Anda di halaman 1dari 8

TAFSIR AHKAM Q.S.

AN-NISA AYAT 92-93

MAKALAH

Diajukan Sebagai Tugas Mata Kuliah Tafsir Ahkam Pada Program Studi Hukum Ekonomi
Syariah Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Nahdlatul Ulama ( STISNU) Nusantara Tangerang

Dosen pengampu :

KH. Arif Hidayat, S.Q

Oleh :

Aidatul Chusna NIM : Maftukhul Mujib NIM :


Abdul Rohman NIM : Musyarofatul Fadilah NIM :
Eni Nuraeni NIM : Nurhayati NIM :
Hana DahyanaNIM : Nur Zakiyah NIM :
Hayati alfi NIM : Siti Usniah NIM :
Ismi Azis NIM : Sukma Sandi NIM :
Kholipatul Hasanah NIM : Sukron Annajil NIM :
Kiki Dwiyanti NIM : Nurhalimah NIM :
M.Noer Arosid NIM :

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH (STISNU)


NUSANTARA TANGERANG TAHUN 2019
Abstrak
Makalah ini merumuskan dan menjelaskan tentang (1) pengertian pembunuhan; (2)
bunyi dan arti Q.S. An-Nisa ayat 92-93; (3) isi kandungan dan sebab turunnya Q.S. An-nisa
ayat 92-93; (4) macam-macam pembunuhan dan hukumannya.
Pembunuhan adalah salah atu tindak pidana menghilangkan nyawa seseorag dan termasuk
dosa besar. Dalam fiqih, tindak pidana dan pembunuhan di sebut juga dengan ‘ala an-nafs
al-insaniyah (kejahatan terhadap jiwa manusia).
Banyak sekali ayat al-qur’an dan hadits yang menyatakan keharaman membunuh seseorang
tanpa sebab dan dalam syariat islam hukuman yang dijatuhkan terhadap setiap orang yang
menghilangkan nyawa orang lain akan dijatuhkan hukuman yang sama menurut apa yang
sudah ia lakuakan yaitu hukuman qisas atau hukuman diat sebagai hukuman pengganti dan
terhalangnya mendapatkan warisan bila ia seorang ahli waris sebagai hukuman tambahan.

Keynote : pembunuhan, pidana, fiqih, haram,qisas, diat.

Dibuat oleh Aidatul Chusna NIM : Mujib NIM : Abdul Rohman NIM : Musyarofatu
Fadilah NIM : Eni Nuraeni NIM : Nurhayati NIM : Hana Dahyana NIM : Nur Zakiyah NIM :
Hayati alfi NIM : Siti Usniah NIM : Ismi Azis NIM : Sukma Sandi NIM : Kholipatul
Hasanah NIM : Sukron Annajil NIM : Kiki Dwiyanti NIM : Nurhalimah NIM : M. Noer
Arosid NIM : mahasiswa Semester 3 Proidi Hukum Ekonomi Syariah STISNU Nusantara
Tangerang 2019.

A. LATAR BELAKANG
Pada dasarnya tidak ada satupun agama di dunia ini yang menghalalkan pembunuhan,
sebab tujuan agama adalah untuk perdamaian, menyebarkan kasih sayang, dan mengatur
tatanan sosial agar lebih baik. Begitu pula dengan agama Islam, sejak awal penurunannya
sudah ditegaskan bahwa Islam mengemban visi kerahmatan (QS: al-Anbiya’: 107).

AYATNYA…
ARTINYA…

B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Pembunhan

2
Pembunuhan secara etimologi, merupakan bentuk masdar ‫ قتل‬dari fi‟il madhi ‫قتل‬
yang artinya membunuh.1 Adapun secara terminologi, sebagaimana dikemukakan oleh
Wahbah az-Zuhaili, pembunuhan didefinisikan sebagai suatu perbuatan mematikan; atau
perbuatan seseorang yang dapat menghancurkan bangunan kemanusiaan.2 Sedangkan menurut
Abdul Qadir Audah, pembunuhan didefinisikan sebagai suatu tindakan seseorang untuk
menghilangkan nyawa; menghilangkan ruh atau jiwa orang lain. 3 Sedangkan dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia kata pembunuhan bisa diartikan proses perbuatan atau
caramembunuh, sedangkan membunuh sendiri, berarti mematikan, menghilangkan,
menghabisi, menyabut nyawa.4
Dari definisi tersebut dapat diambil inti sari bahwa pembunuhan adalah perbuatan
seseorang terhadap orang lain yang mengakibatkan hilangnya nyawa, baik dilakukan dengan
sengaja atau tidak sengaja .Banyak sekali ayat al-qur’an dan hadits yang menyatakan
keharaman membunuh seseorang tanpa sebab atau yang dihalalkan oleh syara’. Pembunuhan
dalam Islam didasarkan pada beberapa keterangan nash Al Qur‟an diantaranya seperti Q.S.
An-Nisa ayat 92 -93.

