dalam aliran Asyariyyah atau ahli sunnah wal jamaah. Adapun
golongan murjiah ektrim juga telah hilang sebagai aliran atau golongan yang
berdiri sendiri, tetapi dalam praktek masih terdapat sebagian umat islam
yang menjalankan ajaran ajaran ekstrim itu, mungkin dengan tidak sadar
bahwa mereka sebenarnya dalam hal ini mengikuti ajaran-ajaran golongan
murjiah ekstrim.
Al Syahrastani telah mengemukakan pandangan- pandangan
berbagai golongan murjiah dalam pesoalan iman dan kufr sebagai berikut :
A) Al Yunusiyyah
Yang dipelopori oleh Yunus ibn Aun al- Namiri, berpendapat bahwa
imana adalah marifah kepada Allah dengan menaatiNya, mencintai dengan
sepenuh hati, meninggalkan takabbur. Menurutnya iblis itu termasuk
makhluk arif billah, namun karena ketakabburannya kepada Allah sehingga
dikatakan kafir.
B) Al Ubaidiyyah
Yang dipelopori oleh Ubaid al-Muktaib berpendapat bahwa selain
perbuatan syirik akan diampuni Allah SWT. Seseorang yang meninggal dunia
dalam keadaan masih punya tauhid tidak akan binasa oleh kejahatan dan
dosa besar yang dilakukannya.
C) Al Ghassaniyyah
Yang dipelopori oleh Ghassan al-Kafi berpendapat bahwa iman adalah
pengetahuan (marifah kepada Allah dan RosulNya, mengakui dengan lisan
akan kebenaran yang diturunkan oleh Allah )

2.4 JABBARIYAH
Secara bahasa, kata jabbariyyah berasal dari jabara yang berarti
memaksa. Ali Mudhafir mengartikan jabbara dengan Alzamahu fi filih,
berkewajiban dalam pekerjaan. Bila dilihat kedudukannya sebagai ciptaan
Tuhan orang itu tidak mempunyai wewenang apa-apa. Ia berbuat hanya
mengikuti perintah Tuhan. Inilah yang disebut sikap jabr (pasrah). Dalam

9
aliran ini terdapat paham bahwa manusia mengerjakan perbuatannya dalam
keadaan terpaksa. Dalam istilah inggris paham ini disebut fatalism atau
predestination. Perbuatan-perbuatan manusia telah ditentukan dari semula
oleh kada dan kadar Tuhan.
Firqoh Jabariyah timbul bersamaan dengan firqoh Qodariyah, dan
tampaknya merupakan reaksi daripadanya. Daerah tempat timbulnya juga
tidak berjauhan. Qodariyah muncul di Irak, lalu Jabariyah muncul di Persia.
Ini muncul karena menentang kebiksanaan pemerintahan bani umaiyyah
mengenai masalah politik yang dianggap mereka kejam.
Jabbariyah disisi lain melihat kepada perbuatan Allah dan perbuatan
manusia. Dalam sejarah, aliran Jabbariyyah dimunculkan pertama sekali oleh
Jad ibn Dirham,12[12] dan dikembangkan oleh Jahm ibn Shafwan. 13[13] Firqoh
ini hampir sama dengan mutazilah dalam segi-segi tertentu menegnai
pendapatnya, misalnya tentang sifat Allah SWT, syurga dan neraka tidak
kekal, Allah SWT tidak dapat dilihat di akhirat kelak, Al-Quran itu makhluk
dan lain sebagainya14[14]
Jabbariyyah dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
1. Jabbariyyah ekstrim.
Pemikiran yang ekstrim mengatakan bahwa manusia tidak menciptakan
perbuatannya. Perbuatan itu hanya kepada Allah. Manusia tidak mempunyai
perbuatan karena dia tidak mempunyai kemampuan (istithaah) untuk
berbuat.15[15] Perbuatan yang diciptakan Tuhan dalam diri manusia sama
dengan gerak diciptakan Tuhan dalam benda mati. Dengan demikian,
perbuatan manusia tidaklah timbul dari kemauan sendiri tetapi perbuatan itu
12[12] ibn Rusyid, Manahij, hal.87.

