Anda di halaman 1dari 10

Ayat dan Hadits Ekonomi

ImasUmmu Salamah, M.H

HARTA

1. Pemilik mutlak harta adalah Allah SWT.

‫ض َو َما بَ ْينَهُ َما َو َما تَحْ تَ الثَّ ٰرى‬


ِ ْ‫ت َو َما فِى ااْل َر‬
ِ ‫لَهٗ َما فِى السَّمٰ ٰو‬
“ Milik-Nyalah apa yang ada di langit, apa yang ada di bumi, apa yang ada di antara keduanya,
dan apa yang ada di bawah tanah “ ( Q.S Thoha : 06 )
Tafsir : Allah adalah Pencipta semua yang ada, karena itu milik-Nya lah apa saja yang ada di
langit seperti matahari, bulan, dan planet, serta apa saja yang ada di bumi seperti tumbuhan,
hewan, dan manusia, apa saja yang ada di antara keduanya seperti awan, dan apa saja yang ada di
bawah tanah, seperti bahan tambang dan sumber mineral.

2. Harta sebagai amanah/ titipan


‫ٰا ِمنُوْ ا بِاهّٰلل ِ َو َرسُوْ لِ ٖه َواَ ْنفِقُوْ ا ِم َّما َج َعلَ ُك ْم ُّم ْست َْخلَفِ ْينَ ِف ْي ۗ ِه فَالَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا ِم ْن ُك ْم َواَ ْنفَقُوْ ا لَهُ ْم اَجْ ٌر َكبِ ْي ۚ ٌر‬
“ Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan infakkanlah (di jalan Allah)
sebagian dari harta yang Dia telah menjadikan kamu sebagai penguasanya (amanah). Maka
orang-orang yang beriman di antara kamu dan menginfakkan (hartanya di jalan Allah)
memperoleh pahala yang besar.” ( Q.S Al Hadid : 7 )

Tafsir : Bila sebelumnya Allah memperlihatkan bukti-bukti kekuasaan-Nya, pada ayat ini Allah
menganjurkan orang mukmin untuk berinfak. Wahai manusia, berimanlah kamu kepada Allah
yang telah menciptakanmu dan kepada Rasul yang diutus-Nya untuk menyampaikan tuntunan-
Nya, dan infakkanlah sebagian dari harta yang Dia telah menjadikan kamu sebagai penguasanya,
kepada orang yang berhak. Sesungguhnya dalam hartamu itu terdapat bagian Allah bagi mereka.
Maka, orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya di antara kamu dan
menginfakkan sebagian dari hartanya di jalan Allah akan memperoleh pahala yang besar, baik di
dunia maupun akhirat.

3. Harta sebagai perhiasan


َ ِّ‫ت خَ ْي ٌر ِع ْن َد َرب‬
‫ك ثَ َوابًا َّو َخ ْي ٌر اَ َماًل‬ ُ ‫صلِ ٰح‬ ُ ‫اَ ْل َما ُل َو ْالبَنُوْ نَ ِز ْينَةُ ْال َح ٰيو ِة ال ُّد ْنيَ ۚا َو ْال ٰبقِ ٰي‬
ّ ٰ ‫ت ال‬
“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang
terus-menerus adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi
harapan.” ( Al Kahfi : 46 )
Tafsir : Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, baik dan indah sifatnya serta
bermanfaat bagi manusia, tetapi dapat memperdaya dan tidak kekal; tetapi amalan-amalan yang
kekal lagi saleh yang dilakukan karena Allah dan sesuai tuntunan agama adalah lebih baik
pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan yang dapat membawa kepada
kebahagiaan yang kekal sampai di akhirat nanti.

4. Harta sebagai ujian keimanan


‫َوا ْعلَ ُم ْٓوا اَنَّ َمٓا اَ ْم َوالُ ُك ْم َواَوْ اَل ُد ُك ْم فِ ْتنَةٌ ۙ َّواَ َّن هّٰللا َ ِع ْند ٗ َٓه اَجْ ٌر َع ِظ ْي ٌم‬
“Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan
sesungguhnya di sisi Allah ada pahala yang besar.” ( Al Anfal : 28 )

Tafsir : Salah satu bentuk motivasi mengkhianati amanat Allah dan RasulNya adalah cinta
kepada harta dan anak yang berlebihan. Maka pada ayat ini Allah menyatakan, “Dan ketahuilah
bahwa hartamu yang merupakan titipan Allah kepadamu dan anak-anakmu yang merupakan
anugerah Allah itu hanyalah sebagai cobaan. Maka, janganlah berlebihan dalam mencintai harta
dan anak melebihi cinta pada Allah. Cinta harta dan anak yang berlebihan membuat seseorang
enggan memenuhi panggilan Allah dan Rasul-Nya karena takut atau kikir, sebab panggilan
tersebut menuntut tanggung jawab dan pengorbanan. Dan ketahuilah, sesungguhnya di sisi Allah
ada pahala yang besar, jauh lebih besar daripada harta dunia dan anak keturunan.”