2. Bunyi dan Arti Q.S. An-Nisa Ayat 92-93


AYATNYAA..
ARTINYA..

3. Isi Kandungan dan Sebab Turunnya Q.S. An-Nisa Ayat 92-93


Q.S. An-Nisa ayat 92, Dalam buku-buku sejarah disebutkan bahwa salah seorang
muslim selama beberapa tahun di Mekah telah disiksa oleh sebagian orang kafir. Setelah ia
berhijrah ke Madinah ia bertemu dengan orang yang menyiksa dirinya. Orang ini
membunuhnya dengan keyakinan bahwa orang itu adalah kafir dan zalim tanpa mengetahui
bahwa bekas penyiksanya itu telah menjadi seorang muslim. Berita mengenai peristiwa ini
sampai pada Nabi Saw, dan turunlah ayat ini.
Sebagaimana telah disebutkan dahulu bahwa hukuman orang-orang kafir dan
zalim adalah penjara dan jika perlu hukaman mati. Tetapi sudah barang tentu bahwa
hukuman ini dijatuhkan setelah dilakukannya penelitian dan penyelidikan di bawah

1 Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir, cet. ke-1, Yogyakarta: Pustaka Progresif, 1992, hlm. 172.
2 Wahbah az-Zuhaili, Al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh, cet. ke-3, Damaskus: Dar al-Fikr, 1989, jilid VI:
hlm, 217.
3 Abdul Qadir Audah, at-Tasyri‟i al-Jina‟i al-Islami Beirut: Dar al-Kitab al-„Arabi, jilid II, hlm, 6.
4 Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,
1990, hlm 13

3
pengawasan hakim di dalam masyarakat Islam. Bukannya setiap orang boleh melampiaskan
selera dan keyakinannya serta melakukan pembunuhan dan pertumpahan darah. Dengan
demikian, perbuatan orang muslim ini juga salah. Oleh karenanya, ia harus mendapatkan
balasan dengan membayar diyah (denda) dengan sempurna. Hal ini menjadi hukumannya
dengan syarat-syarat khusus sebagaimana yang dijelaskan di dalam ayat ini.
Point yang menarik dan perlu diperhatikan adalah bahwa apabila keluarga orang
yang terbunuh itu adalah musuh Islam, maka ganti rugi atau diyah tersebut tidak akan
diberikan kepada mereka. Hal itu dimaksudkan untuk mencegah agar keuangan pihak musuh
tidak menjadi semakin kuat. Kecuali bila musuh tersebut telah mengikat perjanjian damai
dengan kaum muslimin. Dalam hal ini diyah tersebut dapat diberikan dan diterima oleh
anggota keluarga korban.
Pembayaran diyah dan ganti rugi kepada keluarga orang yang terbunuh
memberikan pengaruh yang positif. Di antaranya sebagian dari kesulitan ekonomi yang
timbul akibat pembunuhan tersebut dapat tertutupi. Selain itu, adanya diyah merupakan jalan
untuk mencegah kesewenang-wenangan masyarakat. Sehingga setiap orang tidak bisa
beralasan dengan mengatakan," Pembunuhan yang saya lakukan adalah tidak sengaja." Selain
itu, masalah ini menunjukkan adanya penghormatan terhadap jiwa manusia dan keamanan
masyarakat.
Dari ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:
1. Membunuh manusia tidak sesuai dengan iman kepada Allah. Apabila seseorang
melakukannya karena keliru, maka ia harus mendapat hukuman yang berat.
2. Islam tidak saja menentang perbudakan, bahkan memberikan banyak jalan untuk
membebaskan mereka. Seperti bila seorang muslim melakukan kasus pembunuhan maka
dendanya juga termasuk membebaskan budak.
3. Agama Islam bukan hanya berisi perintah ibadah saja. Tetapi Islam juga memiliki ajaran
untuk mengatur masyarakat secara benar, menciptakan keadilan dan keamanan.
Q.S. An-Nisa ayat 93, Sebagaimana disebutkan dalam buku-buku sejarah, ketika
sedang terjadi perang Uhud, salah seorang muslim membunuh muslim yang lain dengan
alasan permusuhan pribadi. Nabi Muhammad Saw mengetahui hal tersebut melalui wahyu.
Dalam perjalanan kembali dari Uhud, beliau memerintahkan agar pembunuh tersebut dijatuhi
hukum qishas. Permohonan maaf pembunuh tersebut tidak diterima oleh Rasul Allah Saw.
Sebagai lanjutan dari ayat sebelumnya yang menjelaskan hukum membunuh
sesama muslim dengan keliru, ayat ini menjelaskan hukuman membunuh sesama muslim
yang dilakukan dengan sengaja. Di dalam ayat ini dijelaskan bahwa orang yang membunuh
dengan sengaja ini mendapat murka Allah Swt, dan memperoleh balasan api neraka. Dalam