13[13] Al-Iraqi, Manhaj, hal.206.

14[14] Prof. Dr. K.H. Sahiludin A. Naisr, M. Pd. I, pemikiran kalam hal143

15[15] ibn Sina, al-Najah fi al-Hikmah al-Manthiqiyyah, (Kairo: Mushthafa al-Babi al-
Halabi, 1938), hal.224-225.

10
dipaksa atas dirinya. Dalam faham ini manusia hanya merupakan wayang
yang digerakkan dalang. Sebagaimana wayang bergerak hanya karena
digerakkan dalang, demikian manusia berbuat dan bergerak karena
digerakkan Tuhan. Termasuk perbuatan mengerjakan kewajiban dan
menerima pahala dan siksa.16[16]Ajaran dan tokoh Jabbariyah Ekstrim
adalah:
a. Jahm bin Safwan
Nama lengkapnya adalah Abu Mahrus Jahm bin Safwan. Sebagai penganut
paham Jabbariah ekstrim, ia berhasil menyebarkan ajarannya sampai ke
Tirmidz di Balk. Pendapatnya tentang teologi adalah:
1. Sifat dan Dzat Allah
Allah adalah dzat saja karena bukan sesuatu, karena itu Allah tidak memiliki
sifat yang dimiliki manusia. Tujuan Jahm dengan pendiriannya itu adalah
untuk menjauhkan Tuhan dari segala penyerupaan dari makhluk-
makhluknya.
2. Melihat Allah
Jahm menolak pendapat bahwa Allah dapat dilihat kelak dihari kiamat, ini
karena Allah bersifat Maujud. Berbeda dengan Ahli Sunnah Wal Jamah yang
berpendapat bahwa kelak dihari kiamat Allah dapat dilihat17[17].
3. Kehendak dan Kemerdekaan manusia
Manusia sebenarnya tidak memiliki kehendak dan pilihan. Dengan kata lain
maka manusia terpaksa. Keterpaksaan sendiri dapat dibagi menjadi dua
macam, yaitu:
a. Manusia tidak mamiliki kehendak, pilihan, dan kemampuan sama sekali.
b. Manusia masih memiliki andil dalam pekerjaan yang ia lakukan, sehingga ia
tidak terpaksa sepenuhnya18[18] .

4. Kehancuran surga dan neraka

16[16] Al-Iraqi, Manhaj, hal.215.

17[17] .Ali Sami Nasyr, Nasyah al-Fikr al-Falsafi Fi al-Islam jilid I (Mesir : Dar al-
Maarif, t.t),hal.341.

18[18] Ibid, hal.343.

11
Manusia akan kekal baik didalam surge maupun didalam neraka. Surga dan
neraka akan fana apabila semua calan penghuninya masuk ke dalamnya.
Penghuni surga menikmati kelezatan surge dan penghuni neraka akan
merasakan kepedihan neraka.
5. Iman
Menurut Jahm orang tidak menjadi kafir hanya karena mengutarakan dengan
lesan asalkan sudah marifah.19[19] Katanya iman tidak terdiri dari tashdiq,
pwebuatan. Iman bentuknya sama, baik iman para nabi maupun iman
umatnya.
6. Akal sebagai ukuran baik dan buruk
Akal manusia mampu membedakan antara yang baik dan buruk, meskipun
tidak ada wahyu.
7. Tentang ayat-ayat Muthasyahbihat
Dalam al-Quran dijumpai ayat-ayat dimana Allah menyebutkan sifat yang
memiliki pengertian sama dengan makhluknya, seperti wajah, medengar,
melihat. Menurut Jahm kata-kata tersebut harus diartikan secara majazi.
Sedangkan kaum muslimin mengartikan kata-kata itu dalam pengertian yang
sebenarnya, yakni pengertian Materi 20[20].
b. Jaad bi Dirham
Jaad bin Dirham adalah seorang maulana Bani Hakim, ia tinggal di
Damaskus. Pada awalnya untuk mengajar di lingkungan pemerintah Bani
Umayyah, tetapi tampak pikirannya yang controversial, Bani Umayyah
menolaknya. Kemudian Jaad lari ke Kufa dan di sana ia bertemu dengan
Jahm, serta mentransfer pikirannya kepada Jahm untuk dikembangkan dan
disebarluaskan.
Doktrin pokok Jaad secara umum adalah sama dengan Jahm, yakni:
a. Allah tidak mempunyai sifat yang serupa dengan makhluk.
b. Manusia terpaksa oleh allah dalam segala-galanya.