5. Harta sebagai bekal ibadah

َ‫اِ ْنفِرُوْ ا ِخفَافًا َّوثِقَااًل َّو َجا ِه ُدوْ ا بِا َ ْم َوالِ ُك ْم َواَ ْنفُ ِس ُك ْم فِ ْي َسبِي ِْل هّٰللا ِ ٰۗذلِ ُك ْم َخ ْي ٌر لَّ ُك ْم اِ ْن ُك ْنتُ ْم تَ ْعلَ ُموْ ن‬
“ Berangkatlah kamu baik dengan rasa ringan maupun dengan rasa berat, dan berjihadlah
dengan harta dan jiwamu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu
mengetahui.” ( At Taubah : 41 )

Tafsir : Setelah Allah mengecam sekaligus mengancam mereka yang enggan berperang, serta
menegaskan Allah akan senantiasa menolong orang-orang mukmin, maka ayat ini menguatkan
perintah berperang yang semata-mata demi kemaslahatan. Berangkatlah kamu ke medan perang
dengan penuh semangat, baik dengan rasa ringan maupun dengan rasa berat, kondisi kuat atau
lemah, kondisi longgar maupun sempit, masing-masing sesuai dengan kadar kemampuannya,
dan berjihadlah dengan harta dan jiwamu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik
bagimu jika kamu mengetahui tujuan berjihad di jalan Allah itu, antara lain, terlindunginya kaum
lemah, melawan kezaliman, juga menjaga jalan dakwah dari perilaku zalim musuh-musuh Islam.

Hadits tentang harta

ِ ِ‫ْال َما ُل الصَّالِ ُح لِ ْل َمرْ ِء الصَّال‬


‫ح‬
“ Sebaik-baik harta yang baik adalah harta yang dimiliki oleh hamba yang baik. (Ahmad,
1998: 1186)
ً ‫عن أبي بَرْ َزةَ نَضْ لَةَ بن عبيد األسلمي رضي هللا عنه مرفوعا‬
ْ ‫َوع‬
«‫َن‬ ‫ال تَ ُزو ُل قَ َد َما َع ْب ٍد يَو َم القِيَا َم ِة َحتَّى يُ ْسَأ َل ع َْن ُع ُم ِر ِه فِي َم َأ ْفنَاهُ؟ َوع َْن ِع ْل ِم ِه فِي َم فَ َع َل فِي ِه؟‬
‫ه فِي َم َأ ْباَل هُ؟‬
ِ ‫» َمالِ ِه ِم ْن َأ ْينَ ا ْكتَ َسبَهُ؟ وفِي َم َأ ْنفَقَهُ؟ َوع َْن ِج ْس ِم‬
 Daru Abu Barzah Naḍlah bin Ubaid Al-Aslami -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū', (Nabi
bersabda), "Kedua kaki seorang hamba tidak akan bergeser pada hari kiamat kelak hingga
ditanya tentang umurnya, untuk apa ia habiskan? Tentang ilmunya, untuk apa ia pergunakan?
Tentang hartanya, dari mana ia peroleh dan untuk apa ia belanjakan? Dan tentang tubuhnya,
untuk apa ia pergunakan?"  ( Tirmiżi, Jilid 2: 882)
Uraian : Kedua kaki seorang hamba tidak akan bergeser dari tempatnya untuk
dihisab (perhitungan), ke surga atau ke neraka, hingga ia ditanya mengenai hidupnya, untuk apa
ia habiskan? Apakah dalam ketaatan atau kemaksiatan? Tentang ilmunya, apa yang dilakukan
dengannya? Apakah dia mengamalkan apa yang diketahuinya atau tidak? Tentang hartanya, dari
mana dia memperolehnya? Apakah dari (sumber) yang halal atau haram? Untuk apa ia
belanjakan? Dalam ketaatan kepada Allah atau dalam kemaksiatan kepada-Nya? Tentang
tubuhnya, untuk apa ia pergunakan? Dalam ketaatan kepada Allah atau dalam kemaksiatan
kepada-Nya?

BEKERJA

¥ِ‫ ب‬¥‫ ْي‬¥‫ َغ‬¥‫ ْل‬¥‫ ا‬¥‫م‬¥ِ ¥ِ‫ل‬¥‫ ا‬¥‫ َع‬¥‫ى‬¥ٰ ¥َ‫ ِإ ل‬¥‫ن‬¥َ ¥‫ و‬¥‫ ُّد‬¥‫ َر‬¥ُ‫ ت‬¥‫ َس‬¥‫ َو‬¥ۖ ¥‫ن‬¥َ ¥‫ و‬¥ُ‫ ن‬¥‫ ْؤ ِم‬¥‫ ُم‬¥‫ ْل‬¥‫ ا‬¥‫ َو‬¥ُ‫ه‬¥ُ‫ل‬¥‫ و‬¥‫ ُس‬¥‫ر‬¥َ ¥‫و‬¥َ ¥‫ ْم‬¥‫ ُك‬¥َ‫ ل‬¥‫ َم‬¥‫ َع‬¥ُ ‫ هَّللا‬¥‫ ى‬¥‫ َر‬¥َ‫ ي‬¥‫ َس‬¥َ‫ ف‬¥‫ا‬¥‫و‬¥ُ‫ ل‬¥‫ َم‬¥‫ ْع‬¥‫ ا‬¥‫ ِل‬¥ُ‫ ق‬¥‫َو‬
¥‫ َن‬¥‫و‬¥ُ‫ ل‬¥‫ َم‬¥‫ ْع‬¥َ‫ ت‬¥‫ ْم‬¥ُ‫ ت‬¥‫ ْن‬¥‫ ُك‬¥‫ ا‬¥‫ َم‬¥ِ‫ ب‬¥‫ ْم‬¥‫ ُئ ُك‬¥ِّ‫ ب‬¥َ‫ن‬¥ُ‫ ي‬¥َ‫ ف‬¥‫ ِة‬¥‫ َد‬¥‫ ا‬¥َ‫ ه‬¥‫ َّش‬¥‫ل‬¥‫ ا‬¥‫َو‬