4
hal ini, hukuman duniawi pembunuhan jenis ini, yaitu qishas, telah dijelaskan di dalam ayat
lain.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Hukuman bagi pelaku kejahatan sengaja dibedakan dengan pelaku kejahatan tanpa
disengaja.
2. Hukuman berat merupakan salah satu solusi mencegah kejahatan dan ketidakamanan
dalam masyarakat
Hadits yang menunjukkan tentang keharaman melakukan pembunuhan sebagai berikut:
1. Hadits riwayat Muslim
‫ ل ححل دماءالمسلم هه ال تاحد ثل ث‬:‫ قال رسىل ا عل هه وسلم‬:‫عه عثد ا قال‬
‫الث ةه الزاو والىفس تالىفسئ والتارك لد حىه المفارق للجماعح‬5

Artinya: Tidak halal darah seorang muslim, kecuali karena salah satudari tiga hal: janda
yang zina,jiwa yang membunuh jiwa. Dan orang yang meninggalkan agamanya yang
memisahkan terhadap jama’ah.

2. Hadits riwayat Abu Dawud:


‫ ومه قتل عمدا فهى قىد‬:‫ قال رسىل ا صل ا عل هه وسلم‬:‫عه ات عث هد قال‬6
Artinya: dari ibnu Ubaid berkata, Rasulullah saw. Bersabda: ”dan barang siapa dwanitanuh
dengan sengaja, ia berhak untuk menuntut qishas”.

4. Macam – macam Pembunuhan dan Hukumannya


Pada dasarnya delik pembunuhan terklasifikasi menjadi dua golongan, yaitu:
1. Pembunuhan yang diharamkan; setiap pembunuhan karena ada unsur permusuhan dan
penganiyaan .
2. Pembunuhan yang dibenarkan; setiap pembunuhan yang tidak dilatarbelakangi oleh
permusuhan, misalnya pembunuhan yang dilakukan oleh algojo dalam melaksanakan
hukuman qishas.7
Adapun secara spesifik mayoritas ulama berpendapat bahwa tindak pidana
pembunuhan dibagi dalam tiga kelompok, yaitu:
1. Pembunuhan sengaja (qatl al-‘amd)
Pembunuhan sengaja yaitu menyengaja suatu pembunuhan karena adanya
permusuhan terhadap orang lain dengan menggunakan alat yang pada umumnya mematikan,

5 Rokhmadi, Hukum Pidana Islam, Semarang: Karya Abadi Jaya, 2015, hlm. 120
6 Ibid, hlm. 121
7 Wahbah Zuhaili, AL Fiqh Al Islam Wadilatih, Juz VI, Damaskus: Darul Al Fikr, hlm 220.