2. Jabbariyyah Moderat
Jabbariyyah moderat mengatakan bahwa Tuhan menciptakan
perbuatan jahat maupun perbuatan baik, tetapi manusia mempunyai
19[19] Ahmad Amin: Fajrul Islam, hal. 343

20[20] Ibid, hal.349.

12
peranan didalamnya. Tenaga yang diciptakan dalam diri manusia
mempunyai efek untuk mewujudkan perbuatannya. Inilah yang dimaksud
dengan kasab (acquisition).21[21] Menurut paham kasab, manusia tidak
majbur (dipaksa oleh Tuhan), tidak seperti wayang yang dikendalikan oleh
dalang dan tidak pula menjadi pencipta perbuatan, tetapi manusia itu
memperoleh perbuatan yang diciptakan Tuhan. 22[22] Manusia telah
mempunyai bagian dalam pewujudan perbuatan-perbuatannya, bagian yang
efektif dan bagian yang tidak efektif. Menurut paham ini Tuhan dan manusia
bekerja sama dalam mewujudkan perbuatan-perbuatan manusia. Manusia
tidak semata-mata dipaksa dalam melakukan perbuatan-perbuatannya.
Tokoh paham Jabbariyyah adalah:
a. An-Najr
Nama lengkapnya Husain Bin Muhammad An Najjar (wafat 230H).
Pengikutnya disebut dengan an-Najjariyah atau al-Husainiyah. Pendapat-
pendapatnya adalah:
1. Tuhan menciptakan segala perbuatan manusia, tetapi manusia mengambil
bagian atau peran dalam mewujudkan perbuatan-perbuatan itu.
2. Tuhan tidak dapat dilihat di akhirat. Akan tetapi, an-Najjar mengatakan
bahwa Tuhan dapat saja memindahkan potensi hati (marifat) pada mata
sehingga manusia bisa melihat Tuhan.

b. Adh-Dhirar
Nama lengkapnya adalah Dhirar bin Amr. Pendapatnya adalah:
1. Pendapatnya tentang perbuatan manusia sama dengan Husain bin
Muhammad An-Najar, yakni manusia tidak hanya merupakan wayang yang
digerakkan oleh dalang.
2. Mengenai marifat Tuhan di akhirat, Dhirar mengatakan bahwa Tuhan dapat
dilihat di akhirat melalui indera ke enam.

21[21] Nasution, Teologi Islam., Hal 35

22[22] Harun Nasution, Encyclopedy Islam Indonesia, Djambatan, Jakarta, 1992,


hal.522.