Artinya: "Dan Katakanlah: Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang
mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang
Mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah
kamu kerjakan." (QS At-Taubah: 105)

ْ ‫ب َأ‬
ٍ ‫ َع َم ُل ال َّر ُج ِل بِيَ ِد ِه َو ُكلُّ بَي ٍْع َم ْبر‬: ‫طيَبُ قَا َل‬
‫ُور‬ ِ ‫ َأىُّ ْال َك ْس‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ ‫ُسِئ َل َرسُو ُل هَّللا‬
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ditanya, “Pekerjaan apakah yang paling baik?” Beliau
menjawab, “Pekerjaan seseorang dengan tangannya sendiri dan semua pekerjaan yang
baik.” (HR. Baihaqi dan Al Hakim; shahih lighairihi)

Dari ayat al-Qur’ān dan Ḥadīṡ tersebut menganjurkan manusia agar berusaha memperoleh harta
dengan bekerja, bahkan Rasulullah memberikan apresiasi kepada orang yang giat dalam bekerja
sebagai orang yang cintai oleh Allah, dan ia bagaikan orang yang berjuang di jalan Allah.
RIBA

Tahapan Pelarangan Riba Dalam Al Quran :

1. Tahap Pertama, Mengubah persepsi


Menolak anggapan bahwa pinjaman riba pada zahirnya menambah harta dan menolong mereka
yang memerlukan sebagai suatu perbuatan mendekati atau taqarrub kepada Allah SWT.

ِ ‫اس فَاَل يَرْ بُو ِع ْن َد هَّللا ِ ۖ َو َما آتَ ْيتُ ْم ِم ْن زَ َكا ٍة تُ ِري ُدونَ َوجْ هَ هَّللا‬ ِ ‫َو َما آتَ ْيتُ ْم ِم ْن ِربًا لِيَرْ ب َُو فِي َأ ْم َو‬
ِ َّ‫ال الن‬
َ‫فَُأو ٰلَِئكَ هُ ُم ْال ُمضْ ِعفُون‬
“Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia. Maka
riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu
maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang
yang melipatgandakan (pahalanya)” (QS. Ar Rum : 39).

2. Tahap kedua, Memberi contoh riel


Riba digambarkan sebagai suatu yang buruk dan balasan yang keras kepada orang Yahudi yang
memakan riba.
‫ص ِّد ِه ْم ع َْن َسبِي ِل هَّللا ِ َكثِي ًرا‬ ْ َّ‫ت ُأ ِحل‬
َ ِ‫ت لَهُ ْم َوب‬ ٍ ‫فَبِظُ ْل ٍم ِمنَ الَّ ِذينَ هَا ُدوا َح َّر ْمنَا َعلَ ْي ِه ْم طَيِّبَا‬
“Maka disebabkan kezhaliman orang-orang Yahudi, Kami haramkan atas mereka (memakan
makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka banyak
menghalangi (manusia) dari jalan Allah, dan disebabkan mereka memakan riba, padahal
sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta orang
dengan jalan yang bathil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir diantara mereka
itu siksa yang pedih” (QS. An-Nisa: 160-161).

3. Tahap ketiga, Menunjukkan karakter riba


Riba itu diharamkan dengan dikaitkan kepada suatu tambahan yang berlipat ganda.

َ ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اَل تَْأ ُكلُوا الرِّ بَا َأضْ َعافًا ُم‬
َ‫ضا َعفَةً ۖ َواتَّقُوا هَّللا َ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُون‬
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan
bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan” (QS. Ali Imran:130).

4. Tahap akhir, Memberikan hukum


Ayat riba diturunkan oleh Allah SWT. Yang dengan jelas sekali mengharamkan sebarang jenis
tambahan yang diambil daripada pinjaman.

َ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َو َذرُوا َما بَقِ َي ِمنَ ال ِّربَا ِإ ْن ُك ْنتُ ْم ُمْؤ ِمنِين‬
“Hai orang-orang yang beriman,bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum
dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan
(meninggalkan sisa riba) maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan
jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak
menganiaya dan tidak pula dianiaya” (QS. Al Baqarah: 278-279).