5
melukai, atau benda-benda yang berat, secara langsung atau tidak langsung (sebagai akibat
dari suatu perbuatan), seperti menggunakan besi, pedang, kayu besar, suntikan pada organ
tubuh yang vital maupun tidak vital (paha dan pantat) yang jika terkena jarum menjadi
bengkak dan sakit terus menerus sampai mati, atau dengan memotong jari-jari seseorang
sehingga menjadi luka dan membawa pada kematian. Atau perbuatan yang dilakukan oleh
seseorang dengan tujuan untukmenghilangkan nyawa seseorang dengan menggunakan alat
yang dipandang layak untuk membunuh. Jadi matinya korban merupakan bagian yang
dikehendaki si pembuat jarimah.8
Menurut Abdul Qadir Audah, pembunuhan sengaja adalah perbuatan
menghilangkan nyawa orang lain yang disertai dengan niat membunuh, artinya bahwa
seseorang dapat dikatakan sebagai pembunuh jika orang itu mempunyai kesempurnaan untuk
melakukan pembunuhan. Jika seseorang tidak bermaksud membunuh, semata-mata hanya
menyengaja menyiksa, maka tidak dinamakan dengan pembunuhan sengaja, walaupun pada
akhirnya orang itu mati. Hal ini sama dengan pukulan yang menyebabkan mati.9
Adapun unsur-unsur dalam pembunuhan sengaja yaitu:
a. Korban adalah orang yang hidup.
b. Perbuatan si pelaku yang mengakibatkan kematian korban.
c. Ada niat bagi si pelaku untuk menghilangkan nyawa korban.
Dan unsur yang terpenting diantara ketiganya ialah pada unsur yang ketiga, yaitu
adanya niat si pelaku. Hal ini sangat penting karena niat pelaku itu merupakan syarat utama
dalam pembunuhan sengaja. Dan masalah tersebut menjadi perbincangan para ulama karena
niat itu terletak dalam hati, sehingga tidak dapat diketahui. Dengan demikian akan ada
kesulitan dalam membuktikan bahwa seseorang melakukan pembunuhan.
Hukuman bagi pembunuhan sengaja adalah;10
a. Hukuman qishas sebagai hukuman pokok berdasarkan QS. Al-Baqarah ayat 178-179 dan
al-Maidah ayat 45.
b. Hukuman diyat takzir dan berpuasa sebagai hukuman pengganti.
Hukuman qishas sebagai hukuman pokok pembunuhan sengaja, jika hukuman
qishas tidak dituntut oleh keluarganya, maka hukuman diyat sebagai penggantinya
berdasarkan QS, al-Baqarah ayat 178. Kemudian, jika hukuman diyat juga tidak dituntut oleh
keluarganya, maka hukuman ta’zir penggantinya, dalam hal ini hakim penguasa berhak untuk
menentukannya demi kemaslahatan yang lebih besar.

8 Ibid. hlm. 241

9 Abdul Qadir Audah, at-Tasyri’i al-Jina’i al-Islami jus II Beirut: Dar al-Kitab al-„Arabi, t.t. hlm 6.
10 Rokhmadi, Hukum Pidana Islam, Semarang: Karya Abadi Jaya, 2015, hlm. 133