13
3. Ia juga berpendapat bahwa hujjah yang dapat diterima setelah Nabi adalah
ijtihad. Hadist ahad tidak dapat dijadikan sumber dalam menetapkan
hukum23[23]
Dalam QS. Al-Insan ([76]:30) mengandung paham Jabbariyyah yang
artinya:
kamu tidak menghendaki, tetapi Allah yang menghendaki
Oleh sebab itu, tidaklah mengherankan bahwa paham ini masih
terdapat dikalangan muslim meski pembawa dan penganjur paham ini sudah
tiada. Misalnya, paham Jabbariyyah moderat ini dijumpai dalam paham
Asyariyyah.
Menurut kaum Jabbariyyah manusia tidak mempunyai kemerdekaan
dalam menentukan kehendak dan perbuatannya. Manusia dalam faham ini
terikat pada kehendak mutlak Tuhan. Dan mayoritas kaum muslimin menolak
paham ini karena dapat menyebabkan orang menjadi pemalas, lali, dan
menghapuskan tanggung jawab, dengan mengemukakan ayat-ayat yang
terang maksudnya , yang dengan ayat ayat tersebut Al-Quranul Karim
menolak pendapat- pendapat yang dangkal dan naif24[24].
2.5QADARIYYAH
Qodariyah mula-mula timbul sekitar tahun 70 H/ 689 M, dipimpin oleh
Mabad al- Juhni al-Bisri dan Jaad bin Dirham, pada masa pemerintahan
khalifah Abdul malik bin Marwan (685-705 M). Firqoh ini timbul sebagai
isyarat menentang kebijaksanaan politik bani Umaiyah yang mereka anggap
kejam.
Kata Qadariyyah berasal dari qadara yang berarti berkuasa. Maksud
berkuasa adalah mempunyai kekuasaan (qudrah). Tuhan disebut Qadir
karena Dia mempunyai qudrah. Bani Umayah yang dianggapnya kejam.
Apabila Firqoh Jabbariyyah berpendapat bahwa khalifah Bani Umayah
membunuh orang, hal itu karena ditakdirkan oleh Allah SWT. Hal ini berarti
23[23] Asy-Syahrastani, Al-Milal, hal.74

24[24] Prof. Dr. K. H. Sahilun A. Nasir, M. Pd. I. pemikir kalam. Hal 147

14
merupakan topeng kekejamannya, maka furqoh Qodarriyyah mau
membatasi qadar tersebut. Dalam istilah inggrisnya faham ini dikenal
dengan nama free will dan free act.25[25]
Aliran Qadariyyah menyatakan bahwa segala tingkah laku manusia
dilakukan atas kehendaknya sendiri. Manusia mempunyai kewenangan untuk
melakukan segala perbuatannya atas kehendaknya sendiri, baik berbuat baik
maupun berbuat jahat. Karena itu, ia berk mendaatkan pahala atas kebaikan
yang dilakukannya dan juga berhak pula memperoleh hubungan atas
kejahatan yang diperbuatnya. Dalam kaitan ini, bila seorang diberi ganjaran
baik dengan balasan surga kelak diakhirat dan diberi ganjaran siksa dengan
balasan neraka kelak diakhirat, semua itu berdasarkan pilihan pribadinya
sendiri, bukan oleh takdir Tuhan. Maka tidak pantas apabila manusia
menerima siksaan atau tindakan salah yang dilakukan bukan atas keinginan
dan kemampuannya sendiri.
Faham Qadarriyyah dibawa ke dalam kalangan oleh orang-orang islam
yang bukan bukan berasal dari Arab padang pasir, hal itu menimbulkan
kegoncangan dalam pemikiran mereka. Faham Qadariyyah di anggap
bertentangan dengan ajaran Islam. Adanya kegoncangan dan sikap
menentang faham qadariyyah ini terdapat dalam hadist, yang artinya:
Kaum Qadariyyah merupakan majusi umat islam., dalam arti
golongan yang tersesat.
Dalam faham Qadariyyah, takdir itu adalah ketentuan Allah SWT yang
diciptakan-Nya untuk alam semesta beserta seluruh isinya, semenjak ajal,
yaitu hukum yang dalam istilah Al-Quran adalah sunatullah.26[26]
Aliran Qadariyyah berpendapat bahwa tidak ada alasan yang tepat
menyandarkan segala perbuatan manusia kepada perbuatan Tuhan. Doktrin-

25[25] Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan,


(Jakarta: UI Pres, 1986), hal.31.

26[26] Yusuf, op.cit, hal.25.