ۗ ‫الَّ ِذ ْينَ يَْأ ُكلُوْ نَ الر ِّٰبوا اَل يَقُوْ ُموْ نَ اِاَّل َكما يَقُوْ ُم الَّ ِذيْ يَتَخَ بَّطُهُ ال َّشي ْٰط ُن ِمنَ ْالم‬
َ ِ‫سِّ ٰذل‬
‫ك بِاَنَّهُ ْم قَالُ ْٓوا اِنَّ َما‬ َ َ
ۗ ‫وا َواَ َح َّل هّٰللا ُ ْالبَ ْي َع َو َح َّر َم الر ِّٰب‬
َۗ‫وا فَ َم ْن َج ۤا َء ٗه َموْ ِعظَةٌ ِّم ْن َّرب ِّٖه فَا ْنتَ ٰهى فَلَهٗ َما َسلَف‬ ۘ ‫ْالبَ ْي ُع ِم ْث ُل الر ِّٰب‬
ۤ ٰ ‫هّٰللا‬
َ‫ار ۚ هُ ْم فِ ْيهَا ٰخلِ ُدوْ ن‬
ِ َّ‫َواَ ْمر ٗ ُٓه اِلَى ِ ۗ َو َم ْن عَا َد فَاُول ِٕىكَ اَصْ ٰحبُ الن‬
“Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang
yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian itu karena mereka berkata bahwa jual beli
sama dengan riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
Barangsiapa mendapat peringatan dari Tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang telah
diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah. Barangsiapa
mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.
( QS Al Baqoroh 275 )

Hadits tentang Riba

1. Keterlibatan dalam Proses Riba

‫ان ب ُْن َأبِي َش ْيبَةَ قَالُوا َح َّدثَنَا هُ َش ْي ٌم‬ ُ ‫ب َو ُع ْث َم‬ ٍ ْ‫َّاح َو ُزهَ ْي ُر ب ُْن َحر‬
ِ ‫صب‬ َّ ‫َح َّدثَنَا ُم َح َّم ُد ب ُْن ال‬
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم آ ِك َل ال ِّربَا‬َ ِ ‫ال لَ َعنَ َرسُو ُل هَّللا‬ ُّ ‫َأ ْخبَ َرنَا َأبُو‬
َ َ‫الزبَي ِْر ع َْن َجابِ ٍر ق‬
‫َو ُمْؤ ِكلَهُ َو َكاتِبَهُ َو َشا ِه َد ْي ِه َوقَا َل هُ ْم َس َوا ٌء‬
Artinya: Dalam salah satu hadis Rasulullah salallahu ‘alaihi wassalam bersabda: “Dari Jabir Ra.
ia berkata: “Rasulullah salallahu ‘alaihi wassalam telah melaknat orang-orang yang memakan
riba, orang yang menjadi wakilnya (orang yang memberi makan hasil riba), orang yang
menuliskan, orang yang menyaksikannya, (dan selanjutnya), Nabi bersabda, mereka itu semua
sama saja.” (HR. Muslim).

2. Riba Termasuk Dalam 7 Dosa Besar

ِ ‫ َوقَ ْت ُل النَّ ْف‬،ُ‫ َوالسِّحْ ر‬،ِ ‫ك بِاهَّلل‬


‫س‬ ُ ْ‫ال " ال ِّشر‬ َ َ‫ َو َما هُ َّن ق‬،ِ ‫ قَالُوا يَا َرسُو َل هَّللا‬." ‫ت‬ ِ ‫اجْ تَنِبُوا ال َّس ْب َع ْال ُموبِقَا‬
‫ت‬
ِ ‫صنَا‬ َ ْ‫ف ْال ُمح‬ ُ ‫ َوقَ ْذ‬،‫ف‬ ِ ْ‫ َوالتَّ َولِّي يَوْ َم ال َّزح‬،‫ال ْاليَتِ ِيم‬
ِ ‫ َوَأ ْك ُل َم‬،‫ َوَأ ْك ُل ال ِّربَا‬،ِّ‫الَّتِي َح َّر َم هَّللا ُ ِإالَّ بِ ْال َحق‬
"‫ت‬ ِ َ‫ت ْالغَافِال‬ ِ ‫ْال ُمْؤ ِمنَا‬
Artinya: "Jauhi tujuh hal yang membinasakan! Para sahabat berkata, "Wahai, Rasulullah! apakah
itu? Beliau bersabda, "Syirik kepada Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan Allah tanpa
haq, memakan harta riba, memakan harta anak yatim, lari dari medan perang dan menuduh
wanita beriman yang Ialai berzina" (HR. Muttafaq 'alaih). 
3. Perbandingan Riba dan Zina

‫إن الدرهم يصيبه الرجل من الربا أعظم عند اللهفي الخطيئة من ست وثالثين زنية يزيها‬
‫الرجل‬ 
(Innad dirhama yusiibuhur rijaala minar ribaa a'zomu 'indal lahafii khothiiati min sitti wa
tsalatiina zaniyyatan yaziiha rojulu )
Artinya: Diriwayatkan dari Anas bin Malik RA bahwa Nabi ‫ ﷺ‬bersabda: "Sesungguhnya satu
dirham yang didapatkan seorang Iaki-laki dari hasil riba Iebih besar dosanya di sisi Allah
daripada berzina 36 kali."  (HR Ibnu Abi Dunya).