6
c. Penghapusan hak waris dan hak wasiat sebagai hukuman tambahan.
2. Pembunuhan menyerupai sengaja (qatl syibh al-„ amd)
Pembunuhan menyerupai sengaja yaitu menyengaja suatu perbuatan aniaya
terhadap orang lain, dengan alat yang pada umumnya tidak mematikan, seperti memukul
dengan batu kecil, tangan, cemeti, atau tongkat yang ringan, dan antara pukulan yang satu
dengan yang lainnya tidak saling membantu, pukulannya bukan pada tempat yang vital
(mematikan), yang dipukul bukan anak kecil atau orang yang lemah, cuacanya tidak terlalu
panas/dingin yang dapat mempercepat kematian, sakitnya tidak berat dan menahun sehingga
membawa pada kematian, jika tidak terjadi kematian, maka tidak dinamakan qatl al-„amd,
karena umumnya keadaan seperti itu dapat mematikan.11
Unsur-unsur pembunuhan menyerupai sengaja adatiga macam:12
a. Adanya perbuatan pelaku yang mengakibatkan kematian.
b. Adanya kesengajaan dalam melakukan perbuatan, tetapi tidak adanya niat untuk
membunuh
c. Kematian adalah akibab dari perbuatan pelaku.
Hukuman pembunuhan menyerupai sengaja adalah sebagai berikut:13
a. Hukuman pokok adalah diyat dan kiffarat
b. Hukuman penggantinya adalah ta’zir sebagai pengganti diyat dan puasa sebagai
pengganti kiffarat.
c. Hukuman tambahan adalah tidak menerima warisan dan wasiat.
3. Pembunuhan Karena tidak sengaja (qatl al-khata‟)
Pembunuhan tidak sengaja yaitu pembunuhan yang terjadi dengan tanpa adanya
maksud penganiayaan, baik dilihat dari perbuatan maupun orangnya. Misalnya seseorang
melempari pohon atau binatang tetapi mengenai manusia (orang lain), kemudian mati.14
Unsur-unsur tindak pidana pembunuhan tidak sengaja ada tiga macam:15
a. Adanya perbuatan yang mengakibatkan matinya korban.
b. Perbuatan tersebut terjadi karena kesalahan atau ketidak sengajaan pelaku.
c. Antara perbuatan kesalahan dan kematian korban terdapat sebab akibat.
Dasar hukum pembunuhan tidak sengaja didalam QS. An-Nisa‟ ayat 92:
Oleh karena itu, hukuman bagi tindak pidana pembunuhan tidak sengaja yaitu:

11 Wahbah Zuhaili, Fiqh Imam Syafi’i, Jakarta: Almahira, 2010. hlm. 154
12 Rokhmadi, Hukum Pidana Islam, Semarang: Karya Abadi Jaya, 2015, hlm. 137
13 Ibid, hlm. 133
14 Haliman,Hukum Pidana Syari‟at Islam Menurut Ahlus Sunnah, cet.1 Jakarta: Bulan Bintang, 1972,
hlm. 152-153.
15 Rokhmadi, Hukum Pidana Islam, Semarang: Karya Abadi Jaya, 2015, hlm. 137

7
a. Hukuman pokok adalah diyat mukhaffafah (diyat ringan), dan kiffarat (memerdekakan
budak).
b. Hukuman pengganti adalah berpuasa dua bulan berturut-turut sebagai pengganti hukuman
kiffarat.
c. Hukuman tambahan adalah terhalang untuk mewarisi dan menerima wasiat bagi si
pembunuh yang masih ada ikatan keluarga.

C. KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa pembunuhan adalah perbuatan seseorang terhadap
orang lain yang mengakibatkan hilangnya nyawa, baik dilakukan dengan sengaja atau tidak
sengaja .Banyak sekali ayat al-qur’an dan hadits yang menyatakan keharaman membunuh
seseorang tanpa sebab atau yang dihalalkan oleh syara’. Pembunuhan dalam Islam didasarkan
pada beberapa keterangan dalam Al Qur‟an dan juga hadits diantaranya seperti Q.S. An-Nisa
ayat 92 -93. Pembunuhan terbagi menjadi tiga macam yaitu, Pembunuhan sengaja (qatl
al-‘amd), Pembunuhan menyerupai sengaja (qatl syibh al-„amd), Pembunuhan Karena tidak
sengaja (qatl al-khata‟). Dari macam –macam bentuk pembunuhan tersebut memiliki
hukuman yang berbeda – beda, sesuai dengan bentuk pembunuhan yang dilakukan.
Pada dasarnya, hukum membunuh nyawa atau menghilangkan nyawa manusia
adalah haram, namun adakalanya menjadi sebaliknya, yaitu wajib. Semua tergantung pada
keadaan, sebab dan tujuannya

DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an
Al-jazairi, Abdurrahman. Fiqh Al Mazahib Al Ak Ba’ah, Al Maktabah At-Tijariyah. Mesir.
As-Shau’any. Subulus salam, Mustafa al-Babi al-Halabi waauladuhu. Mesir1379 H /1960 M
Audah, Abdul Kadir. Tafsir al-Jinai al-Islami Muqoran al-Qonun al-Wahd’i. 1963.
Rusyd, Ibnu. Bidayah al-Mujtahid, Mustafa al-Babi al-Halabiwa auladuhu. Mesir1379
H/1960 M

Anda mungkin juga menyukai