15
doktrin ini mempunyai tempat pijakan dalam dokrin Islam sendiri. Pendapat
ini didukung dalam QS. Al-Khafi [18]:29 yang artinya:
Katakanlah, kebenaran dari Tuhanmu, barang siapa yang mau,
berimanlah dia, dan barang siapa yang ingin kafir biarlah ia kafir.
Berkaitan dengan awal kemunculan Qadariyyah, para peneliti dibidang
teologi berbeda pendapat. Karena penganut Qadariyyah sangat banyak.
Diantaranya di Irak dengan bukti gerakan ini terjadi pada pengajian Hasan
Al-Bashri.
Sedangkan menurut Ali Sami bahwa mabad Al-juhari sebagian besar
hidupnya tinggal di Madinah, kemudian menjelang akhir hayatnya baru
pindah ke Basrah, dia adalah murid Abu Dzar al-Ghiffari, musuh Usman dan
Bani Umaiyah. Sementara Ghailan adalah seorang Murjiah yang pernah
berguru kepada Hasan ibn Muhammad ibn Hanafiyah.27[27]
Faham Qadariyyah mendapat tantangan dari umat Islam ketika itu. Ada dua
hal yang menjadikan terjadinya reaksi keras, antara lain:
a. Di lihat dari segi historis, masyarakat sebelum islam kelihatannya
dipengaruhi oleh paham jabbariyyah. Bangsa Arab yang saat itu bersifat
sederhanadan jauh dari pengetahuan terpaksa menyesuaikan hidup mereka
dengan suasana padang pasir, dengan panasnya yang terik serta tanah dan
gugnungnya yang gundul. Dalam suasana yang demikian mereka tidak
banyak melihat jalan untuk mengubah keadaan sekeliling mereka selaras
dengan keinginan sendiri. Dalam kehidupan sehari-hari mereka banyak
tergantung pada kehendak natur/alam. Hal ini membawa mereka pada
faham fatalistic.28[28]
b. Tantangan dari pemerintah ketika itu. Tantangan ini sangat mungkin terjadi
karena para pejabat pemerintah menganut paham jabbariyyah. Ada
kemungkinan juga pejabat pemerintah menganggap paham Qadariyyah

27[27]Ali Sami Nasyr, Nasyah al-Fikr al-Falsafi fi al-islam jilid I, (Kairo: Dar al-
Maarif, 1997), hal. 317

28[28] Harun Nasution, Teologi Islam, hal.32.

16
sebagai suatu usaha untuk menyebarkan faham dinamis dan daya kritis
rakyat, yang pada gilirannya mampu mengkritik kebijakan-kebijakan mereka
yang dianggap tidak sesuai, dan bahkan dapat menggulingkan mereka dari
tahta kerajaan.29[29]

2.5.1Tokoh dan ajaran Qadariyah


a. Ajaran Mabad al-Juhani
Perbuatan manusia diciptakan atas kehendaknya sendiri oleh karena itu ia
bertanggung jawab atas segala perbuatannya. Tuhan tidak ikut berperan
dalam perbuatan manusia, bahkan Tuhan tidak tahu sebelumnya apa yang
akan dilakukan oleh manusia, kecuali setelah perbuatan itu dilakukan baru
Tuhan mengetahuinya.

b. Ajaran Ghailan al-Dimasqi


1. Manusia menentukan perbuatannya dengan kemauan dan mampu berbuat
baik dan buruk tanpa ikut campur Tuhan. Iman ialah mengetahui dan
mengakui Allah dan RasulNya, sedangkan amal perbuatan tidak
mempengarui iman.
2. Al-Quran itu makhluk.
3. Allah tidak memiliki sifat.
4. Iman adalah hak semua orang semua orang, bukan dominasy Quraisy, asal
cakap dan berpegang teguh pada al-Quran dan al-Sunnah30[30].
Paham takdir, menurut Qadariyyah takdir adalah ketentuan Allah yang
diciptakanNya bagi alam semesta beserta seluruh isinya, sejak azali, yaitu
hukum yang dalam Al-Quran adalah sunnatullah.