4. Riba Sebagai Tanda Datangnya Kiamat

‫بين يدي السّاعة يظهر الرّبا والرّنا والخمر‬


(bayna yadayyas saa'ata yazhurur ribaa waz zinaa wal khomar)
Artinya: “Menjelang kedatangan hari Kiamat tampak (menyebar) riba, perzinahan dan minuman
khamar“. (HR.At-Thabrani)

6. Persamaan Riba dan Syirik


‫بض ٌع وسبعون بابًا والشرك مثل ذلك‬
ِ ‫الرّبا‬
(ar ribaa badi'un wa sab'uun baaban. wasyirka mislu dzalik)
Artinya: “Riba memiliki lebih dari tujuh puluh pintu, demikian juga dengan syirik“. (HR. At-
Tabrani)

7. Kerugian Mengonsumsi Riba

‫ت النَّا ُر َأوْ لَى بِ ِه‬


ِ َ‫ت ِإالَّ َكان‬
ٍ ْ‫يَا َكعْبُ ْبنَ عُجْ َرةَ ِإنَّهُ الَ يَرْ بُو لَحْ ٌم نَبَتَ ِم ْن سُح‬
Artinya: “Wahai Ka’ab bin Ujroh, sesungguhnya daging badan yang tumbuh berkembang dari
sesuatu yang haram akan berhak dibakar dalam api neraka.” (HR. Tirmidzi)

ِ ‫ظهَ ُر فِي ِه ْم الرُّ َشا ِإاَّل ُأ ِخ ُذوا بِالرُّ ْع‬


‫ب‬ ْ َ‫ظهَ ُر فِي ِه ْم الرِّ بَا ِإاَّل ُأ ِخ ُذوا بِال َّسنَ ِة َو َما ِم ْن قَوْ ٍم ي‬
ْ َ‫َما ِم ْن قَوْ ٍم ي‬

Artinya: “Tidaklah riba merajalela pada suatu kaum kecuali akan ditimpa paceklik. Dan tidaklah
budaya suap merajalela pada suatu kaum kecuali akan ditimpakan kepada mereka ketakutan.”
(HR.Ahmad)

9. Tertolaknya Doa Pelaku Riba

َ ِ‫ى بِ ْال َح َر ِام فََأنَّى يُ ْست ََجابُ لِ َذل‬


‫ك‬ ْ ‫يَا َربِّ يَا َربِّ َو َم‬
َ ‫ط َع ُمهُ َح َرا ٌم َو َم ْش َربُهُ َح َرا ٌم َو َم ْلبَ ُسهُ َح َرا ٌم َو ُغ ِذ‬
Artinya: “Wahai Rabbku, wahai Rabbku.” Dan makanannya dari barang yang haram,
minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram dan diberi makan dari yang haram,
maka bagaimanakah Allah akan memperkenankan do’anya?’.” (HR. Muslim)
JUAL BELI

ۗ ‫الَّ ِذ ْينَ يَْأ ُكلُوْ نَ الر ِّٰبوا اَل يَقُوْ ُموْ نَ اِاَّل َكما يَقُوْ ُم الَّ ِذيْ يَتَخَ بَّطُهُ ال َّشي ْٰط ُن ِمنَ ْالم‬
َ ِ‫سِّ ٰذل‬
‫ك بِاَنَّهُ ْم قَالُ ْٓوا اِنَّ َما‬ َ َ
ۗ ‫وا َواَ َح َّل هّٰللا ُ ْالبَ ْي َع َو َح َّر َم الر ِّٰب‬
َۗ‫وا فَ َم ْن َج ۤا َء ٗه َموْ ِعظَةٌ ِّم ْن َّرب ِّٖه فَا ْنتَ ٰهى فَلَهٗ َما َسلَف‬ ۘ ‫ْالبَ ْي ُع ِم ْث ُل الر ِّٰب‬
ۤ ٰ ‫هّٰللا‬
َ‫ار ۚ هُ ْم فِ ْيهَا ٰخلِ ُدوْ ن‬
ِ َّ‫َواَ ْمر ٗ ُٓه اِلَى ِ ۗ َو َم ْن عَا َد فَاُول ِٕىكَ اَصْ ٰحبُ الن‬
“Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang
yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian itu karena mereka berkata bahwa jual beli
sama dengan riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
Barangsiapa mendapat peringatan dari Tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang telah
diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah. Barangsiapa
mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.(QS Al Baqoroh 275 )
Berdasarkan ayat tersebut dapat diambil pemahaman bahwa Allah telah menghalalkan
jual beli kepada hamba-hamban-Nya dengan baik dan melarang praktek jual beli yang
mengandung riba.

‫ْأ‬ ٰ ٓ
ٍ ‫ٰياَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ اهّٰللاَمنُوْ ا اَل تَ ُكلُ ْٓوا اَ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم بِ ْالبَا ِط ِل آِاَّل اَ ْن تَ ُكوْ نَ تِ َجا َرةً ع َْن تَ َر‬
‫اض ِّم ْن ُك ْم ۗ َواَل تَ ْقتُلُ ْٓوا‬
‫اَ ْنفُ َس ُك ْم ۗ اِ َّن َ َكانَ بِ ُك ْم َر ِح ْي ًما‬

“ Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka
sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha
Penyayang kepadamu.” (Q.S. An-Nisa: 29).
Tafsir : Ayat-ayat yang lalu berbicara tentang hukum pernikahan, sementara pernikahan itu
tidak bisa dilepaskan dari harta, terutama berkaitan dengan maskawin. Oleh sebab itu, ayat
berikut berbicara tentang bagaimana manusia beriman mengelola harta sesuai dengan keridaan
Allah. Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah sekali-kali kamu saling memakan atau
memperoleh harta di antara sesamamu yang kamu perlukan dalam hidup dengan jalan yang batil,
yakni jalan tidak benar yang tidak sesuai dengan tuntunan syariat, kecuali kamu peroleh harta itu
dengan cara yang benar dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara
kamu yang tidak melanggar ketentuan syariat. Dan janganlah kamu membunuh dirimu atau
membunuh orang lain karena ingin mendapatkan harta. Sungguh, Allah Maha Penyayang
kepadamu dan hamba-hamba-Nya yang beriman
‫َواَ ْش ِه ُد ْٓوا ا َِذا َت َبا َيعْ ُت ْم‬
Dan persaksikanlah apabila kamu berjual-beli.(QS. Al-Baqarah: 282).