29[29] Abdul Razak dan Rosihah Anwar, Ilmu Kalam, (Bandung: CV.Pustaka
Setia,2009),73

30[30] Ali Musthafa al-Ghurabi, Tariqh al-Firaq al-Islamiyah (Mesir: Maktabah wa


Mathbaah Muhammad Ali Shabih wa Auladi,t.t), hal.34-35.

17
Keyakinan tauhid tanpa penalaran bukan termauk iman. Maksudnya, bahwa
pengetahuan awal yaitu mengenal Allah, bersifat obligatoris, maksudnya
alamiah. Salah seorang pemuka qadariyyah yang lain, adalah An-Nazzam,
mengemukakan bahwa manusia mempunyai kemampuan untuk
mewujudkan tindakan tanpa campur tangan Tuhan

BAB III
KESIMPULAN

Dalam ilmu kalam terbagi beberapa firqoh yang dimana firqoh tersebut
memiliki ajaran ajaran tersendiri dan keyakinan tersendiri. Ini disebabkan
adanya perbedaan pendapat dan pemikiran pemikiran. Dan karena adanya
perpedaan itu maka disebut firqoh atau golongan.
Disini dalam makalah ini penulis membahas empat firqoh yaitu
khawarij, murjiah, jabariyah dan qodariyah. Keempat tersebut memiliki
ajaran yang berbeda-beda, diantaranya :
Firqoh Khawarij : merupakan golongan yang keluar dari golongan Ali,
menentang golongan Ali dan Muawiyyah. Ajaran mereka adalah mereka yang
melakukan dosa baik besar maupun kecil mereka dihukumi kafir, dan yang
berhak mendudukuki jabatan khalifah itu bukan hanya orang orang kafir.
Firqoh Murjiah :merupakan golongan yang timbul pada saat terjadinya
pertikaian anatara Ali, khawarij dengan golongan muawiyyah, golongan ini
bersifat netral tidak memihak salah satu golongan ini. Ajaran mereka yaitu
orang yang melakukan dosa baik besar maupun kecil tidak dihukumi kafir
tidak juga mukmin melainkan dikembalikan kepada Allah SWT pada hari
kiamat

18
Firqoh Jabariyah : merupakan golongan yang timbul bersamaan dengan firqoh
Qodariyyah yaitu timbul karena menentang kebijakan politik bani umayyah
yang dianggap kejam. Ajaran mereka yaitu apapun yang dilakukan manusia
baik dan buruk adalah terpaksa karena semua yang mengatur apa yang
dilakukan manusia hanyalah Allah SWT. Jadi mansia tidak tahu apa-apa.
Firqoh Qodariyah : sama halnya dengan firqoh Jabariyah timbulnya golongan
ini karena peretentangan terhadap kebijakan bani umayah yang sangat
kejam. Ajaran mereka yaitu Allah itu adil maka Allah SWT akan menghukum
orang orang yang berbuat jahat dan memberi kebaikan kepada orang orang
yang berbuat baik. Manusia itu bebas menentukan nasibnya sendiri dan
memilih perbuatan yang baik ataupun buruk. Jika Allah menentukan terlebih
dahulu nasib kita maka Allah itu dzalim.

DAFTAR PUSTAKA

Nasution, Harun. 1986. Teologi Islam. Jakarta : UI Press.

M. Fil. I, Rochimah, Rohman, A, Drs. H. 2011. Ilmu Kalam. Surabaya : IAIN


Sunan Ampel Press.

M. Pd. I, Nasir, Sahilun A., Prof. Dr. K. H. 2010. Pemikir Kalam. Jakarta : PT.
Raja Grafindo.

Lc, Syukur, M. Asywadie, Drs. H. 1990. Pengantar Ilmu Fiqih dan Ushul Fiqih.
Surabaya : PT Bina Ilmu.

M, Afrizal. 2006. Ibn Rusyd. Jakarta : Erlangga.

Abdul Muin, M Taib Thahir. 1986. Ilmu Kalam. Jakarta : Widjaya Jakarta

Rozak, Abdul. 2001. Ilmu Kalam. Bandung : Pustaka Setia

19
20

Anda mungkin juga menyukai