Allah mengharamkan kepada umat Islam memakan harta sesama dengan jalan batil, misalnya
dengan cara mencuri, korupsi, menipu, merampok, memeras, dan dengan jalan lain yang tidak
dibenarkan Allah., kecuali dengan jalan perniagaan atau jual beli dengan didasari atas dasar suka
sama suka dan saling menguntungkan. Nabi SAW bersabda dalam hadis yang diriwayatkan oleh
imam Bazzar yang berbunyi:
ْ ‫ب َأ‬
‫طيَبُ ؟‬ ِ ‫ َأيُّ ْال َك ْس‬: ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ُسِئ َل‬
َ ‫ي‬ َّ ِ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ { َأ َّن النَّب‬
ِ ‫ع َْن ِرفَا َعةَ ب ِْن َرافِ ٍع َر‬
‫ص َّح َحهُ ْال َحا ِك ُم‬ َ ‫ُور َر َواهُ ْالبَ َّزا ُر َو‬ٍ ‫ َو ُكلُّ بَي ٍْع َم ْبر‬، ‫ َع َم ُل ال َّرج ُِل بِيَ ِد ِه‬: ‫ال‬
َ َ‫ق‬
Dari Rif’ah Ibn Rafi sesungguhnya Rasulullah pernah ditanya “usaha apa yang paling baik?
Rasulullah SAW menjawab “Usaha seseorang dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang
mabrur (jujur)”. (H.R. Al-Al-Bazzar dan disahihkan oleh alHakim) (al-Shan’ani, t.th: 4)

‫صا ِة َوع َْن بَي ِْع ْال َغ َر ِر‬


َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ع َْن بَي ِْع ْال َح‬
َ ِ ‫نَهَى َرسُو ُل هَّللا‬
Dari Hurairah RA. Rasulullah SAW mencegah dari jual beli melempar kerikil dan jual beli Garar
(H.R. Muslim) (Muslim, t.th : 156-157).

Berdasarkan hadist diatas bahwa jual beli hukumnya mubah atau boleh, namun jual beli menurut
Imam Asy Syatibi hukum jual beli bisa menjadi wajib dan bisa haram seperti ketika terjadi
ihtikar yaitu penimbunan barang sehingga persedian dan harga melonjak naik. Apabila terjadi
praktek semacam ini maka pemerintah boleh memaksa para pedagang menjual baraang sesuai
dengan harga dipasaran dan para pedagang wajib memenuhi ketentuan pemerintah didalam
menentukan harga dipasaran serta pedangan juga dapat dikenakan saksi karena tindakan tersebut
dapat merusak atau mengacaukan ekonomi rakyat.

Etika Jual beli dalam Al Qur’an

¥‫ َل‬¥‫ ْي‬¥‫ َك‬¥‫ ْل‬¥‫ ا‬¥‫ا‬¥‫ و‬¥ُ‫ ف‬¥‫و‬¥ْ ‫ َأ‬¥‫و‬¥َ ¥ۖ ¥ُ‫ ه‬¥‫ َّد‬¥‫ َأ ُش‬¥‫ َغ‬¥ُ‫ ل‬¥‫ ْب‬¥َ‫ ي‬¥‫ى‬¥ٰ ¥َّ‫ ت‬¥‫ َح‬¥‫ن‬¥ُ ¥‫ َس‬¥‫ح‬¥ْ ‫ َأ‬¥‫ي‬ ¥َ ¥‫ ِه‬¥‫ ي‬¥ِ‫ت‬¥َّ‫ل‬¥‫ ا‬¥ِ‫ ِإ اَّل ب‬¥‫م‬¥ِ ¥‫ ي‬¥ِ‫ ت‬¥َ‫ ي‬¥‫ ْل‬¥‫ ا‬¥‫ل‬¥َ ¥‫ ا‬¥‫ َم‬¥‫ا‬¥‫و‬¥ُ‫ ب‬¥‫ َر‬¥‫ ْق‬¥َ‫ اَل ت‬¥‫َو‬
¥‫ى‬¥ٰ ¥َ‫ ب‬¥‫ر‬¥ْ ¥ُ‫ ق‬¥‫ ا‬¥‫ َذ‬¥‫ن‬¥َ ¥‫ ا‬¥‫ َك‬¥‫و‬¥ْ ¥َ‫ ل‬¥‫و‬¥َ ¥‫ا‬¥‫ و‬¥ُ‫ ل‬¥‫ ِد‬¥‫ ْع‬¥‫ ا‬¥َ‫ ف‬¥‫ ْم‬¥ُ‫ ت‬¥‫ ْل‬¥ُ‫ ق‬¥‫ ا‬¥‫ ِإ َذ‬¥‫ َو‬¥ۖ ¥‫ ا‬¥َ‫ ه‬¥‫ َع‬¥‫ ْس‬¥‫ ِإ اَّل ُو‬¥‫ ا‬¥‫س‬ ً ¥‫ ْف‬¥َ‫ ن‬¥‫ف‬¥ُ ¥ِّ‫ ل‬¥‫ َك‬¥ُ‫ اَل ن‬¥ۖ ¥‫ط‬ ¥ِ ¥‫ ْس‬¥ِ‫ ق‬¥‫ ْل‬¥‫ ا‬¥ِ‫ ب‬¥‫ن‬¥َ ¥‫ ا‬¥‫ َز‬¥‫ ي‬¥‫ ِم‬¥‫ ْل‬¥‫ ا‬¥‫َو‬
َّ ¥‫ َو‬¥‫ ْم‬¥‫ ُك‬¥ِ‫ ل‬¥‫ َذ‬¥ٰ ¥ۚ ¥‫ا‬¥‫و‬¥ُ‫ ف‬¥‫و‬¥ْ ‫ َأ‬¥ِ ‫ هَّللا‬¥‫ ِد‬¥‫ ْه‬¥‫ َع‬¥ِ‫ ب‬¥‫ َو‬¥ۖ
¥‫ َن‬¥‫ و‬¥‫ ُر‬¥‫ َّك‬¥‫ َذ‬¥َ‫ ت‬¥‫ ْم‬¥‫ ُك‬¥َّ‫ ل‬¥‫ َع‬¥َ‫ ل‬¥‫ ِه‬¥ِ‫ ب‬¥‫ ْم‬¥‫ ُك‬¥‫ ا‬¥‫ص‬
Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, hingga sampai ia
dewasa. Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada
sesorang melainkan sekedar kesanggupannya. Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil,
kendatipun ia adalah kerabat(mu), dan penuhilah janji Allah. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu
agar kamu ingat. ( Q.S Al An’am 152 )

  ¥‫ َن‬¥‫ ي‬¥‫ ِر‬¥‫س‬¥ِ ¥‫خ‬¥ْ ¥‫ ُم‬¥‫ ْل‬¥‫ ا‬¥‫ن‬¥َ ¥‫ ِم‬¥‫ا‬¥‫و‬¥ُ‫ن‬¥‫ و‬¥‫ ُك‬¥َ‫ اَل ت‬¥‫و‬¥َ ¥‫ل‬¥َ ¥‫ ْي‬¥‫ َك‬¥‫ ْل‬¥‫ ا‬¥‫ا‬¥‫و‬¥ُ‫ ف‬¥‫و‬¥ْ ‫َأ‬
Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang merugikan.(As-
Syu’ara : 181 )

¥‫ ِم‬¥‫ ي‬¥ِ‫ ق‬¥َ‫ ت‬¥‫ ْس‬¥‫ ُم‬¥‫ ْل‬¥‫ ا‬¥‫س‬


ِ ¥‫ ا‬¥َ‫ ط‬¥‫ ْس‬¥ِ‫ ق‬¥‫ ْل‬¥‫ ا‬¥ِ‫ ب‬¥‫ا‬¥‫و‬¥ُ‫ ن‬¥‫ ِز‬¥‫َو‬
dan timbanglah dengan timbangan yang lurus ( As-Syu’ara : 182 )

ِ ¥‫ر‬¥ْ ‫َأْل‬¥‫ ا‬¥‫ ي‬¥ِ‫ ف‬¥‫ ا‬¥‫و‬¥ْ ¥َ‫ ث‬¥‫ ْع‬¥َ‫ اَل ت‬¥‫ َو‬¥‫ ْم‬¥ُ‫ ه‬¥‫ َء‬¥‫ ا‬¥َ‫ ي‬¥‫ َأ ْش‬¥‫س‬
¥‫ َن‬¥‫ ي‬¥‫ ِد‬¥‫س‬¥ِ ¥‫ ْف‬¥‫ ُم‬¥‫ض‬ ¥َ ¥‫ا‬¥َّ‫ن‬¥‫ل‬¥‫ ا‬¥‫ا‬¥‫ و‬¥‫ ُس‬¥‫ َخ‬¥‫ ْب‬¥َ‫ اَل ت‬¥‫َو‬
Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di
muka bumi dengan membuat kerusakan ( As-Syu’ara : 182 )
ْ ¥َ‫َأ اَّل ت‬
¥‫ ِن‬¥‫ ا‬¥‫ز‬¥َ ¥‫ ي‬¥‫ ِم‬¥‫ ْل‬¥‫ ا‬¥‫ ي‬¥ِ‫ ف‬¥‫ ا‬¥‫و‬¥ْ ¥‫ َغ‬¥‫ط‬
Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu. (Ar Rahman : 8)

¥‫ َن‬¥‫ ا‬¥‫ز‬¥َ ¥‫ ي‬¥‫ ِم‬¥‫ ْل‬¥‫ ا‬¥‫ا‬¥‫ و‬¥‫ ُر‬¥‫س‬¥ِ ¥‫خ‬¥ْ ¥ُ‫ اَل ت‬¥‫و‬¥َ ¥‫ ِط‬¥‫ ْس‬¥ِ‫ ق‬¥‫ ْل‬¥‫ ا‬¥ِ‫ ب‬¥‫ن‬¥َ ¥‫ز‬¥ْ ¥‫ َو‬¥‫ ْل‬¥‫ ا‬¥‫ا‬¥‫ و‬¥‫ ُم‬¥‫ ي‬¥ِ‫ َأ ق‬¥‫َو‬
Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu (Ar
Rahman : 8)

PERJANJIAN/ PERIKATAN (AKAD)

َّ ‫ت لَ ُك ْم بَ ِه ْي َمةُ ااْل َ ْن َع ِام اِاَّل َما يُ ْت ٰلى َعلَ ْي ُك ْم َغي َْر ُم ِحلِّى ال‬
‫ص ْي ِد َواَ ْنتُ ْم‬ ْ َّ‫يٰٓا َاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا اَوْ فُوْ ا بِ ْال ُعقُوْ ۗ ِد اُ ِحل‬
‫ُح ُر ۗ ٌم اِ َّن هّٰللا َ يَحْ ُك ُم َما ي ُِر ْي ُد‬
“ Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah janji-janji. Hewan ternak dihalalkan
bagimu, kecuali yang akan disebutkan kepadamu, dengan tidak menghalalkan berburu ketika
kamu sedang berihram (haji atau umrah). Sesungguhnya Allah menetapkan hukum sesuai dengan
yang Dia kehendaki.” ( Q.S Al Midah : 1 )
Tafsir : Surah ini diawali dengan perintah kepada setiap orang yang beriman agar memenuhi
janji-janji yang telah diikrarkan, baik janji kepada Allah maupun janji kepada sesama manusia.
Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah janji-janji, yaitu janji-janji antara manusia dengan
Allah, manusia dengan manusia, dan manusia dengan dirinya sendiri, selama janji-janji itu tidak
mengharamkan yang halal dan tidak menghalalkan yang haram. Di antara janji Allah itu ialah
hukum-hukum-Nya yang ditetapkan kepadamu, yaitu bahwasanya hewan ternak, yaitu unta, sapi,
kambing, dihalalkan bagimu sesudah disembelih secara sah, kecuali yang akan disebutkan
kepadamu haramnya, yaitu yang disebut pada ayat ketiga dari surat ini, dan juga dengan tidak
menghalalkan berburu ketika kamu sedang berihram haji atau umrah. Sesungguhnya Allah
menetapkan hukum halal dan haram sesuai dengan yang Dia kehendaki, menurut ilmu-Nya dan
hikmah-Nya
َ‫بَ ٰلى َم ْن اَوْ ٰفى بِ َع ْه ِد ٖه َواتَّ ٰقى فَا ِ َّن هّٰللا َ ي ُِحبُّ ْال ُمتَّقِ ْين‬

Sebenarnya barangsiapa menepati janji dan bertakwa, maka sungguh, Allah mencintai
orang-orang yang bertakwa. ( Ali Imran : 76 )
Tafsir : Padahal, yang benar adalah bahwa mereka tetap berdosa karena khianat. Sebab,
sebenarnya barangsiapa menepati janji dengan mengembalikan hak orang lain sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan dan bertakwa, maka sungguh dengan takwa itu ia akan memperoleh
cinta Allah, karena Allah senantiasa mencintai orang-orang yang bertakwa. Ini menunjukkan
bahwa menepati janji atau tidak khianat menjadi salah satu kriteria ketakwaan.
‫قال الصلح‬،‫ان رسول هللا صلي هللا عليه وسلم‬،‫عن جده‬،‫عن ابيه‬،‫عن عمروابن عوف المزني‬
‫والمسلمون علي شروطهم اال شرطا‬،‫اواحل حراما‬،‫اال صلحا حرم حالال‬،‫جائز بين المسلمين‬
‫حرم حالال اواحل حراما رواه الترميذي‬

Dari ‘Amr bin ‘Auf al Muzani dari bapaknya dari kakeknya, bahwa Rosululloh SAW bersabda “
berdamailah dengan sesama muslim itu di perbolehkan kecuali perdamaian yang menghalalkan
suatu yang haram atau mengharamkan sesuatu yang halal. Dan kaum muslimin harus memenuhi
syarat syarat yang telah mereka sepakati kecuali syarat yang mengharamkan suatu yang halal
atau menghalalkan suatu yang haram. “ (At Tirmidzi)

‫ان النبي صلي هللا عليه وسلم قال كل شرط ليس في كتاب هللا فهو‬،‫عن عائشه رضي هللا عنها‬
‫وان كان مائة شرط رواه ابن ماجه‬،‫باطل‬
Dari Aisyah r.a Bahwasanya Nabi Muhammad SAW bersabda, “ setiap syarat (isi perjanjian)
yang tidak ada dasarnya dalam al qur’an adalah batal walaupun seratus syarat.”
Menurut ibn Taimiyah kedua hadits diatas menguatkan kaidah bahwa asal hukum dalam
perikatan / perjanjian adalah boleh. Sebab jika tidak demikian tidak mungkin kita diperintahkan
untuk memenuhi akad/perjanjian yang kita sepakati secara umum. Sebagaimana hukum
membunuh orang, hukum asalnya adalah tidak boleh kecuali apa yang diperbolehkan oleh syara’.
Maka tidak mungkin kita di perintahkan untuk membunuh orang secara umum.

Anda mungkin juga menyukai